Anda di halaman 1dari 36

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Keperawatan Klinik II

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Ai Rina Nia Vionita
Pipit Fitria Ivanna Bean
Ririn Indrianti Iin Siti Rohimah
Siska M Taufik Hidayat
Ricka Afrida Rifki Maulana
Yoggi Suganda

SI KEPERAWATAN NONREG 2013

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI


Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi – 40633Telp (022) 6631622-24
Fax (022) 66316
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh swt kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi
yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat diberi kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini .
Banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, baik
ditinjau dari bentuk, maupun isinya. Namun inilah yang dapat penulis
sajikan. Hal ini dikarenakan ketidak sempurnaan penulis sebagai manusia,
sebagai mahasiswa yang masih dalam tahap belajar dan dengan bekal
pengetahuan yang masih sangat terbatas. Sehingga tanpa bantuan dari
pihak-pihak tertentu makalah ini tidak akan pernah selesai.

Cimahi, April 2014

Penyusun,

i
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................... 2
D. Manfaat penulisan Makalah ......................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Gambaran Umum Sistem Penglihatan ......................................................... 3
B. Anatomi Sistem Penglihatan ........................................................................ 4
C. Fisiologi Penglihatan .................................................................................... 8
D. Pemfokusan Berkas Cahaya ....................................................................... 13
E. Pengkajian Pada Sistem Penglihatan ......................................................... 16
F. Kelainan pada Sistem Penglihatan serta Prosedur Diagnostik ................... 22
BAB III ................................................................................................................. 32
PENUTUP ............................................................................................................. 32
A. Kesimpulan ................................................................................................ 32
B. Saran ........................................................................................................... 32

ii
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang
dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah
lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks
dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Mata adalah suatu struktur
sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Sebagian besar mata
dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang
membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri
atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata.
Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan
mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan
paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang
sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina
mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi
cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya
ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai
ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan
bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan
cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan
perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang
impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkan ke otak.

B. Rumusan Masalah
Di tinjau dari latar belakang pembuatan makalah ini, maka kami
merumuskan masalah yang akan di paparkan, yaitu:

1
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
1. Anatomi sistem penglihatan
2. Fisiologi penglihatan
3. Pengkajian pada system penglihatan.

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah keperawatan klinik, yang memiliki tema
berkaitan dengan pancaindra yaitu mata dan pengelihatan yang selanjutnya
dapat kita uraikan dalam makalah ini.

D. Manfaat penulisan Makalah


Terlepas dari tujuan itu sendiri makalah ini di buat dengan manfaat
supaya pengetahuan dan wawasan pembaca bertambah.

2
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sistem Penglihatan


Penglihatan pada manusia melibatkan deteksi gelombang cahaya yang
sangat sempit dengan panjang gelombang sekitar 400 sampai 750 nm. Panjang
gelombang terpendek dipersepsi sebagai warna biru, dan panjang gelombang
terpanjang dipersepsi sebagai warna merah. Mata memiliki fotoreseptor yang
mampu mendeteksi cahaya, tetapi, sebelum cahaya mengenai reseptor yang
bertanggung jawab untuk deteksi ini, cahaya harus difokuskan ke retina (
ketebalan 200 μm) oleh kornea dan lensa.

Fotoreseptor bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu sel batang dan sel konus
( kerucut). Reseptor batang berespons terhadap cahaya remang-remang, dan
reseptor konus berespons dalam keadaan terang dan mampu membedakan warna
merah,hijau, atau biru. Reseptor batang dank onus terdapat di bagian dalam retina,
dan cahaya harus berjalan melalui sejumlah lapisan sel untuk mencapai
fotoreseptor ini. Setiap fotoreseptor memiliki molekul pigmen visual
( batang: rodopsin; konus: eritrolabe(merah), klorolabe (hijau), sianolabe (biru));
pigmen-pigmen ini menyerap cahaya dan memicu potensial reseptor yang, tidak
seperti sistem reseptor lainnya, menyebabkan hiperpolarisasi sel dan bukan
depolarisasi.

Lapisan antara permukaan retina dan sel reseptor berisi sejumlah sel yang
dapat di deteksi, yaitu sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel ganglion.
Sel ganglion adalah neuron yang bisa mentransmisi impuls ke seluruh sistem saraf
pusat (SSP) melalui akson di saraf optikus. Sel-sel ini tereksitasi oleh interneuron
bipolar vertical yang terletak diantara sel reseptor dengan sel ganglion. Selain itu,
struktur kompleks ini juga memiliki dua kelompok interneuron (sel horizontal dan
sel amakrin) yang berfungsi dengan memberikan pengaruhnya secara horizontal,
dengan menyebabkan inhibisi lateral pada hubungan-hubungan sinaptik
disekitarnya yaitu sel horizontal pada hubungan antara sel resptor dengan sel

3
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
bipolar, sementara sel amakrin pada hubungan antara sel bipolar dengan sel
ganglion.
Setiap mata mengandung sekitar 126 juta fotoreseptor ( 120 juta reseptor
batang dan 6 juta reseptor konus) dan hanya 1,5 juta sel ganglion. Ini berarti
bahwa terdapat sejumlah besar konvergensi dari reseptor dan sel bipolar menjadi
sel ganglion, tetapi hal ini tidak terjadi secara seragam di kedua sisi retina. Pada
bagian perifer retina, terdapat banyak sekali konvergensi, tetapi, pada daerah
dengan ketajaman visual terbesar ( fovea sentralis ), terdapat hubungan 1:1:1
antara sel reseptor konus tunggal, sel bipolar tunggal, dan sel ganglion tunggal.
Daerah fovea memiliki banyak sekali reseptor konus dan sangat sedikit reseptor
batang, sedang distribusi reseptor batang dank onus didaerah lain retina lebih
merata.

B. Anatomi Sistem Penglihatan


1. Bagian Luar

Gb.1 Bagian Luar Mata

4
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
a. Bulu Mata
Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak
mata.
b. Alis Mata (Supersilium)
Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata.
c. Kelopak Mata (Palpebra)
Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang
terletak di depan bulbus okuli.
d. Kelenjar Air Mata
Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola
mata, kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis, air mata
berguna untuk membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan
sekresi akan dialirkan ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi
hidung dekat mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk
kehidung.
e. Kelenjar Meibom

2. Bagian Dalam

Gb. 2 Anatomi Bagian Dalam pada Mata

5
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
a. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan
bagian dalam kelopak mata dan dan menutupi bagian depan sklera
(bagian putih mata), kecuali kornea. Konjungtiva mengandung banyak
sekali pembuluh darah.
b. Sklera
Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada
lapisan terluar mata yang berwarna putih.
c. Kornea
Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita
dapat melihat membran pupil dan iris.
d. Koroid
Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki
banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen.
e. Iris
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.
f. Pupil
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan
kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil
mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan
menyempit jika kondisi ruangan terang.
g. Lensa
Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen
suspensori. Bentuk lensa disebut ruang viretus, berisi cairan yang lebih
kental(humor viterus), yang bersama dengan humor akueus
berperandalam memelihara bentuk bola mata.
h. Retina
Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat
sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor).

6
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
i. Aqueous humor

Gb.3 Aqueous Humor


Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea.
Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea
dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea.
j. Vitreus humor (Badan Bening)
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat
transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada
mata dan membuat bola mata membulat.
k. Bintik Kuning
Bintik kuning adalah bagian retina yang paling peka terhadap cahaya
karena merupakan tempat perkumpulan sel-sel saraf yang berbentuk
kerucut dan batang
l. Saraf Optik

Gb. 4 Anatomi Saraf Optik

7
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju
ke otak.
m. Otot Mata

Gb. 5 Anatomi Otot Mata


Otot-otot yang melekat pada mata :
 Muskulus levator palpebralis superior inferior.
 Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata.
 Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata)
 Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata)
 Muskulus obliques okuli inferior
 Muskulus obliques okuli superior.

C. Fisiologi Penglihatan
1. Bagian Luar

No. Bagian Mata Struktur/Gambar Fungsi

Bulu mata berfungsi untuk


1. Bulu Mata melindungi mata dari benda-
benda asing.

8
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
Alis mata berfungsi mencegah
2. Alis Mata masuknya air atau keringat dari
dahi ke mata

Kelopak mata berfungsi


pelindung mata sewaktu-waktu
kalau ada gangguan pada
3. Kelopak Mata
mata(menutup dan membuka
mata)

Berfungsi untuk menghasilkan


Kelenjar Air air mata yang bertugas untuk
4.
Mata menjaga mata agar tetap
lembab (tidak kekeringan).

2. Bagian Dalam
No. Bagian Mata Struktur/Gambar Fungsi
Konjungtiva berfungsi
melindungi kornea dari
gesekan, memberikan
perlindungan pada sklera
1. Konjungtiva
dan memberi pelumasan
pada bola mata.

9
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
Skelera berfungsi
melindungi bola mata dari
kerusakan mekanis dan
2. Sklera
menjadi tempat melakatnya
otot mata.

Berfungsi sebagai
pelindung mata gar tetap
bening dan bersih, kornea
3. Kornea
ini dibasahi oleh air mata
yang berasal dari kelenjar
air mata.
Memberi nutrisi ke retina
dan badan kaca, dan
4. Koroid mencegah refleksi internal
cahaya.

Iris terdapat di belakang


kornea dan berpigmen.
Pigmen ini menentukan
warna pada mata
5. Iris seseorang. Iris juga
mengatur jumlah cahaya
yang masuk ke mata dan
dikendalikan oleh saraf
otonom.
Pupil berfungsi sebagai
tempat untuk mengatur
6. Pupil
banyak sedikitnya cahaya
yangmasuk kedalam mata.

10
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
Pupil juga Lubang di dalam
Iris yang dilalui berkas
cahaya. Pupil merupakan
tempat lewatnya cahaya
menuju retina.
Lensa berfungsi
memfokuskan pandangan
dengan mengubah bentuk
7. Lensa lensa. Lensa berperan
penting pada pembiasan
cahaya.

Retina berfungsi untuk


menerima cahaya,
mengubahnya menjadi
8. Retina
impuls saraf dan
menghantarkan impuls ke
saraf optik(II).
Aqueous humor(humor
berair) berfungsi menjaga
9. Aqueous humor bentuk kantong depan bola
mata.

Vitreous humor(humor
bening) berfungsi
Vitreus humor menyokong lensa dan
10.
(Badan Bening) menolong dalam menjaga
bentuk bola mata.

11
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
Fungsi bintik kuning yang
terdapat di retina pada mata
Bintik Kuning adalah untuk menerima
cahaya dan meneruskan ke
otak.
Saraf optik memiliki fungsi
untuk meneruskan sebuah
rangsang cahaya hingga ke
otak. Semua informasi
Saraf Optik yang akan dibawa oleh
saraf nantinya diproses di
otak. Dan Dengan
demikian kita bisa melihat
suatu benda.
a). Muskulus orbikularis
okuli otot lingkar mata,
fungsinya untuk menutup
mata.
b). Muskulus orbikularis
okuli otot lingkar mata,
fungsinya untuk menutup
mata.
Otot Mata
c). Muskulus rektus okuli
inferior(otot disekitar
mata), fungsinya untuk
menutup
mata.
d). Muskulus rektus okuli
medial(otot disekitar mata),
fungsinya menggerakkan

12
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
mata dalam(bola mata).
e). Muskulus obliques
okuli inferior, fungsinya
menggerakkan bola mata
ke
bawah dan kedalam.
f). Muskulus obliques okuli
superior, fungsinya
memutar mata ke atas ke
bawah
dan keluar.

D. Pemfokusan Berkas Cahaya


1. Refraksi Mata

Refraksi ialah tindakan atau proses membiaskan. Media refrakta terdiri


atas : kornea, lensa, dan badan kaca.
Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan
lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat

13
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka
pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris
merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor,
karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam
menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke
lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke
otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain
menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada
objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa
menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang
jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan
lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel
kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan
sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya
yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada
otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan
yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
Mekanisme refraksi mata :

14
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
2. Daya Akomodasi
Akomodasi adalah kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik
sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina, kontraksi otot
siliaris, ligamentum suspensorium melemas & tegangan pada lensa berkurang
(lensa membulat & menguat).

Pada saat mata melihat dekat maka lensa mata harus lebih cembung (otot-otot
siliar menegang) sedang pada saat mata melihat jauh lensa harus menjadi
lebih pipih otot-otot siliar mengedur. peristiwa perubahan lensa tersebut
dikenal dengan daya akomodasi.
Manusia memiliki dua batas daya akomodasi (jangkauan penglihatan) yaitu :
a. titik dekat mata (punctum promixum) adalah jarak benda terdekat di
depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal
(emetropi) titik dkatnya berjarak 10 cm s/d 20 cm (untuk anakanak) dan
berjarak 20 cm s/d 30 cm (untuk dewasa). titik dekat disebut juga jarak
baca normal
b. titik jauh mata (punctum remotum) adalah jarak benda terjauh di depan
mata yang masih dapat dilihat dengan jalas. untuk mata normal titik
jauhnya adalah “tak terhingga”.

