Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perilaku anak usia sekolah saat ini beragam,salah satunya anak yang sangat sulit di atur
dan tidak bisa diam.anak-anak tersebut bisanya mengalami gangguan dan perkembangannya
yaitu gngguan hiperkinetik,yang secara luas di masyarakat di artikan dengan anak
hiperaktif.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hiperactivity disorder (ADHD) kondisi ini
juga di sebut sebagai gangguan hiperkinetik.Dahulu kondisi ini sering di sebut minimal
brain dysfunction syndrome,biasanya para guru sangat susah mengatur dan
mendidiknya.Disamping karena keadaan dirinya yang sangat susah di atur,juga karena anak
hiperaktif sering mengganggu orang lain,suka memotong pembicaraan guru dan teman,dan
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang di ajarkan guru kepadanya.Untuk
itulah di butuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif supaya
mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya.
Secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang di
sebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga
rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit di kendalikan.
Penyebab lainnya di karenakan temperamen bawaan,pengaruh lingkungan,malfungsi
otak,serta epilepsi.Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan
atau treatment yang sesuai dengan kebutuhannya ,sehingga dengan demikian di harapaka
setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendididkan yang terbaik tanpa
terkecuali.
B.Rumusan Masalah
1.Apa pengetian hiperaktif?
2.Apa faktor penyebab hiperaktif?
3.Apa saja ciri-ciri anak hiperaktif?
4.Bagaimana cara penanganan anak hiperaktif?
C.Tujuan
1.Mengetahui pengertian hiperaktif?
2.Mengetahui penyebab hiperaktif?
3.Mengetahui ciri-ciri anak hiperaktif?
4.Mengetahi bagaimana cara penanganan anak hiperaktif?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Hiperaktif
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) didefinisikan sebagai anak yang
mengalami defisiensi dalam perhatian,tidak dapat menerima impuls-impuls dengan
baik,suka melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol,dan menjadi lebih hiperaktif.
Hiperaktif adalah suatu pola prilaku pada seseorang yang menunjukan sikap tidak mau
diam,tidak terkendali,tidak menaruh perhatian,dan impulsif.Anak hiperaktif selalu bergerak
dan tidak pernah merasakan asyiknya permainana atau mainaan yang di sukai anaka-anak
lain seusia mereka,di kareanakan perhatian mereka suka beralih adari satu fokus ke fokus
yang lain.
Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaan pengendalian diri contohnya dalam
mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman
atau kecelakaan.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini,akan tetapi mereka
membagi ADHD ke dalam 3 jenis yaitu:
1).Tipe anak yang tidak bisa memutuskan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya tetapi tidak hiperaktif atau
impulsif,mereka tidak menunjukan gejala hiperaktif.tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan mereka seringkali melamun dan dapat di gambarkan seperti sedang berada “di
awang-awang”
2).Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif tetapi bisa memutuskan
perhatian ,tipe ini seringkali di temukan pada anak-anak kecil
3).Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya hiperaktif dan impulsif,kebanyakan
anak-anak termasuk tipe seperti ini.jadi yang dimaksud hiperaktif adalah suatu pola perilaku
pada seseorang yang menunjukan sikap tidak mau diam,tidak terkendali,tidak menaruh
perhatian dan impilsif (bertindak sekehendak hatinya) mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikan namun tidak kunjung datang.
B. Penyebab Hiperaktif
Anak dengan hiperaktif dapat di sebabkan karena sikap orang tua,bila orang tua
memberikan pola asuh yang tidak efektif,tidak konsisten atau kurang di siplin di
rumah.sering kali anak berprilaku berlebihan.Misalnya anak dapat menghindari kewajiban
dan tanggung jawab yang tidak menyenangkan atau memperdaya anak lain agar sebgian
besar kebutuhan terpenuhi.Anak mengatur diri sendiri di rumah dan lebih berkuasa dari pada
orang tuanya.

2
Anak dengan hiperaktif juga dapat di sebabkan karena kerusakan pusat saraf,walaupun
juga dapat di sebabkan oleh tekanan batin atau kelelahan.Kerusakan otak ini dapat di lihat
dari banyaknya tindakan yang aneh,termasuk gerakan dan kegiatan kacau yang di lakukan
oleh seseorang yang hiperaktif.Ia tidak dapat menyimpan apa yang ada dalam pikirannya
sendiri ia berkomat-kamit mengutarakan buah pikirannya yang paling dalam sehingga
membuat malu dan mengagetkan setiap orang yang berada di dekatnya.
Kebiasaan yang salah daapt juga merusak tubuh dan mudah di hubungkan dengan gejala
hiperaktif.Mereka juga sensitif terhadap makanan tertentu,seperti coklat,jagung,telur
ayam,susu kedelai,daging,gula dan gandum.Disamping itu secara medis alergi makanan
dapat juga menyebabkan hiperaktif.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif adalah sebagai
berikut:
1) Pemanjaan atau memperlakukan anak dengan terlalu manis,membujuk-bujuk
untuk makan dan membiarkan saja.anak yang terlalu di manja sering
memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya dengan cara memperdaya
orang tuanya.
2) Kurang disiplin dan pengawasan akan menyebabkan anak tidak teratur,sehingga
anak akan berbuat sesuka hatinya,sebab perilakunya kurang dibatasi dan apa
yang dilakukan oleh anak dibiarka saja tanpa ada perhatian dari orang
tuanya,jika anak berbuat seperti itu ,maka anak tersebut akan berbuat sesuka
hatinya ditempat orang lain.
3) Orientasi kesenangan,anak yang memiliki keperibadian yang berorientasi pada
kesenangan pada umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-
psikologis dan harus di didik agar berbeda,seta mau mendengarkan dan
menyesuaikan diri.
Anak yang hiperaktif akan berpikir dahulu sebelum berbuat,namun hal seperti itu tidak
selalu benar,ia melakukan hal seperti itu karena keinginannya harus terwujud.
C. Kriteria Anak Hiperaktif
1. Mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian (defisit dalam memusatkan
perhatian) sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya secara baik.
2. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis
terhadap lawan bicaranya)
3. Mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar dirinya
4. Tidak dapat duduk tenang walaupun dalam batas waktu lima menit dan suka
bergerak serta selalu tampak gelisah
5. Sering mengucapkan kata-kata secara spontan (tidak sadar)
6. Mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya karena ia tidak memiliki
perhatian yang baik.
7. Sering kehilangan segala sesuatu yang diperlukan untuk tugas-tugas atau aktivitas
di sekolah atau di rumah.

3
D. Mendeteksi perilaku hiperaktif
Ada beberapa ciri khusus yang dapat dideteksi dan perilaku hiperaktif pada setiap fase
perkembangan,yaitu sebagai berikut:
1. Pada usia balita perilaku Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)
yang ada pada anak belum bisa dideteksi secara nyata,tetapi bila mereka
menunjukan tingkah laku gelisah dalam melakukan suatu aktivitas
tertentu,orang tua harus bisa memberikan perhatian serius.
2. Pada masa pra sekolah gejala ADHD mulai tampak,misalnya tidak mampu
mengerjakan suatu tugas yang ringan,tidak mampu bergaul dengan teman atau
acuh terhadap lingkungan sekitarnya
3. Pada masa sekolah,jika tidap mendapatkan perhatian yang serius maka
defisiensi yang diderita anak akan bertambah,sehingga kondisinya bisa lebih
parah dari masa sebelumnya.
4. ika pada tiga fase sebelumnya diperhatikan secara serius,maka pada masa
remaja awal anak yang menderita ADHD tidak dapat berhasil belajar.
5. Pada masa dewasa,seorang yang menderita ADHD akan mengalami masalah
dalam hubungan interpersonal seperti kesulitan dalam berkomunikasi dengan
orang lain (minder),tidak percaya diri,tidak mempunyai konsep diri yang
jelas,selalu tampak depresi atau stres.

4
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIPERAKTIF

A. PENGKAJIAN
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak
antara lain :
a. Neonatus (0-28 hari)
a) Apakah ketika lahir neonatus menangis?
b) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
c) Bagaimana kemampuan menghisap?
d) Kapan mulai mengangkat kepala?
e) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti garis
tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan)?
f) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau bel)?
g) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap
muka untuk mengenali seseorang?

2. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)


Bayi usia 1-4 bulan.
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap,
mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk
dipangkuan ketika didukung pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala
sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai
kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan)?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti
objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut,
memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan
kedua tangan, menagan benda di tangan meskipun hanya sebentar)?
c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara dan tersenyum, dapat
berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan
berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: mengamati tangannya, tersenyum
spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, meskipun tidur
dalamsehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun , menangis
menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal,
senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja ketika ada orang asing)?

5
Bayi Umur 4-8 bulan
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup di alas dan sudah
mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada
bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai bisa duduk
dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak,
berkonsentrasi beban pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada lengan, berayun ke
depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan
selama waktu singkat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah mulai mengamati benda,
mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda
yangsedang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua
benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,
mentransfer obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan suara atau kata-kata,
menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber suara, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat
membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang
asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan
memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?

Bayi Umur 8-12 bulan


a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri dengan
pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri)?
b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila
diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan
jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai mengatakan papa mama yang
belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk
tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang
lain, main-main bola atau lainnya dengan orang)?

Masa Toddler
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan
tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil,
menendang bolan dan mulai melompat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: mencoba menyusun atau membuat
menara pada kubus)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki sepuluh perbendaharaan kata,
mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu

6
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan)?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di
rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi dan mencoba memakai baju)?

Masa Prasekolah (Preschool)


a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan
satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan bantuan)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: kemampuan menggoyangkan jari-
jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan,
menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri,
minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari,
membuat coretan diatas kertas)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu menyebutkan empat gambar,
menyebutkan satu sampai dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau
mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan
sebagainya, menggunakan suara yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan
bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang
anggota keluarga dekat)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: bermain dengan permainan
sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga)?

Waktu schoolage
a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah?
b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah?
c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan
sekolah)?
d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah?
g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?

Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan
fungsi tubuh yang dialami?

7
c) Bagaimana kematangan identitas seksual?
d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja?
e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya
membersihkan rumah, memasak)?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang
mengalami AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:
1. Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau
perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau
daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti
sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau
mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.

2. Penampilan umum dan perilaku motorik


a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang saat mencoba
melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan
atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal
memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak
dapat tampak imatur atau terlambat tingkat perkembangannya

3. Mood dan afek


a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit
kontrol terhadap perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan.

4. Proses dan isi pikir


Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari anak
berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan.

5. Sensorium dan proses intelektual

8
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti
halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara
nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada
bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena
ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas.

6. Penilaian dan daya tilik diri


a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali
tidak berpikir sebelum bertindak
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari
ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan
dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa
perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi
mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.

7. Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga diri anak
yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan mengalami
masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri
mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang
buruk dan bodoh

8. Peran dan hubungan


a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan
dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk
dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.

9
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada
beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau
merusak barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister
mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan
penolakan anak.

9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri


Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk
makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk
tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

B. DIAGNOSA
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas antara lain :
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
2. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.

10
Diagnosa Rencana Tujuan
No Rencana Tindakan Rasional
keperawatan Dan Kriteria Hasil
1 Harga diri rendah situasional Tujuan : Mandiri : Mandiri
berhubungan dengan koping Anak 1. Hal ini penting untuk pasien
individu tidak efektif memperlihatkan 1. Pastikan bahwa untuk mencapai sesuatu,
perasaan-perasaan yang maka rencana untuk
sasaran-sasaran
nilai diri yang akan dicapai adalah aktivitas-aktivitas di mana
meningkat saat kemungkinan untuk sukse
realistis.
pulang, dengan adalah mungkin dan
criteria hasil : kesuksesan ini dapat
1. Ekspresi verbal dari meningkatkan harga diri
aspek-aspek positif anak.
tentang diri,
pencapaian masalalu 2. Komunikasi dari pada
dan prospek-prospek penerimaan Anda terhadap
masa depan anak sebagai makhluk hidup
2. Mampu yang berguna dapat
mengungkapkan 2. Sampaikan perhatian meningkatkan harga diri.
persepsi yang positif tanpa persyaratan untuk
tentang diri pasien. 3. Hal ini untuk menyampaikan
pada anak bahwa Anda
3. Anak berpartisipasi
merasa bahwa dia berharga
dalam aktivitas-
untuk waktu Anda.
aktivitas baru tanpa
memperlihatkan rasa
takut yang ektrim 3. Sediakan waktu
terhadap kegagalan. bersama anak, keduanya4. Aspek positif yang dimiliki
pada satu ke satu basis anak dapat mengembangkan
dan pada aktivitas- rencana-rencana untuk
aktivitas kelompok. merubah karakteristik yang
dilihatnya sebagai hal yang
negatif.
4. Menemani anak dalam
mengidentifikasi aspek-5. Memberikan bantuan yang
aspek positif dari diri positif untuk identifikasi
anak. amsalah dan pengembangan
dari perilaku-perilaku koping
yang lebih
adaptif. Penguatan positif
membantu meningkatkan
5. Bantu anak mengurangi harga diri dan meningkatkan
penggunaan penggunaan perilaku-
penyangkalan sebagai perilaku yang dapat diterima
suatu mekanisme oleh pasien.
bersikap membela.
6. Pengakuan dan pengyatan
positif meningkatkan harga
diri.

6. Memberikan dorongan
dan dukungan kepada

11
pasien dalam mengalami
rasa takut terhadap
kegagalan dengan7. Pendekatan ini yang disebut
mengikuti aktivitas- shaping adalah prosedur
aktivitas terapi dan perilaku ketika pendekatan
melaksanakan tugas- yang beturut-turut akan
tugas baru dan berikan perilaku yang diinginkan,
pengakuan tentang kerja dikuatkan secara positid. Hal
keras yang berhasil ini memungkinkan untuk
dengan penguatan positif memberikan penghargaan
untuk usaha-usaha yang kepada klien saat ia
dilakukan. menunjukkan harapan yang
sebenarnya secara bertahap.
7. Beri umpan balik
positif kepada klien jika
melakukan perilaku yang
mendekati pencapaian
tugas.

2. Risiko cedera berhubungan Tujuan : Mandiri : Mandiri :


dengan hiperaktivitas dan Anak tidak akan 1. Anak – anak pada resiko
perilaku impulsif. melukai diri sendiri1. Observasi perilaku anak tinggi untuk melakukan
atau orang lain secara sering. Lakukan pelanggaran memerlukan
dengan kriteria hasil : pengamatan yang seksama
hal ini melalui aktivitas
1. Darurat untuk mecegahtndiak yang
sehari – hari dan interaksi
dipertahankan pada untuk menghindari membahayakan bagi diri
tingkat di mana timbulnya rasa waspada sendiri atau orang lain.
pasien merasa tidak dan kecugiaan.
perlu melakukan 2. Pernyataan–pernyataan
regresi. verbal seperti “Saya akan
2. Anak mencari staf2. Observasi perilaku– bunuh diri,” atau “Tak lama
untuk mendiskusikan perilaku yang mengarah ibu saya tidak perlu lagi
perasaan – perasaan pada tindakan bunuh diri. menyusahkan diri karena
yang sebenarnya. saya” atau perilaku – perilaku
3. Anak mengetahui, non verbal seperti membagi –
mengungkapkan dan bagikan barang – barang
menerima yang disenangi, alam
kemungkinan perasaan
konsekuensi dari berubah.Kebanyakan anak
perilaku maladaptif yang mencoba untuk bunuh
diri sendiri. diri telah menyampikan
maksudnya baik secara
verbal atau nonverbal.

3. Pertanyaan-pertanyaan
yang langsung menyeluruh
dan mendekati adalah cocok
untuk hal seperti ini. Anak
3. Tentukan maksud dan yang memiliki rencana yang
alat – alat yang dapat digunakan adalah

12
memungkinkan untuk beresiko lebih tinggi dari
bunuh diri. Tanyakan pada yang tidak.
“apakah anda memiliki
rencana untuk bunuh4. Diskusi tentang perasaan-
diri?” dan “bagaimana perasaan untuk bunuh diri
rencana anda untuk dengan seseorang yang
melakukannya?” dipercaya memberikan suatu
derajat perasaan lega pada
anak. Suatu perjanjian
membuat permasalahan
4. Dapatkan kontrak menjadi terbuka dan
verbal atau tertulis dari menempatkan beberpa
anak yang menyatakan tanggung jawab untuk
persetujuannya untuk keamanan dengan anal. Suatu
tidak mencelakakan diri sikap menerima anak sebagai
sendiri dan menyetujui seseorang yang patut
untuk menemukan staf diperhatikan telah
pada kondisi dimana disampaikan.
pemikiran kearah
tersebut muncul.
5. Informasi tentang sumber
tambahan dari merahan,
respon perilaku dan persepsia
anak terhadapa situasi ini
harus dicatat. Diskusikan
apapun data dengan anak
anjurkan juga respon –
respon perilaku alternatif
5. Bantu anak mengenali yang diidentifikasi sebagai
kapan kemarahan terjadi maladaptif.
dan untuk menerima
perasaan-perasaan 6. Hal ini vital bahwa anak
tersebut sebagai miliknya mengekspresikan perasaan –
sendiri. Apakah anak perasaan marah, karena
telah menyimpan suatu: bunuh diri dan perilaku
buku catatan kemarahan merusak diri sendiri lainnya
“dimana catatan yang seringkali terlihat sebagai
dialami dalam 24 jam suatu akibat dari kemarahan
disimpan. diarahkan pada diri sendiri.

7. Keamana fisik anak adalah


prioritas dari keperawatan.

6. Bertindak sebagai
model peran untuk8. Ansietas dan tegangan dapat
ekspresi yang sesuai dari diredakan dengan aman dan
percobaan. dengan adanya manfaat
untuk anak dengan cara ini.

13
9. Hadirnya seseorang yang
dapat dipercaya memberikan
rasa aman.

7. Singkirkan semua
benda-benda yang
berbahaya dari
lingkungan anak.

8. Coba untuk
mengarahkan perilaku
kekerasan fisik untuk
ansietas anak (mis.
Kantung pasien untuk
latihan tinju, jogging,
bola voli).

9. Usahakan untuk bisa


tetap bersama anak jika
tingkat kegelisahan dan
tegangan mulai
meningkat.

1. Penting untuk anak untuk


nmencapai sesuatu, maka
rencana untuk aktivitas-
aktivitas di mana
kemungkinan untuk sukses
adalah mungkin. Sukses
meningkatkan harga diri.

2. Komunikasi dari pada


penerimaan Anda
terhadapnya sebagai
makhluk hidup yang berguna
dapat meningkatkan harga
diri.

3. Hal ini untuk


menyampaikan pada anak
bahwa Anda merasa bahwa
dia berharga untuk waktu
Anda.

4. Identifikasi aspek-aspek
positif anak dapat membantu
mengembangkan aspek
positif sehingga memiliki
koping individu yang efektif.

14
5. Penguatan positif
membantu meningkatkan
harga diri dan meningkatkan
penggunaan perilaku-
perilaku yang dapat diterima
oleh anak.

6. Pengakuan dan penguatan


positif meningkatkan harga
diri.

4. Gangguan pola tidur Tujuan: 1. Observasi pola tidur1. Masalah harus


berhubungan dengan ansietas dan Anak mampu untuk anak, catat kondisi- diidentifikasi sebelum
hiperaktif. mencapai tidur tidak kondisi yang menganggu bantuan dapat diberikan.
terganggu selama 6 tidur.
sampai 7 jam setiap 2. Ansietas yang dirasakan
malam dengan
2. Kaji gangguan- oleh anak dapat mengganggu
kriteria hasil: gangguan pola tidur yang pola tidur anak sehingfga
1. Anak perlu diidentifikasi
berlangsung
mengungkapkan berhubungan dengan rasa penyebabnya.
tidak adanya takut dan ansietas-
gangguan-gangguan ansietas tertentu.
pada waktu tidur. 3.
Kehadiran seseorang yang
2. Tidak ada dipercaya memberikan rasa
gangguan-gangguan3. Duduk dengan anak aman.
yang dialamti oleh sampai dia tertidur.
perawat. 4.
Kafein adalah stimulan SSP
3. Anak mampu untuk yang dapat mengganggu
mulai tidur dalam 30 4. Pastikan bahwa tidur.
menit dan tidur makanan dan minuman
selama 6 sampai 7 yang mengandung kafein
jam tanpa terbangun. dihilangkan dari diet5. Sarana-sarana ini
anak. meningkatkan relaksasi dan
membuat bisa tidur.

5. Berikan sarana
perawatan yang
membantu tidur
(misalnya: gosok6. Tubuh memberikan reaksi
punggung, latihan gerak menyesuaikan kepada suatu
relaksasi dengan musik siklus rutin dari istirahat dan
aktivitas.

15
lembut, susu hangat dan
mandi air hangat).
7. Kehadiran seseorang yang
6. Buat jam-jam tidur dipercaya memberikan rasa
yang rutin, hindari aman.
terjadinya deviasi dari
jadwal ini.

7. Beri jaminan
ketersediaan pada anak
jika dia terbangun pada
malam hari dan dalam
kondisi ketakutan

D. IMPLEMETASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan /
ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.

E. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif
antara lain:
1. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang.
2. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
3. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan
umur dan dapat diterima sosial.
4. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam setiap malam.
5. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai
oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam menanggapi
terhadap stres.
6. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa
menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham kebesaran.
7. Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan efektif dalam
berespons perilaku anak

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini,akan tetapi mereka membagi
ADHD ke dalam 3 jenis yaitu:
1).Tipe anak yang tidak bisa memutuskan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya tetapi tidak hiperaktif atau
impulsif,mereka tidak menunjukan gejala hiperaktif.tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan mereka seringkali melamun dan dapat di gambarkan seperti sedang berada “di
awang-awang”
2).Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif tetapi bisa memutuskan
perhatian ,tipe ini seringkali di temukan pada anak-anak kecil
3).Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya hiperaktif dan impulsif,kebanyakan
anak-anak termasuk tipe seperti ini.jadi yang dimaksud hiperaktif adalah suatu pola perilaku
pada seseorang yang menunjukan sikap tidak mau diam,tidak terkendali,tidak menaruh
perhatian dan impilsif (bertindak sekehendak hatinya) mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikan namun tidak kunjung datang.

B. Saran
Dalam memberikan perawatan kepada anak dengan gangguan hiperaktivitas ditujukan
kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, dengan disertai
pemakaian obat-obat yang bijaksana. Perawat harus memberikan penjelasan yang terang
mengenai keadaan anak tersebut kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aniez. 2010. Definisi Anak Hiperaktif. From :http://aniezandmyprince.blogspot.com/2010/03/


definisi-anak-hiperaktif.html. [diakses 7 april 2012]
Erfansyah, H.R. 2011. Keperawatan Anak Hiperaktif. From : http://erfansyah.blogspot.com
/2011/01/kep-anak-hiperaktif.html [diakses: 8 April 2012 ]
Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-bedahBrunner&Suddarth. Jakarta:
EGC

18

Anda mungkin juga menyukai