TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Pneumonia merupakan proses inflamasi pada parenkim paru yang
biasanya berhubungan dengan peningkatan cairan alveolar dan interstisial
(Black & Hawks, 2014). Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru
yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius (Smeltzer & Bare, 2002).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat ( Soemantri, 2009).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pneumonia
merupakan proses inflamasi pada parenkim paru oleh agen infeksius dengan
adanya pengisisan cairan di rongga alveolar oleh eksudat.
D. PATOFISIOLOGI
Bakteri penyebab terhisap ke paru melalui saluran napas
menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi
dan penyeraban kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,
yaitu terjadinya sebukan sel PMNs (polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan
edema dan mikroorganisme di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium
hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan
proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula
fibrin dan leukosit PMNs di alveoli dan proses fagositosis yang cepat
dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di
alveoli, degenerasi se dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya
mikroorganisme dan debris.
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu
reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasikan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta
karbondioksida. Sel – sel darah putih kebanyakan netrofil juga bermigrasi ke
dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area
paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan
bronkopasme menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang
memasuki paru – paru lewat melalui area yang kurang terventiasi dan keluar
ke sisi jantung. Pencampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hiposemia arterial.
(Smeltzer & Bare, 2002).
E. MANIFESTASI KLINIS
Pneumonia awal ditandai dengan salah satu manifestasi berikut yaitu demam,
menggigil, berkeringat, rasa lelah, batuk, produksi sputum, dan dispnea.
Gejala yang lebih jarang antara lain hemoptisis, nyeri dada pleuritik, dan sakit
kepala.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia yaitu:
1) Efusi pleura
2) Empiema
3) Abses paru
4) Gagal napas
5) Sepsis
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG dan DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
biasanya lebih dari 10.000/mm3, kadang – kadang mencapai
30.000/mm3, disertai peningkatan laju endap darah (LED). Ureum
darah dapat meningkat, dengan kreatinin masih dalam batas normal.
Asidosis respiratorik dapat terjadi pada stadium lanjut akibat
hipoksemia dan hiperkarbia yang ditunjukkan melalui pemeriksaan
Analisa Gas Darah (AGD)
2) Pemeriksaan Radiologi
Pneumonia komunitas dapat didiagnosis berdasarkan manifestasi
klinis yang muncul, misal batuk, demam, produksi sputum dan nyeri
dada pleuritis, dan disertai pemeriksaan radiografi dada. Temuan
dapat berkisar suatu bercak infiltrat kecil di area udara sebagai
konsolidasi lobar. Bercak konsolidasi merata pada
bronkopneumonia.bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia
lobaris.
3) Pemeriksaan Mikrobiologi
Diagnosis pasti biasanya ditentukan menggunakan analisis kultur
sputum. Memiliki tujuan jenis patogen yang sering menjadi penyebab,
mengetahui tingkat resistensi suatu patogen, serta dapat
memperkirakan jenis terapi empirik yang perlu diberikan.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi pneumonia harus melibatkan terapi antibiotik yang spesifik dengan
organisme yang menyerang, dukungan pernapasan seperlunya, dukungan
gizim dan manajemen serta elektrolit. Terapi obat awal harus terdiri atas
spektrum – luas hingga ditemukan organisme spesifik melalui analisis kultur
sputum. Oksigen harus diberikan, obat – obat bronkodilator, pengisapan
nasotrakeal dapat digunakan untuk membebaskan jalan napas.
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan meliputi pengkajian, penentuan diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
1) Pengkajian
Hal – hal yang perlu dikaji pada pasien penumonia menurut Suyono
(2009), Dongoes (2000), Black & Hawks (2014)
a. Riwayat penyakit sekarang
Hal yang perlu dikaji:
1. Keluhan yang dirasakan (batuk mengeluarkan dahak,
seak napas, mudah lelah, demam, menggigil)
2. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
b. Riwayat penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji:
1. Pernah menderita ISPA
2. Pernah mengalami penyakit kanker paru
3. Pernah mengalami TB paru atau kontak dengan orang
lain yang memiliki tubekulosis aktif
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang sakit ISPA atau ada
anggota keluarga yang sakit penumonia.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan pneumonia
yaitu:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi jalan napas, spasme jalan napas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan napas buatan, sekresi bronkus
adanya eksudat di alveolus
b. Keefektifan pola napas berhubungan dengan posisi tubuh,
deformitas dinding dada, keletihan, hiperventilasi.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake oral
tidak adekuat, takipneu, demam, kehilangan volume cairan
secara aktif
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory,
tirah baring atau immobilisasi, kelemahan, ketidakseimbangan
suplai oksigen dengan kebutuhan
3) Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan /Kriteria Intervensi
Evaluasi
1 Bersihan jalan napas tidak Kriteria NIC
efektif evaluasi/hasil a. Pastikan kebutuhan
Definisi : (NOC): suctioning
ketidakmampuan a. Suara napas b. Auskultasi nafas
membersihkan sekresi vesikuler sebelum dan
atau obstruksi dari saluran b. Irama napas sesudah suctioning
napas untuk teratur c. Informasikan
mempertahankan bersihan c. Tidak ada kepada keluarga
jalan napas batuk tantang suctioning
d. RR 16 – d. Lakukan fisioterapi
20x/mnt dada
e. Monitor status o2
pasien
2 Keefektifan pola napas Kriteria NIC
evaluasi/hasil a. Posisikan semi
Definisi : (NOC): fowler
inspirasi/ekspirasi yang a. Status TTV b. Auskultasi suara
tidak memberikan ventlasi normal napas
yang adekuat b. Klien mampu c. Observasi pola
mengeluarkan napas
sputum, d. Berikan
mampu brokodilaot
bernapas
dengan mudah
c. Irama napas
teratur
d. RR 16 –
20x/mnt
e. Tidak
menggunakan
otot – otot
bantu
pernapasan
f. Tidak
menggunakan
pernapasan
bibir(purs lips
breathing)
g. Tidak
menggunakan
pernapasan
cuping hidung