Tugas Promkes Roifah
Tugas Promkes Roifah
3 jelaskan cara penyesuai diri yang dilakukan manusia dan bagai mana hubungan dengan belajar ?
Jawaban :
1. sebelummenjawab mengapa , kita harus minimal sedikit tahu apa itu belajar belajar adalah
sebuah proses berubah, jadi yang berawal dari kita yang belum tahu menjadi tahu , dari yang
belum bisa menjadi bisa
Belajar adalah suatu proses perubahan mental yang didapatkan melaluli pengalaman pengalaman , di
dalam prosesnya di harapakan manusia manusia mampu memilih suatu keputusan yang tepat dari
proses belajarnya itu sendiri ,
Dan seseorang perlu belajar karana belajar itu suatu kebutuhan apa saja , seperti bertahan hidup
karena manusia tanpa ilmu sangat lah lemah
- Bower berpendapat Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam
perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman. Kemudian
menurut Bower (1987: 150) “Learning is a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses
kognitif.
- jadi
maksud bower adalah belajar adalah proses kognitif , kognitif adalah kegiatan yang mencakup
(otak ) berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang
lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode
atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek
kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering
berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
3. Sejak lahir sampai meninggal seorang mausia merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan
tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk
berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu
ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan
penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Jadi manusia berusaha memenuhi kebutuhan merupakan cara penyesuain diri dari penyesuain
diri itu tadi manusia perlu belajar agar manusia tadi dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat
beradaptasi guna melanjutkan kehidupannya, dan apabila manusia tidak mau belajar dia tidak
akan dapat menyesuaikan diri
4. Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya
harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang
berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini
menjadi empat, yaitu
Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
Suka memperhatikan sesuat lebih lama.
Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan
pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan
kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara
simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini
adalah :
1. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah
objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5
tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak
memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan
dengan cara yang berbeda.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan
proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula
dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang
sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan
kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan
ada maknanya bagi siswa.
Pustaka : DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta,
Yogyakarta. Hal. 39-40.
5
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa
para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada
apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja
pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana
peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil
dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea
dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam
semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih
lama semua konsep.