Nyeri merupakan suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
(Potter & Perry, 2005). Nyeri Rheumatoid Atrhitis adalah nyeri yang dirasakan di
daerah sendi dan merupakan permasalahan utama yang paling sering terjadi dan
hal yang sangat penting untuk ditangani (Jenkins, 2011). Nyeri RA akan
memberat apabila perjalanan penyakit tidak diatasi serta akan meningkat seiring
dengan ambang nyeri pasien sendiri (Isbagio, 2006). Nyeri RA akan menimbulkan
rasa tidak nyaman, keletihan dan disabilitas pada pasien (Clair, Pisetsky, Haynes,
2004).
Menurut Berman, Snyder, Kozier, Erb (2009), penyebab terjadinya nyeri secara
umum adalah adanya trauma mekanik, trauma termal, trauma kimiawi, trauma
oleh proses peradangan (inflamasi) pada membran sinovial yang terjadi akibat
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi dan menimbulkan nyeri
(Jenkins, 2011).
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Rheumatoid Athritis
Menurut Potter & Perry (2005), secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi
sebelumnya, efek plasebo, dukungan keluarga dan sosial, keletihan dan pola
koping. Menurut Ari (2009), terdapat dua faktor yang berperan dalam beratmya
rasa nyeri pada pasien RA yaitu beratnya rasa nyeri pada pasien RA yaitu
beratnya penyakit dan ambang nyeri pasien. Makin berat penyakit, maka makin
bertambah pula rasa nyeri yang dirasakan pasien RA dan apabila perjalanan
penyakit dapat di hentikan (remisi), maka rasa nyeri akan berkurang. Pasien
dengan ambang nyeri yang tinggi akan merasakan nyeri ringan dan tidak akan
RA adalah usia dan jenis kelamin. Insiden RA meningkat pada usia 40 tahun dan
Fisiologi dari setiap nyeri yang dirasakan pasien adalah sama. Reseptor nyeri
adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit
yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
(nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielien dari syaraf
dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (cutaneus), somatik
dalam (deep somatic), dan pada daerah visceral. Karena letaknya yang berbeda-
beda inilah nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor
cutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
b. Serabut C (C fiber)
terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan
nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan
c. Reseptor visceral
Reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan
sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap
inflamasi.
(Mutaqqin, 2008).
3. Region
5. Time
terjadi pada pagi hari, membaik pada siang hari dan sedikit lebih
Nyeri secara umum dapat diukur dengan berbagai metode yaitu dengan
menggunakan alat pengukuran skala nyeri seperti skala nyeri numerik, deskriptif
dan analog visual (Potter & Perry, 2005). Menurut Datak (2008), pengukuran
NRS lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini,
pasien menilai nyeri dengan menggunakan 0-10. NRS merupakan skala nyeri
yang paling sering dan lebih banyak digunakan di klinik. NRS digunakan untuk
mengukur intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. NRS mudah
berikut:
yang dihantarkan melalui elektroda luar dan efektif untuk mengontrol nyeri
2) Masase
Masase merupakan teknik relaksasi dengan usapan perlahan menggunakan
pada pembuluh darah local sehingga mampu menurunkan nyeri pada pasien
RA (Kusyati, 2006)
4) Distraksi
5) Aktifitas
6) Splinting
7) Obat Farmakologis
Terdapat tiga jenis analgesik yaitu Non- narkotik dan obat antiinflamasi
8) Pembedahan
terjadinya spasme otot dan memberikan rasa hangat (Alimul, 2008). Selain itu, kompres
hangat berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah serta menstimulasi sirkulasi darah,
dan mengurangi kekakuan. Indikasi pemberian kompres hangat adalah untuk pasien yang
mengalami perut kembung, pasien yang mengalami kedinginan, pasien dengan radang
sendi, pasien yang mengalami kejang otot, pasien yang mengalami abses ataupun
rempah-rempah, salah satu jenis rempah-rempah yang sering digunakan adalah jahe.
Secara historis, jahe telah digunakan dalam pengobatan Asia untuk mengobati
sakit perut, mual, diare. Sekarang jahe digunakan obat tradisional untuk pasca operasi
mual seperti gejala mual, kemoterapi, dan kehamilan, rheumatoid athritis, osteoarthritis
dan nyeri sendi dan otot. Rimpangnya yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid
terbukti berkhasiat mengurangi peradangan dan nyeri sendi melalui aktifitas COX-2 yang
menghambat produksi PGE2, leukotrein dan TNF-α pada sinoviosit dan sendi manusia
(NCCAM, 2006).
ditumbuk terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam air yang telah dihangatkan.
Setelah itu, handuk dimasukkan ke dalam air hangat jahe dan diperas dahulu sebelum
hangat jahe dilakukan selama 10-15 menit. Menurut Utami (2005), kompres hangat jahe
merupakan jenis terapi tradisional yang dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
RA selain itu efek farmakologis pada jahe adalah memiliki rasa pedas dan panas,
berkhasiat sebagai pencahar, antiemeltik dan antirematik. Komponen utama dari jahe
control yang mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan transmisi serabut saraf
sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri
melalui serabut C dan deta A berdiameter kecil. Gerbang sinap menutup transmisi impuls
nyeri. Kompres menggunakan air hangat akan meningkatkan aliran darah, dan meredakan
prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsang serat saraf yang
menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan ke otak di