Anda di halaman 1dari 7

A.

Perjanjian gadai

Definisi: gadai adalahsuatu hak yang diperoleh seseorangyang berpiutang atas sesuatu barang
yang bergerak(ps 1150 BW)

Orang yang menggadaikan dinamakan “pemberi gadai” dan yang menerima gadai disebut
“penerima atau pemegang gadai”.di dalam gadai juga ada juga istilah debitur dan kreditur.

Lembagai gadai menurut KUHPerdata ini masih digunakan di dalam praktek,kedudukan


pemegang gadai lebih kuat dari pemegang fiducia karema benda jaminan berada di pihak
kreditur.Dalam hal ini kreditu terhindar dari niat jahat pemberi gadai.sebab barang yang
digadaikan tidak boleh lepas ke tangan debitur(pemberi gadai)

Contoh kasus gadai:

Noregister perkara 420 K/Sip/1968

Penggugat:ngorat karo karo

Tergugat:djamin ginting suka

Kasus posisi:

Pada tahun 1939 Termohon menggadaikan ladangnya kepada Pemohon seluas 30tumba
bibit padi dengan surat gadai sebesar (Rp 130- Pada masa penebusan) Pemohon memohon
penebusan di tangguhkan. Pada 1958 Pemohon menolak penebusan dengan alasan nilai rupiah
yang telah berbeda dan menghendaki uang tebusan berlipat ganda.djamin ginting mengajukan
gugatan ke pengadilan untuk mendapatkan kembali tanahnya.
B.Perjanjian fidusia

Perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satuorang atau lebih,dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang atau
lebih yang disebut perikatan yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing
pihak(KUH perdata pasal 1313)

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik
benda .

Perjanjian fidusia adalah perbuatan yang dilakukan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
dengan satu orang atau lebih dengan tujuan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam
penguasaan pemilik benda.

Benda jaminan fidusia adalah segala sesuatuyang dapat dimiliki dan dialihkan baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud,yang terdaftar maupun tidak terdaftar,yang bergerak
maupun yang tidak bergerak ,yang tidak dapat dibebani hak hipotik.

Contoh kasus fidusia:

Kasus antara budi rohoendi sebagai penggugat dan PT Federal International Finance CQ sebagai
tergugat bahwa terdapat kesepakatan perjanjian fidusia pembiayaan konsumen dengan jaminan
fidusia antara penggugat dan tergugat dengan jaminan berupa 1(satu) unit kendaraan eoda 2(dua)
Honda/NF125 TR M/T atas nama dina dan faktur milik pemberi kuasa disebut dengan barang
sengketa sebagai benda jaminan fidusia milik penggugat.
C.Perjanjian resi gudang

“Hak Jaminan yang dibebankan pada Resi Gudang untuk pelunasan utang, yang memberikan
kedudukan untuk diutamakan bagi penerima Hak Jaminan terhadap kreditor yang lain”. (Pasal 1
UU SRG).

Resi Gudang yang dapat dibebani dengan Hak Jaminan tersebut merupakan dokumen bukti
kepemilikan atas suatu barang yang disimpan di dalam gudang yang diterbitkan oleh pengelola
gudang, ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah pengelola gudang yaitu disamping
harus mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Resi Gudang (Pasal 2 UU SRG), pengelola
gudang tersebut harus merupakan suatu badan usaha yang berbadan hukum (Pasal 23 ayat 1).

Hak Jaminan atas Resi Gudang berbeda dengan Gadai, Fidusia, atau bahkan Hak Tanggungan.
Namun Resi Gudang juga memiliki hak preference yang memberikan kedudukan diutamakan
bagi kreditor pemegang jaminan yang bersangkutan.

Tujuannya menampung kebutuhan Pemegang Resi Gudang, yaitu pemilik barang yang
menyimpan barangnya pada pengelola gudang. Dalam rangka memperoleh pembiayaan dengan
jaminan berupa Resi Gudang. Mengapa? Karena sifatnya, Resi Gudang tersebut tidak dapat
dibebani dengan salah satu lembaga jaminan yang sudah ada seperti Hak Tanggungan, Gadai,
atau Fidusia.1

Dalam penyelenggaraan Sistem Resi Gudang, kriteria barang yang menjadi komoditas untuk
disimpan digudang adalah setiap barang bergerak yang disimpan dalam jangka waktu tertentu
dan memenuhi kriteria :

a. Mempunyai daya simpan minimum 3 bulan

b. Memenuhi standar mutu tertentu

c. Memenuhi kriteria minimu (jumlah minimum barang yang disimpan).

1 Irma Devita, Hukum Jaminan Perbankan, (Bandung : P.T Mizan Pustaka. 2014), hal.139
Contoh kasus:

Kasus sewa Sistem Resi Gudang (SRG) yang melibatkan Mujib, anggota Komisi II DPRD
Kabupaten Blitar, untuk sementara dihentikan Kejaksaan Negeri Blitar, karena dianggap tidak
ada kerugian negara. http://www.memontum.com/2998-krpk-duga-kasus-sewa-sistem-resi-
gudang-ada-konspirasi

D.Definisi Hipotik menurut UU

Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas barang tak bergerak yang dijadikan jaminan dalam
pelunasan suatu perikatan (BAB XXI Pasal 1162 KUH Perdata). Hipotik itu sendiri artinya
adalah suatu hak kebendaan atas suatu benda yang tak bergerak, bertujuan untuk mengambil
peluassan suatu hutang dari (pendapatan penjulan) benda itu.

Contoh kasus Hipotik

1. Adanya Hak Kebendaan (pasal 1168 – 1170 dan pasal 1175 KUHPerdata)

Yang dimaksud dengan adanya Hak Kebendaan tersebut adalah kapal tersebut sudah ada
dan terdaftar sehingga haknya sudah lahir. Contohnya seperti pada kasus Arief tersebut di atas.
Kapal-kapal yang masih dalam proses pembangunannya dan belum memiliki Grosse Akta
Pendaftaran kapalnya (seperti dalam kasus Budi) belum dapat dibebani dengan Hipotik (pasal
1175 KUHPerdata).

2. Objeknya adalah kapal yang beratnya di atas 20-M3

Untuk kapal yang beratnya di bawah 20-M3 karena bukan merupakan objek Hipotik (pasal
1167 KUHPerdata), maka jika ingin dijaminkan menurut pendapat saya pribadi sebaiknya
menggunakan lembaga jaminan lain seperti Jaminan Fidusia yang memang dikhususkan untuk
benda-benda bergerak. Namun jika kantor fidusia menolak mendaftarkan jaminan atas kapal
yang beratnya di bawah 20-M3 dengan alasan bahwa hal tersebut bertentangan dengan UU No.
42/1999 tentang Jaminan Fidusia, maka dapat dibuatkan akta Kuasa Menjual yang dibuat di
hadapan Notaris (pasal 1172 KUHPerdata) sebagai pengaman bagi pihak Bank. Akta kuasa
menjual tersebut juga seharusnya mencantumkan suatu ketentuan bahwa berlakunya akta
tersebut apabila debitur sudah wanprestasi atau macet.
3. Kapal tersebut harus yang dibukukan (di daftarkan) di Indonesia.

Hal ini sesuai dengan penjelasan saya pada point 1 di atas. Bahwa kapal tersebut harus
sudah terdaftar pada kantor pelabuhan setempat.

4. Diberikan dengan akta autentik (pasal 1171 KUHPerdata)

Sebagaimana halnya dengan pemberian jaminan lainnya, seperti Hak Tanggungan, Gadai,
dan Fidusia, maka pemberian jaminan berupa Hipotik atas kapal tersebut harus dibuat di secara
otentik di hadapan Pejabat Umum yang berwenang. Namun demikian, bedanya adalah, yang
berwenang untuk membuat akta Hipotik Kapal bukanlah Notaris; melainkan Pejabat Pendaftar
dan Pencatat Baliknama Kapal yang berada pada Kantor Pendaftaran dan Pencatatan Baliknama
kapal, dimana kapal tersebut terdaftar. Apa peran notaries dalam pembebanan hipotik kapal?
Notaris dalam hal ini berwenang untuk membuat akta Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH)
Kapal. Dimana dalam akta SKMH Kapal tersebut yang akan digunakan sebagai dasar untuk
pembuatan akta Hipotik Kapal di hadapan Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baliknama kapal pada
kantor pelabuhan setempat.
Apakah para pihak dapat langsung hadir di hadapan Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baliknama
Kapal tersebut tanpa melalui Notaris? Secara teori seharusnya bisa. Sebagaimana para pihak
langsung membuat akta APHT atas tanah (lihat sub bab tentang Hak Tanggungan) di hadapan
Camat setempat. Namun pada prakteknya hal tersebut hampir tidak pernah dilakukan.

Satu hal lagi yang menarik dari pembebanan hipotik ini adalah: bahwa pemberian hipotik
tersebut tidak boleh dibuat berdasarkan suatu perjanjian pembebanan yang dibuat di luar negeri,
apabila kapal tersebut secara hukum terdaftar di Indonesia; kecuali ada traktat atau konvensi
Internasional yang memperbolehkan mengenai hal tersebut (pasal 1173 KUH Perdata). Oleh
karena itu, walaupun kreditur dan debitur berada di luar negeri, hendak membebankan hipotik
atas kapal di Indonesia, maka perjanjian tentang pembebanan hipotik tersebut harus dibuat di
Indonesia.
5. Menjamin tagihan hutang (pasal 1176 KUHPerdata)

Dalam pemberian Hipotik pada kapal, harus ada hutang yang dijamin dengan pembebanan
hipotik tersebut. Oleh karenanya, biasanya dalam akta hipotik, selain mencantumkan mengenai
identitas kapal yang dijaminkan, juga mencantumkan data mengenai berapa besar hutang yang
dijamin dan berapa nilai penjaminan dari Kapal dimaksud. Hal ini untuk memberikan kepastian
hukum pada saat dilaksanakannya eksekusi atas kapal dimaksud.

E.PERJANJIAN SEWA BELI

1. Sewa beli (Hire Purchase) adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan
barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang telah disepakati bersama dan
yang diikat dalam suatu perjanjian serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari
penjualan kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.(
pasal 1 Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.34/kp/II/80)

CONTOH KASUS SEWA BELI:

Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor di UD. Sumber Jaya
Maha Sakti Motor Kabupaten Banyuwangi (Study Kasus di UD. Sumber Jaya Maha Sakti
Motor Kabupaten Banyuwangi
DAFTAR PUSTAKA

Irma Devita, Hukum Jaminan Perbankan, (Bandung : P.T Mizan Pustaka. 2014), hal.139

Hukum Perdata , Komariah, SH., M.Si., M.Hum

Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai & Fiducia , Prof.Dr. Mariam Darus Badruizaman SH.

Resi Gudang , SINAR GRAFIKA , Iswi Hariyani, S.H., M.H. & Ir. R. Serfianto. D.P

https://repository.unikom.ac.id/4304/

Anda mungkin juga menyukai