Anda di halaman 1dari 8

Nama :

1. Lucky Rizky Febriansyah ( 2414100094 )


2. Kadek Sunantara ( 2414100096 )
3. Dvitya Srestha P.M ( 2414100104 )

Tugas Mengulas Video : https://www.youtube.com/watch?v=aAT81cKziIs

MAGNETIC LEVITATION TRAIN

Kereta api merupakan suatu alat transportasi massal yang secara umum terdiri dari
lokomotif dan serangkaian gerbong-gerbong yang luas yang dapat mengangkut banyak
penumpang dan barang. Perkembangan kereta api tak lepas dari perkembangan mesin
lokomotif yang merupakan tempat mesin penggerak kereta api. Lokomotif uap mengalami
penyempurnaan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
penyempurnaan dari lokomotif inilah yang membuat lokomotif berubah menjadi kereta
api.
Saat ini ada beberapa kereta api yang dikenal oleh masyarakat yaitu: kereta api rel
konvensional (kereta yang umum dijumpai dengan dua batang besi sebagai rel yang
diletakkan di bantalan), kereta api monorel(terdiri dari satu batang besi sebagai rel), kereta
api permukaan atau sufcace (yang berjalan di atas permukaan tanah), kereta api layang atau
elevated (berjalan di atas dengan bantuan tiang-tiang) kereta api bawah tanah (subway),
jenis – jenis kereta tersebut bergerak menggunakan roda yang ada dibawah gerbong dan
akhir-akhir ini dikembangkan teknologi kereta apai terbaru yaitu kereta api Magnetically
levitation.
Magnetic leviatation merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membuat
sebuah objek melayang di udara tanpa bantuan selain medan magnet. Medan ini digunakan
untuk menolak atau meniadakan gaya tarik gravitasi. Magnetic levitation train atau yang
sering disebut dengan Maglev train adalah kereta api super cepat tanpa roda yang
memanfaatkan gaya magnet untuk melayang, menggerakkannya dan mengontrol jalannya
kereta.
Gambar Magnetic Levitation Train

Kereta magnetic levitatation ini melayang sekitar 10 cm -15 cm di atas relnya. Hal ini
menyebabkan tidak adanya gaya gesek antara rel dengan kereta yang dapat menghambat
pergerakan kereta sehingga kereta dapat melaju dengan cepat mencapai 500 km/jam (310
mph).

Prinsip Kerja dalam Kereta Magnetic Levitation

Salah satu konsep yang diterapkan dalam Kereta magnetic levitatation ini adalah EDS
(electrodinamik suspension) memanfaatkan gaya tolak magnet. System ini menggunakan
magnet superkonduktor. Sifat superkonduktor yang paling dikenal yaitu hilangnya semua
resistansi pada material jika material didingingkan hingga mencapai suhu dibawah suhu
kritis (Tc). Pada tahun 1933 Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa
suatu superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila suatu
konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir dalam
konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian diterapkan dalam generator. Akan tetapi,
dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat berlawanan dengan medan tersebut
sehingga medan tersebut tidak dapat menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini
akan menyebabkan magnet tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah
diamagnetisme dan efek ini kemudian dikenal dengan efek Meissner. Efek Meissner ini
sedemikian kuatnya sehingga sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh
superkonduktor.
Efek Meissner menunjukkan bahwa medan magnet di dalam sebuah logam superkonduktor
seolah-olah sama dengan nol. Oleh karena itu, kita dapat menuliskan persamaan untuk
medan magnet dalam logam superkonduktor sebagai berikut :

B = Bac + 4ᴨM = 0 (dalam system satuan CGS) atau


(4)
B = Bac + µ0M = 0 (dalam system msatuan SI)

Dengan Bac = medan magnet kritis dan M= magnetisasi.

Dari persamaan di atas dapat medan magnet dari luar (Bac) yaitu :

Bac = - 4 ᴨM (dalam system satuan CGS) atau


(5)
Bac = - µ0M (dalam system satuan SI)

Dimana µ0 = permeabilitas ruang hampa = 4 ᴨ x 10-7 Wb/A.m dan 𝜀0 = permitivitas ruang


hampa = 8,854 x 10-12 F/m.

Gambar Efek Meissner

. Berdasarkan sifat magnetisasi bahan superkonduktor dapat dibedakan menjadi dua yaitu

1. Superkonduktor Tipe I

Tipe superkonduktor ini sering disebut sebagai superkonduktor lunak.


Memiliki kharakteristik efek meissner secara utuh, yaitu pada saat suhu
superkonduktor lebih kecil dari suhu kritisnya, maka superkonduktor memiliki
resistansi nol dan menolak semua medan magnet luar. Tetapi jika medan
magnet itu diperbesar sampai tepat sama dengan medan magnet kritisnya
(Bac), maka sifat superkonduktivitasnya langsung rusak atau hilang. Sehingga
magnetisasi (M) dari superkonduktor langsung jatuh ke nol. Nilai Bac
superkonduktor ini sangat kecil yaitu sekitar 0,1 Tesla. Bahan superkonduktor
tipe I ini kebanyakan adalah unsur tunggal.

2. Superkonduktor Tipe II

Superkonduktor tipe ini memiliki suhu kritis (Tc) yang lebih tinggi dan
memiliki nilai Bac yang jauh lebih besar daripada nilai Bac superkonduktor
tipe I, yang mengirimkan medan magnetic jauh lebih besar tanpa merusak
keadaan superkonduksi itu. Superkonduktor tipe II memiliki dua medan
magnet kritis yaitu Bac1 dan Bac2

Gambar Bagian yang bekerja pada Maglev Train

Bahan Superkonduktor yang digunakan adalah Superkonduktor Tipe II Karena


mempunyai sifat yang lebih baik. Bahan superkonduktor menjadi bagian pada badan kereta
sedangkan magnet terdapat pada relnya. Sistem EDS ini menggunakan nitrogen cair yang
digunakan untuk mendinginkan bahan superkonduktor sehingga bahan superkonduktor
mencapai suhu di bawah suhu kritis (Tc). Pada saat suhu bahan superkonduktor berada
dibawah suhu kritisnya, maka bahan superkonduktor akan memiliki resistansi nol (0) dan
akan menolak medan magnet disekitarnya
Gambar Electrodinamik Suspension System
Pada gerbong kereta bagian bawah terdapa Levitation Magnets yang berhadapan
dengan magnet yang terdapat pada rel, magnet ini saling tolak-menolak sehingga
membuat kereta melayang di atas relnya.

Hamid (2012) menyatakan: pada bagian rel kereta terdapat beam sebagai
dinding pemandu, levitation and guidance coil (kumparan penuntun kereta),
propulsion coil (kumparan penggerak kereta) dan wheel support path (bagian rel
pendukung).

Gambar Schematic diagram of EDS Maglev system


Pada saat diam kereta magnet ini tidak melayang di atas rel melainkan diam
berdiri di atas rel nya. Saat akan bergerak magnet superkonduktor dinyalakan,
kemudian kereta mulai mengambang sekitar 100 mm di atas rel. Magnet
superkonduktor mengatur posisi kereta agar tepat berada di tengah jalur giudeaway nya
kemudian computer pada sisitem control mengunci posisi kereta dan mengstabilkan
magnet superkonduktor agar posisi kereta tidak berubah. Kemudian daya listrik
diberikan ke kumparan dalam dinding-dinding jalur pemandu yang menciptakan
medan magnet yang dapat menarik dan mendorong kereta sepanjang jalur pemandu.

Arus listrik yang diberikan ke kumparan pada dinding jalur pemandu secara
berganti-ganti mengubah polaritas kumparan magnet. Perubahan polaritas ini
menyebabkan medan magnetik di depan kereta menarik kereta ke depan, sementara
medan magnet di belakang kereta menambahkan gaya dorong ke depan.

Gambar sistem control EDS system

Polaritas kumparan yang berubah menghasilkan gaya megnet yang saling tarik
menarik dan saling tolak menolak, seperti pada gambar A di atas interaksi antara
magnet pada rel dengan kereta menghasilkan gaya tarik oleh magnet tidak sejenis di
bagian depan terhadap gerbong yang menarik kereta ke arah depan (ditunjukkan oleh
panah putih) dan magnet di bagian belakang menghasilkan gaya tolak terhadap megnet
sejenis pada gerbong yang menjadi gaya dorong dalam pergerakan kereta (ditunjukkan
oleh panah abu). Pada gambar B ditunjukkan system yang membuat kereta tetap
melayang di atas rel nya dengan gaya tolak yang dihasikan oleh magnet superkonduktor
dari bagian badan kereta terhadap guideway nya, magnet pada sisi jalur pemandu
menjaga agar kereta tetap melayang, apabila posisi kereta turun maka magnet berlawan
pada sisi dinding pemadu bagian atas dengan magnet pada sisi gerbong akan menarik
gerbong ke atas (ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet bagian bawah dinding
pemandu yang sejenis dengan magnet pada sisi gerbong akan menolaknya (ditunjukkan
oleh garis biru) sehingga posisi gerbong akan tetap terangkat atau melayang di atas rel
nya. Selain itu dinding jalur pemandu ini juga berfungsi mempertahankan posisi kereta
di jalur guideway nya, saat kereta oleng ke kiri maka dinding pemandu sebelah kiri
akan memiliki sifat magnet yang akan menolak kereta dan sifat magnet pada dinding
sebelah kanan akan menarik kereta, sehingga posisi kereta selalu dipertahankan.
System ini lebih stabil karena daya angkat pada system tidak hanya dihasilkan dari rel
atau guideway nya saja tetapi juga dihasilkan dari gerbong kereta itu sendiri.

Kecepatan kereta Maglev ini dari awal bergerak hingga akhir memiliki
kecepatan yang bervariasi. Variasi kecepatan ini diatur dengan mengatur frekuensi dari
arus bolak-balikyang melalui kumparan.

Gambar Maglev Train saat bergerak


Cara penghentian dari kedua system kereta maglev ini sama seperti dengan cara ia
bergerak yaitu menggunakan induksi magnetic pada kumparan dengan memberikan
tolakan antara kutub yang sama. Pada saat akan berhenti medan magnet dari kumparan ini
dirubah atau dibalik, sehingga akan menimbulkan efek pengereman dan kereta akan
berhenti. Maglev train memiliki system control (control room) yang terhubung dengan
control pusat melalui system transmisi radio yang berfungsi menjaga keselamatan kereta,
mengatur perpindahan jalur rel. Kereta maglev ini memiliki system rem dinamis, dengan
bantalan rem untuk berhenti, untuk kebutuhan darurat setiap gerbong dilengkapi dengan
empat cakram per sebagai rodanya, dan bantalan rem cadangan. Struktur atau bentuk dari
bagian depan kereta ini dirancang seperti mulut lumba-lumba yang ramping untuk
mengurangi hambatan udara (drag udara), sehingga maglev train dapat meluncur seperti
peluru.(Irham. 2013)

Anda mungkin juga menyukai