Anda di halaman 1dari 8

PERANAN KELUARGA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA

Oleh : Ikeu Kania

ABSTRAK

Dalam psikologi perkembangan, Masa remaja (remaja awal dan remaja akhir)
adalah masa yang penuh emosi, secara psikologis, masa ini ditandai dengan
kondisi jiwa yang labil, tidak menentu dan biasanya susah mengendalikan diri
sehingga pengaruh-pengaruh negatif seperti perilaku-perilaku menyimpang
akibat dari pergeseran nilai mudah mempengaruhi jiwa remaja dan
menimbulkan gejala baru berupa krisis akhlak.
Krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini, merupakan salah satu
akibat dari perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi
dengan kemajuan moral akhlak. Perilaku remaja yang cenderung lekas marah,
kurang hormat terhadap orang tua, bersikap kasar, kurang disiplin dalam
beribadah, menjadi pemakai obat-obatan, terjerumus dalam perilaku sex bebas
serta perilaku yang menyimpang lainnya telah melanda sebagian besar kalangan
remaja.
Keluarga (terutama orang tua) sebagai orang terdekat merupakan faktor utama
untuk membantu para remaja dalam menghadapi krisis akhlak sebagaimana
yang dikemukakan di atas. Pendidikan akhlak berupa bimbingan, arahan,
nasehat, disiplin yang berlandaskan nilai-nilai ajaran agama Islam harus
senantiasa ditanamkan dan dikembangkan orang tua terhadap para remaja
dalam kehidupan keluarga.

A. PENDAHULUAN

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan


yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku anak remaja.
Kedudukan dan fungsi keluarga dalam kehidupan manusia bersifat fundamental
karena pada hakekatnya keluarga merupakan wadah pembentukan watak dan
akhlak.
39
Tempat perkembangan awal seorang anak sejak dilahirkan sampai proses
pertumbuhan dan perkembangannya baik jasmani maupun rohani adalah
lingkungan keluarga, oleh karena itu di dalam keluargalah dimulainya
pembinaan nilai-nilai akhlak karimah ditanamkan bagi semua anggota keluarga
termasuk terhadap remaja.
Masa remaja (terutama masa remaja awal) merupakan satu fase perkembangan
manusia yang memiliki arti penting bagi kehidupan selanjutnya, karena kualitas
kemanusiaannya di masa tua banyak ditentukan oleh caranya menata dan
membawa dirinya dimasa muda. Perubahan yang dialami pada masa ini terjadi
secara kodrati dan para ahli menyebutnya sebagai masa transisi (peralihan).
Masa peralihan yang terjadi pada remaja sangat membingungkan, dalam masa
peralihan ini remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses
perkembangannya, masa ini senantiasa diwarnai oleh konflik-konflik internal,
cita-cita yang melambung, emosi yang tidak stabil serta mudah tersinggung.
Oleh karena itu remaja membutuhkan bimbingan dan bantuan dari orang-orang
terdekat seperti orang tuanya.
Peran dan tanggungjawab orang tua mendidik anak remaja dalam keluarga
sangat dominan sebab di tangan orang tuanyalah baik dan buruknya akhlak
remaja. Pendidikan dan pembinaan akhlak merupakan hal paling penting dan
sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas hidup.
Dalam ajaran agama Islam masalah akhlak mendapat perhatian yang sangat
besar sebagaimana sabda Nabi ”Sempurnanya iman seorang mukmin adalah
mempunyai akhlak yang bagus”. Dan dalam riwayat lain dikatakan
”Sesungguhnya yang dicintai olehku (Nabi Muhammad SAW) adalah mereka
yang mempunyai akhlak yang bagus”.
Mengingat masalah akhlak adalah masalah yang penting seperti sabda Nabi di
atas, maka dalam mendidik dan membina akhlak remaja orang tua dituntut
untuk dapat berperan aktif karena masa remaja merupakan masa transisi yang
kritis seperti dikemukakan oleh Hurlock (dalam istiwidayanti : 1992) bahwa
masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa sehingga
individu pada masa ini mengalami berbagai perubahan baik fisik, perilaku dan
sikap sehingga perubahan ini patut diwaspadai.
Oleh karena itu peranan orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak karimah terhadap para remaja yang
bersumberkan ajaran agama Islam sangat penting dilakukan agar para remaja
dapat menghiasi hidupnya dengan akhlak yang baik sehingga para remaja dapat
melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hukum dan
norma kesusilaan.

B. PERMASALAHAN AKHLAK REMAJA

Dewasa ini dengan terjadinya perkembangan global disegala bidang kehidupan


selain mengindikasikan kemajuan umat manusia disatu pihak, juga
mengindikasikan kemunduran akhlak di pihak lain. Di samping itu, era informasi
yang berkembang pesat pada saat ini dengan segala dampak positif dan
negatifnya telah mendorong adanya pergeseran nilai di kalangan remaja.
40
Kemajuan kebudayaan melalui pengembangan IPTEK oleh manusia yang tidak
seimbang dengan kemajuan moral akhlak, telah memunculkan gejala baru
berupa krisis akhlak terutama terjadi dikalangan remaja yang memiliki kondisi
jiwa yang labil, penuh gejolak dan gelombang serta emosi yang meledak-ledak
ini cenderung mengalami peningkatan karena mudah dipengaruhi.
Gejala akhlak remaja yang cenderung kurang hormat terhadap orang tua,
melawan orang tua, terjerumus dalam perilaku sex bebas, kurang disiplin dalam
beribadah, mudah terpengaruh aliran sesat, pendendam, menjadi pemakai obat-
obatan, berkata tidak sopan, pendusta, tidak bertanggungjawab dan perilaku
lainnya yang menyimpang telah melanda sebagian besar kalangan remaja.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahabat Anak Remaja (Sahara)
Indonesia Foundation pada Tahun 2007 sedikitnya ada 38.288 remaja di
Kabupetan Bandung diduga pernah melakukan hubungan intim di luar nikah
atau melakukan seks bebas. Hasil penelitian PLAN Internasional mengemukakan
bahwa dari 300 responden yang berdomisili di 3 kelurahan di Surabaya ada 64%
responden yang pernah melakukan seks bebas dan mereka masih berstatus
sebagai pelajar SLTP dan SLTA, yang lebih menggegerkan di Kota Yogya hasil
penelitian seks pra nikah yang dipublikasikan sebuah lembaga bahwa diketahui
97,05% dari jumlah 1.660 responden yang berstatus mahasiswi pernah
melakukan sekls bebas. Naudzubillah...
Bukti lain tentang kemerosotan akhlak remaja dapat dilihat dari hasil temuan
Tim Kelompok Kerja Penyalahgunaan Narkotika Depdiknas Tahun 2004 yang
mengemukakan bahwa dari 4 juta pecandu nerkotika terdapat 20% pecandu
narkotika yang berstatus anak sekolah usia 14-20 tahun. Menurut Badan
Narkotika Nasional hingga saat ini pecandu narkotika bukan hanya terjadi di
kota-kota besar akan tetapi sudah meluas sampai ke pelosok-pelosok daerah.
Fenomena-fenomena yang tampak seperti yang dikemukakan diatas merupakan
krisis moral atau permasalahan akhlak yang dialami para remaja dewasa ini.
Oleh karena itu pendidikan dalam semua aspek kehidupan harus dilakukan
dalam rangka membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan kaidah-kaidah
Islam.

A. PENDIDIKAN DALAM ISLAM


Dalam bahasa Indonesia kata pendidikan merupakan kata jadian yang berasal
dari kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran an yang berarti proses
pengubahan sikap dan tatalaku seseorang dalam usaha mendewasakan
manusia. Pendidikan merupakan proses mengubah keadaan anak didik dengan
berbagai cara untuk mempersiapkan masa depan yang bai baginya.
Dalam bahasa Arab kata tarbiyah mempunyai pengertian yang lebih luas dan
lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan dalam bahasa Indonesia, karena
terasa lebih luas cakupannya yakni bukan sekedar memberikan ilmu
pengetahuan dan membina akhlak tetapi mencakup segala aspek pembinaan
kepribadian anak didik secara utuh.
Menurut Abdur Rahman al-Bani pendidikan memiliki 4 unsur yaitu :
1. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa (baligh)
2. Mengembangkan seluruh potensi
3. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan
4. Melaksanakannya secara bertahap
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan Islam meliputi unsur-unsur
memelihara dan mengembvangkan potensi atau fitrah anak didik secara
bertahap sesuai dengan perkembangannya.
Menurut Abdullah yasin, Islam mengutamakan 4 jenis pendidikan sebagai
berikut :
1. Pendidikan Jasmani
2. Pendidikan Akal
3. Pendidikan akhlak
4. Pendidikan Kerohanian
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka pendidikan akhlak
merupakan salah satu bagian pendidikan dalam Islam yang sangat diperlukan
agar anak memiliki akhlak yang baik. Akhlak yang baik dari seorang anak akan
melahirkan generasi yang baik pula, yaitu generasi muda atau remaja yang taat
kepada Allah, berbakti kepada orang tua dan memperhatikan hak-hak bagi
sauadara muslim yang lain.

D. PENGERTIAN DAN METODE PEMBINAAN AKHLAK KARIMAH

Secara linguistik, kata akhlak atau al-akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk
jama’ dari kata Khulkun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat (Hamzah: 1996). Sedangkan Imam Al-Gazali (dalam Abudin Nata : 1996)
mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan bermacam-macam perbuatan baik dan buruk, dengan gampang
dan mudah tanpa menimbulkan pemikiran dan pertimbangan.
Kata “Karimah“ secara gramatikal berasal dari kata karuma-yakrumu-kariimun
yang artinya mulia atau luhur. Oleh karena itu yang dimaksud dengan kata
akhlak karimah adalah sifat, watak, perangai atau perilaku baik dan luhur yang
bersumber dari nilai-nilai ajaran akhlak Islam.
Dalam Islam tidak tidak diragukan lagi bahwa kaidah serta batasan dalam
mengerjakan baik dan buruk telah tertera dalam nash-nash syariah (al-Qur’an
dan hadits). Di dalam kaidah akhlak ada istilah dawafi (dorongan) dan mawani
(larangan). Dawafi merupakan sebuah daya dorong bagi setiap individu untuk
melaksanakan akhlak dengan baik dan benar dan mawani adalah perkara yang
membuat setiap individu terlarang untuk melakukan akhlak yang buruk.
Gambaran jelas tentang akhlak yang baik telah tercatat dalam al-Qur’an dan
hadits sebagaimana yang dilakukan oleh nabi besar kita Muhammad SAW yang
harus dijadikan contoh teladan yang ideal. Gambaran ini harus dijadikan
pedoman bagi orang tua dalam mendidik dan membina akhlak remaja sebab
pendidikan dan pembinaan akhlak dalam keluarga akan berjalan dengan baik
apabila orang tua sebagai pembimbing utama dapat menjadi panutan dengan
memberikan contoh tauladan melalui pembiasaan-pembiasaan perilaku yang
baik dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan-pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai-nilai ajaran agama
Islam (beribadah), membina hubungan atau interaksi yang harmonis dalam
keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan dan nasehat merupakan
hal yang senantiasa harus dilakukan oleh orang tua agar perilaku remaja yang
menyimpangf dapat dikendalikan.
Pola pendidikan dapat diupayakan melalui proses interaksi dan internalisasi
dalam kehidupan keluarga dengan menggunakan metode yang tepat seperti
yang dikemukakan an-Nahlawi (dalam Dahlan : 1992) bahwa metode pendidikan
dan pembinaan akhlak yang perlu diterapkan oleh orang tua dalam kehidupan
keluarga adalah sebagai berikut :
1. Metode hiwar (percakapan)
2. Metode kisah
3. Metopde mendidik dengan amtsal (perumpamaan)
4. Metode mendidik dengan teladan
5. Metode mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman
6. Metode mendidik dengan mengambil ibroh (pelajaran) dan mau’idhoh
(peringatan)
7. Metode mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat
takut)
Menurut Al-Ghazali (dalam Abul Quasem : 1988) menjelaskan bahwa perubahan
dan peningkatan akhlak dapat dicapai sepanjang melalui usaha dan latihan
moral yang sesuai, untuk itu maka dalam mewujudkan akhlak yang baik dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metode akhlak sebagai berikut : (1)
pengalaman (al-tajribah) dan (2) latihan diri (riyadhah).
Materi yang diberikan pada para remaja dalam pendidikan akhlak sebaiknya
tidak terlepas dari ruang lingkup akhlak Islami yang mencakup berbagai aspek
seperti yang dikemukakan Hamzah (1996) diantaranya : akhlak terhadap Allah
(hablum minallah), akhlak terhadap manusia (hablum minannas), akhlak
terhadap alam semesta (hablum minal a’lam) dan akhlak terhadap diri sendiri
(hablum minnafsi).

E. PERANAN KELUARGA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA

Masa remaja sebagaimana yang dikemukakan di atas menurut Hurlock (dalam


Istiwidayanti : 1992) adalah masa dimana seorang individu berada pada batasan
umur 12-22 tahun. Karena masa remaja adalah masa-masa mencari identitas
diri maka biasanya para remaja cenderung menginginkan kebebasan tanpa
terikat oleh norma dan aturan.
Dalam masa pencarian identitas diri yang penuh gejolak ini, penting kiranya
orang tua sebagai orang terdekat dalam lingkungan keluarga dengan remaja
untuk mengenal dan memahami jiwa remaja secara mendalam agar dapat
mendidik, membimbing serta mengarahkan akhlaknya menuju jalan yang benar
dan diridhoi oleh Allah SWT.
42
Sebagai pendidik pertama dan utama, orang tua memiliki peran yang sangat
penting dalam membina akhlak remaja. Nilai-nilai akhlak karimah yang
bersumberkan ajaran agama Islam harus diberikan, ditanamkan dan
dikembangkan oleh orang tua terhadap para remaja dalam kehidupan sehari-
hari. Penanaman akhlak tersebut penting karena inti dari keberagamaan
seseorang akan termanifestasikan dalam akhlak karimah.
Akhlak karimah yang perlu ditanamkan orang tua seperti ketaatan beribadah,
berperilaku baik, hormat kepada orang tua, memiliki sifat ikhlas tawadhu secara
perlahan-lahan akan terinternalisasi pada diri setiap remaja sehingga akhirnya
berdampak positif bagi kehidupan mental dan spiritualnya, sehingga dapat
memberikan kekuatan yang positif bagi remaja dalam menjalani proses hidup
dan dapat menyikapi dampak negatif yang diakibatkan oleh era globalisasi dan
informasi.
Agama Islam sebagai sumber nilai akhlak harus dijadikan landasan oleh orang
tua dalam membina akhlak remaja karena agama merupakan pedoman hidup
serta memberikan landasan yang kuat bagi diri setiap remaja. Di samping itu
pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan orang tua sehari-hari seperti sholat,
membaca Al-Qur’an, menjalankan puasa serta berperilaku baik merupakan
bagian penting dalam pembentukan dan pembinaan akhlak remaja.
Dalam pendidikan dan pembinaan akhlak bagi para remaja, orang tua harus
dapat berperan sebagai pembimbing spiritual yang mampu mengarahkan dan
memberikan contoh tauladan, menuntun, mengarahkan dan memperhatikan
akhlak remaja sehingga para remaja berada pada jalan yang baik dan benar.
Jika remaja melakukan kesalahan, maka orang tua dengan arif dan bijaksana
membetulkannya, begitu juga sebaliknya jika remaja melakukan suatu
perbuatan yang terpuji maka orang tua wajib memberikan dorongan dengan
perkataan atau pujian maupun dengan hadiah berbentuk benda.
Oleh karena itu peranan keluarga sangat besar dalam membina akhlak remaja
dan mengantarkan kearah kematangan dan kedewasaan, sehingga remaja dapat
mengendalikan dirinya, menyelesaikan persoalannya dan menghadapi tantangan
hidupnya. Untuk membina akhlak tersebut, maka orang tua perlu menerapkan
disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Disiplin yang ditanamkan orang
tua merupakan modal dasar yang sangat penting bagi remaja untuk menghadapi
berbagai macam pesoalan pada masa remaja.
Peranan keluarga (orang tua) dalam membina akhlak remaja antara lain dapat
dilakukan dengan cara :
43
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan cara
melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana yang diperintahkan dalam
ajaran agama Islam. Dalam hal ini orang tua harus menjadi contoh yang baik
dengan memberikan bimbingan, arahan, serta pengawasan sehingga dengan
kondisi seperti ini remaja menjadi terbiasa berakhlak baik.
2. Meningkatkan interaksi melalui komunikasi dua arah. Orang tua dalam hal ini
dituntut untuk dapat berperan sebagai motivator dalam mengembangkan
kondisi-kondisi yang positif yang dimiliki remaja sehingga perilaku atau akhlak
remaja tidak menyimpang dari norma-norma baik norma agama, norma hukum
maupun norma kesusilaan.
3. Meningkatkan disiplin dalam berbagai bidang kehidupan. Orang tua dalam
melaksanakan seluruh fungsi keluarganya baik fungsi agama, fungsi pendidikan,
fungsi keamanan, fungsi ekonomi maupun fungsi sosial harus dilandasi dengan
penanaman disiplin yang terkendali agar dapat mengendalikan akhlak atau
perilaku remaja.
D. PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan


bahwa keluarga merupakan institusi sosial yang utama dalam membina nilai-
nilai akhlak karimah remaja. Oleh karena itu orang tua sebagai tiang keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting dan tanggungjawab yang besar dalam
membina akhlak remaja sebab ditangan orang tuanyalah, orang menilai baik
buruknya akhlak remaja.
Untuk menghindarkan dampak negatif akibat arus globalisasi dan informasi yang
terjadi pada saat ini, maka keluarga (orang tua) dituntut untuk menanamkan
nilai-nilai luhur (nilai agama Islam) dengan memberikan contoh yang baik
sehingga contoh baik ini dapat dijadikan landasan dalam bersikap dan
berperilaku serta menjadi tauladan bagi remaja.
Dengan demikian maka peranan keluarga dalam pembinaan akhlak remaja perlu
ditingkatkan untuk mewujudkan generasi yang kuat, sehat serta berakhlak
karimah yang baik melalui peningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT, peningkatan pola interaksi serta peningkatan disiplin dalam berbagai
bidang kehidupan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Yasin, 2007, Pendidikan dalam Islam.. Pertubuhan Kebajikan Al-Nidaa’


Malaysia
Abudin Nata , 1996, Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Abul Quasem, 1988, Etika Al-Ghazali, Pustaka Bandung.
An-Nahlawi, Penyunting M.D Dahlan, 1992 Prinsip-Prinsip Metoda Pendidikan
Islam, Dalam Keluarga, Di Sekolah dan Di Masyarakat, Diponogoro, Bandung.
Elizabeth B. Hurlock, 1992, Psikologi Perkembangan, Terj. Istiwidayanti,
Erlangga Jakarta.
Erawati Aziz, 2005, Prinsiop-prinsip Pendidikan Islam, Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Surakarta.
Hasan Basri, 2003, Jiwa Remaja Dalam Pandangan Islam, Media Pendidikan,
Jurnal Pendidikan Keagamaan, IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Hamzah Ya’qub, 1996, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, Diponogoro,
Bandung.
Sarlito, 1994, Psikologi Remaja, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
RIWAYAT PENULIS

Ikeu Kania, adalah Dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten yang
diperbantukan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Garut dari tahun 1993 sampai dengan sekarang. Lahir di Garut pada tanggal 21
April 1968, riwayat pendidikan dari mulai tingkat SD, SMP,SMA ditempuh di
Kabupaten Garut tempat kelahirannya. Demikian pula pendidikan S1 dan S2
didapat dari Universitas Garut tempat mengembangkan profesionalitasnya.

Anda mungkin juga menyukai