KROMATOGRAFI
Pengertian Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola
pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul)
yang berada pada larutan.
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan
dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase stasioner (diam),
dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu.
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya
dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen
Prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam
sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara
berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan
mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,
ukuran molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan kromatografi sehingga masing-masing
zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Anonim, 1995).
Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
kromatografi adalah teknik analisis yang diterapkan untuk memisahkan komponen-
komponen dalam campuran berdasarkan 2 jenis fase yaitu fase diam (stationer) dan fase
gerak (mobil).
2.2 Sejarah penemuan Kromatografi
Perkembangan kimia modern dengan teknik pemisahan yang cepat, tidak dapat
terlaksana bila tidak adanya ilmuan yang menemukannya. Kromatografi merupakan salah
satu alat yang ada dalam perkembangan kimia modern, sehingga suatu analisis dapat
dilakukan dengan cepat dan baik.
Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semënovich Tsvet (1872-1919)
menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan
campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen
memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan
kromatografi pada teknik pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard
Martin Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni khlorofil untuk
menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan pada kromatografi.
Dan untuk Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada
tahun 1938. Serta Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah
orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas.
Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena
kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada
selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses
dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R,
masing-masing asam amino diidentifikasi.
Reverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan sifat
hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara kimia pada padatan
inert seperti silika.Metode ini biasa digunakan untuk proses ekstraksi dan pemisahan senyawa
yang tidak mudah menguap (non-volatile).
High performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang mirip dengan
reverse phase. Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan kecepatan yang tinggi.
Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter kecil, namun dapat
menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium dalam jumlah besar.
Akhir-akhir ini, untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala
besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid
chromatography) secara ekstensif digunakan. Bi la zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat
tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim
fasa mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan
dapat ditingkatkan dengan besar.
Silika gel atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel digunakan sebagai fasa stationer. Fasa
stationer cair tidak populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih pendek daripada kolom
yang digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar kolom lebih pendek dari 1 m.
Size exclusion chromatography, atau yang dikenal juga dengan gel permeation atau filtration
chromatography biasa digunakan untuk memisahkan dan memurnikan protein. Metode ini
tidak melibatkan berbagai macam penyerapan dan sangat cepat. Perangkat kromatografi
berupa gel berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan molekul kecil. Molekul besar
akan terelusi terlebih dahulu karena molekul tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori.
b. Kromatografi Gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa
padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).
Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon
teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung
logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen,
nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti
oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di
permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa
diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur
dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara
fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut
dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah
menguap seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam
buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.
Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan
cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai
senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda
deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung
apakah tujuannya analisik atau preparatif.
Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat, suhu dari
tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu ini adalah batiwa suhu
tempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan yang
mempunyai titik didih yang paling tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen
dari cuplikan maka kita harus mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat injeksi
dinaikkan. Jika puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu percobaan
pertama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi,
sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau penguraian dari senyawa
yang akan dianalisa.
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu banyak,
karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita
mengadakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan seperti pada gambar di
bawah.
4. Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom
dapat lurus, bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral.
Biasanya bentuk dari kolom adalah kumparan. Kolom selalu merupakan bentuk tabung.
Tabung ini dapat terbuat dari :
a. Tembaga (murah dan mudah diperoleh)
b. Plastik (teflon), dipakai pada suhu yang tidak terlalu tinggi.
c. Baja (stainless steel), (mahal)
d. Alumunium
e. Gelas
Panjang kolom dapat dari 1 m sampai 3 m. Diameter kolom mempunyai berbagai
ukuran, biasanya pengukuran berdasarkan diameter dalam dari kolom gelas yaitu antara
0,3 mm hingga 5 min. Kebanyakan kolom yang digunakan berupa stainles steel dengan
diameter luar (OD) dari I/S atau 1/4 inch (0,3 atau 0,6 cm). Pada GSC kolom diisi dengan
penyerap (adsorbent), sedangkan pada GLC kolom diisi dengan "solid support" (padatan
pendukung) yang diikat oleh fase diam.
5. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan
dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada suhu yang lebih
tinggi. Detektor harus dapat dipercaya dan mudah digunakan. Fungsi umumnya mengubah
sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut
diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor yang umum digunakan:
a. Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
b. Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
c. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
d. Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
e. Detektor nyala alkali
f. Detektor spektroskopi massa
Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang mengandung fosfor adalah FID,
ECD, dan FPD. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector – ECD). Pada
penetapan ini, digunakan detektor penangkap elektron. Detektor ini merupakan modifikasi
dari FID yaitu pada bagian tabung ionisasi. Dasar dari ECD ialah terjadinya absorbsi e- oleh
senyawa yang mempunyai afinitas terhadap e- bebas (senyawa-senyawa elektronegatif).
Dalam detektor gas terionisasi oleh partikel yang dihasilkan dari 3H atau 63Ni. Detektor ini
mengukur kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari kolom kromatografi. Detektor ini peka
terhadap senyawa halogen, karbonil terkoyugasi, nitril, nitro, dan organo logam, namun tidak
peka terhadap hidrokarbon, ketone, dan alkohol.
6. Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven harus diatur dan
sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu tinggi, cairan fase diam bisa
teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat
dalam kolom sehingga menjadi terpisah (Hendayana, 2001).
7. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat melalui
elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan
waktu retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area
maupun tinggi dari kromatogram (Hendayana, 2001). Sinyal analitik yang dihasilkan
detektor dikuatkan oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder atau sistem
data. Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan tertentu. di
atas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan oleh sinyal keluaran detektor
sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan dinamika keluaran penguat sinyal
detektor. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk pik-pik dengan pola yang
sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor yang digunakan.
Sistem data merupakan pengembangan lebih lanjut dari rekorder dan elektrometer
dengan melanjutkan sinyal dari rekorder dan elektrometer ke sebuah unit pengolah pusat
(CPU, Central Procesing Unit).
Kromatografi gas pada prinsipnya mirip dengan kromatografi kolom (dan juga
bentuk kromatografi yang lain, seperti HPLC, TLC), namun memiliki beberapa perbedaan.
Pertama, proses memisahkan senyawa dalam campuran dilakukan antara fase diam cair dan
gas fase bergerak. Kedua, kolom yang melaluinya melewati fase gas terletak di oven dimana
temperatur gas dapat dikendalikan, dan ketiga, konsentrasi senyawa dalam fase gas adalah
semata-mata fungsi dari tekanan uap gas.
Sumber : http://tlbio006.blogspot.co.id/2015/09/kromatografi.html