Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok
masyarakat (komuniti). Individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas.
Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan,
penyembuhan serta pemulihan kesehatan.
Menurut UU No.23 tahun 1992 yang dimaksud dengan keluarga adalah suami isteri, anak
dan anggota keluarga lainnya kelompok dimasyarakat adalah kelompok bayi, balita, remaja, ibu
hamil, ibu nifas, ibu meneteki.
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami
istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004). Sasaran
utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada didalam keluarga dan
masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai makhluk sosial yang memiliki budaya tertentu
dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial budaya dan lingkungan sekitarnya. Unsur-
unsur yang tercakup dalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan,
lingkungan, pengetahuan serta teknologi.
Perkembangan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk mencapai kemampuan untuk
hidup sehat, bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat secara optimal diperlukan peran serta
masyarakat dan sumber daya masyarakat sebagai modal dalam pembangunan nasional, termasuk
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mendapatkan pengalaman nyata dalam peran fungsi dan tugas bidan serta dapat
mengembangkan sikap etis, nasionalisme dan profesionalisme dalam melaksanakan praktek
kebidanan
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan di dalam keluarga
2. Mengaanalisis masalah dan prioritas masalah
3. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
4. Implementasi dari hasil alternatif pemecahan masalah.

1.3 Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan instrumen berupa
pedoman wawancara kemudian daftar periksa/checklist
2. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada
responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti
3. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dari buku-buku serta makalah-
makalah yang ada hubungannya dengan kasus
4. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli.
Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa dan film dokumenter.
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul

1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
1.4. Metode Pengumpulan Data
1.5. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
2.1 Konsep Dasar Keluarga
2.2 Konsep Dasar Keluarga Sehat
2.3 Konsep Dasar Kehamilan Risiko Tinggi
2.4 Standart Pelayanan Bayi Balita di Komunitas
2.5 Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan/Deteksi Dini
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto, 2007) :
a. Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan dan adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.”
b. Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
bergantungan.”
c. Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling
membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga.”
d. Menurut BKKBN (1999) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya.”
2.1.2 Tipe / Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007)
a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (Family of origin), merupkan suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
c. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu.
d. Keluarga berantai (social family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda, adalah keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau
kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family), adalah keluarga dari perkawinan poligami dan hidup
bersama.
g. Keluarga kohabitasi (cohabition), adalah dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan,
bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan
bertentangan sengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat
diterima.
h. Keluarga inses (incest family), sering dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh
informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak
perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan
tirinya.
3
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan.
Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat
oleh perkawinan.
2.1.3 Tahap Perkembangan Kelurga
Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan
kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata
kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya
masalah-masalah kesehatan.
2.1.4 Peran Keluarga (Friedman, 1998)
a. Peran Formal
1) Peran Parenteral dan perkawinan
Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami - ayah, dan ibu – istri :
a) Peran sebagai provider (penyedia)
b) Peran sebagai pengatur rumah tangga
c) Peran perasawatan anak
d) Peran sosialisasi anak
e) Peran rekreasi
f) Peran persaudaraan (lainship) (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal)
g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)
h) Peran seksual
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh.
Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan yang memuaskan
menciptakan situasi dimana suami – istri membentuk suatu koalisi dengan anak .
Memelihara suatu hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas perkembangan
yang vital dari keluarga.
b. Peran Informal
1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, menghibur
dan menyatukan kembali pendapat.
2) Inisiater – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara
mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
3) Pendamai (Compromiser) : merupakan salah satu bagian dari konflik dan
ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan mengakui kesalahannya
atau menawarkan penyelesaian “setengah jalan”
4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota
keluarga lain yang membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan kegiatan – kegiatan keluarga
yang berfungsi mengangkat keterikatan atau keakraban.
2.1.5 Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)
a. Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuha kebutuhan psiko social fungsi
efektif ini merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma,
budaya dan perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.

4
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti kebutuhan makan,
minum, pakaian, dan tempat tinggal, dan lain-lain.
e. Fungsi keperawatan kesehatan
Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5 tugas kesehatan
keluarga yaitu :
1) Keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
4) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah yang
sehat.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.

