Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat allah swt,yang telah melimpahkan rahmatnya


kepada kita semua,sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan ke baginda rasullah
saw,keluarga,sahabat,dan penerusnya seperti kita semua.
Dengan ini saya susun tugas makalah ini tujuan Untuk mengetahui semua informasi tentang
pengetahuan dan pendidikan berkenaan dengan penyakit tinea cluris.
Banyak kesulitan dan hambatan dalam membuat tugas mandiri ini tapi dengan
semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga mampu
menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik,
Saya menyimpulkan bahwa tugas mandiri ini masih belum sempurna, oleh karena itu
saya menerima saran dan kritik, berguna kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat
bagi saya dan pembaca pada umumnya.
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul tentang “TINEA CLURIS” sudah di konsultasikan kepada


Fasilitator, pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Bangkalan, 2015-09-18

Mengetahui,
Fasilitator penyusun

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Saya mempunyai salinan dari makalah yang bisa kami serahkan ulang jika makalah yang di
kumpulkan hilang atau rusak.

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah kami tuliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan
makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran non akademik, kami bersedia mendapat
sangsinya.

Bangkalan ,September 2015

Penulis

SILFANA NORFANDINA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi jamur superficial dapat menyerang kulit, rambut atau kuku. Infeksi jamur pada
kulit kepala dan kulit dikenal dengan infeksi cacing gelang. Kebanyakkan infeksi jamur pada
manusia disebabkan oleh 3 jenis jamur yaitu microsporum, trychophyton, dan
epidermophyton. Jamur ditularkan dari manusia ke manusia (antropofilik), dari binatang ke
manusia (zoofilik), atau dari tanah ke manusia (geofilik).
Infeksi jamur yang dicurigai dipastikan dengan mengadakan pemeriksaan
mikroskopik dari kerokan kulit dalam larutan kalium hidroksida. Hifa majemuk dapat
ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit pasien dengan infeksi jamur.
Tinea kapitis atau infeksi jamur kulit kepala biasanya disebabkan oleh trychopiton
tonsurans atau microsporum canis T. tonsurans ditularkan melalui kontak antara anak dan
anak mengakibatkan terbentuknya pitak berbentuk oval. Rambut patah dengan panjang yang
berbeda dan permukaan kepal ayang bersisik dan berkrusta dengan papula yang disekret.
M. canis biasanya ditularkan dari anak kucing ke anak-anak daan dapat menimbulkan
pitak-pitak radang purulen. Pitak tersebut biasanya berkrusta dengan banyak prustula dan
dapat menimbulkan alopesia permanen. Setiap pitak yang tampak bersisik dan berkrusta
harus dicurigai sebagai infeksi jamur, lesi yang meradang dapat membentuk masa besar,
lunak dan yang disebut kerion. Untuk memastikan diagnosis infeksi tinea kapitis, rambut
dicabut, diperiks dibawah mikroskop setelah pemberian kalium hidoksida dan dibiakkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH:
a. Bagaimana Anatomi dan fisiologi Integumen?
b. Apa Devinisi tinea cluris ?
c. Bagaimana Etiologi tinea cluris?
d. Bagaimana patofisiologi tinea cluris?
e. Bagaimana Manifestasi klinis pada pada pasien tinea cluris?
f. Bagaimana WOC tinea cluris
g. Bagaimana pemeriksaan penunjangan pada pasien tinea cluris?
h. Bagaimana penatalaksanaan pada tinea cluris?
i. Bagaimana komplikasi pada tinea cluris?
j. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien tinea cruris?
1.3 Tujuan
a) Tujuan umum
Untuk mengetahui semua informasi tentang pengetahuan dan pendidikan berkenaan dengan
penyakit tinea cluriS
b ) Tujuan khusus
Stelah membaca dan memahami makalah ini diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari
1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca tentang Asuhan Keperawatan pada
pasien Infeksi Jamur dan setelah memahami isi
makalah ini pembaca dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI FISIOLOGI
Dinegara yang beriklim tropis dengan kelembaban udara relatif tinggi , akan menyebabkan
mudahberpeluh, memicu terjadinya penyakit jamur.Pada infeksi kulit karena jamur selain
gatal gejalanya berupa bercak putih bersisik halus atau bintil merah .
Tanda awal kulit terkena infeksi jamur adalah rasa gatal yang hebat saat kulit
berkeringat .Gejala penyakit jamur pada kulit juga bergantung pada bagian kulit yang terkena
serta jenis jamur penyebabnya . Pada dasarnya jamur paling sering menyerang lokasi yang
lembab dan orang yang kurang menjaga kebersihannya Tinea adalah penyakit pada jaringan
yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut,
dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Tinea
kruris sendiri merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural
(selangkangan), sekitar anus, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
Infeksi jamur di kulit dianggap sebagai infeksi superfisial dan biasanya digambarkan
berdasarkan tempat infeksi seperti tinea pedis (infeksi dikaki = kutu air), tinea korposis
(infeksi dibadan), tinea barbe (infeksi dijanggut), tinea kapitis (infeksi dikulit kepala), infeksi
jamur dimulut, saluran cerna dan vagina biasanya disebabkan oleh jamur mirip ragi candida
albicans.
 Kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama, yaitu :
a. Lapisan Epidermis
a) Stratum Korneum
Adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein.
b) Stratum Lusidum
Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, yang merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa
inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein.
c) Stratum Granulosum
Merupakan 2 atau 3 lais sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti
diantaranya.
b. Lapisan Dermis
Adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan
ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel
rambut. Lapisan ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Pars papilarel, yaitu bagian yang menonjol ke peidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
2) Pars retikulare yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri
atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen, elastin an retikulin.
c. Lapisan Subkutis
Adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak
didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar dengan inti terdesak ke pinggir
sitoplasma lemak yang bertambah.
 Fungsi kulit
a. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau
mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi. Hal tersebut dimungkinkan
karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang
yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisik.
b. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
c. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa amonia, Nacl, urea, asam urat.
d. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan krause di dermis. Terhadap rabaan oleh badak
taktil meissner ravier di epidermis, sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan vacer
vaccini di epidermis.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan peranan ini dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengurutkan pembuluh darah kulit.
f. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan
basal dan sel ini berasal dari rigi saraf.
g. Fungsi keratinasi, lapisan epidermis mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit,
sel langerhans, melanosit.
2.2 .DEFINISI
Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus.
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang
berlangsun seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-krural saja atau bahkan
meluas lain. Tinea cruris mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringworm
of the groin, dhobie itch(Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005).
2.3 .ETIOLOGI
Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) dan Epidermophython
fluccosum Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%) (Boel,
Trelia.Drg. M.Kes.2003)
2.4 PATOFISIOLOGI
ditularkan melalui kontaminasidengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau
autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan
keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi Cara penularan jamur
dapat secara langsung maupun tidak langsung.Penularan langsung dapat secara fomitis,
epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan
tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen
penyebab juga dapat ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau
cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim
keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit
dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula
yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.
 Faktor Peredisposisi:
a) Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik.
Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal
afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton
rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang
liapt paha bagian dalam.
b) Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c) Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi
atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering
terserang penyakit jamur.
d) Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan
daripada golongan ekonomi yang baik dan faktor umur dan kelamin
2.6 MANIFESTASI KLINIS
1. Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat meluas
ke sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra pubis dan
abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak berkeringat.
Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang sama. Pasien berada pada
tempat yang beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang
lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus. Penyakit ini dapat menyerang pada
tahanan penjara, tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko terkena dermatophytosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula
eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis
atau menahun maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama
diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.
Manifestasi tinea cruris :
1. Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan
proksimal dari abdomen bawah dan pubis
2. Daerah bersisik
3. Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah daneksudatif
4 .Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama
diatasnya dan disertai likenifikasi
5. Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula & eritematus yang
tersebar sedikit skuama
6 .Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena
2.7 .PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas pemeriksaan
langsung sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan
jamur diperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit yang sebelumnya dibersihkan dengan
alkohol 70%.
A. Pemeriksaan dengan sediaan basah
Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% → kerok skuama dari bagian tepi lesi dengan
memakai scalpel atau pinggir gelas → taruh di obyek glass → tetesi KOH 10-15 % 1-2
tetes → tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan → lihat di mikroskop dengan
pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat,
dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang lama atau sudah
diobati, dan miselium
Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun eksogen.
Faktor endogen misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam vagina, kegemukan karena
banyak keringat, debilitas, iatrogenik, endokrinopati, penyakit kronis orang tua dan bayi,
imunologik (penyakit genetik).
mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat
menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.
eksogen berupa iklim panas dan kelembapan, kebersihan kulit kurang, kebiasaan
berendam kaki dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya
jamur, kontak dengan penderita.
Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak, bagian bawah payudara, bagian
pusat, lipat bokong, selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga mengenai daerah belakang
telinga, lipatan kulit perut, dan glans penis (balanopostitis). Pada sela jari tangan biasanya
antara jari ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara jari keempat dan kelima, keluhan
gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar.
Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas tegas,
bersisik, basah, dan kemerahan. Kemudian meluas, berupa lenting-lenting yang dapat berisi
nanah berdinding tipis, ukuran 2-4 mm, bercak kemerahan, batas tegas, Pada bagian tepi
kadang-kadang tampak papul dan skuama. Lesi tersebut dikelilingi oleh lenting-lenting atau
papul di sekitarnya berisi nanah yang bila pecah meninggalkan daerah yang luka, dengan
pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi utama. Kulit sela jari tampak merah atau
terkelupas, dan terjadi lecet. Pada bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan berwarna
putih.
2.8 PENATALAKSANAAN
Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur topikal
saja dari golongan imidazole dan allynamin yang tersedia dalam beberapa formulasi.
Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100% dan jarang ditemukan efek
samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu. Terapi dioleskan
sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi
menyembuh. Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan dengan terapi topikal,
intoleransi dengan terapi topikal. Sebelum memilih obat sistemik hendaknya cek terlebih
dahulu interaksi obat-obatan tersebut. Diperlukan juga monitoring terhadap fungsi hepar
apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu.
Pengobatan anti jamur untuk Tinea cruris dapat digolongkan dalam emapat golongan
yaitu: golongan azol, golongan alonamin, benzilamin dan golongan lainnya seperti
siklopiros,tolnaftan, haloprogin. Golongan azole ini akan menghambat enzim lanosterol 14
alpha demetylase (sebuah enzim yang berfungsi mengubah lanosterol ke ergosterol), dimana
truktur tersebut merupakankomponen penting dalam dinding sel jamur. Goongan Alynamin
menghambat keja dari squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene ke
ergosterol yang berakibat akumulasi toksik squalene didalam sel dan menyebabkan kematian
sel. Dengan penghambatan enzim-enzim tersebut mengakibatkan kerusakan membran sel
sehingga ergosterol tidak terbentuk. Golongan benzilamin mekanisme kerjanya diperkirakan
sama dengan golongan alynamin sedangkan golongan lainnya sama dengan golongan azole.
Pengobatan tinea cruris tersedia dalam bentuk pemberian topikal dan sistemik:
 Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:
1. Golongan Azol
a. Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)
Merupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris karena
bersifat broad spektrum antijamur yang mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi
dengan mengubah permeabilitas membran sel sehingga sel-sel jamur mati. Pengobatan
dengan clotrimazole ini bisa dievaluasi setelah 4 minggu jika tanpa ada perbaikan klinis.
Penggunaan pada anak-anak sama seperti dewasa. Obat ini tersedia dalam bentuk kream 1%,
solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Tidakada kontraindikasi obat ini,
namun tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukan hipersensitivitas, peradangan infeksi
yang luas dan hinari kontak mata.
b. Mikonazole (icatin, Monistat-derm)
Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akanmenghambat
biosintesis dari ergosterol sehingga sehingga permeabilitas membran sel jamur meningkat
menyebabkan sel jamur mati. Tersedia dalam bentuk cream 2%, solution, lotio, bedak.
Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Penggunaan pada anak sama dengan dewasa. Tidak
dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
c. Econazole (Spectazole)
Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan kulit yaitu
sebanyak 2kali atau 4 kali dalam sediaan cream 1%.. Tidak dianjurkan pada pasien yang
menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
d. Ketokonazole (Nizoral)
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat broad spektrum
akan menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan
sel jamur mati. Pengobatan dengan ketokonazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tidak
dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
e. Oxiconazole (Oxistat)
Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan menghambat sintesis
ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati.
Pengobatan dengan oxiconazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tersedia dalam bentk
cream 1% atau bedak kocok. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan
orang dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas dan hanya
digunakan untuk pemakaian luar.
f. Sulkonazole (Exeldetm)
Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik tangkapnya yaitu
menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan kebocoran komponen sel, sehingga
menyebabkan kematian sel jamur. Tersedia dalam bentuk cream 1% dan solutio. Penggunaan
pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa (dioleskan pada daerah
yang terkena selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari).
2. Golongan alinamin
a. Naftifine (Naftin)
Bersifat broad spektrum anti jamur dan merupakan derivat sintetik dari alinamin yang
mekanisme kerjanya mengurangi sintesis dari ergosterol sehingga menyebabkan
pertumbuhan sel amur terhambat. Pengobatan dengan naftitine dievaluasi setelah 4 minggu
jika tidak ada perbaikan klinis. Tersedia dalam bentuk 1% cream dan lotion. . Penggunaan
pada anak sama dengan dewasa ( dioleskan 4 kali sehari selama 2-4minggu).
b. Terbinafin (Lamisil)
Merupakan derifat sintetik dari alinamin yang bekerja menghambat skualen epoxide
yang merupakan enzim kunci dari biositesis sterol jamur yang menghasilkan kekurangan
ergosterol yang menyebabkan kematian sel jamur. Secara luas pada penelitian melaporkan
keefektifan penggunaan terbinafin. Terbenafine dapat ditoleransi penggunaanya pada anak-
anak. Digunakan selama 1-4 minggu
3.Golongan Benzilamin
a. Butenafine (mentax)
Anti jamur yang poten yang berhuungan dengan alinamin. Kerusakan membran sel jamur
menyebabkan sel jamur terhambat pertumbuhannya. Digunakan dalam bentuk cream 1%,
diberikan selama 2-4 minggu. Pada anak tidak dianjurkan. Untuk dewasa dioleskan sebanyak
4kali sehari.
4.Golongan lainnya
a. Siklopiroks (Loprox)
Memiliki sifat broad spektrum anti fungal. Kerjanya berhubunan dengan sintesi DNA
b.Haloprogin (halotex)
Tersedia dalam bentuk solution atau spray, 1% cream. Digunakan selama 2-4minggu dan
dioleskan sebanyak 3kali sehari.
c.Tolnaftate
Tersedia dalam cream 1%,bedak,solution. Dioleskan 2kali sehari selama
2-4 minggu(Wiederkehr, Michael. 2008).
Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas atau gagal dengan
pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam pengobatan tinea
cruris:
a. Ketokonazole
Sebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat jamur oral yangberspektrum
luas. Kerja obat ini fungistatik. Pemberian 200mg/hari selama 2-4 minggu.
b. Itrakonazole
Sebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan obat anti jamur oral yang berspektrum
luas yang menghambat pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450
dependent sintetis dari ergosterol yang merupakan komponen penting pada selaput sel
jamur.Pada penelitian disebutkan bahwa itrakonazole lebih baik daripada griseofulvin dengan
hasil terbaik 2-3 minggu setelah perawatan. Dosis dewasa 200mg po selam 1 minggu dan
dosis dapat dinaikkan 100mg jika tidak ada perbaikan tetpi tidak boleh melebihi
400mg/hari.Untuk anak-anak 5mg/hari PO selama 1 minggu. Obat ini dikontraindikasikan
pada penderita yang hipersensitivitas, dan jangan diberikan bersama dengan cisapride karena
berhubunngan dengan aritmia jantung.
c.Griseofulfin
Termasuk obat fungistatik, bekerja dengan menghambat mitosis sel jamur dengan
mengikat mikrotubuler dalam sel. Obat ini lebih sedikit tingkat keefektifannya dibanding
itrakonazole. Pemberian dosis pada dewasa 500mg microsize (330-375 mg ultramicrosize)
PO selama 2-4minggu, untuk anak 10-25 mg/kg/hari Po atau 20 mg microsize /kg/hari
Edukasi kepada pasien di rumah :
1. Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
2. Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.
3. agar kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti
pakaian yang lembab.
4. Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak
ketat dan ganti setiap hari.
5. Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan penderita harus
segera dicuci dan direndam air panas.
2.9 KOMPLIKASI
Tinea cruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain. Pada infeksi
jamur yang kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
a) Identitas
Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa benar-benar yang dimaksud dan tidak
keliru dengan pasien lain. Kesalahan identifikasi dapat berakibat fatal, baik secara medik,
etika maupun hukum. Identitas pasien terdiri atas :
- Nama
- Umur
- Jenis kelamin
- Agama
- Pekerjaan
- Alamat
- Lain-lain yang berhubungan dengan pasien.
b) Riwayat kesehatan sekarang;
1) Alasan masuk Rumah Sakit
2) Keluhan utama saat didata
c) Riwayat kesehatan masa lalu
d) Riwayat kesehatan keluarga

 Pemeriksaan Fisik
Dalam melaksanakan pengumpulan data tentang informasi pada pasien, perawat melatih
dengan keterampilan dengan cara melakukan pemeriksaan fisik dengan persistem dengan
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Lama dan kedalaman setiap
pengkajian fisik tergantung pada kondisi pasien sekarang.
Pemeriksaan fisik terdiri dari :
a) Keadaan umum
b) Kulit
c) Kepala
d) Mata
e) Telinga
f) Hidung
g) Mulut
h) Dada
i) Abdomen
j) Genetalia
k) Ekstremitas atas dan bawah

 Pemeriksaan Diagnostik
Selalu menyiapkan bahan labolarorium sebaiknya persiapankan pasien, agar pasien tidak
merasa kaget apabila diambil bahan untuk pemeriksaan.
 Pemeriksaan Diagnostik
Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab nyeri lainnya,
misalnya pleuritis infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik renal, dan sebagainya. Bila
erupsi mulai terlihat, diagnosis menjadi mudah ditegakkan.
Secara laboratorik, pemeriksaan sediaan apus secara tzanck membantu menegakkan disgnosis
dengan menemukan sel datia berinyi banyak; demikian pula pemeriksaan cairan vesikula atau
material.
Cara Pemeriksaan
Diagnosis berdasarkan :
- Gejala-gejala klinik
- Sitologi (64% Tzanck smear +) : adanya sel raksasa yang multilokuler dan sel akantolitik
&kultur virus
3.2 DIAGNOSA
1.Kurang pengetahuan b.d tentang proses penyakit dan terapinya.
2.Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi
3.Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perasaan malu terhadap penampakan diri dan
persepsi diri tentang keidak bersihanan
3.3 INTERVENSI
1. kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan terapi
Tujuan : klien tidak dapat menjelaskan dan tidak tahu cara terapinya
Kriteria hasil :Klien tidak dapat mengetahui faktor-faktor proses penyakit dan terapinya
Intervensi Rasional
Identifikasi faktor-faktor Untuk
penyebab tidak dapat mengetahui penyebab
mengetahui faktor-faktor klien tidak dapat
proses penyakit dan terapinya mengetahui faktor-
faktor proses penyakit
dan terapinya

Beri penjelasan pada klien dan Agar klien


keluarga tentang proses mengerti dengan
penyakit dan terapi penyakit yang
dideritanya
Anjurkan klien mandi air Agar
hangat sebelum tidur dan perkembangan jamur
mengoleskan obat salep (sesuai terhenti
terapi) pada daerah lesi
Kolaborasikan dengan tim Untuk membantu
medis dalam pemberian proses penyembuhan.
antihistamin/antigatal
Atur prosedur tindakan medis Agar klien
atau keperawatan untuk mengerti tentang
memberi sedikit penjelesan tindakan yang
pada klien,agar tau dengan diberikan selama
penyakitnya pemeriksaan/pengobat
an.
2. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi
Tujuan : kondisi klien menunjukkan kemajuan dalam perbaikan
integritas kulit dalam waktu 7x24 jam
Kriteria hasil : Area terbebas dari infeksi lanjut dan kulit bersih, kering, dan lembab
Intervensi Rasional
Kaji keadaan kulit Untuk mengetahui kondisi
dan keadan umum klien.
Kaji perubahan Untuk mengetahui perubahan
warna kulit kulit yang dialami klien.
Pertahankan agar Untuk mencegah terjadinya
area luka tetap infeksi
bersih dan kering
Anjurkan klien Untuk memodifikasi
untuk memakai lingkungan untuk mempercepat
pakaian ( baju, proses penyembuhan klien
celana, dalam, kaus
kaki) yang mudah
menyerap keringat
Kolaborasi dengan Agar terapi dan pengobatan
dokter dalam dapat memberi perubahan pada
pemberian terapi kondisi yang dialami klien.
3.gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan


kulit yang tidak bagus.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3
x 24 jam citra tubuh (penampilan) kembali seperti
sediakala sebelum mengalami dermatitis kontak.
Kriteria Hasil :
- Menyatakan penerimaan situasi diri.
- Pasien mengalami perubahan dalam konsep diri tanpa
harga diri negatif.
- Pasien dapat membuat tujuan/rencana masa depannya.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya gangguan pada citra
1. Gangguan citra diri
diri pasien Menghindari kontak akan menyertai setiap
mata, merendahkan diri penyakit atau keadaan
sendiri,Ekspresi muak terhadap yang nyata bagi pasien.
kondisi kulitnya Kesan seseorang
terhadap dirinya sendiri
akan berpengaruh pada
konsep diri.
2. Terdapat hubungan
2. Identiffikaasi stadium antara stadium
psikososial tahap perkembangan. perkembangan, citra
diri dan reaksi serta
pemahaman pasien
terhadap kondisi
kulitnya.
3. Berikan kesempatan untuk
3. Pasien membutuhkan
pengungkapan, dengarkan, pengalaman,
( dengan cara yang terbuka, didengarkan dan
tidak menghakimi). Untuk dipahami.
mengekspresikan berduka/
ansietas tentang perubahan citra
tubuh
4. Tindakan ini
4. Nilai rasa keprihatinan dan memeberikan
ketakutan pasien, bantu pasien kesempatan kepada
yang cemas dalam petugas kesehatan
mengembangkan kemampuan untuk menetralkan
untuk menilai diri dan mengenali kecemasan yang tidak
serta mengatasi masalah. perlu terjadi dan
memulihkan realitas
situasi. Ketakutan
merupakan unsur yang
merusak adaptasi
pasien.
5. Pendekatan dan sasaran
5. Mendukung upaya pasien untuk yang positif tentang
memperbaiki citra diri (turut tekhnik – tekhnik
berpartisippasi dalam kosmetik seringkali
penanganan kulitnya, merias membantu dalam
atau merapikan diri) meningkatkan
penerimaan diri dan
sosialisasi.

3.4 IMPLEMENTASI
Disesuaikan dengan intevensi keperawatan yang ada.
3.5 EVALUASI
1. Pasien mengetahui proses penyakit .
2. Tidak ada gangguan pada kulit
3. Gangguan citra tubuh
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur yang berperan
dalam penyakit tinea adalah dermatofita.Dermatopita merupakan sekelompok jamur
miselium yang menginfeksi keratin stratum korneum, rambut, dan kuku. (chadrasoma,2006).
Macam-macam tinea
a. Tinea vesikolor
b. Tinea pedis (athlete’s food)
c. Tinea kruris
d. Tinea korposis
e. Tinea manum
f. Tinea unguium
g. Tinea kapatis

4.2 SARAN
a. Klien sebaiknya lebih kooperatif dalam proses penyembuhan guna untuk mempercepat
penyembuhan.
b. Keluarga pasien sebaiknya lebih memperhatikan klien dan membantu klien dalam proses
penyembuhan.
c. Klien harus memperhatikan masalah pola asupan gizi untuk mempercepet penyembuhan.
DAFTRA PUSTAKA

(Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005).pengertian tinea cluris,jakarta

(Boel,trelia.Dra.mkes 2003)etiologi tinea cluris jakarta

(Wiederkehr michael 2008)potofisiologi,,jakarta


Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)
Budimulya, 1982, Diagnosis dan Penatalaksanaan Dermatikosis, FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai