Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTRUKTUR

AGROFORESTRI

“2 Contoh Agroforestri Di Daerah Malang Raya”

Oleh :

NAMA : Siti Khoirum Anisa

NIM : 155040201111006

KELAS : A

MINAT MANAJEMEN SUMBER DAYA LAHAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVRSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
Agroforestri di daerah bendosari, Ngantang

Agroforestri di daerah Bukit Tidar

A. Agroforestri di bendosari Ngantang

1.Komponennya

Agroforestri yang berada di daerah bendosari ngantang memiliki susunan komponen yang dapat
dikatakan sebagai system agroforestri karena terdapat tanaman berkayu dan tanaman semusim yaitu
rumput gajah, pisang, dll. Selain tanaman agroforestri terdapat pula lahan sawah berupa tanaman
pangan yang digunakan petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Manfaat

1. Manfaat yang didapat petani dari segi ekologi


Mengurangi laju aliran permukaan, pencucian zat hara tanah, dan erosi, karena adanya pohon-pohon
yang menghalangi terjadinya proses-proses tersebut. Sehingga kandungan unsur hara dalam tanah akan
tetap terjaga.

Agroforestri dengan tanaman menyerupai hutan akan dapat menghasilkan seresah yang lebih banyak.
Seresah tersebut dapat berasal dari daun-daun pohon yang gugur dan ranting pohon. Seresah yang ada
dipermukaan tanah selanjutnya akan terdekomposisi serta meningkatan kadar unsur hara didalam tanah.

Perbaikan struktur tanah karena adanya penambahan bahan organik yang terus menerus dari serasah
yang membusuk. Tanah akan lebih gembur sehingga tidak memerlukan pengolahan tanah yang intensif.

2. Manfaat yang didapat petani dari segi Sosial dan Ekonomi

Sistem agroforestri pada suatu lahan akan memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi petani.
Manfaat tersebut diantaranya :

Peningkatan dan penyediaan hasil berupa kayu pertukangan, kayu bakar, pangan, pakan ternak dan
pupuk hijau.

Mengurangi timbulnya kegagalan panen secara total, yang sering terjadi pada sistem pertanian
monokultur. Dengan sistem agroforestri petani akan memiliki jenis tanaman lebih dari satu sehingga jika
satu jenis tanaman satu mengalami kegagalan panen atau harga yang menurun, kerugian dapat ditutupi
dari hasil panen tanaman jenis lainnya.

Memantapkan dan meningkatkan pendapatan petani karena adanya peningkatan dan jaminan
kelestarian produksi. Selain itu karena pengolahan sistem agroforestri yang mudah maka petani dapat
lebih memiliki waktu untuk bekerja selain pada lahan agroforestri.

Dengan produk yang memiliki ekonomis tinggi pada lahan agroforestri akan memperbaiki standar hidup
petani karena ada pekerjaan yang tetap dan pendapatan yang lebih tinggi.

Modal yang diperlukan dalam pertanian agroforestri lebih sedikit dibandingkan pertanian monokultur.

Menyebarkan secara merata kebutuhan buruh/tenaga kerja sepanjang musim,

3. Ukuran plot

Agroforestri Tingkat Bentang Lahan

Agroforestri yang ada di lahan termasuk kedalam agroforestri bentang lahan karena memiliki lahan yang
luas. Dari sepanjang jalan pujon hingga Ngantang lahan tersebut di gunakan untuk agroforestri dan
pertanian tanaman semusim. Sehingga agroforestri disana sangat luas dan berskala landskap.

4. Kedala
Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup, karena menanam tanaman tahunan (berkayu) sangat lama
sehigga para petani lebih memilih tanaman semusim dan dari segi pendapatan lebih menguntungkan
dan menjanjikan.

5. Klasifikasi menurut komponen penyusunnya

Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems)

Dari hasil pengamatan di lapang daerah pujon dapat dikatakan sebagai Agrisilviculture karena system
agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (tanaman berkayu) dengan komponen
pertanian (tanaman non kayu). Disini contoh tanaman berkayu adalah tanaman eukaliptus dan tanaman
semusim rumput gajah.

6. Klasifikasi menurut teknis pengembangannya

Sistem agroforestri

Sistem agroforestri dapat didasarkan pada komposisi biologis serta pengaturannya, tingkat pengelolaan
teknis atau ciri-ciri sosial-ekonominya. Penggunaan istilah sistem sebenarnya bersifat umum. Ditinjau
dari komposisi biologis, contoh sistem agroforestri adalah agrisilvikultur, silvopastura, agrosilvopastura.

Agroforestri modern (modern atau introduced agroforestry)

Dilihat dari beberapa aspek pengamatan yang telah dilakukan bahwa Agroforestri dilahan tersebut
menggunakan agroforestri modern umumnya hanya melihat pengkombinasian antara tanaman keras
atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih. Berbeda dengan agroforestri tradisional/klasik,
ratusan pohon bermanfaat di luar komponen utama atau juga satwa liar yang menjadi bagian terpadu
dari system tradisional kemungkinan tidak terdapat lagi dalam agroforestri modern.
B. Agroforestri di daerah Bukit Tidar

1. Komponennya

Agroforestri yang berada di daerah pujon yang mengkombinasikan antara tanaman berkayu dengan
tanaman semusim yaitu pohon durian, kelapa, dan sengon dengan rumput gajah yang digunakan untuk
makan ternak. Diamana tanaman rumput gajah ditanam di bagian pematang sawah. Selain pohon
berkayu, terdapat berbagai tanaman lain seperti tanaman semusim yang dibudidayakan yaitu cabai dan
tomat.

2. Manfaat

Menurut Irwanto (2008), ada beberapa keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan
lainnya, yaitu dalam hal:

a. Produktivitas (Productivity)

Dari hasil panen rumput gajah produksi meningkat dan kebanyakan digunakan hanya untuk pakan
ternak.

b. Diversitas (Diversity)

Dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi pada
penanaman satu jenis (monokultur). Selain biaya yang digunakan dalam agroforestri tidak banyak maka
kerugian dapat diminimalisir.

c. Kemandirian (Self-regulation)

Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat,
dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk produk luar.
Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar
antara lain pupuk dan pestisida, dengan diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokultur.

d. Stabilitas (Stability)

Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil
yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan)
pendapatan petani.

3. Ukuran plot

Agroforestri Tingkat Bentang Lahan. Ukuran agroforestri pada lahan tersebut cukup luas, kurang lebih
10ha.

4. Kedala
Kendala yang ditemukan pada agroforestri banyak petani yang lebih memilih tanaman semusim daripada
tanam pohon kayu. Sehingga banyak dijumpai permasalahan pada pengelolaan tanaman semusimnya,
baik dari hama penyakit maupun perawatan yang memerlukan waktu lebih lama.

5. Klasifikasi menurut komponen penyusunnya

Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems)

Dari hasil pengamatan di lapang daerah bukit tidar dapat dikatakan sebagai Agrisilviculture karena
system agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (tanaman berkayu) dengan
komponen pertanian (tanaman non kayu). Disini contoh tanaman berkayu adalah tanaman eukaliptus
dan tanaman semusim rumput gajah.

6. Klasifikasi menurut teknis pengembangannya

Sistem agroforestri

Sistem agroforestri dapat didasarkan pada komposisi biologis serta pengaturannya, tingkat pengelolaan
teknis atau ciri-ciri sosial-ekonominya. Penggunaan istilah sistem sebenarnya bersifat umum. Ditinjau
dari komposisi biologis, contoh sistem agroforestri adalah agrisilvikultur, silvopastura, agrosilvopastura.

Agroforestri modern (modern atau introduced agroforestry)

Dilihat dari beberapa aspek pengamatan yang telah dilakukan bahwa Agroforestri dilahan tersebut
menggunakan agroforestri modern umumnya hanya melihat pengkombinasian antara tanaman keras
atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih. Berbeda dengan agroforestri tradisional/klasik,
ratusan pohon bermanfaat di luar komponen utama atau juga satwa liar yang menjadi bagian terpadu
dari system tradisional kemungkinan tidak terdapat lagi dalam agroforestri modern.

Anda mungkin juga menyukai