Anda di halaman 1dari 5

NAMA : LESTARI IRNIANSYAH

KELAS : B

NPM : 155020075

PEND. EKONOMI AKUNTANSI 2015

UNIVERSITAS PASUNDAN

Analisis Lima Kekuatan Porter atau dalam bahasa Inggris disebut denggan Portes’s Five
Forces Analysis adalah suatu alat yang sederhana namun sangat berguna untuk memahami
dimana letak kekuatan perusahaan kita dalam menghadapi situasi persaingan di dunia bisnis.
Konsep Analisis Lima Kekuatan (Five Forces) ini pertama kali dikemukakan oleh Michael
Porter dari Universitas Harvard pada tahun 1979. Michael Porter juga dikenal sebagai Bapak
Strategi Bisnis Modern. Analisis Lima Kekuatan Porter atau Porter’s Five Forces Analysis ini
merupakan salah satu Analisis yang sering digunakan dalam Manajemen Strategi sebuah
perusahaan.

1. Threat of new entrants (Hambatan bagi Pendatang Baru)


Kekuatan ini menentukan seberapa mudah (atau sulit) untuk masuk ke industri
tertentu. Jika Industri tersebut bisa mendapatkan profit yang tinggi dengan sedikit
hambatan maka pesaing akan segera bermunculan. Semakin banyak perusahaan
saingan (kompetitor) yang bersaing pada market yang sama maka profit atau laba
akan semakin menurun. Sebaliknya, semakin tinggi hambatan masuk bagi pendatang
baru maka posisi perusahaan kita yang bergerak di industri tersebut akan semakin
diuntungkan.
Beberapa hambatan bagi para pendatang baru diantaranya adalah seperti :
– Memerlukan dana atau modal yang tinggi
– Teknologi yang tinggi
– Hak Paten, Merek dagang
– Skala Ekonomi
– Loyalitas Pelanggan
– Peraturan Pemerintah

2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok)

Daya tawar pemasok yang kuat memungkinkan pemasok untuk menjual bahan
baku pada harga yang tinggi ataupun menjual bahan baku yang berkualitas rendah
kepada pembelinya. Dengan demikian, keuntungan perusahaan akan menjadi rendah
karena memerlukan biaya yang tinggi untuk membeli bahan baku yang berkualitas
tinggi. Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pemasok, semakin tinggi pula
keuntungan perusahaan kita.
Daya tawar pemasok menjadi tinggi apabila hanya sedikit pemasok yang
menyediakan bahan baku yang diinginkan sedangkan banyak pembeli yang ingin
membelinya, hanya terdapat sedikit bahan baku pengganti ataupun pemasok
memonopoli bahan baku yang ada.

3. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli)


Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari pembeli/konsumen,
semakin tinggi daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang lebih rendah ataupun
kualitas produk yang lebih tinggi, semakin rendah profit atau laba yang akan
didapatkan oleh perusahaan produsen. Harga produk yang lebih rendah berarti
pendapatan bagi perusahaan juga semakin rendah. Di satu sisi, Perusahaan
memerlukan biaya yang tinggi dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pembeli maka semakin menguntungkan bagi
perusahaan kita.
Daya tawar pembeli tinggi apabila jumlah produk pengganti yang banyak, banyak
stok yang tersedia namun hanya sedikit pembelinya.

4. Threat of substitutes (Hambatan bagi Produk Pengganti)

Hambatan atau ancaman ini terjadi apabila pembeli/konsumen mendapatkan


produk pengganti yang lebih murah atau produk pengganti yang memiliki kualitas
lebih baik dengan biaya pengalihan yang rendah. Semakin sedikit produk pengganti
yang tersedia di pasaran akan semakin menguntungkan perusahaan kita.

5. Rivalry among existing competitors (Tingkat Persaingan dengan Kompetitor)

Kekuatan ini adalah penentu utama, perusahaan harus bersaing secara agresif untuk
mendapatkan pangsa pasar yang besar. Perusahaan kita akan semakin diuntungkan
apabila posisi perusahaan kita kuat dan tingkat persaingan pada pasar (Market) yang
sama tersebut yang rendah. Persaingan semakin ketat akan terjadi apabila banyak
pesaing yang merebut pangsa pasar yang sama, loyalitas pelanggan yang rendah,
produk dapat dengan cepat digantikan dan banyak kompetitor yang memiliki
kemampuan yang sama dalam menghadapi persaingan.

Analisis Persaingan Model Lima Kekuatan Persaingan


Menurut M Porter Pada PT Pas Indonesia
Beberapa pendekatan strategi manager sebagai berikut :
 Melindungi perusahaan dari pengaruh lima kekuatan persaingan yang terbentuk.
 Berupaya mempengaruhi aturan persaingan dalam industri untuk kepentingan
perusahaan.
 Memperkuat posisi persaingan untuk maksud agar perusahaan dapat lebih banyak
bermain peran dalam persaingan.
Berikut ini adalah analis mengenai lima kekuatan persaingan menurut M Porter pada PT Pos
Indonesia.
a. Substitusi / pendatang baru
Persaingan berdasarkan substitusi merupakan persaingan dari produk atau jasa
alternatif. Dalam hal ini persaingan substitusi PT Pos Indonesia ini adalah layanan
internet yang menyediakan surat elektronik dan jejaring sosial maya. Strategi yang
dilakukan pada PT. Pos Indonesia adalah penciptaan nilai tambah bagi pelanggan
melalui penurunan harga, peningkatan layanan, implementasi yang lebih cepat dan
fleksibel, meyakinkan dan memberikan keamanan informasi produk – produk PT POS
INDONESIA kepada pelanggan.
b. Pemasok
Dalam upaya mempercepat pembangunan, dibutuhkan penyediaan dana investasi.
Terkait dengan dana investasi, PT Pos Indonesia menggunakan dana internal maupun
eksternal yaitu melalui kemitraan dan pinjaman bank. Saat ini PT Pos Indonesia
sedang melaksanakan program modernization and empowerment. Program itu tentu
mengandung konsekuensi perubahan strategis. Antara lain pembenahan business
model, peningkatan dan penajaman brand image (corporate identity) PT Pos
Indonesia, perubahan divisi regional sebagai profit centre, infrastruktur bisnis berbasis
ICT (information communication technology).
Untuk menghadapi persaingan pemasok, PT Pos Indonesia melakukan hubungan yang
baik dengan para pemasoknya seperti bank.
c. Pengguna jasa
Pengguna jasa pada PT Pos Indonesia adalah masyarakat umum dari semua
kalangan yang ingin melakukan pengiriman barang, uang, atau surat-surat dengan
menggunakan pos. Sedangkan untuk mempertahankan konsumen PT Pos Indonesia
berusaha untuk lebih meningkatkan fasilitas dan pelayanan serta kepercayaan para
pelanggan.
d. Persaingan antar penjual dalam satu industri
Persaingan yang semakin ketat dalam bisnis perposan, harus dipandang sebagai
tantangan dan momentum bagi PT Pos Indonesia untuk menunjukkan kinerjanya.
Pemberlakuan Undang-undang No 38/2009 tentang Pos, mengantarkan persaingan
bisnis perposan semakin mengglobal dan terbuka. Untuk menghadapi persaingan
bisnis itu, PT Pos Indonesia dituntut mampu bersaing dengan para kompetitor
domestik maupun internasional. Dengan strategi improvement layanan kepada para
customer, kami optimistis siap menghadapi era liberalisasi pos tersebut.
Beberapa contoh yang telah dan sedang kami lakukan dalam upaya peningkatan
kinerja PT Pos Indonesia, yaitu modernisasi kantor pos yang diwujudkan pada gedung
maupun layanan pos, di antaranya mail services, financial services, maupun logistik,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan pelanggan. Misalnya layanan keuangan akan
dibenahi dengan aplikasi core banking system yang setara dengan perbankan.
Begitu pun dengan mail dan logistics, telah dilengkapi teknologi IT yang andal. Di
antaranya, perbaikan system support untuk seluruh layanan financial services, mail
services, dan logistics services. Perbaikan SDM khususnya di front office harus lebih
profesional. Pegawai front office tentu harus mengedepankan penampilan, sikap, dan
product knowledge-nya.
e. Pendatang baru potensial
Pendatang baru potensial dalam bisnis perposan adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa pengiriman seperti Fedex, DHL, TIKI. Cara PT Pos Indonesia
dalam menghadapi para pendatang baru potensial ini adalah dengan memberikan
harga yang terjangkau, kenyamanan dan keamanan dalam dalam pengiriman, serta
tepat waktu dalam melakukan pengiriman.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/12256337/5_Kekuatan_Bersaing_Perusahaan_Mic
hael_Porter
https://diazvetiauda.wordpress.com/2010/03/24/analisis-persaingan-model-
lima-kekuatan-persaingan-menurut-m-porter-pada-pt-pos-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai