FISREK
FISREK
Kereta api merupakan suatu alat transportasi massal yang secara umum terdiri dari
lokomotif dan serangkaian gerbong-gerbong yang luas yang dapat mengangkut banyak
penumpang dan barang. Perkembangan kereta api tak lepas dari perkembangan mesin
lokomotif yang merupakan tempat mesin penggerak kereta api. Lokomotif uap mengalami
penyempurnaan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
penyempurnaan dari lokomotif inilah yang membuat lokomotif berubah menjadi kereta
api.
Saat ini ada beberapa kereta api yang dikenal oleh masyarakat yaitu: kereta api rel
konvensional (kereta yang umum dijumpai dengan dua batang besi sebagai rel yang
diletakkan di bantalan), kereta api monorel(terdiri dari satu batang besi sebagai rel), kereta
api permukaan atau sufcace (yang berjalan di atas permukaan tanah), kereta api layang atau
elevated (berjalan di atas dengan bantuan tiang-tiang) kereta api bawah tanah (subway),
jenis – jenis kereta tersebut bergerak menggunakan roda yang ada dibawah gerbong dan
akhir-akhir ini dikembangkan teknologi kereta apai terbaru yaitu kereta api Magnetically
levitation.
Magnetic leviatation merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membuat
sebuah objek melayang di udara tanpa bantuan selain medan magnet. Medan ini digunakan
untuk menolak atau meniadakan gaya tarik gravitasi. Magnetic levitation train atau yang
sering disebut dengan Maglev train adalah kereta api super cepat tanpa roda yang
memanfaatkan gaya magnet untuk melayang, menggerakkannya dan mengontrol jalannya
kereta.
Gambar Magnetic Levitation Train
Kereta magnetic levitatation ini melayang sekitar 10 cm -15 cm di atas relnya. Hal ini
menyebabkan tidak adanya gaya gesek antara rel dengan kereta yang dapat menghambat
pergerakan kereta sehingga kereta dapat melaju dengan cepat mencapai 500 km/jam (310
mph).
Salah satu konsep yang diterapkan dalam Kereta magnetic levitatation ini adalah EDS
(electrodinamik suspension) memanfaatkan gaya tolak magnet. System ini menggunakan
magnet superkonduktor. Sifat superkonduktor yang paling dikenal yaitu hilangnya semua
resistansi pada material jika material didingingkan hingga mencapai suhu dibawah suhu
kritis (Tc). Pada tahun 1933 Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa
suatu superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila suatu
konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir dalam
konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian diterapkan dalam generator. Akan tetapi,
dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat berlawanan dengan medan tersebut
sehingga medan tersebut tidak dapat menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini
akan menyebabkan magnet tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah
diamagnetisme dan efek ini kemudian dikenal dengan efek Meissner. Efek Meissner ini
sedemikian kuatnya sehingga sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh
superkonduktor.
Efek Meissner menunjukkan bahwa medan magnet di dalam sebuah logam superkonduktor
seolah-olah sama dengan nol. Oleh karena itu, kita dapat menuliskan persamaan untuk
medan magnet dalam logam superkonduktor sebagai berikut :
Dari persamaan di atas dapat medan magnet dari luar (Bac) yaitu :
. Berdasarkan sifat magnetisasi bahan superkonduktor dapat dibedakan menjadi dua yaitu
1. Superkonduktor Tipe I
2. Superkonduktor Tipe II
Superkonduktor tipe ini memiliki suhu kritis (Tc) yang lebih tinggi dan
memiliki nilai Bac yang jauh lebih besar daripada nilai Bac superkonduktor
tipe I, yang mengirimkan medan magnetic jauh lebih besar tanpa merusak
keadaan superkonduksi itu. Superkonduktor tipe II memiliki dua medan
magnet kritis yaitu Bac1 dan Bac2
Hamid (2012) menyatakan: pada bagian rel kereta terdapat beam sebagai
dinding pemandu, levitation and guidance coil (kumparan penuntun kereta),
propulsion coil (kumparan penggerak kereta) dan wheel support path (bagian rel
pendukung).
Arus listrik yang diberikan ke kumparan pada dinding jalur pemandu secara
berganti-ganti mengubah polaritas kumparan magnet. Perubahan polaritas ini
menyebabkan medan magnetik di depan kereta menarik kereta ke depan, sementara
medan magnet di belakang kereta menambahkan gaya dorong ke depan.
Polaritas kumparan yang berubah menghasilkan gaya megnet yang saling tarik
menarik dan saling tolak menolak, seperti pada gambar A di atas interaksi antara
magnet pada rel dengan kereta menghasilkan gaya tarik oleh magnet tidak sejenis di
bagian depan terhadap gerbong yang menarik kereta ke arah depan (ditunjukkan oleh
panah putih) dan magnet di bagian belakang menghasilkan gaya tolak terhadap megnet
sejenis pada gerbong yang menjadi gaya dorong dalam pergerakan kereta (ditunjukkan
oleh panah abu). Pada gambar B ditunjukkan system yang membuat kereta tetap
melayang di atas rel nya dengan gaya tolak yang dihasikan oleh magnet superkonduktor
dari bagian badan kereta terhadap guideway nya, magnet pada sisi jalur pemandu
menjaga agar kereta tetap melayang, apabila posisi kereta turun maka magnet berlawan
pada sisi dinding pemadu bagian atas dengan magnet pada sisi gerbong akan menarik
gerbong ke atas (ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet bagian bawah dinding
pemandu yang sejenis dengan magnet pada sisi gerbong akan menolaknya (ditunjukkan
oleh garis biru) sehingga posisi gerbong akan tetap terangkat atau melayang di atas rel
nya. Selain itu dinding jalur pemandu ini juga berfungsi mempertahankan posisi kereta
di jalur guideway nya, saat kereta oleng ke kiri maka dinding pemandu sebelah kiri
akan memiliki sifat magnet yang akan menolak kereta dan sifat magnet pada dinding
sebelah kanan akan menarik kereta, sehingga posisi kereta selalu dipertahankan.
System ini lebih stabil karena daya angkat pada system tidak hanya dihasilkan dari rel
atau guideway nya saja tetapi juga dihasilkan dari gerbong kereta itu sendiri.
Kecepatan kereta Maglev ini dari awal bergerak hingga akhir memiliki
kecepatan yang bervariasi. Variasi kecepatan ini diatur dengan mengatur frekuensi dari
arus bolak-balikyang melalui kumparan.