ABSTRAK
Dalam psikologi perkembangan, Masa remaja (remaja awal dan remaja akhir)
adalah masa yang penuh emosi, secara psikologis, masa ini ditandai dengan
kondisi jiwa yang labil, tidak menentu dan biasanya susah mengendalikan diri
sehingga pengaruh-pengaruh negatif seperti perilaku-perilaku menyimpang
akibat dari pergeseran nilai mudah mempengaruhi jiwa remaja dan
menimbulkan gejala baru berupa krisis akhlak.
Krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini, merupakan salah satu
akibat dari perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi
dengan kemajuan moral akhlak. Perilaku remaja yang cenderung lekas marah,
kurang hormat terhadap orang tua, bersikap kasar, kurang disiplin dalam
beribadah, menjadi pemakai obat-obatan, terjerumus dalam perilaku sex bebas
serta perilaku yang menyimpang lainnya telah melanda sebagian besar kalangan
remaja.
Keluarga (terutama orang tua) sebagai orang terdekat merupakan faktor utama
untuk membantu para remaja dalam menghadapi krisis akhlak sebagaimana
yang dikemukakan di atas. Pendidikan akhlak berupa bimbingan, arahan,
nasehat, disiplin yang berlandaskan nilai-nilai ajaran agama Islam harus
senantiasa ditanamkan dan dikembangkan orang tua terhadap para remaja
dalam kehidupan keluarga.
A. PENDAHULUAN
Secara linguistik, kata akhlak atau al-akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk
jama’ dari kata Khulkun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat (Hamzah: 1996). Sedangkan Imam Al-Gazali (dalam Abudin Nata : 1996)
mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan bermacam-macam perbuatan baik dan buruk, dengan gampang
dan mudah tanpa menimbulkan pemikiran dan pertimbangan.
Kata “Karimah“ secara gramatikal berasal dari kata karuma-yakrumu-kariimun
yang artinya mulia atau luhur. Oleh karena itu yang dimaksud dengan kata
akhlak karimah adalah sifat, watak, perangai atau perilaku baik dan luhur yang
bersumber dari nilai-nilai ajaran akhlak Islam.
Dalam Islam tidak tidak diragukan lagi bahwa kaidah serta batasan dalam
mengerjakan baik dan buruk telah tertera dalam nash-nash syariah (al-Qur’an
dan hadits). Di dalam kaidah akhlak ada istilah dawafi (dorongan) dan mawani
(larangan). Dawafi merupakan sebuah daya dorong bagi setiap individu untuk
melaksanakan akhlak dengan baik dan benar dan mawani adalah perkara yang
membuat setiap individu terlarang untuk melakukan akhlak yang buruk.
Gambaran jelas tentang akhlak yang baik telah tercatat dalam al-Qur’an dan
hadits sebagaimana yang dilakukan oleh nabi besar kita Muhammad SAW yang
harus dijadikan contoh teladan yang ideal. Gambaran ini harus dijadikan
pedoman bagi orang tua dalam mendidik dan membina akhlak remaja sebab
pendidikan dan pembinaan akhlak dalam keluarga akan berjalan dengan baik
apabila orang tua sebagai pembimbing utama dapat menjadi panutan dengan
memberikan contoh tauladan melalui pembiasaan-pembiasaan perilaku yang
baik dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan-pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai-nilai ajaran agama
Islam (beribadah), membina hubungan atau interaksi yang harmonis dalam
keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan dan nasehat merupakan
hal yang senantiasa harus dilakukan oleh orang tua agar perilaku remaja yang
menyimpangf dapat dikendalikan.
Pola pendidikan dapat diupayakan melalui proses interaksi dan internalisasi
dalam kehidupan keluarga dengan menggunakan metode yang tepat seperti
yang dikemukakan an-Nahlawi (dalam Dahlan : 1992) bahwa metode pendidikan
dan pembinaan akhlak yang perlu diterapkan oleh orang tua dalam kehidupan
keluarga adalah sebagai berikut :
1. Metode hiwar (percakapan)
2. Metode kisah
3. Metopde mendidik dengan amtsal (perumpamaan)
4. Metode mendidik dengan teladan
5. Metode mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman
6. Metode mendidik dengan mengambil ibroh (pelajaran) dan mau’idhoh
(peringatan)
7. Metode mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat
takut)
Menurut Al-Ghazali (dalam Abul Quasem : 1988) menjelaskan bahwa perubahan
dan peningkatan akhlak dapat dicapai sepanjang melalui usaha dan latihan
moral yang sesuai, untuk itu maka dalam mewujudkan akhlak yang baik dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metode akhlak sebagai berikut : (1)
pengalaman (al-tajribah) dan (2) latihan diri (riyadhah).
Materi yang diberikan pada para remaja dalam pendidikan akhlak sebaiknya
tidak terlepas dari ruang lingkup akhlak Islami yang mencakup berbagai aspek
seperti yang dikemukakan Hamzah (1996) diantaranya : akhlak terhadap Allah
(hablum minallah), akhlak terhadap manusia (hablum minannas), akhlak
terhadap alam semesta (hablum minal a’lam) dan akhlak terhadap diri sendiri
(hablum minnafsi).
44
DAFTAR PUSTAKA
Ikeu Kania, adalah Dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten yang
diperbantukan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Garut dari tahun 1993 sampai dengan sekarang. Lahir di Garut pada tanggal 21
April 1968, riwayat pendidikan dari mulai tingkat SD, SMP,SMA ditempuh di
Kabupaten Garut tempat kelahirannya. Demikian pula pendidikan S1 dan S2
didapat dari Universitas Garut tempat mengembangkan profesionalitasnya.