2.2 Keluarga Sehat


2.2.1 Pengertian Keluarga Sehat
Keluarga sehat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi atau keadaan yang sejahtera baik
dari segi fisik, mental, dan sosial yang kemudian memungkinkan sebuah keluarga yang utuh
(terdiri dari individu-individu yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga yang tinggal dalam
satu lingkungan) agar dapat hidup normal secara sosial dan ekonomi.
Dalam keluarga terjadi hubungan multi-fungsional, dimana di dalamnya terjadi banyak
interaksi dalam keluarga. Interaksi atau hubungan yang terjalin antara lain adalah hubungan
orangtua dan anak, adik dan kakak, serta suami dan istri. Masing-masing hubungan memiliki
karakteristik individual dan kepribadian yang dapat menjadi faktor pembangun dari keluarga
tersebut. Tak jarang juga terjadi konflik dalam keluarga, seperti adanya ketegangan antara
orangtua dan anak, antar saudara, suami dan istri, dan sebagainya. Sebuah keluarga dikatakan
sehat jika dapat mengatasi masalah atau konflik tersebut serta menjaga hubungan yang sehat
antara anggota keluarga. Hal yang terpenting, terutama bagi orangtua adalah bagaimana
memahami karakteristik hubungan keluarga sehat agar setiap anggota keluarga merasa didukung
dan tidak ada yang merasa dikucilkan.

2.2.2 Kriteria Keluarga Sehat


Dalam kehidupan manusia modern terdapat kriteria yang di katakan sebagai keluarga sehat,
diantaranya; sehat badan dan sehat jiwa, makan makanan yang bergizi, hidup di lingkungan yang
bersih, serta berprilaku dan berinteraksi sesuai dengan etika dan norma yang berlaku. Apabila
sebuah keluarga memiliki ke empat kriteria tersebut, maka keluarga tersebut termasuk ke dalam
keluarga sempurna/lengkap. Berikut uraian kriteria keluarga sehat:
1. Sehat Badan dan Sehat Jiwa
Seorang anggota keluarga dikatakan sehat badan (sound of body), tidak dalam keadaan
sakit fisik apabila badannya segar bugar, tidak sakit/cacat akibat penyakit, kecelakaan, atau
akibat benturan dengan suatu benda keras, atau akibat serangan pihak lain atau binatang buas.
Seorang anggota keluarga dikatakan sehat jiwa (sound of mind), tidak dalam keadaan sakit
jiwa apabila cara berpikir dan bertindaknya waras, mampu membekan antara mana yang benar
dan salah, mana yang baik dan buruk, serta mana yang bermanfaat dan merugikan. Seseorang
yang sehat badan dan jiwa biasanya mampu bekerja, berkomunikasi, dan berinteraksi secara
wajar, teratur, serta mampu bertanggung jawab.
Orang tidak sehat badan atau tidak sehat jiwa memerlukan perawatan dan perlakuan
(trearment) yang berbeda. Perawatan dan perlakuan terhadap orang tidak sehat badan atau
tidak sehat jiwa dilakukan oleh tenaga medis profesional yang berbeda dan di tempat

5
perawatan yang berbeda pula. Tenaga medis yang dimaksud adalah dokter, dokter gigi, dokter
jiwa, dan dokter spesialis, semuanya disebut medical doctor.
2. Makanan Bergizi
Seorang anggota keluarga yang sehat badan dan jiwa adalah orang yang mengonsumsi
makanan bergizi (nutritious food) dalam ukuran yang cukup (normal). Makanan bergizi
artinya gizi (nutrient) makanan tersebut sudah ditentukan ukuran jumlah dan jenis
kecukupannya menurut ilmu gizi (nutrition). Jenis makanan yang cukup itu biasa disebut
empat sehat atau lima sempurna. Makanan empat sehat itu terdiri dari nasi/roti, sayur, lauk,
buah, dan susu. Makanan empat sehat atau lima sempurna merupakan dambaan semua
keluarga, namun tingkat pendapatan dan jumlah anggota kelurga itulah yang
mempengaruhinya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan yang bergizi, dilakukanlah peningkatkan
pendapatan keluarga, tetapi hal ini terbatas pada kemampuan orang tua atau kepala keluarga.
Mungkin cara efektif yang dapat ditempuh adalah melaksanakan program keluarga berencana
di kalangan keluarga yang tingkat kelahirannya tinggi, tetapi pendapatan keluarganya rendah
melalui penyuluhan dan pelatihan. Manfaat keluarga berencana adalah pegaturan masa
kehamilan, penurunan jumlah kelahiran, pengurangan angka kematian, dan peningkatan
kesejahteraan keluarga. Di samping itu, juga dapat dilaksanakan program makanan bergizi
(empat sehat lima sempurna) melalui penyuluhan dan pelatihan.
3. Lingkungan Bersih
Di samping badan dan jiwa yang sehat serta cukup makanan bergizi, seharusnya orang
tersebut juga tinggal dan hidup di lingkungan yang besih (clean environment) dan berpakaian
bersih. Lingkungan adalah tempat hidup yang berada di daratan, lautan, atau udara. Bersih
adalah keadaan yang tidak tercemar oleh kotoran manusia, hewan, sampah, limbah buangan,
polusi gas, curahan minyak, suara bising, kriminalitas, yang merusak atau merugikan
kehidupan manusia atau menjadi sumber penyakit. Konsep bersih yang dirumuskan ini biasa
disebut “bersih fisik” (phisical cleanliness) karena bentuk atau wujud keadaan yang tidak
tercemar itu dapat diamati dengan panca indera atau bersentuhan dengan raga manusia.
Di samping itu, ada pula bersih dalam arti cara berpikir bersih (clean mind), yaitu
berpikir objektif, jujur, itikad baik, manusiawi, dan berpihak pada kepentingan orang banyak.
Bersih dalam arti ini biasa disebut “bersih mental” (mental cleanliness). Misalnya, tidak akal-
akalan, tidak membodohi orang, lebih mengutamakan kepentingan orang banyak, serta bebas
dari niat korupsi dan manipulasi
Keluarga yang telah memenuhi unsur sehat badan dan jiwa, cukup makanan bergizi,
serta hidup dilingkungan yang bersih, dapat dapat dikatakan telah mempunyai tingkat
kesejahteraan hidup yang cukup baik. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan. Kesehatan
(badan dan mental) adalah syarat utama untuk berkerja mencari nafkah guna memperolah
makanan bergiz. Makanan bergizi pasti bersih, sehingga orang yang mengonsumsinya menjadi
sehat. Jadi, keluarga sehat itu adalah keluarga yang sehat badan dan jiwa, cukup makanan
bergizi, pakaian bersih, tinggal dilingkungan bersih, dan mampu bekerja keras.

2.3 Konsep Dasar Kehamilan Risiko Tinggi


2.3.1 Pengertian Deteksi Dini
Deteksi dini yaitu melakukan tindakan untuk mengetahui seawal mungkin adanya kelainan,
komplikasi, dan penyakit ibu selama kehamilan yang dapat menjadi penyulit ataupun komplikasi
yang dapat membahayakan ibu dan bayi dalam persalinan, serta nifas.
2.3.2 Prinsip Deteksi Dini

6
Prinsip deteksi dini yaitu melakukan skrining secara teratur dan ketat terhadap adanya
kelainan, komplikasi, dan penyakit selama kehamilan, serta mencegah atau mengurangi resiko
terjadinya kelainan, komplikasi, dalam persalinan dan nifas.
2.3.3 Manfaat Deteksi Dini
Diharapkan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut atau meminimalkan resiko akibat
terjadinya komplikasi. Hal-hal yang harus dilakukan dalam deteksi dini adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kehamilan dini (early antenatal care [ANC] detection)
1) Idealnya wanita hamil memeriksakan diri ketika terlambat haid sekurangnya 1 bulan,
maka jika ada kelainan yang akan timbul dapat segera diatasi.
2) Pemeriksaan dilakukan secara (head to toe) dan pemeriksaan ginekologi.
3) Pada primigravida perlu dilaksanakan pada bentuk dan ukuran panggul.
b. Pemeriksaan ANC (Ante Natal Care) secara rutin.
Pelayanan ANC sangat penting untuk mendeteksi secara dini komplikasi dan penyulit
persalinan, serta mendidik wanita dan keluarga tentang kehamilan, persalinan dan nifas.
1) Trimester I : 4 minggu sekali (<14minggu)
2) Trimester II : 2 minggu sekali (<28 minggu)
3) Trimester III : 1 minggu sekali (≥ 28 minggu)
2.3.4 Skor Poedji Rochjati
Faktor risiko pada ibu hamil dikelompokkan pada 3 kelompok yaitu kelompok I, II, III,
berdasarkan kapan ditemukan, cara pengenalan dan sifat atau tingkat risikonya. Berdasarkan
kapan ditemukan yaitu pada kehamilan muda atau kehamilan lanjut. Berdasarkan cara
pengenalan yaitu adanya faktor risiko dapat dikenali oleh setiap orang dengan mudah atau diduga
misalnya perut sangat besar diduga ada kehamilan kembar atau ada penyakit, yang perlu dirujuk
ke bidan di desa atau dokter puskesmas, dokter/bidan praktek swasta untuk diperiksa dan
ditentukan. Berdasarkan tingkat dan sifat risiko, sesuai dengan derajat kegawatannya :
a. Ada Potensi Gawat Obstetrik / APGO, ada masalah yang perlu diwaspadai
b. Ada Gawat Obstetrik / AGO, ada tanda bahaya awal.
c. Ada Gawat Darurat Obtetrik / AGDO, yang mengancam nyawa ibu dan bayi.

