Anda di halaman 1dari 3

Warisan

Masalah halaman

Warisan adalah harta peninggalan yang ditinggalkan pewaris kepada ahli waris.

Etimologi Sunting

Warisan berasal dari bahasa Arab Al-miirats, dalam bahasa arab adalah bentuk masdar (infinititif) dari
kata waritsa- yaritsu- irtsan- miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah ‘berpindahnya sesuatu dari
seseorang kepada orang lain’. Atau dari suatu kaum kepada kaum lain.[1]

Warisan dalam Islam Sunting

Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan (mewarisi) orang yang
meninggal, baik karena hubungan keluarga, pernikahan, maupun karena memerdekakan hamba sahaya
(wala’).[2]

Harta Warisan yang dalam istilah fara’id dinamakan tirkah (peninggalan) adalah sesuau yang ditinggalkan
oleh orang yang meninggal, baik berupa uang atau materi lainyayang dibenarkan oleh syariat Islam untuk
diwariskan kepada ahli warisnya.[3]

Pewaris dan Dasar Hukum Mewaris Sunting

Pewaris adalah orang yang meninggal dunia, baik laki-laki maupun perempuan yang meninggalkan
sejumlah harta benda maupun hak-hak yang diperoleh selama hidupnya, baik dengan surat wasiat
maupun tanpa surat wasiat. Adapun yang menjadi dasar hak untuk mewaris atau dasar untuk mendapat
bagian harta peninggalan menurut Al-Qur’an yaitu:

a. Karena hubungan darah, ini di tentukan secara jelas dalam QS. An-Nisa: 7, 11, 12, 33, dan 176.

b. Hubungan pernikahan.
c. Hubungan persaudaraan, karena agama yang di tentukan oleh AL- Qur’an bagiannya tidak lebih dari
sepertiga harta pewaris (QS. Al-Ahzab: 6).

d. Hubungan kerabat karena sesame hijrah pada permulaan pengembangan Islam, meskipun tidak ada
hubungan darah (QS. Al-Anfal: 75).[4]

Masalah Warisan Sunting

Masalah-masalah yang ada dalam warisan di antaranya yaitu:

a. Al-Gharawain atau Umariyatain ada dua kemungkinan yaitu :

1. Jika seseorang yang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris (ahli waris yang di tinggal): Suami,
ibu dan Bapak.

2. Jika seseorangyang meninggal dunia hanya meninggalkan ahli waris (ahli waris yang tinggal): Istri, ibu,
dan bapak.[5]

b. Al-Musyarakah (disyariatkan) di istilahkan juga dengan himariyah (keledai), Hajariyah (batu). Persoalan
Al-Musyarakah yaitu khusus untuk menyelesaikan persoalan kewarisan antara saudara seibu (dalam hal
saudara seibu laki-laki dan perempuan sama saja) dengan saudara laki-laki seibu sebapak, untuk lebih
jelasnya dapat di kemukakan bahwa kasus Al-Musyarakah ini terjadi apabila ahli waris hanya terdiri dari:
Suami, ibu atau nenek, sdr seibu lebih dari 1 (>1), dan sodara seibu sebapak.[6]

c. Masalah datuk bersama saudara Dalam hal masalah datuk bersama saudara ini, yang dimaksud
dengan saudara di sini adalah :

1. Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu sebapak.


2. Saudara laki sebapak dan saudara perempuan sebapak.

Persoalan untuk datuk dengan saudara ini ada dua macam, yaitu :

1. Ahli waris yang tinggal, setelah selesai tahap hijab hanya terdiri dari datuk dan saudara saja.

2. Shahibul fardh(ahli waris yang sudah tertentu porsi baginya).[7]

d. Aul Aul menurut bahasa (etimologi) berarti irtifa’ :mengangkat. Kata aul ini kadang-kadang cenderung
kepada perbuatan aniaya (curang). Secara istilah aul adalah beertambahnya saham dzawil furudh dan
berkurangnya kadar penerimaan warisan mereka. Atau bertambahnya jumlah bagian yang di tentukan
dan berkurangnya bagian masing-masing waris.[8] Terjadinya masalah aul adalah apabila terjadi angka
pembilang lebih besar dari angka penyebut (misalnya 8/6), sedangkan biasanya harta selalu dibagi
dengan penyebutnya, namun apabila hal ini dilakukan akan terjadi kesenjanagn pendapatan, dan
sekaligus menimbulkan persoalan, yaitu siapa yang lebih ditutamakan daripada ahli waris tersebut.[9]

e. Radd Kata Radd secara bahasa (etimologi) berarti I’aadah: mengembalikan. Mengembalikan haknya
kepada yang berhak. Kata radd juga berarti sharf yaitu memulangkan kembali. Radd menurut istialh
(terminologi) adalah mengembalikan apa yang tersisa dari bagian dzawul furudh nasabiyah kepada
mereka sesuai dengan besar kecilnya bagian mereka apabila tidak ada orang lain yang berhak untuk
menerimanya.[10] Masalah radd terjadi apabila pembilangan lebih kecil daripada penyebut ( 23/24), dan
pada dasarnya adalah merupakan kebalikan dari masalah aul. Namun penyelesaian masalahnya tentu
berbeda denga masalah aul, karena aul pada dasarnya kurangnya yang akan dibagi, sedangkan pada rad
ada kelebihan setelah diadakan pembagian.[11]

Anda mungkin juga menyukai