Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin mahalnya dan terbatasnya minyak bumi
serta efek rumah kaca yang sudah mengglobal, pemakaian energi
alternatif yang ramah lingkungan dan sederhana sangatlah diperlukan.
Salah satunya adalah energi hidrogen. Hidrogen merupakan salah satu
zat kimia yang penting, paling sederhana, dan paling banyak di alam,
yang dikonsumsi oleh dunia mencapai 50 juta ton/tahun.
Sebuah sel bahan bakar adalah perangkat elektrokimia yang
menghasilkan listrik tanpa pembakaran dengan menggabungkan hidrogen
dan oksigen untuk menghasilkan air dan panas. Sel bahan bakar
ditemukan di Jerman Scientist GH Shoenbein dan pertama dikembangkan
oleh William Grove. Pada tahun 1839, Grove sedang bereksperimen pada
elektrolisis (proses dimana air dibagi menjadi hidrogen dan oksigen
dengan arus listrik), ketika ia mengamati bahwa memadukan unsur-unsur
yang sama juga bisa menghasilkan arus listrik. Mulai tahun 1950 pihak
NASA di Amerika Serikat telah melakukan pemanfaatan untuk program
luar angkasa yaitu untuk pesawat roket Appolo dan Gemini. Sejak
dipergunakan untuk pengembangan eksplorasi luar angkasa oleh NASA,
fuel cell mulai mendapat perhatian khusus dari para peniliti. Hingga saat
ini, telah muncul berbagai macam jenis fuel cell. Berdasarkan atas
perbedaan elektrolit yang digunakan, fuel cell dapat dibagi menjadi lima
tipe, yaitu Polimer Electrolyte Membrane Fuel Cells (PEMFC), Alkaline
Fuel Cell (AFC), Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC), Molten Carbonate
Fuel Cell (MCFC), Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) dan Solid Oxide Fuel
Cell (SOFC). Keenam tipe tersebut, mempunyai suhu dan skala energi
yang berbeda.
Sel bahan bakar asam fosfat (PAFC) beroperasi pada suhu sekitar
150 sampai 200 ˚C (sekitar 300 sampai 400 ˚F). Seperti namanya, PAFC
menggunakan asam fosfat sebagai elektrolit. Ion hidrogen bermuatan

1
positif bermigrasi melalui elektrolit dari anoda ke katoda. Elektron yang
dihasilkan pada anoda berjalan melalui sirkuit eksternal, memberikan
tenaga listrik di sepanjang jalan, dan kembali ke katoda. Ada elektron, ion
hidrogen dan oksigen yang membentuk air, yang dikeluarkan dari sel.
Katalis platinum pada elektroda mempercepat reaksi. Berdasarkan uraian
diatas maka dibuatlah makalah mengenai phosphoric acid fuel cells
(PAFC).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini, antara lain:
1. Apa itu fuel cell dan jenis-jenis fuel cell?
2. Apa itu Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)?
3. Apa saja komponen-komponen PAFC dan struktur sel
Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)?
4. Bagaimana prinsip kerja Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)?
5. Apa kelebihan dan kekurangan Phosphoric Acid Fuel Cell
(PAFC)?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Phosphoric
Acid Fuel Cell (PAFC)?
7. Apa aplikasi dari Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui fuel cell dan jenis-jenis fuel cell.
2. Mengetahui Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC).
3. Mengetahui komponen-komponen PAFC dan struktur sel
Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC).
4. Mengetahui prinsip kerja Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC).
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Phosphoric Acid Fuel
Cell (PAFC).
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC).
7. Mengetahui aplikasi dari Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fuel Cell