Faktor risiko atau masalah pada ibu Kelompok I ,II, III


a. Kelompok I : Ada Potensi Gawat Obsterik / APGO
1) 10 faktor risiko (7 terlalu, 3 pernah).
2) Kehamilan yang mempunyai masalah yang perlu diwaspadai. Selama kehamilan ibu
hamil sehat tanpa ada keluhan yang membahayakan.
3) Tetapi harus waspada karena ada kemnungkinan dapat terjadi penyulit/komplikasi dalam
persalinan.
4) Faktor risiko yang terdapat dalam kelompok ini adalah :

No Faktor Risiko (FR I) Batasan - Kondisi Ibu


1 Primi Muda Terlalu muda, hamil pertama umur ≤ 16 tahun
2 Primi Tua a.Terlalu muda , hamil pertama umur ≥ 35
tahun
b. Terlalu lambat hamil, setelah kawin ≥ 4
tahun
3 Primi Tua Sekunder Terlalu punya anak lagi, terkecil ≥ 10 tahun
4 Anak Terkecil < 2 tahun Terlalu cepat punya anak lagi, terkecil < 2
tahun
5 Grande Multi Terlalu banyak punya anak, 4 atau lebih
6 Umur ≥ 35 tahun Terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih

7
7 Tinggi badan ≤ 145 cm Terlalu pendek pada ibu dengan :
a. Hamil pertama
b. Hamil kedua atau lebih, tetapi belum pernah
melahirkan normal/spontan dengan bayi cukup
bulan, dan hidup
8 Pernah gagal kehamilan Pernah gagal pada kehamilan yang lalu :
a. Hamil kedua yang pernah gagal
b. Hamil kedua atau lebih, tetapi belum pernah
melahirkan normal/spontan dengan bayi cukup
bulan, dan hidup
9 Pernah melahirkan dengan : a. Pernah melahirkan dengan tarikan
tang/vakum
b. Pernah uri dikeluarkan oleh penolong dari
dalam rahim
c. Pernah di infus/tranfusi pada perdarahan
pasca persalinan
10 Pernah Operasi Sesar Pernah melahirkan bayi dengan Operasi Sesar
sebelum kehamilan ini

b. Kelompok II: Ada Gawat Obstetrik/ AGO


1) 8 Faktor Risiko.
2) Tanda bahaya pada saat kehamilan, ada keluhan tetapi tidak darurat.
3) Faktor risiko yang terdapat dalam kelompok ini adalah :

No Faktor Risiko (FR II) Kondisi Ibu


1 Penyakit ibu hamil :
a. Anemia Pucat, lemas badan, lekas lelah, lesu, mata
berkunang-kunang
b. Malaria Panas tinggi, menggigil, sakit kepala
c. Tuberkulosa Paru Batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk darah,
badan lemah, lesu dan kurus
d. Payah jantung Sesak nafas, jantung berdebar, kaki bengkak
e. Kencing manis Diketahui dari diagnosa dokter dengan
pemeriksaan
f. PMS dan lain-lain Diketahui dari diagnosa dokter dengan
pemeriksaan
2 Pre-Eklamsi Ringan Bengkak tungkai dan tekanan darah tinggi
3 Hamil kembar / gemeli Perut ibu sangat besar, gerak anak terasa di
banyak tempat

4 hamil kembar air / hydramnion Perut ibu sangat membesar, gerak anak kurang
terasa, karena air ketuban terlalu banyak,
biasanya anak kecil
5 Janin mati di dalam rahim ibu Ibu hamil tidak merasakan gerakan anak lagi,
perut mengecil
6 Hamil lebih bulan / hamil serotinus Ibu hamil 9 bulan dan lebih 2 minggu belum
melahirkan
7 Letak sungsang Diatas perut : kepala bayi ada diatas dalam rahim

8 Letak lintang Disamping perut : kepala bayi di dalam rahim


terletak di sebelah kanan atau kiri
c. Kelompok III : Ada Gawat Darurat Obstetrik / AGDO
8
1) 2 faktor risiko
2) Ada ancaman nyawa ibu dan bayi
3) Faktor risiko yang terdapat dalam kelompok ini adalah :
No Faktor Resiko (FR III) Kondisi ibu
1 Perdarahan sebelum bayi lahir Mengeluarkan darah pada waktu hamil, sebelum
kelahiran bayi
2 Pre-Eklamsi Berat / Pada hamil 6 bulan lebih : sakit kepala / pusing,
bengkak tungkai wajah, tekanan darah tinggi,
pemeriksaan urin ada albumin
Eklamsi Ditambah dengan terjadi kejang-kejang

2.4 Standar Pelayanan Bayi dan Balita di Komunitas

2.4.1 Pelayanan Pada Bayi

Menurut Soetjiningsih (2014), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian
masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari. Masa neonatal dini yaitu usia 0 – 7 hari Masa neonatal
lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari. Masa pasca neonatal yaitu usia 29 hari – 1 tahun. Bayi merupakan
manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang pasti.Pada masa ini
manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian.Kematian bayi
dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-natal
(setelah 27 hari).
Pengertian pelayanan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pelayanan adalah menolong
menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain seperti tamu atau pembeli.Pelayanan
kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan
kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 12 bulan setelah bayi lahir.

2.4.2 Jenis – jenis pelayanan bayi :


a. Buku KIA/KMS
Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali KMS (Kartu Menuju
Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk
memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu
balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
b. Vitamin A 2 Kali Setahun
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh
tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk
kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,jaringan epitel, untuk melawan
penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain. Pemberian vitamin A termasuk dalam
program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Kemenkes RI setiap 6 bulan yaitu bulan Februari
dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian
80% dari seluruh balita.Kapsul vitamin A biru (100.000 IU) diberikan pada bayi berusia 6-11
bulan satu kali dalam satu tahun.Kapsul vitamin A merah (200.000) diberikan kepada balita
kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia (mata kering).Halini dapat terjadi
9
karena sarapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan
pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening (kornea mata). Balita akan
terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah bawah.
c. Pelayanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
MTBS adalah suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita
sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.MTBS
bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana
balita sakit.Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan pelayanan kesehatan di
unit rawat jalan kesehatan dasar (puskesmas dan jaringan termasuk pustu, polindes,
poskesdes, dll). Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di
indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit),
perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap
penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita.Badan kesehatan dunia WHO
telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan, dan kecacatan pada bayi
dan balita.
d. SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang)
SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) adalah pembinaan
tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun pertama
kehidupan.Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat dengan
tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan
dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga
lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya
masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).Stimulasi adalah
kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan
terus menerus pada setiap kesempatan.
e. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi
penyakit. Tubuh manusia mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas
kemampuan tertentu.
2.4.3 Jadwal Kunjungan
Tujuan dilakukannya kunjungan bayi antara lain untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar; mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan; pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
10
melalui pemantauan pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan
stimulasi tumbuh kembang.
Tujuan Bidan Memberikan Kunjungan:
a) Mengidentifikasi gejala penyakit.
b) Menawarkan tindakan skrining metabolik.
c) Memberikan KIE kepada orang tua.
d) Mengkaji riwayat atau masalah pada pemenuhan nutrisi bayi, perhatian, usaha menangis,
BAB, BAK dll.
Adapun jadwal kunjungan bayi sebagai berikut:
a) Kunjungan I
Dilakukan pada 6 jam pertama setelah persalinan.
1. Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering.
2. Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara
keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat menggambarkan keadaan kesehatannya.
3. Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk diawasi selama 6 jam
pertama.
4. Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga tali pusat agar tetap bersih
dan kering.
5. Pemberian ASI awal.
b) Kunjungan II
Pada hari ke-3 setelah persalinan.
1. Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
2. Menanyakan bagaimana bayi menyusui.
3. Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
4. Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk
c) Kunjungan III
Pada minggu ke-2 setelah persalinan.
1. Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin
2. Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
3. Bayi harus mendapatkan imunisasi BCG untuk mencegah tuberculosis, vaksin polio I secara
oral, vaksin hepatitis B
d) Kunjungan IV
Pada 6 minggu setelah kelahiran.
1. Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi meningkat
2. Melihat hubungan antara ibu dan bayi.
3. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan dan imunisasi
2.5 Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan/Deteksi Dini
2.5.1 Pengertian SDIDTK
SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) adalah pembinaan tumbuh
kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi
dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun pertama kehidupan .Diselenggarakan dalam
bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan
sosial).
Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif
dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
pada masa lima tahun pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga
(orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat,
organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan
dan sosial).

11
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal.Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan
terus menerus pada setiap kesempatan.

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara
dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan,
tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat,
terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada anak yang
perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya.Penyimpangan
perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak.

2.5.2 Sasaran
a. Sasaran langsung
Semua anak umur 0 sampai 6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas
b. Sasaran tidak langsung
1) Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh
kesehatan masyarakat, dan sebagainya).
2) Tenaga pendidik, petugas lapangan KB, petugas sosial yang terkait dengan pembinaan
tumbuh kembang anak.
3) Petugas sector swasta dan profesi lainnya.
2.5.3 Tujuan SDIDTK
a. Tujuan Umum
Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta
mampu bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini.1
b. Tujuan Khusus
1) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita dan anak pra
sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
2) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang pada semua balita
dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
3) Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak pra sekolah dengan
penyimpangan tumbuh kembang.
4) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di Puskesmas.
2.5.4 Jenis Skrining
A. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
a) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus,
kurus sekali atau gemuk.

12
b) Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal DDTK. Pengukuran dan penilaian
BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih, yaitu tenaga kesehatan yang telah
mengikuti pelatihan SDIDTK.
2) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA).
Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas
normal atau diluar batas normal
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan.Adapun
pelaksana dan alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pelaksana dan Alat yang Digunakan untuk Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan
Keluarga masyarakat 
Orang tua  KMS

Kader kesehatan  Timbangan dacin

Petugas PAUD, BKB, TPA dan
Guru TK
Puskesmas  Dokter  Table BB/TB
 Bidan  Grafik LK
 Ahli gizi  Timbangan
 Petugas lain  Alat ukur tinggi
badan
 Pita pengukur
lingkar kepala
Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK
B. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Pelaksana dan alat yang digunakan dapat
dilihat pada table 2.2
Tabel 2.2 Pelaksanaan dan Alat yang digunakan untuk Deteksi Dini
Penyimpangan Perkembangan Anak
Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan
Keluarga dan  Orang tua Buku KIA
Masyarakat  Kader kesehatan,
BKB, TPA
 Petugas pusat  KPSP
PAUD terlatih  TDL
 Guru TK terlatih  TDD
Puskesmas  Dokter  KPSP
 Bidan  TDL
 Perawat  TDD
Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK
Keterangan :
Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini

13
TK : Taman Kanak-kanak
1) Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
Tujuan pemeriksaan perkembangan menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
2) Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar
dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
3) Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat agar segera dapat
dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan
menjadi lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Rochyati, Pudji. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil Pengenalan Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil
Risiko Tinggi / Poedjirohjati.- cet 1.- Surabaya: Erlangga universiti press, 2003.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi 4 Cetakan 2. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta: TIM
Suparyanto.2011.Pengertian Keluarga.dr suparyanto.blogspot.co.id/2011/10/pengertian keluarga.html
diakses tanggal 27 Agustus 2016 pukul 20.24 wib

14

Anda mungkin juga menyukai