Pengantar
Topik ini berisi pembahasan tentang masalah keimanan dan pengkajian kembali
dalam masalah tersebut. Sebagian aspek keimanan mendapat perhatian dan
pengkajian yang begitu intensif, sehingga mudah didapat di tengah masyarakat.
Aspek yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Aspek ini
belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan
kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan
tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu
diperhatikan dan harus diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang
keimanan.
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak
pandai membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai
keimanan dalam nalar pikir dan akal budi mereka”, maka mereka tidak akan
selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada
yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari
sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu
spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran
spiritualitas Islam.
Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar,
pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam
berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka mana
yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat
kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun
kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis
yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam
hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai
ajaran akidah yang benar dan lurus.
Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tercermin dalam aturan
muamalat dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi.
Selain itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas
kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari
dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang
tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan
pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat
pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.
Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk
dirinya sendiri:
Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan
bagimu selain aku’.
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya
untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin,
1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa
berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia
tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an
setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan
demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan
mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim
harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam
hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh
pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh
negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda,
seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan
gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu
dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera,
tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
b. Animisme
c. Politeisme
d. Henoteisme
e. Monoteisme
حي اًد َادْ َنأ ِهَّللا ِنوُد ْنِم ُذ ِ هخ َتي ْنَم ِس هانلا َنِمَو
ُ ِ ِهَّللا ِبُحَك ْمُهَنوُّب
Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu
sebagaimana mencintai Allah.
نل ُو َقيَل َرَمَقْلاَو َسْمهشلا َرهخَسَوَض ْ َرْْلاَو ِتاَوَمهسلا َقَل َخ ْنَم ْم ُ َهتْ َلأَس ْنِئَلَو
ُ ُهَّللا ه
ى َنأَف
َنوُكَف ْ ُؤي ه
Kepustakaan
3. Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37.
Ibnu Taimayah memberikan definisi tuhan sebagai sesuatu yang dipuja dengan
penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, takut dan mengharapkannya, kepadanya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertakwa kepada-Nya
untuk keselematan dirinya di dunia dan akherat, dan juga tempat untuk meminta
perlindungan kepada-Nya.
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat
nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika
mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang
lurus, “jalan yang di ridhoi-Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama
yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan
Yahudi
Filsafat ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan
yang berdasar al-Qur’an dan hadits secara harafiah dengan sedikit
spekulasi sehingga banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya,
dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan penafsiran
mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Filsafat ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri
manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172).
Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji
keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi
saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah
bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam
kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Qur’an menegaskan ini dalam
surah Az-Zumar [39]:8
artinya : Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan)
kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan
memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang
pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu,
dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan
(manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan
kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni
neraka" surah Az-Zumar [39]:8.
Artinya : Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka
menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala
Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka
tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari
ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (surah
Luqman [31]:32).
Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan
tersebut belum sampai mengubah Al-Qur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif
untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari berfikir rasional hingga
agnostisisme (ada teorinya) dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan
dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.
a. Keimanan
Iman secara etimologi : “at-Tashdiq”1[1] (pembenaran). Akar katanya :
“amina – yu’manu – amanan” (percaya). Iman secara terminologi : Keyakinan bulat
yang dibenarkan oleh hati, dikrarkan oleh lidah dan dimanifestasikan dalam amalan
dengan penuh keyakinan tanpa ada keraguan mengenai doktrin yang datang dari Allah
dan Rasulullah SAW, sedangkan iman dalam arti umum imam adalah percaya dan
meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam.
Pertama-tama kita beriman kepada Allah Iman itu melahirkan tata nilai
berdasrkan ketuhanan Yang Maha Esa ( rabbaniyyah), yaitu tata nilai yang dijiwai
oleh kesadaran bahwa hidup ini berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan.
Keimanan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu manusia di alam dunia ini
berbeda-beda. Bahkan dalam suatu Hadits disebutkan bahwa keimanan seseorang itu
bisa meningkat dan berkurang. apabila seseorang muslim berkurang keimanannya
atau berkurang kegiatan ibadah yang dilakukan maka ia jatuh kafir
(na’udzubillahimindzaalik) dan untuk menjaga keimanan tersebut maka ia dianjurkan
untuk tetap menjaga keimanannya.
Makna Iman
Iman yang dimaknai dengan arti “percaya”, tidaklah salah. Pemberian arti
“percaya” kepada iman itu tidaklah salah, tetapi tidak mencakup keseluruha
maknanya. Karena itu, iman yang membawa rasa aman dan membuat orang
mempunyai “amanat” lebih baik dari pada hanya sekedar “percaya” akan adanya
Allah.
b. Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa
dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan
ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ), sedangkan pengertian
takwa dalam arti umum adalah mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan
kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain,
instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah
iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang
miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta –
minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat
disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui
kesanggupan mengorbankan harta.
3. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah
formal.
4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain
memiliki semangat perjuangan.
Dalam kehidupan modern ini, iman dan taqwa sangat diperlukan untuk
menguatkan landasan hidup bagi manusia. Misalnya, dalam hal pendidikan, pekerjaan,
keluarga, masyarakat, pergaulan, dan sebagainya. Tetapi kenyataannya saat ini
banyak orang yang mengaku beriman tetapi mereka jarang sekali menerapkan iman
dan ketaqwaan mereka dalam kehidupan. Sedangkan mereka sendiri mengaku sebagai
umat Islam yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT.
1. Ikrar dengan hati artinya menyakini bahwa tuhan itu memang ada.
2. Pengucapan dengan lisan, mengucapkan 2 kalimat syahadat
3. Pengamalan dengan anggota badan misalnya menjalan sholat, zakat.
Cara Menjalankannya
> Pahami secara mendalam dan laksanakan kewajiban 5 Rukun Iman & 6 Rukun
Islam.
> dan segeralah bertobat apabila salah & khilaf.
PENDAHULUAN
memang harus terpenuhi sebagai nilai tambahan yang sudah ditentukan oleh
pengajar disamping itu juga makalah ini sangat bermanfaat bagi pembaca karena
pada makalah ini sedikit/banyaknya terdapat ilmu yang dapat diambil sebagai
dibandingkan makhluk lain, maka dari itu ada beberapa manusia yang memang
menggunakan akalnya untuk mengkaji hal-hal yang belum ada sebagai rasa
keingintauan seperti halnya pada makalah ini juga akan mengkaji yaitu
yang berisi dari berbagai sumber, agar makalah ini ada nilai banding dengan
makalah lain.
Beberapa pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Islam.
takwa, tanda-tanda orang yang beriman dan bertakwa, dan korelasi antara
BAB II
PEMBAHASAN
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata
Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta
filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan
yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut.
Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian filsafat dari segi
Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan
Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini
harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah
Ketaatan merupakan karunia yang sangat besar bagi muslim dan sebagian orang
sosial. Inti ketaatan tidak dinilai menurut Allah Swt, bila tidak ada nilai pada
aspek sosial.
2[1] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta,
1990, Hlm. 45.
Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual
(QS. Ali Imran: 190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya pada
ranah emosi tetapi didukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya dua hal
tersebut insya Allah menuju dan berada pada agama yang fitrah. (QS.Ar-Rum:
30).
Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan
Muslim.
Lafal Ilahi yang artinya Tuhan,3[2] menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan
pribadinya?”
Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak berijisim, azali, dan
pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak
mengandung kejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-Nya, Ia ada tanpa
diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain sementara yang lain
membutuhkan-Nya.4[3]
Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuji dalam hidupnya, berarti telah
berbuat syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk kepada
“Dan Fir’aun berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian
Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkret maupun abstrak/gaib.
Al-Qur’an menegaskan Ilah bisa dalam bentuk mufrad maupun jama’ (ilah,
Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.” Ilah yang dituju ayat di atas adalah Allah Swt, yang menurut Ulama’
Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah, bahwa Allah Swt. satu-satunya Tuhan yang
Allah Swt memfirmankan dalam Al-Qur’an surat Thoha : 14, yang artinya:
“Sesungguhnya Aku Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka
mengingatku”.
berikut:
La Ghoyata illa Allah: Tiada Yang Maha menjadi tujuan selain Allah
Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid 5 [4] menurut Ibnu Taimiyah memiliki
Lawan tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah Swt dengan yang lain,
mengakui adanya Tuhan selain Allah, menjadikan tujuan hidupnya selain kepada
Allah. Dalam ilmu tauhid, syirik digunakan dalam arti mempersekutukan Tuhan
selain dengan Allah Swt, baik persekutuan itu mengenai dzatNya, sifatNya atau
kepada-Nya saja.
Syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak dapat diampuni, syirik itu
bertentangan dengan perintah Allah Swt, juga berakibat merusak akal manusia,
5[4] Abdurrahim, dkk, Kuliah Tauhid, Yayasan Sari Intan, Jakarta, 1989, Hlm. 103.
menurunkan derajat dan martabat manusia, serta membuatnya tak pantas
menempati kedudukan tinggi yang telah ditentukan Allah Swt. dalam kaitannya
dengan masalah ini, Allah Swt berfirman dalam surah Luqman : 13 yang artinya
Dan didalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang telah berbuat
syirik kepadaNya, tergolong orang yang telah berbuat dosa besar, sebagaimana
a. Pemikiran Barat
hasil pemikiran tentang Tuhan baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah
mengatakan: “Monoteisme bukan hasil akhir dan proses pemikiran tentang Tuhan,
sebab orang yang sudah maju dalam intelektualitasnya sangat mungkin justru
b. Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam, ilmu tauhid atau
ilmu ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Aliran-aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara
dirinya kafir atau mukmin sehingga mereka harus bertanggung jawab pada
perbuatan manusia sudah ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak
ubahnya seperti wayang. Ikhtiar dan doa yang dilakukan manusia tidak ada
gunanya.
yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun
wahyu kepada manusia, tetapi yang diperoleh melalui proses pemikiran atau
perenungan.
Informasi melalui wahyu tentang keimanan kepada Allah dapat dibawa dalam
bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, maka sembahlah olehmu sekalian
akan Aku”.
Ajaran Islam yang tAllah Swt wahyukan kepada para utusanNya adalah
adalah laa ilaha illa Allah. Ada perbedaan ajaran tentang Tuhan yang ada
asalnya dari agama wahyu. Hal semacam itu disebabkan manusia mengubah
ajaran tersebut. Dan hal seperti itu termasuk kebohongan yang besar
(dhulmun’adhim).
neraka”.
c. Surat Al-Baqarah : 163 “ Dan Tuhamu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak
ada Tuhan kecuali Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”.
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa Allah Swt adalah Tuhan yang mutlak
keesaannya. Lafadz Allah swt adalah isim jamid, personal nama, atau isim
yang lain. Seseorang yang telah mengaku Islam dan telah mengikrarkan kalimat
Syahadat Laa ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah) berate telah
Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu
Khalik dan makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah
Tuhan yang kekal, abadi, dan transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak
waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia, jin, malaikat langit dan
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan
alam ini juga ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa
pencipta itu tiada lain adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai
pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini adalah Allah Swt.
Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian lain
alam ini mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena
hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas yang
Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan panas
energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas berubah
menjadi panas. Perubahan energi yang ada dengan energi yang tidak ada.
Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika terus
berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti
bahwa alam bukanlah bersifat azali. Jika alam ini azali sejak dahulu alam sudah
kehilangan energi dan sesuai hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi kehidupan
di alam ini.
c. Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
pasir yang ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi adalah
bulan, yang jaraknya dengan bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar dari
porosnya dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis edarnya
sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Dan sembilan planet tata surya
termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan yang luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama dengan
600.00 mil perjam. Disamping itu masih ada ribuan sistem selain sistem tata
surya kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri.
Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy sistem matahari
Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti.
akan menyimpulkan, bahwa dibalik semuanya itu pasti ada kekuatan yang maha
besar yang membuat dan mengendalikan semuanya itu, kekuatan maha besar itu
adalah Tuhan.
d. Argumentasi Qur’ani
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya
“Seluruh puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.
Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt.
Allah Swt sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la ayat 2-3,
tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang menciptakan ciptaannya, yaitu alam
petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak terjadi
dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah
Swt.
Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang “Tuhanmu adalah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz Ayyam adalah
jamak dari yaum yang berarti periode. Jadi, sittati ayyam berarti enam periode
Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun Fayakun yang
artinya jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan Allah berbeda
sampai kepada manusia membutuhkan waktu enam periode. Hal ini agar manusia
dapat meneliti dan mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga muncul atau
Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan yang secara
etimologi berarti yakin atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang artinya
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak
apa saja untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah
kepadanya.
waiqroru bil lisan wa’amalu bil arkan) dan iman dalam Islam termaktub dalam
Iman itu mengikat orang islam, ia terikat dengan segala aturan hukum yang ada
dalam islam sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh karenanya,
orang Islam itu harus Iman, sehingga ia meyakini ajaran Islam dan secara totalitas
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten
(istiqomah).8[7]
Dalam surat Al-Baqarah :117 Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang bertaqwa,
8[7] Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum, Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Jakarta, 2001, Hlm. 179.
1. Beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, dan para nabi. Indikator taqwa
2. Mengeluarkan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak yatim, orang-orang
miskin, orang yang dalam perjalanan, orang yang minta-minta dana, orang yang tidak
kedua adalah mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan
mengorbankan harta.
3. Mendirikan salat dan menunaikan zakat. Indikator taqwa yang ketiga adalah
4. Menepati janji. Indikator taqwa yang keempat adalah memelihara kehormatan atau
kesucian diri.
5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan pada waktu jihad. Indikator kelima adalah
adalah sikap hidup dan akhlak seorang muslim, yang merupakan buah dan hasil
pancaran dari pada iman. Dapatlah dipahami bahwa taqwa itu adalah hasil dari
ibadah kepada Allah, karna tidak mungkin ada taqwa tanpa ada amal ibadah.
Rabb-nya Allah Swt. Ini berarti setiap manusia telah memiliki benih iman.
“Bukankah Aku Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami),
kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
Bahwa setiap ciptaan Allah dan dalam hal ini manusia fitrahnya adalah
mengesakan Allah. Artinya, fitrahnya berarti beriman kepada Allah dan berarti
Potensi fitrah atau iman Islam tersebut perlu ditindaklanjuti dan yang paling
berkompeten menumbuhkan potensi iman Islam tersebut adalah kedua orang tua.
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanya yang berperan
tetapi ia tetap tidak bisa melihat apabila tidak ada cahaya yang masuk kedalam
mata, begitu juga dengan potensi iman yang dimiliki seseorang harus
dianut manusia.Dan apabila dalam diri seseorang telah terikat dengan tatanan
iman,harus dikembangkan untuk mencapai iman yang kokoh. Dalam Al-Qur’an
Surat Ali Imron : 190-191 yang artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari
siksa neraka”.
ialah mereka yang bila disebut nama Allah [595] gemetarlah hati mereka,
salah satu dari dua kebaikan [646]. dan kami menunggu-nunggu bagi
kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari
bersamamu.”
tertawan bersama-samanya.
dalam hidup.
g) Mempunyai sifat satria, semangat, berani tidak gentar menghadapi resiko bahkan
kepercayaan yang berada dalam hati manusia, tetapi dapat menjadi kekuatan yang
mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup Islami. Apabila suatu
masyarakat terdiri dan orang-orang yang beriman, akan terbentuk masyarakat yang
Allah SWT. Salah satu yang mengangkat diri kita di mata Allah adalah
lulusnya kita dari ujian yang diberikanNya. Ujian bukan hanya yang
bersifat bala musibah, namun kenikmatan dalam hidup ini adalah ujian
yang lebih besar. Bila diberikan musibah orang lebih mudah ingat kepada
Allah namun saat diberi ujian kenikmatan, saat itulah Allah benar-benar
d. Tidak suka memenuhi perutnya dengan makanan haram & tidak sampai
mukmin dibentuk.
e. Apabila memandang orang lain, orang itu lebih sholeh dari dirinya. Tapi
bila memandang diri sendiri, dirinya adalah orang yang penuh dosa.9[8]
k. Menepati janji.
meraih ketakwaan. Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima
Semua bentuk ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji merupakan
menjadi kongkret dan menjadi satu sikap budaya untuk mengembangkan amal
saleh.
9[8] Abatasa, Lima Tanda Orang Bertaqwa Menurut Syaidina Usman Bin Affan,
http://kolom.abatasa.co.id/kolom/detail/1/1205/5-tanda-orang-bertaqwa-menur
ut-syaidinna-usman-bin-affan, 01 Oktober 2013, Pukul 19.42 WIB.
Dalam Al-Qur’an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara “orang
yang beriman” dengan “orang yang beramal saleh”. Iman dan amal saleh atau
iman dan takwa sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman seseorang kalau
tanpa amal saleh yang menyertainya. Yang secara kongkrit membuktikan bahwa
ada iman dalam hatinya. Iman adalah pondasi dasar seseorang hamba yang
Keterkaitan antara iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh Rasulullah
dan pakaiannya adalah taqwa). Maksud hadits ini adalah iman harus diikuti dengan
melakukan amal saleh (taqwa). Iman tanpa disertai amal saleh maka imannya
Oleh karenanya, seseorang baru dinyatakan beriman dan taqwa apabila telah
punya keyakinan yang mantap dalam hati, kemudian mengucapkan kalimat tauhid
segala larangan-Nya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun
dalam Al-hadits, yang artinya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi
segala larangan-Nya.
3.2. Saran
Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk