Anda di halaman 1dari 6

BAB II

ISI
A. Anatomi Ginjal
Setiap manusia mempunyai dua ginjal dengan berat masing-
masing ±150 gram. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri,
karena adanya lobus hepatitis dekstra yang besar. Setiap ginjal
terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa. Korteks
renals terdapat dibagian luar yang berwarna coklat gelap dan medula
renals di bagian dalam berwarna coklat lebih terang. Bagian medula
berbentuk kerucut disebut pelvis renals, yang akan terhubung dengan
ureter sehingga urin yang terbentuk dapat lewat menuju vesika urinaria.
Terdapat kurang lebih satu juta nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus,
tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distalis
dan tubulus kolektivus. Glomerulus merupakan unit kapiler yang
disusun dari tubulus membentuk kapsula Bowman. Setiap glomerulus
mempunyai pembuluh darah arteriola arferen yang membawa darah
masuk glomerulus dan pembuluh darah arteriola erferen yang
membawa darah keluar glomerulus. Pembuluh darah arteriola erfren
bercabang menjadi kapiler peritubulus yang memperdarahi tubulus.
Disekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler, yaitu
arteriola yang membawa darah dari dan menuju glomerulus, serta
kapiler peritubulus yang memperdarahi jaringan ginjal.

B. Pemeriksaan Kadar Kreatinin


Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatinin fosfat otot,
diproduksi oleh tubuh secara konstan tergantung masa otot. Kadar
kreatinin berhubungan dengan massa otot, menggambarkan
perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin relatif stabil
karena tidak dipengaruhi oleh protein dari diet.
The National Kidney Disease Education Program
merekomendasikan penggunaan serum kreatinin untuk mengukur
kemampuan filtrasi glomerulus, digunakan untuk memantau perjalanan
penyakit ginjal. Diagnosis gagal ginjal dapat ditegakkan saat nilai
kreatinin serum meningkat diatas nilai rujukan normal. Pada keadaan
gagal ginjal dan uremia, ekskresi kreatinin oleh glomerulus dan tubulus
ginjal menurun.
Kadar kreatinin tidak hanya tergantung pada massa otot, tetapi
juga dipengaruhi oleh aktivitas otot, diet, dan status kesehatan.
Penurunan kadar kreatinin terjadi pada keadaan glomerulonefritis,
nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease akibat gangguan fungsi
sekresi kreatinin. Penurunan kadar kreatinin juga dapat terjadi pada
gagal jantung kongesitif, syok, dan dehidrasi, pada keadaan tersebut
terjadi penurunan perfusi darah ke ginjal sehingga semakin sedikit pula
kadar kreatinin yang dapat difiltrasi ginjal.
Kadar kreatini serum sudah banyak digunakan untuk mengukur
fungsi ginjal melalui pengukuran glomerulus filtration rate (GFR).
Rehbeg menyatakan peningkatan kadar kreatinin serum antara 1,2-2,5
mg/dl berkorelasi positif terhadap tingkat kematian pasien yang diteliti
selama 96 bulan. Pada beberapa penelitian mengevaluasi adanya
hubungan positif antara penyakit kardiovaskuler dengan peningkatan
kadar kreatinin serum. Pasien dengan nilai kreatinin 1,5 mg/dl atau
memiliki faktor resiko dua kali lebih besar dibandingkan pasien dengan
nilai kreatinin kurang dari 1,5 mg/dl untuk mengalami gangguan
kardiovaskuler.
Kadar kreatinin berada dalam keadaan relatif konstan, sehingga
menjadikannya sebagai penanda filtrasi ginjal yang baik. Kadar
kreatinin yang dipergunakan dalam persamaan perhitungan
memberikan pengukuran fungsi ginjal yang lebih baik, karena
pengukuran kliens kreatinin memberikan informasi mengenai GFR.
Kreatinin merupakan zat yang ideal untuk mengukur fungsi ginjal
karena merupakan produk hasil metabolisme tubuh yang diproduksi
secara konstan, difiltrasi oleh ginjal, tidak direabsorbsi, dan
disekresikan oleh tubulus proksimal. Kreatinin serum laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan karena massa otot yang lebih besar pada
laki-laki.

C. Estimated Glomerular Filtration Rate


The National Kidney Foundation merekomendasi bahwa
estimated GFR (eGFR) dapat diperhitungkan sesuai dengan kreatinin
serum. Perhitungan GFR berdasarkan kreatinin serum, usia, ukuran
tubuh, jenis kelamin, dan ras tanpa membutuhkan kadar kreatinin urin
menggunakan persamaan Cockcroft and Gault. Klirens kreatinin
merupakan pemeriksaan yang mengukur kadar kreatinin yang difiltrasi
di ginjal. GFR dipergunakan untuk mengukur fungsi ginjal.
The Abbreviated Modification of Diet in Renal Disease (MDRD)
mempunyai persamaan untuk mengukur GFR dengan meliputi empat
variabel, yaitu kreatinin plasma, usia, jenis kelamin, dan ras.
Persamaan MDRD digunakan untuk mengukur estimated glomerular
filtration rate. Persamaan MDRD cocok untuk pasien dewasa usia 18
tahun sampai dengan 70 tahun.
Kreatinin dapat diukur dari plasma, serum, atau urin. Bahan
pemeriksaan yang hemolisis dan ikterik harus dihindari jika
menggunakan metode Jaffe. Bahan pemeriksaan yang lipemik dapat
mengganggu perubahan warna yang terjadi saat reaksi berlangsung.
Tidak diperlukan puasa untuk pemeriksaan kreatinin karena tidak
dipengaruhi diet protein.
Asam askorbat, glukosa, α-ketoacid, dan asam urat
meningkatkan kadar kreatinin jika menggunakan metode Jaffe karena
perubahan warna yang dihasilkan semakin tua. Bilirubin menurunkan
kadar kreatinin pada pemeriksaan metode Jaffe ataupun enzimatik.
Asam askorbat juga dapat mengganggu metode enzimatik yang
menggunakan enzim peroksidase. Pada pasien yang meminum
antibiotik sefalosporin dapat menyebabkan peningkatan kadar kreatinin
palsu pada metode Jaffe. Depamine juga memberikan peningkatan
palsu kadar kreatinin baik pada metode Jaffe maupun enzimatik.
D. Pemeriksaan Kreatinin Metode Jaffe
1. Tujuan
Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam serum / plasma
2. Prinsip Pemeriksaan
Larutan suasana basa
Creatinin + Picric Acid Kompleks
Creatinin – Picric Acid
Kompleks warna kuning-kemerahan (kompleks creatinin-
picric acid) diukur intensitasnya dan dibandingkan terhadap
intensitas warna standar (kalibrator)
3. Acuan
Petunjuk Kit Reagen Creatinin Roche Diagnostic Kat.
04810716 190
4. Bahan
4.1 Reagen Creatinin Roche Diagnostic Kat. 04810716 190
4.1.1 Stabilitas reagen sebelum digunakan sesuai masa
kadaluarsa pada label, pada suhu penyimpanan 2-8°C
4.4.2 Stabilitas reagen setelah digunakan didalam alat : 8
minggu pada suhu 2-8°C
4.2 Bahan Sampel : Serum atau Plasma Li-Heparin atau Plasma
K2EDTA
 Serum atau Plasma harus sudah dipisahkan (disentrifus)
dalam waktu 2 jam dari pengambilan sampel
 Stabilitas Serum atau Plasma adalah :
7 hari pada suhu 15-25°C
7 hari pada suhu 2-8°C
3 bulan pada suhu (-15°C) – (-25°C)
4.3 Bahan control
 PreciControl ClinChem Multi 1 katalog 05117003 190
 PreciControl ClinChem Multi 2 katalog 05117216 190
4.4 Kalibrator
Calibrator for automated systems Roche Diagnostics
Kat. 03263991 190
5. Peralatan
 Automatik analiser Cobas C 311
 Cup Sampel
 Pipet Mikro 500ul
 Tip Biru
6. Cara Uji
6.1 Dengan pipet 500ul masukkan sampel kedalam cup sampel
6.2 Hindari terjadinya gelembung udara
6.3 Cup sampel yang sudah terisi sampel dimasukkan kedalam
piringan kecil untuk sampel pada alat Automatic Analyzer
6.4 Program pemeriksaan sampel pada alat Automatic Analyzer
sesuai dengan IK.PA-18.001 : Automatic Analyzer Cobas c
311
7. Perhitungan
Alat automatic analiser secara otomatis akan menghitung
konsentrasi creatinin dalam setiap sampel yang diperiksa dan hasil
yang dikeluarkan dalam satuan mg/dl
8. Nilai Normal
Usia dan Jenis Kelamin Konvensional Satuan Internasional
Neonatus < 1,2 mg/dl < 106 umol/L
Bayi 2 – 12 bulan < 0,9 mg/dl < 80 umol/L
Anak > 1 tahun < 1.0 mg/dl < 88 umol/L
Dewasa :
- Laki-laki 0,17 – 0,50 mg/dl 10 – 40 umol/L
- Perempuan 0,35 – 0,93 mg/dl 30 – 70 umol/L

9. Nilai Kritis
Serum atau plasma : ≥ 7,4 mg/dl
(MLO Supplement / August 2009)
10. Linieritas
 Metode pengujian ini mempunyai linieritas sampai 24,9 mg/dl
 Bila hasil lebih dari 24,9 mg/dl, maka harus diencerkan secara
manual dengan NaCl 0,9% atau aquadest kemudian diperiksa
lagi dan hasilnya dikalikan dengan pengencerannya (misalnya
1 bagian serum dengan 1 bagian aquadest, maka hasil yang
diperoleh dikalikan dengan 2)
11. Nilai Ketidakpastian
Nilai ketidakpastian pada tingkat kepercayaan 95% = ±18%
dari hasil pemeriksaan
12. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Hasil
 Hemolisis (Hb serum/plasma > umol/L / >1 gr/dl)
 Ikterik (Bilirubin diatas umol/L / >10 mg/dl)
13. Tindakan Keamanan
 Semua petugas teknisi diharuskan memakai jas laboratorium
dan sarung tangan selama bekerja
 Semua limbah diperlakukan sesuai dengan instruksi kerja
pengumpulan dan pengangkutan limbah
 Bila terjadi tumpahan bahan infeksi maka dilakukan tindakan
sesuai dengan instruksi kerja penanganan tumpahan bahan
infeksius

Anda mungkin juga menyukai