Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN FISIK RONGGA MULUT

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar kompetensi :

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik rongga mulut dan struktur yang ada disekitarnya secara
lengkap dan benar.

Kompentensi dasar :

1. Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pemeriksaan rongga mulut.

2. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik rongga mulut.

3. Mahasiswa dapat menggunakan instrumen pemeriksaan dengan baik dan benar.

4. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi bibir secara baik dan benar.

5. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi dan palpasi mukosa pipi secara baik dan benar.

6. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi gusi dan gigi secara baik dan benar.

7. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi dan palpasi kelenjar ludah secara baik dan benar.

8. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi palatum durum dan mole secara baik dan benar.

9. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi dan palpasi dasar mulut secara baik dan benar.

10. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi dan palpasi lidah secara baik dan benar.

11. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan syaraf kranialis XII secara baik dan benar.

12. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi faring secara baik dan benar.

13. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi tonsil secara baik dan benar.

14. Mahasiswa mampu menutup dan mencatat hasil pemeriksaan

Pendahuluan

Kira-kira 20% dari semua kunjungan kepada dokter yang memberikan pelayanan primer berkaitan dengan
gangguan rongga mulut dan tenggorokan. Sebagian besar pasien datang dengan sakit tenggorokan, yang
mungkin akut dan berkaitan dengan demam atau kesulitan menelan. Sakit tenggorokan mungkin
disebabkan oleh penyakit setempat atau mungkin merupakan manifestasi dini suatu penyakit sistemik.
Struktur Dalam Rongga Mulut

Rongga mulut terdiri dari :

Mukosa bukal

 Bibir

 Lidah

 Palatum durum dan palatum molle

 Gusi dan gigi

 Kelenjar ludah

 Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring.

Atap mulut dibentuk oleh palatum durum dan molle.

Di bagian posterior palatum molle berakhir pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut. Pada bagian
paling posterior dari rongga mulut terletak tonsil di antara kolumna anterior dan posterior.

Gambar 1. Rongga Mulut

Mukosa bukal adalah membran mukosa yang berhubungan langsung dengan gingiva dan membatasi
bagian dalam pipi.

Bibir berwarna merah karena mengandung banyak papila dermal vaskular dan mempunyai epidermis yang
tipis. Oleh karena itu, meningkatnya hemoglobin yang mengalami desaturasi, sianosis, terlihat sebagai
bibir yang biru. Demikian halnya dalam lingkungan dingin bibir menjadi biru, yang berkaitan dengan
menurunnya suplai darah dan meningkatnya ekstraksi oksigen. Lidah terletak di dasar mulut dan melekat
pada tulang hioid. Ia merupakan organ utama untuk pengecapan, membantu dalam berbicara, dan
memegang peranan penting dalam mengunyah. Korpus lidah mengandung otot instrinsik dan ekstrinsik.
Lidah dipersarafi oleh nervus hipoglosus, atau saraf otak keduabelas. Dorsum lidah mempunyai
permukaan konveks dengan suatu sulkus median. Pada bagian posterior sulkus tersebut terdapat foramen
sekum, yang menandai daerah asal kelenjar tiroid. Dibelakang foramen sekum ditemukan kelenjar-
kelenjar penghasil mukus dan sekelompok jaringan limfe yang disebut tonsil lingual.

Gambar 2. Struktur Lidah

Lidah mempunyai tekstur kasar yang disebabkan adanya papilla, yang terdiri dari : papilla sircumvalata,
papilla filiformis, dan papilla fungiformis (Gambar 2). Taste bud terletak pada sisi-sisi papilla sirkumvalata
dan fungiformis. Pengecapan diterima dari dua pertiga anterior lidah oleh nervus korda timpani, cabang
nervus fasialis. Pengecapan oleh sepertiga bagian posterior lidah disensasi oleh nervus glosofaringeus,
atau saraf kranial IX.

Ada empat sensasi dasar pengecapan, yaitu : pertama, sensasi manis yang dirasakan oleh ujung lidah;
kedua, sensasi asin yang dirasakan oleh tepi lateral lidah; ketiga dan keempat, sensasi asam dan pahit
yang dirasakan oleh bagian posterior lidah dan dihantarkan melalui nervus glosofaringeus. Apabila lidah
diangkat ke atas, suatu perlekatan mukosa, yang disebut frenulum dapat terlihat di bawah lidah di garis
tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut. Palatum durum adalah suatu struktur tulang
berbentuk konkaf. Bagian anteriornya mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol yang disebut rugae.
Palatum mole adalah suatu daerah fleksibel muskular di sebelah posterior palatum durum. Tepi posterior
berakhir pada uvula. Uvula membantu menutup nasofaring selama menelan.

Gigi-geligi
Gigi terdiri dari beberapa jaringan : email, dentin, pulpa dan semen.

Email melapisi gigi dan merupakan jaringan tubuh yang paling banyak mengalami kalsifikasi. Bagian
terbesar gigi dibentuk oleh dentin. Di bawah dentin terdapat pulpa, yang mengandung cabang-cabang
nervus trigeminus dan pembuluh darah. Semen melapisi gigi dan melekatkannya ke tulang. Dentisi primer,
atau gigi susu terdiri dari 20 gigi yang mengalami erupsi di antara umur 6 dan 30 bulan. Dentisi primer tiap
kuadran rahang terdiri dari 2 gigi seri, satu gigi taring, dan dua premolar. Gigi-gigi ini kemudian tanggal di
antara umur 6 sampai 13 tahun. Dentisi sekunder, atau gigi permanen, terdiri dari 32 gigi yang mengalami
erupsi di antara 6 sampai 22 tahun. Dentisi sekunder tiap kuadran rahang terdiri dari 2 gigi seri, satu gigi
taring, dua premolar dan tiga molar.

Meskipun sebenarnya bukan merupakan bagian rongga mulut, kelenjar ludah dianggap bagian dari mulut.
Ada tiga kelenjar ludah utama : I. Kelenjar parotis, yang terletak dibagian anterior telinga di sisi wajah.
Nervus fasial melalui kelenjar ini. Duktus kelenjar parotis disebut sebagai duktus Stensen dan masuk ke
dalam rongga mulut melalui papilla kecil yang berhadapan dengan gigi molar pertama atau dua atas. II.
Kelenjar Submandibula, yang terletak di bawah dan depan angulus mandibula. Duktus kelenjar
submandibula disebut duktus Wharton dan berakhir pada suatu papilla di kedua sisi frenulum pada dasar
lidah. III. Kelenjar sublingual, merupakan kelenjar ludah utama yang terkecil, terletak di dasar mulut di
bawah lidah. Ada banyak duktus kelenjar sublingual, sebagian diantara bermuara ke dalam duktus
Wharton. Disamping kelenjar ludah utama ini, ada ratusan kelenjar ludah yang sangat kecil yang terletak
diseluruh rongga mulut.

Faring

Faring dibagi tiga bagian, nasofaring, orofaring, dan hipofaring yang dikenal pula sebagai laringofaring.
Nasofaring terletak di atas palatum mole, dibagian posterior rongga hidung. Pada dinding
posteriolateralnya terdapat muara tuba eustakius. Adenoid adalah tonsil faringeal dan tergantung pada
dinding posterosuperior didekat muara tuba eustakius. Orofaring terletak di bawah palatum molle, di
belakang mulut, dan superior terhadap tulang hioid. Dibagian posterior dibatasi oleh muskulus konstriktor
superior dan vertebra servikal. Di bawah orofaring adalah daerah yang dikenal sebagai hipofaring.
Hipofaring berakhir pada tempat setinggi kartilago krikoid, dimana ia berhubungan dengan esofagus
melalui sfingter esofagus atas (Gambar 3).

Gambar 3. Bagian-bagian Fungsional Faring

Alat dan Bahan pemeriksaan

Alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan rongga mulut adalah sebagai berikut : 1. Lampu
senter kecil 2. Kasa 3. Sarung tangan 4. Kapas lidi 5. Spatula lidah Persiapan Pasien Pasien duduk dan
pemeriksa duduk atau berdiri langsung di depannya. Wajah pasien harus mendapat pencahayaan yang
cukup. Pemeriksa harus bekerja secara sistematis dari depan ke belakang sehingga tidak ada daerah yang
terlewati.

Pemeriksa harus memakai sepasang sarung tangan sewaktu mempalpasi setiap struktur di dalam mulut.
Kalau menemukan lesi, konsistensi dan keadaan nyeri tekan harus diperhatikan. Jika pasien memakai gigi
palsu, ia harus diminta untuk melepaskannya. Pemeriksaan Struktur Rongga Dalam Mulut Penderita
diinstruksikan membuka mulut, perhatikan struktur di dalam cavum oris mulai dari gigi geligi, palatum,
lidah, bukkal, dll. Lihat ada tidaknya kelainan berupa, pembengkakan, hiperemis, massa, atau kelainan
congenital. Lakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah (gambar 4). Perhatikan
struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding dorsal faring. Deskripsikan kelainan-kelainan yang
tampak. Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah
dan daerah palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam rongga mulut.

Inspeksi Bibir Warna bibir harus diperhatikan. Apakah ada sianosis? Apakah ada lesi pada bibir? Jika ada
lesi, palpasi yang cermat harus dilakukan untuk menentukan tekstur dan konsistensi lesi tersebut.
Gambar 4. Teknik Inspeksi Struktur Dalam Rongga Mulut

Inspeksi Mukosa Pipi

Pasien harus diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Mulut harus disinari dengan sumber cahaya.
Periksalah mukosa pipi untuk melihat lesi atau perubahan warna, dan rongga pipi diperiksa untuk melihat
tanda-tanda asimetri atau daerah injeksi (pembuluh darah yang berdilatasi, biasanya menunjukkan
peradangan). Mukosa pipi, gigi dan gusi mudah diperiksa dengan memakai spatula lidah untuk
mendorong pipi menjauhi gusi. Inspeksi untuk melihat adanya perubahan warna, tanda-tanda trauma,
dan keadaan orifisium duktus parotis. Apakah ada ulserasi pada mukosa pipi? Apakah ada lesi putih pada
mukosa pipi? Lesi putih tak nyeri yang paling sering ditemukan di dalam mulut adalah liken planus, yang
terlihat sebagai erupsi retikularis, atau seperti renda, bilateral pada mukosa pipi (Gambar 5).

Gambar 5. Cara Melakukan Inspeksi Mukosa Pipi

Inspeksi Gusi dan Gigi

Gusi diperiksa apakah membengkak, atau ada tanda-tanda peradangan dan tanda-tanda perdarahan pada
gusi. Gigi harus diperiksa untuk melihat adanya karies dan maloklusi. Apakah ada perubahan warna pada
gigi? Apakah ada gigi yang tanggal? Inspeksi dan Palpasi Kelenjar Ludah Orifisium duktus kelenjar parotis
dan submandibula harus terlihat. Inspeksi keadaan papilla. Apakah ada aliran saliva? Ini sebaiknya
diperiksa dengan mengeringkan papilla dengan kapas lidi dan mengamati aliran saliva yang dihasilkan
dengan melakukan tekanan eksternal pada kelenjar itu sendiri. Obstruksi terhadap aliran atau infiltrasi
kelenjar akan menyebabkan pembesaran kelenjar. Palpasi kelenjar parotis dan submandibula, apakah ada
pembesaran? Apakah ada nyeri tekan?

Inspeksi Palatum Durum dan Palatum Mole

Palatum harus diperiksa untuk melihat adanya ulserasi atau massa. Apakah terdapat pembengkakan atau
tanda-tanda peradangan. Apakah terlihat tanda-tanda perdarahan atau petekie? Apakah uvula terletak
digaris tengah ?. Inspeksi Dasar Mulut Dasar mulut diperiksa dengan meminta pasien mengangkat
lidahnya ke atap mulut. Apakah ada edema pada dasar mulut? Muara duktus Wharton harus diperiksa.
Inspeksi Lidah Perhatikan permukaan atas dan tepi lidah, bagaimana warnanya? Apakah ada massa?
Apakah lidah tampak lembab? Mintalah pasien untuk mengangkat lidahnya ke atap mulut sehingga
permukaan bawah lidah dapat diperiksa.

Pemeriksaan Saraf Kranialis XII

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya. Apakah lidah tersebut berdeviasi ke satu sisi? Kelumpuhan
nervus hipoglosus atau saraf kranialis kedua belas membuat otot-otot lidah pada sisi yang terkena tidak
dapat berkontraksi dengan normal Oleh karena itu, sisi kontra lateral ”mendorong” lidah ke sisi lesi.
Palpasi Dasar Mulut

Dasar mulut harus diperiksa dengan palpasi bimanual. Ini dilakukan dengan meletakkan satu jari di bawah
lidah dan jari lain di bawah dagu untuk memeriksa adanya penebalan atau massa. Sewaktu mempalpasi
mulut pasien, pemeriksa harus memegang pipi pasien seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Ini adalah
tindakan pencegahan kalau-kalau pasien berusaha berbicara atau menggigit jari pemeriksa.

Gambar 6. Teknik Palpasi Struktur Dasar Mulut

Palpasi Lidah

Setelah melakukan inspeksi lidah dengan cermat, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi yang seksama.
Palpasi lidah dilakukan dengan meminta pasien untuk menjulurkan lidahnya ke dalam sepotong kasa.
Lidah itu kemudian dipegang oleh tangan kiri pemeriksa ketika sisi-sisi lidah diinspeksi dan dipalpasi
dengan tangan kanan (Gambar 7).

Gambar 7. Cara Mempalpasi Lidah

Dua pertiga anterior dan tepi lateral lidah dapat diperiksa tanpa menimbulkan refleks muntah. Adalah
sangat penting untuk mempalpasi tepi lateral lidah, karena lebih dari 85% dari semua kanker lidah timbul
di daerah ini Sernua lesi putih harus dipalpasi. Apakah ada tanda-tanda indurasi (pengerasan dan indurasi
atau ulserasi sangat mengarah kepada karsinoma). Setelah palpasi lidah, lidah tersebut dikeluarkan dari
kasa dan kasanya dibuang.

PEMERIKSAAN FARING DAN STRUKTUR DISEKITARNYA

Inspeksi Faring

Pemeriksaan faring terbatas pada inspeksi. Untuk melihat palatum dan orofaring secara memadai,
pemeriksa biasanya harus menekan lidah dengan spatula lidah. Pasien diminta untuk membuka mulutnya
lebar-lebar, menjulurkan lidahnya, dan bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya. Kadang-kadang,
membiarkan lidah tetap berada di dasar mulut akan membuatnya dapat dilihat dengan lebih baik.
Pemeriksa memegang spatula lidah dengan tangan kanannya dan sumber cahaya di tangan kirinya.
Spatula lidah harus diletakkan pada sepertiga tengah Iidah. Lidah ditekan dan dibawa ke depan. Pemeriksa
harus berhati-hati agar tidak menekan bibir bawah atau lidah pada gigi dengan spatula lidah. Jika spatula
lidah diletakkan terlalu anterior, bagian posterior lidah akan membentuk gundukan, sehingga inspeksi
faring menjadi sulit; jika diletakkan terlalu posterior, akan timbul refleks muntah (Gambar 8).
Gambar 8. Cara Melakukan Inspeksi Faring dan Struktur Disekitarnya

Inspeksi Tonsil

Periksalah ukuran tonsil. Pembesaran tonsil disebabkan oleh infeksi atau tumor. Pada infeksi tonsil kronis
kripta tonsil profunda mungkin mengandung debris seperti keju. Apakah ada membran di atas tonsil?
Membran ini berkaitan dengan tonsilitis akut mononukleosis infeksiosa, atau difteri. Inspeksi Dinding
Posterior Faring Apakah ada pengeluaran sekret, massa, ulserasi, atau injeksi? Mintalah pasien untuk
mengatakan ”aahhh” untuk mengamati elevasi palatum mole.

Nilai

No Aspek yang dinilai 0 1 2

A. Persiapan Umum

1. Meminta izin dan menjelaskan maksud dan tujuan


pemeriksaan pada pasien

2 Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan

3 Mengatur posisi duduk pasien sesuai dengan pemeriksaan

B. INSPEKSI RONGGA MULUT

4. Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap bibir

5 Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap mukosa pipi

6 Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap gusi dan gigi

7 Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap orifisium


ductus kelenjar parotis dan submandibula

8 Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap palatum durum


dan palatum mole

9 Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap struktur dasar


mulut

10 Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap seluruh


struktur lidah

11 Melakukan pemeriksaan terhadap nervus kranialis XII

12 Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap tonsil


13 Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap seluruh bagian
faring

14 Melakukan evaluasi terhadap palatum mole

15 Menggunakan instrumen pemeriksaan dengan baik dan


benar

C. PALPASI PADA STRUKTUR DALAM RONGGA MULUT

16 Melakukan palpasi pada mukosa pipi

17 Melakukan palpasi pada lidah

18 Melakukan palpasi pada kelenjar parotis dan submandibula

19 Menutup dan mencatat hasil pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai