Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN STRATEGI

Analisis Industri : Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Oleh : Dina Maulidia Ruswandi

NPM : 155020089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

2018
A. Teori Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Matriks EFE dibuat untuk menilai respon perusahaan terhadap kondisi

eksternalnya. Nilai matriks ini kemudian akan dimasukkan ke dalam

Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE) untuk mengetahui posisi

perusahaan. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal merupakan strategi untuk

merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya,

demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan

persaingan yang di hadapi oleh perusahaan..

Menurut David (2006, p131), matriks EFE membuat ahli strategi

meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi,

lingkungan, politik, pemerintah, hukum, dan persaingan. Terdapat lima

langkah dalam mengembangkan matriks EFE:

1) Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit

eksternal. Cari antara 10 dan 20 faktor, termasuk peluang dan ancaman yang

mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Daftar peluang dahulu

kemudian ancaman. Usahakan sespesifik mungkin, gunakan persentase,

rasio, dan angka perbandingan kalau mungkin.

2) Beri bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat

penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar

berhasil dalam industri tersebut. Peluang sering mendapat bobot lebih besar

ketimbang ancaman, tetapi ancaman dapat juga menerima bobot tinggi bila
berat atau mengancam. Bobot yang wajar dapat ditentukan dengan

membandingkan pesaing yang sukses dengan yang gagal atau dengan

mendiskusikan faktor tersebut dan mencampai konsensus kelompok.

Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor di atas harus sama dengan

1,0.

3) Berikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses kritis untuk

menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini menjawab faktor

ini, dengan catatan 4=jawaban superior, 3=jawaban di atas rata-rata,

2=jawaban rata-rata, 1=jawaban jelek. Peringkat didasarkan pada

efektivitas strategi perusahaan. Peringkat didasarkan pada keadaan

perusahaan, sedangkan bobot dalam Langkah 2 didasarkan pada industri.

4) Kalikan setiap bobot dengan peringkat untuk menentukan nilai yang

dibobot.

5) Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan

nilai yang dibobot total bagi organisasi.

Tanpa memperdulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang

dimasukkan dalam Matriks EFE, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu

organisasi adalah 4,0 dan yang teredah adalah 1,0. Rata-rata nilai yang dibobot

adalah 2,5. Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa

suatu organisasi memberi jawaban dengan cara yang luar biasa pada peluang

dan ancaman yang ada dalam industrinya. Jumlah nilai sama dengan 1,0
menunjukkan bahwa strategi perusahaan memanfaatkan peluang atau

menghindari ancaman eksternal.

B. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal untuk Perusahaan Penerbangan


Garuda Indonesia
Skor
Faktor-Faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat
Bobot

Peluang

 Telah dikeluarkannya Garuda Indonesia dari daftar


perusahaan penerbangan yang dilarang terbang di
kawasan Eropa, yang menyebabkan semakin
0.08 3 0.24
terbukanya kesempatan untuk mewujudkan
pengembangan jaringan penerbangan internasional
jarak jauh

 Indonesia merupakan salah satu pasar penerbangan


0.10 4 0.40
udara yang memiliki pertumbuhan yang pesat

 Berkembangnya secara cepat industri penerbangan


0.15 4 0.60
Asia Pasifik

 Pertumbuhan penumpang transportasi udara di


0.10 4 0.40
Indonesia tahun 2010 mencapai 22,39%

 Bergabungnya Garuda sebagai anggota aliansi


global maskapai penerbangan yang 0.06 3 0.18
bernama SkyTeam Global Airline Alliance
Ancaman

 Adanya faktor fasilitas bandara merupakan faktor


yang tidak dapat dikontrol yang menghambat
ketepatan waktu penerbangan (On 0.05 4 0.20
TimePerformance/OTP), seperti landasan
pacu/runway yang terbatas

 Sumber utama pasokan bahan bakar pesawat


Garuda Indonesia berasal dari Pertamina, sehingga
0.05 4 0.20
harga bahan bakar pesawat, persediaan bahan bakar
sangat tergantung dengan Pertamina.

 Adanya krisis global 0.07 4 0.28

 Maskapai asing yang melakukan penetrasi pasar ke


0.04 2 0.08
Indonesia

 Adanya peningkatan kapasitas, penurunan harga


tiket dan semakin banyaknya rute penerbangan 0.10 3 0.30
baru yang dibuka oleh maskapai penerbangan lain

 Adanya bencana alam seperti letusan gunung


0.04 3 0.12
merapi, wabah penyakit

 Biaya operasional yang tinggi menyebabkan harga


tiket pesawat lebih tinggi dibandingkan dengan 0.10 3 0.30
maskapai penerbangan lainnya

Total 1 3.30
Dari tabel diatas, dilihat bahwa kekuatan yang ditimbulkan dari industri

penerbangan cenderung tinggi. Semakin tingginya kekuatan dari industri tersebut

maka semakin tinggi pula persaingan yang harus dihadapi oleh PT. Garuda

Indonesia (PERSERO), Tbk. Untuk menghadapi persaingan tersebut dan menjaga

supaya perusahaan Garuda tetap menjadi perusahaan penerbangan terbesar di

Indonesia maka perusahaaan Garuda melakukan strategi-strategi kompetitif dengan

tujuan dapat melakukan sesuatu yang lebih baik dari pesaing. Selanjutnya

mengidentifikasikan strategi-strategi yang dilakukan Garuda dalam menghadapi

kekuatan-kekuatan industri. Strategi-strategi tersebut ialah:

 Melakukan penambahan armada pesawat, rute penerbangan dan bergabungnya

Garuda ke dalam SkyTeam Global Airline Alliance agar tidak kalah bersaing

dengan maskapai lain.

 Dalam kondisi persaingan yang ketat, Garuda meluncurkan program layanan

bernama Garuda Frequent Flyer (GFF). GFF tersebut merupakan program yang

diadakan Garuda bagi penumpang setia Garuda dengan cara memberikan benefit

sebagai imbalan atas pengumpulan jarak yang telah ditempuh dengan Garuda

baik ke rute domestik maupun ke rute internasional.

 Garuda Indonesia secara khusus memberikan potongan harga sebesar 10% bagi

penumpang yang membeli tiket pulang pergi (return ticket) dari sebelumnya

hanya sebesar 5%. Garuda Indonesia juga memberikan harga khusus berupa

potongan sebesar 25%. bagi anak – anak (umur 2 – 12 tahun), penyandang cacat

dan atau veteran, serta orang lanjut usia (60 tahun ke atas) untuk sub kelas C, Y,

M dan L.
 Walau dengan tiket yang mahal, Garuda memberikan full service airlines yang

mengutamakan keramahan seluruh karyawan dan awak kabin Garuda dalam

melayani penumpangnya. Sehingga Garuda memiliki pangsa pasarnya tersendiri.

5. Dari sisi pemasok, dalam memenuhi bahan bakar pesawat, Garuda telah

melakukan upaya dengan melakukan negosiasi dengan Pertamina. Negosiasi

tersebut bertujuan agar memperoleh bahan baku yang memadai dalam

melakukan kegiatan operasionalnya dan untuk mendapatkan harga yang terbaik.

Dari perjanjian itu pula, Garuda mendapatkan pengadaan 70% bahan bakar

dibandingkan maskapai penerbangan yang lain. Dengan adanya perjanjian

tersebut maka Garuda mendapatkan persediaan bahan baku yang didahulukan

dibandingkan maskapai penerbangan yang lainnya.

 Untuk mengurangi ancaman dari maskapai-maskapai penerbangan yang

berbiaya rendah, maka Garuda membuat unit bisnis strategi yaitu Citilink.

Citilink merupakan layanan yang disediakan Garuda untuk menangkap

segmen budget traveler di pasar domestik.


C. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal untuk Institute
Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI)

Bobot Rating Score


No External Factor Evaluation
(a) (b) (axb)

Peluang (Opportunities)
Minat calon mahasiswa sangat
1. 0,20 4 0,40
besar.

2. Dunia kerja terbuka. 0,15 3 0,45

3. Kesempaten membuka usaha luas. 0,10 2 0,20

Sistem pendidikan mendukung


4. 0,10 2 0,20
program kerja pemerintah.

Kurangnya sumber daya manusia


5. 0,10 2 0,20
yang berkualitas.

Ancaman (Threats)

Adanya pesaing yang memiliki


1. 0,10 3 0,30
brand image.

Biaya lebih tinggi di banding


2. 0,10 3 0,30
perguruan tinggi lain.

Mahasiswa yang tidak konsisten (


3. 0,5 1 0,05
Labil ).

Perusahaan yang memutuskan


4. 0,5 1 0,05
silaturahmi.

5. Fasilitas yang kurang memadai. 0,5 1 0,05

Jumlah 2,2
Tabel di atas menunjukkan matriks EFE dari Institute Manajemen Wiyata

Indonesia (IMWI). Nilai matriks EFE Institute Manajemen Wiyata Indonesia

(IMWI) adalah 2,2. Nilai ini menunjukkan bahwa Institute Manajemen Wiyata

Indonesia (IMWI) berada dalam keadaan yang belum optimal dalam menjalankan

manajemen strategiknya.

Dengan kata lain, Institute Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI) sedang

dalam posisi lemah, dan dalam posisi ini rentan terhadap ancaman persaingan

dengan perguruan tinggi yang lain. Institute Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI)

harus lebih memanfaatkan peluang yang ada, agar dapat lebih unggul dari

Perguruan tinggi ysng lain.

Anda mungkin juga menyukai