Fuel cell merupakan sumber tenaga listrik menggunakan hidrogen
sebagai bahan bakar dan oksigen sebagai oksidan yang menghasilkan
buangan berupa air, energi elektrokimia diubah langsung menjadi energi
listrik. Berbeda dengan baterai yang bekerja tidak kontinyu, sel bahan
bakar (fuel cell) dapat bekerja kontinyu selagi bahan bakar disuplai ke
dalam sel. Bagian terpenting dalam fuel cell adalah dua lapis elektroda
dan elektrolit. Elektrolit adalah zat yang dapat menghantarkan ion-ion.
Gas hidrogen (H2) dialirkan ke anoda, platina (Pt) yang terdapat pada
anoda berfungsi sebagai katalis yang akan mengambil elektron dari atom
hidrogen. Ion H+ yang terbentuk akan melewati elektrolit, sedangkan
elektron tetap tertinggal di anoda. Oksigen dialrkan ke katoda, kemudian
ion H+ yang melewati elektrolit akan berikatan dengan oksigen
menghasilkan air (H2O). Reaksi ini akan berlangsung jika terdapat elektron
di anoda, sedangkan pada katoda membutuhkan elektron. Jika anoda dan
katoda dihubungkan maka elektron akan mengalir dan reaksi reduksi-
oksidasi akan berlangsung. Proses tersebut merupakan prinsip dasar
kerja fuel cell.
Sel Bahan Bakar memiliki jenis yang beragam dengan tingkat
pengembangan dan aplikasi yang berbeda pula. Jenis Sel Bahan
Bakar dapat dibedakan berdasarkan beberapa karakteristik,
diantaranya adalah jenis elektrolit dan bahan bakar yang digunakan.
Pemilihan tipe elektolit mempengaruhi perbedaan temperatur kerja
masing-masing Sel Bahan Bakar. Temperatur kerja dari sel tersebut
juga akan mempengaruhi tipe material lain yang digunakan seperti
elektroda, elektrolit, katalis dan lain-lain. Temperatur kerja juga
mempengaruhi tingkat pemrosesan bahan bakar sebelum masuk ke
dalam unit cell. Dalam Sel Bahan Bakar bertemperatur rendah, semua
bahan bakar harus dikonversikan menjadi hidrogen.

3
Sel Bahan Bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan proses
yang terjadi. Sel Bahan Bakar dibagi menjadi langsung, tidak
langsung, dan regeneratif. Sel Bahan Bakar langsung dapat diartikan
sebagai Sel Bahan Bakar yang langsung menggunakan hidrogen
sebagai bahan bakar yang akan diproses, sedangkan Sel Bahan
Bakar tidak langsung memakai bahan bakar hidrokarbon lain yang
terlebih dahulu diubah menjadi hidrogen. Sedangkan Sel Bahan Bakar
regeneratif adalah tipe Sel Bahan Bakar yang menggunakan kembali
produk yang dihasilkan dalam proses selanjutnya.
Klasifikasi Sel Bahan Bakar yang umum berdasarkan tipe
elektrolit dan bahan bakar diantaranya :

 Alkaline Fuel Cell (AFC) / Sel Bahan Bakar Alkali

 Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) / Sel Bahan Bakar Asam


Fosfat

 Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) / Sel Bahan Bakar Karbon

 Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) / Sel Bahan Bakar Oksida Padat

 Direct Methanol Fuel Cell Sel (DMFC) / Sel Bahan Bakar


Metanol

 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) / Sel Bahan


Bakar Membran Pertukaran Proton

1. Sel Bahan Bakar Alkali / Alkaline Fuel Cell (AFC)


Sel Bahan Bakar Alkali menggunakan potasium hidroksida
sebagai elektrolit. Konsentrasinya berkisar antara 30-45% tergantung
pada sistem. Reaksi kimia yang terjadi ialah :

pada anoda: 2H2 (g) + 4(OH)- (aq) 4H2 O(l) + 4e-

pada katoda: O2 (g) + 2H2O(l) + 4e- 4(OH)- (aq)


keseluruhan: 2H2 (g) + O2 (g) 2H2O(l)

4
Gambar1. Skema Sel Bahan Bakar Alkali / Alkaline Fuel Cell (AFC)

Pada Gambar dapat dilihat bahwa ion hidroksil (OH-) ditransfer


dari katoda ke anoda melalui elektrolit sedangkan elektron mengalir
melalui rangkaian listrik eksternal/beban. Ion hidroksil akan bereaksi
dengan hidrogen dan membentuk air serta mengalirkan elektron.

2. Sel Bahan Bakar Karbonat / Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)


Sel Bahan Bakar Karbonat (MCFC) menggunakan senyawa
sodium/magnesium karbonat bersuhu tinggi sebagai elektrolit. Sel
Bahan Bakar ini menggunakan hidrogen, karbon monoksida, gas alam,
propana, dan hasil gasifikasi batubara sebagai bahan bakar. Dapat
bekerja pada suhu yang tinggi (antara 620-660 oC) sehingga
memungkinkan efisiensi yang tinggi jika kalornya dimanfaatkan serta
fleksibilitas dalam menggunakan bahan bakar dan katalis. Namun
suhu yang tinggi juga menyebabkan risiko karat dan kerusakan
komponen yang tinggi serta tidak cocok untuk penggunaan di
perumahan. Skema kerjanya ditunjukkan pada Gambar

Gambar 3. Skema Sel Bahan Bakar Karbonat / Molten Carbonate


Fuel Cell (MCFC)

5
Reaksi yang terjadi adalah:
2-
Pada anoda : H2(g) + CO3 H2O(g) + CO2(g) + 2e-

Pada katoda : ½ O (g) + CO2 (g) + 2e- CO32-

Keseluruhan : H2 (g) + ½ O2 (g) + CO2 (g) H2O(g) + CO2 (g)

3. Sel Bahan Bakar Oksida Padat / Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)
Sel Bahan Bakar Oksida Padat menggunakan senyawa keramik
seperti Zirkonium Oksida atau Kalsium Oksida sebagai elektrolit. Suhu
operasinya bisa mencapai 1000 oC. Sel Bahan Bakar ini sangat cocok
untuk pembangkitan daya-daya besar. Suhu operasi yang tinggi
menyebabkan efisiensi konversi daya yang tinggi dengan memakai
sistem hybrid dimana kalornya dimanfaatkan untuk jenis pembangkit
yang lain seperti turbin uap atau turbin gas. Kemampuan ini
memungkinkan Sel Bahan Bakar Oksida Padat menghasilkan daya
sampai 100 MW. Skema kerjanya ditunjukkan pada Gambar

Gambar 4. Skema Sel Bahan Bakar Oksida Padat / Solid Oxide


Fuel Cell (SOFC)
Reaksi yang terjadi adalah:

Pada anoda: H2 (g) + O2- H2O (g) + 2e-

Pada katoda: ½ O2(g) + 2e- O2-

Keseluruhan : H2 (g) + ½ O2 H2O

6
4. Sel Bahan Bakar Metanol / Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)
Sel Bahan Bakar Metanol menggunakan material elektrolit
membran polimer, yang digunakan juga oleh PEMFC. Sel Bahan Bakar
ini menggunakan methanol (CH3OH) cair sebagai bahan bakar.
Methanol dipertimbangkan sebagai bahan bakar yang lebih mudah
disimpan dan berpindah tempat sehingga aplikasinya adalah pada
peralatan listrik yang portable. Skema kerja Sel Bahan Bakar Metanol
ditunjukkan pada Gambar

Gambar 5. Skema Sel Bahan Bakar Metanol / Direct Methanol Fuel


Cell (DMFC)
Reaksi yang terjadi adalah:
Pada anoda : CH3OH (l) + H2O (l) CO2 (g) +6H+ + 2e-
Pada katoda : 6H+ + 3/2 O2 (g) +6e- 3H2O (l)
Keseluruhan : CH3OH (l) +3/2 O2 (g) CO2 (g) + 2H2O

5. Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton / Proton Exchange


Membrane Fuel Cell (PEMFC)
Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton mempunyai nama
lain, yakni Polymer Electrolyte Fuel Cell karena elektrolitnya terbuat dari
polimer. Pada Sel Bahan Bakar jenis ini terjadi pertukaran proton yang
ditransfer melalui elektrolit yang berada di antara anoda dan katoda.
Elektrolit ini terbuat dari material polimer yang bisa melewatkan ion.
PEMFC menggunakan hidrogen murni sebagai bahan bakar utama.
Membran polimer yang digunakan oleh PEMFC adalah bersifat isolator

7
terhadap elektron namun bersifat konduktor yang sangat baik terhadap
ion hidrogen. Konstruksi materialnya mengandung fluorocarbon.
Membran polimer ini diproduksi oleh DuPont dengan merek Nafion,
dan tipe yang banyak digunakan adalah 1135, 115, dan 117.

