Anda di halaman 1dari 10

Nama : Rihhadatul Aisy

NIM : M16030017

SUSPENSI (Suspentiones)

Pengertian
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Suspensi adalah yang mengandung bahan obat padat dan bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa (FI III). Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV). Suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau
sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tampa zat
tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang di tetapkan
(formularium nasional). Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (IMO). Suspensi merupakan
sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. fase kontinue atau fase luar umumnya merupakan
cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel” kecil, yang pada
dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu zat yang tidak larut bisa
dimaksudkan untuk diabsorpsi fisiologis atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar (leon
lachman).

Macam-Macam Suspensi
 Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat
yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan. Sediaan seperti ini disebut “ Untuk Suspensi oral”.
 Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi
etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
 Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan
untuk diteteskan telinga bagian luar.
 Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus
dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.
 Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal. Suspensi untuk injeksi
terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk
membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.

Syarat-Syarat Suspensi
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal.
2. Suspensi yang dinyatakan untuk di gunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat
antimikroba.
3. Suspense harus di kocok sebelum digunakan.
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.( FI IV)
5. Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.
6. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.
7. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas.
8. Keketalan suspense tidak boleh terlalu tinngi agar mudah di kocok dan di tuang.
9. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspenoid tetap
agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
10. Partikel padatan fase dispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap.
11. Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi atau melukai kulit.
Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

1. Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan
perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan
daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel
semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas
penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel
untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan
tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya.
Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh
terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut
akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel
tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena
itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel
dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar
bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat
bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel
tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka
akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap
ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan
selanjutnya membentukcompacted cake dan peristiwa ini disebut caking .

Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat dari partikel
merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan
jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah
atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser,
colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan
zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut
sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom atau hidrokoloid. Gom dapat larut
atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau
lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan
menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan
proses fermentasi bakteri. Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :
 Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis.
 Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan
ditempat yang sama.
 Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan
mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa
pemanasan.
Termasuk golongan gom adalah :
 Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan
penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan
menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35 %
kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak
oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet ( preservative).
 Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air,
tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang
banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi
mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi
tersebut.
 Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat
mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago
tragacanth lebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth baik sebagai
stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
 Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam
bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah
mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan
pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1-2 %.

Golongan bukan gom adalah Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah
liat.Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3
macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air
mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini
disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga
stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut
kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan
suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari
bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan
karbohidrat.

2) Bahan pensuspensi sintetis


a. Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil
selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500.
Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang
dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya
semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun ,
sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan
pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam
pembuatan tablet.
b. Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu
pabrik) .Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air,tidak beracun dan
tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya.Sehingga bahan tersebut banyak
digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memper-oleh viskositas yang baik
diperlukan kadar ± 1 %. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal
tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.

Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi


1. Metode pembuatan suspense, suspensi dapat dibuat secara :
 Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk
kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada
saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau
kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga
sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak
antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut kontak ± 90o serbuk akan mengambang
diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan
tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan
zat pembasah atau wetting agent.
 Metode praesipitasi.
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan dengan larutan
pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan
pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol
2. Sistem pembentukan suspense
 Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali
 Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan
sukar tersuspensi kembali. Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi
adalah :
Deflokulasi :
1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan
ukuran partikel adalah minimal.
3. Sedimen terbentuk lambat.
4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
5. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif
lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Flokulasi :
1. Partikel merupakan agregat yang bebas.
2. Sedimentasi terjadi cepat.
3. Sedimen terbentuk cepat.
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali
seperti semula.
5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya
terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

Formulasi Suspensi
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
1) Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam
suspensi structured vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-
lain.
2) Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat
pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :
 Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.
 Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
 Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
 Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka
ditambah structured vehicle.
 Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle

Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau
polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan
negatif, dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif
digunakan zat pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi
sulfamerazin yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu
AlCl3 (Aluminium trichlorida).
Bahan Pengawet
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara
lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang
menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1 : 1250), etil p. benzoat (1 :
500 ), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1 %.
Disamping itu banyak pula digunakan garam komplek dari mercuri untuk pengawet,
karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri
nitrat, fenil mercuri chlorida, fenil mercuri asetat.

Penilaian Stabilitas Suspensi


1. Volume sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari
suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume
sedimen akhir suspensi deflokulasi ( Voc).
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menentukan
perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze – thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu
dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang
pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit buku kedokteran.

Susanti. 2015. Suspensi. Diakses 3 April.


http://ilmuresepsusanti.blogspot.co.id/2015/10/suspensi.html.

Anda mungkin juga menyukai