2.2 Phosporic Acid Fuel Cell (PAFC)


PAFC adalah bahan bakar yang menggunakan asam fosfat
sebagai elektrolit. Asam fosfat dalam larutan berair berdisosiasi mejadi ion
fosfat dan ion hidrogen; ion hidrogen (H+) berperan sebagai pembawa
muatan.
H3PO4  H+ + H2PO4-
Asam fosfat merupakan bahan kimia yang stabil dan mudah di
kendalikan. Asam fosfat juga mempunyai tekanan uap yang sangat
rendah pada temperatur operasi 2000C (473K). Ini menunjukkan bahwa
asam fosfat dalam lapisan elektrolit tidak dapat dengan mudah mengalami
discharged dari bahan bakar bersama dengan sel pembuangan gas,
meskipun bahkan pada menit tersebut mengalami discharge, yang dapat
mengakibatkan degradasi kinerja sel dalam jangka panjang.
Sebuah sel bahan bakar asam fosfat (PAFC) terdiri dari sebuah
anoda dan katoda yang terbuat dari katalis platinum halus tersebar pada
karbon dan struktur silikon karbida yang memegang elektrolit asam fosfat.
Dalam sel bahan bakar asam fosfat, proton bergerak melalui elektrolit ke
katoda untuk bergabung dengan oksigen dan elektron, menghasilkan air
dan panas. Ini adalah jenis yang paling maju secara komersial sel bahan
bakar dan sedang digunakan untuk kekuasaan banyak tempat komersial.
Fosfat sel bahan bakar asam menggunakan asam fosfat cair sebagai
electrolit yang terkandung dalam silikon karbida dan karbon berpori
elektroda yang berisi katalis platinum.
Jumlah unit yang dibangun melebihi teknologi sel bahan bakar
lainnya, dengan lebih dari 85 MW yang telah diuji, sedang diuji, atau
sedang dibuat di seluruh dunia. Sebagian besar kisaran kapasitas yang
dihasilkan 50 sampai 200 kW, tetapi untuk aplikasi yang besar dapat
meghasilkan 1 MW dan 5 MW. Pabrik terbesar dioperasikan sampai saat

8
ini mencapai 11 MW. Efisiensi PAFC ini rendah sekitar 40% - 50%, tetapi
sudah mulai dikomersialkan untuk menghasilkan listrik 200 kW sampai
dengan 11MW.

2.3 Komponen-Komponen dan Struktur Sel Phosporic Acid Fuel Cell


(PAFC)
Adapun komponen-komponen PAFC adalah:
a. Elektrolit dan Matriks
Asam fosfat memiliki stabilitas termal, kimia, dan
elektrokimia yang baik. Pada waktu sama asam fosfat toleransi
dengan CO2 yang selalu ada pada pembentukan kembali campuran
gas. Pada sistem PAFC, H3PO4 telah diilusi untuk menghindari
korosi material, ketika 100% H3PO4 digunakan. Larutan
dimungkinkan berkurang, sehingga diperlukan untuk mengisi
kembali elektrolitnya, atau dengan menyediakan sel dengan
berlebih, sebelum dioperasikan. Arus larutan adalah untuk
membuat sebuah plat reservoir elektrolit (ERP) yang menyediakan
elektrolit yang cukup untuk diijinkan sel pada operasi lebih dari
40.000 jam.
H3PO4 dipertahankan dalam 0,1-0,2 mm silika karbid
berpori (SiC) matriks. Tahanan ohm dari matriks sangat rendah,
karena ketebalan kecil. Sedangkan sifat mekanik sedikit terbatas.
Perbedaan tekanan maksimum antara anoda dan katoda pada
kenyataannya tidak dapat melebihi 200 mbar.
Elektrolit asam fosfat (H3PO4) menghasilkan uap. Uap ini,
yang membentuk atas elektrolit, bersifat korosif untuk lokasi sel
selain area sel yang aktif. Lokasi sel ini pada tegangan campuran
(rangkaian terbuka dan tegangan sel), yang dapat lebih ~ 0.8V /
cell. Itu adalah batas atas yang terjadi korosi (area aktif terbatas
pada operasi di bawah ~ 0,8 V / sel). Peningkatan dalam sel
tekanan total menyebabkan tekanan parsial H3PO4 uap meningkat,

9
menyebabkan peningkatan korosi dalam sel. Suhu sel juga harus
ditingkatkan dengan kondisi bertekanan untuk menghasilkan uap
pada pembentukan kembali uap.
b. Elektroda
Adapun teknologi sel bahan bakar lainnya, anoda dan katoda
memiliki fungsi yang memungkinkan gas untuk berdifusi dari
saluran gas ke elektrolit. Elektroda terbuat dari kertas karbon yang
dilapisi dengan katalis platinum yang terdispersi secara merata.
Setiap elektroda menghadapi saluran gas di satu sisi dan elektrolit
di sisi lain. Di sisi elektrolit elektrokatalis yang fungsinya terutama
untuk mendukung tempat reaksi gas. Karena elektrolit dalam
bentuk cair, dan mengusir air yang dihasilkan, elektroda harus
hidrofobik. Rangkaian tegangan terbuka satu sel sedikit lebih dari
1V, sehingga sel-sel tunggal lebih dihubungkan secara seri untuk
mencapai tegangan operasi yang wajar. Interkoneksi yang
dilakukan melalui pelat bipolar, yang menghubungkan anoda dari
satu sel dengan katoda yang berikutnya, membentuk tumpukan.
Bersama-sama dengan sambungan listrik, plat bipolar biasanya
mesin sehingga mereka dapat bertindak sebagai saluran gas.
Platinum (Pt) atau Pt alloy digunakan sebagai katalis pada kedua
elektroda.
Sel bekerja dengan memisahkan hidrogen berbahan bakar ke
anoda menjadi proton dan elektron. Elektron dikumpulkan oleh anoda
sehingga menghasilkan arus listrik. Sementara itu proton berdifusi dalam
asam fosfat melalui lapisan matriks sampai mereka mencapai katoda
mana mereka bergabung kembali dengan pembangkit oksigen air
dipanaskan. Elektrolit yang digunakan adalah asam fosfat karena
merupakan satu-satunya asam anorganik dengan termal, kimia dan
stabilitas elektrokimia diperlukan dalam rangka untuk secara aktif
digunakan di dalam sel bahan bakar. Juga karena asam fosfat
membutuhkan suhu berkisar operasi yang tinggi, dan tidak bereaksi

10
dengan CO2 untuk membentuk ion karbonat, baik keracunan karbon
monoksida dan pembentukan karbonat tidak menjadi masalah bagi PAFC.

2.4 Prinsip Phosporic Acid Fuel Cell (PAFC)

2.5 Keuntungan dan Kerugian Phosporic Acid Fuel Cell (PAFC)


Adapun keuntungan dari sel bahan bakar asam fosfat yaitu:
a. Elektrolit yang digunakan stabil
b. Asam fosfat yang digunakan sangat tinggi konsentrasinya (100%)
dimana pada kondisi ini tekanan uap air sangat rendah dan
keadaan (steady state) penggantian air oleh reaktan gas akan
selalu sama dengan laju pembentukan air
c. Pada rentang operasi 150 – 200 °C, air dikeluarkan dapat diubah
menjadi uap untuk pemanasan udara dan air (kombinasi panas dan
daya). Ini secara potensial memungkinkan meningkatkan efisiensi
sampai 70%. PAFC toleran terhadap CO2 dan bahkan dapat
menoleransi konsentrasi CO sekitar 1,5%, yang memperluas
pemilihan bahan bakar yang dapat mereka gunakan. Bila bensin
digunakan, belerang yang terkandung di dalamnya harus
dihilangkan. Pada suhu lebih rendah asam fosfat merupakan suatu
konduktor yang miskin ion, dan CO meracuni katalis-elektro

11
platinum pada anoda menjadi semakin parah. Namun, sangat
kurang sensitif terhadap CO ketimbang PEFC dan AFC.
Adapun kerugiannya dari sel bahan bakar asam fosfat yaitu :
a. termasuk kepadatan daya dan agresivitas elektrolit rada lebih
rendah
b. Elektrolit cair yang dapat bermigrasi

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja PAFC


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PAFC yaitu:
1. Tekanan
Peningkatan tekanan operasi sel meningkatkan kinerja PAFC.
Membaiknya kinerja sel pada tekanan yang lebih tinggi dan
kepadatan arus tinggi dapat dikaitkan dengan polarisasi difusi
rendah di katoda dan peningkatan sel reversibel potensial. Selain
itu, tekanan udara menurun aktivasi polarisasi pada katoda karena
peningkatan tekanan parsial oksigen dan air. Jika tekanan parsial
air diperbolehkan untuk meningkat, konsentrasi asam yang lebih
rendah akan dihasilkan. Hal ini akan meningkatkan konduktivitas
ionik dan membawa pertukaran densitas arus yag lebih tinggi. Hasil
bersih adalah pengurangan ohmik.
2. Temperatur
Peningkatan suhu memiliki efek menguntungkan pada performa sel
karena aktivasi polarisasi, polarisasi perpindahan massa, dan
kehilangan ohmik berkurang. Kinetika untuk reduksi oksigen pada
peningkatan Pt dengan meningkatnya suhu sel. Pada rentang
operasi (~250 mA/cm2), peningkatan voltase dengan meningkatnya
suhu pada H2 murni dan udara, dihubungkan dengan:
∆VT (mV)=1.15(T2 -T1 )(0 C)
Untuk rentang suhu 1800C < T < 2500C. Meskipun suhu hanya
memiliki efek minimal pada H2 reaksi oksidasi pada anoda, itu
adalah penting dalam hal jumlah CO yang dapat diserap oleh
anoda. Peningkatan suhu meningkatkan kinerja sel, tetapi suhu

12
tinggi juga meningkatkan sintering katalis, korosi komponen,
degradasi elektrolit, dan penguapan.
3. Komposisi Reaktan Gas dan Penggunaannya
Peningkatan pemanfaatan gas reaktan atau penurunan hasil
konsentrasi inlet menurunnya sel kinerja karena meningkatnya
polarisasi konsentrasi. Efek ini terkait dengan tekanan parsial gas
pereaksi.
Oksidan: Komposisi oksidan dan pemanfaatan merupakan
parameter yang mempengaruhi kinerja katoda, udara, yang
mengandung ~ 21% O2, adalah oksidan yang jelas untuk aplikasi
PAFC. Polarisasi pada katoda meningkat dengan peningkatan O2
pemanfaatan.
4. Ketidakmurnian
Konsentrasi pengotor yang memasuki PAFC relatif sangat rendah
untuk reaktan gas, namun dampaknya terhadap kinerja adalah
signifikan. Beberapa pengotor (misalnya, senyawa sulfur) berasal
dari bahan bakar gas memasuki prosesor bahan bakar dan dibawa
ke dalam sel bahan bakar dengan direformasi bahan bakar,
sedangkan yang lain (misalnya, CO) yang diproduksi dalam
prosesor bahan bakar.
Karbon monoksida: Kehadiran CO dalam bahan bakar yang kaya
H2 memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja anoda karena
CO mempengaruhi katalis Pt pada elektroda. Penyerapan CO
dilaporkan muncul dari penggantian ganda dari satu molekul H2
oleh dua molekul CO pada permukaan Pt.
Senyawa yang mengandung sulfur: Pengotor hidrogen sulfida
dan karbonil sulfida (COS) dalam bahan bakar gas dari prosesor
bahan bakar dan gas batu bara dapat mengurangi efektivitas
katalis sel bahan bakar. Konsentrasi senyawa ini juga harus
dibatasi dalam pengolahan bahan bakar pembangkit listrik, karena
reformasi bahan bakar juga memiliki katalis. Akibatnya, sulfur harus
dikeluarkan sebelum reformasi bahan bakar. Kegagalan sel dapat

13
cepat terjadi jika bahan bakar mengandung lebih dari 50 ppm H 2S.
Hal ini dikarenakan penyerapan H2S pada Pt dapat menghalangi
sisi aktif untuk oksidasi H2S. Unsur sulfur diharapkan pada
elektroda Pt hanya pada potensial anoda yang tinggi, sulfur
dioksidasi menjadi SO2. Besarnya katalis ditutup oleh peningkatan
H2S dengan meningkatnya konsentrasi H2S, potensial elektroda,
dan waktu bereaksi. H2S menurun dengan meningkatnya suhu.

2.7 Aplikasi PAFC


Teknologi PAFC adalah salah satu teknologi dengan pengalaman
operasional paling luas lebih dari 400 sistem (sistem tenaga sebagian
besar 100 kW menjadi 400 kW) yang dipasang di seluruh dunia (tapi
mayoritas diinstal di Negara AS dan Jepang). Di Jepang, lebih dari 150
tanaman PAFC mulai dari 50 kW sampai 500. Pabrik demonstrasi PAFC
di Jepang dengan kapasitas 11 MW yang masuk ke dalam operasi pada
tahun 1991 dalam sistem Tokyo Electric Power Company di Thermal
Stasiun Goi. Berkat data yang berasal dari semua aplikasi PAFC teknologi
bahan bakar ditandai dengan kualitas yang tercantum di bawah ini:
- Siklus hidup operasi yang melebihi 65.000 jam dengan suhu
operasi antara 150 ºC dan 220 ºC
- Efisiensi listrik hingga 40% hingga 60% melalui penggunaan sistem
kesehatan gabungan
- Kemampuan untuk menggunakan bahan bakar dengan kemurnian
seperti bahan bakar karbon direformasi sehingga mengurangi biaya
untuk pembangkit listrik.
Namun PAFC bisa benar-benar mempertimbangkan sel bahan
bakar suhu tinggi tetapi lebih cenderung teknologi antara sel-sel bahan
bakar suhu rendah dan sel bahan bakar suhu tinggi. Suhu operasi dari
PAFC sebenarnya terlalu rendah untuk berhasil digunakan dalam aplikasi
pembangkit listrik stasioner besar (> 5 MW) karena alasan berikut:
- Bahan bakar dengan kadar karbon monoksida tinggi seperti gas
alam dan gas batubara tidak bisa digunakan tanpa menimbulkan
racun katalis platinum di dalam sel,

14
- Uap panas yang dihasilkan oleh PAFC terlalu rendah suhu yang
akan digunakan dalam sistem kesehatan gabungan besar.
Karakteristik membuat PAFC yang ideal untuk awal aplikasi
stasioner kecil dan menengah. Namun untuk memulai komersialisasi
besar teknologi masih ada beberapa tujuan yang harus dicapai yaitu:
- Siklus hidup operasi minimal 80.000 jam
- Biaya untuk pembangkit listrik di bawah 1.200 € / kW.
Konstruktor utama yang terlibat dalam pengembangan PAFC yang
sampai hari ini UTC Power dan Hidrogen di Amerika Serikat, Fuji Electric
Advanced Technology dan Sel Toshiba Internasional Bahan Bakar di
Jepang.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, antara lain:
1. Fuel cell merupakan sumber tenaga listrik menggunakan hidrogen
sebagai bahan bakar dan oksigen sebagai oksidan yang menghasilkan
buangan berupa air, energi elektrokimia diubah langsung menjadi
energi listrik. Jenis-jenis Fuel cell yaitu Alkaline Fuel Cell (AFC),
Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC), Molten Carbonate Fuel Cell
(MCFC), Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), Direct Methanol Fuel Cell
Sel (DMFC), Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC).
2. Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) adalah bahan bakar yang
menggunakan asam fosfat sebagai elektrolit.
3. Komponen-komponen dari Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) adalah
elektrolit, matrikis dan elektroda.
4.
5. Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) memiliki kelebihan dan kekurangan
jika dibandingkan dengan jenis fuel cell lainnya.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Phosphoric Acid Fuel Cell
(PAFC) adalah tekanan, temperatur, komposisi reaktan gas dan
penggunaannya, ketidakmurnian.
7. Aplikasi Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) adalah digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik di Jepang.

3.2 Saran
Diharapkan untuk membaca referensi lainnya agar dapat
melengkapi kekurangan dalam makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Giorgi, L., dan Leccese, F., 2013, Fuel Cells: Technologies and
Applications, The Open Fuel Cells Journal, 6(1), 1-20.

Sotouchi, H and Akifusa Hagiwara., 2004, Phosphosric Acid Fuel Cells,


Energy Carriers and Conversion Systems, Vol. II.

Suhada, H., 2001, Fuel Cell Sebagai Penghasil Energi Abad 21, Jurnal
Teknik Mesin, 3(2): 92 – 100.

17

Anda mungkin juga menyukai