15
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
E. Pengkajian Pada Sistem Penglihatan

Dalam pemeriksaan mata, akan dimulai dengan anamnesa kepada


pasien. Dalam wawancara ini pasien akan ditanyakan mengenai keluhannya,
riwayat penyakit kini, penyakit dahulu, dan penyakit keluarga. Dengan anamnesa
dan kerja sama yang baik, maka akan sangat membantu dalam pembuatan
diagnosa. Kelengkapan dan keluasaan pengkajian mata bergantung pada informasi
yang diperlukan. Secara umum tujuan pengkajian mata adalah mengetahui bentuk
dan fungsi mata.
Sebelum melakukan pengkajian, perawat harus menyakinkan tentang
tesedianya sumber penerangan/lampu yang baik dan ruang gelap untuk tujuan
tertentu. Pasien harus diberi tahu sebelumnya sehingga ia dapat bekerja sama.
Untuk mempermudah pengkajian, perawat dapat berdiri atau duduk di hadapan
pasien.
Dalam setiap pengkajian, selalu ingat bahwa normalnya mata berbentuk
bulat/sferik. Dalam pengkajian mata, inpeksi merupakan teknik yang paling
penting yang dilakukan sebelum palpasi. Peralatan yang perlu dipersiapkan
bergantung pada tujuan pengkajian yang dilakukan.
1. Inspeksi
Dalam inpeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah bola mata,
kelopak mata, konjungtiva, sclera, dan pupil.
Cara inspeksi mata :
a. Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata, lapang
pandang, dan visus
b. Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan dengan cara
sebagai berikut :
1) Anjurkan pasien melihat ke depan
2) Bandingkan mata kanan dan mata kiri
3) Anjurkan pasien menutup kedua mata

16
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
4) Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada
bagian pinggir kelopak mata, catat setiap ada kelainan, misalnya
adanya kemerah-merahan.
5) Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait dengan
ada/tidaknya bulu mata, dan posisi bulu mata.
6) Perhatikan keluasaan mata atas, atau dalam membuka atau sewaktu
mata membuka (ptosis).
c. Amati konjungtiva dan sclera dengan cara :

1) Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan


2) Amati konjungtiva untuk mengetahui ada/tidaknya kemerah-
merahan , keadaan vaskularisasi, serta lokasinya.
3) Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan mengunakan
ibu jari
4) Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian
bawah, catat bila didapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya
tidak normal, misalnya anemic.
5) Bila diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan cara
membuk/membalik kelopak mata atas dengan perawat berdiri di
belakang pasien
6) Amati warna sklera saat memriksa konjungtiva yang pada keadaan
tertentu warnanya dapat menjadi ikterik.

17
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
d. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil, kemudian lanjutkan
dengan mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya. Normalnya bentuk
pupil adalah sama besar (isokor). Pupil yang mengecil disebut miosis,
amat kecil disebut pinpoint, sedangkan pupil yang melebar/dilatasi
disebut midriasis.
Cara inspeksi gerakan mata :
1) Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan
2) Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secar spontan
(nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-mula lambat
bergerak ke satu arah, kemudian dengna cepat kembali keposisi
semula.
3) Bila ditemukan adany nistagmus, amati bentuk, frekuensi (cepat
atau lambat), amplitude (luas/sempit), dan durasi nya
(hari.minggu).
4) Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan ata salah
satu mengalami deviasi
5) Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15-
30 cm.
6) Beri tahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda dan
pertahankan posisi kepala pasien. Gerakkan jari anda kedelapan
arah untukk mengetahui fungsi 6 otot mata

e. Cara inspeksi lapang pandang

18
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
1) Berdiri di depan pasien
2) Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara menutup mata
yang tidak diperiksa
3) Beri tahu pasien untuk melihat lurus kedepan dan menfokuskan
pada satu titik pandang,, misalnya hidung anda
4) Gerakan jari anda pada suatu garis vertical/dari samping, dekatkan
ke mata pasien secara perlahan –lahan
5) Anjurkan pasien untuk memberi tahu sewaktu mulai melihat jari
anda.
f. Pemeriksaan visus
1) Siapkan kartu Snellen atau kartu yang lain untuk pasien dewsa atau
kartu gambar untuk anak-anak.
2) Atur kursi tempat duduk pasien dengan jarak 5 atau 6 m dari kartu
Snellen .
3) Atur penerangan yang memadai sehingga kartu dapat di baca
dengan jelas.
4) Beri tahu pasien untuk menutup mata kiri dengan satu tangan.
5) Pemeriksaan mata kanan dilakukan dengan cara pasien disuruh
membaca mulai dari huruf yang paling besar menuju huruf yang
kecil dan catat tulisan terkhir yang masih dapat dibaca oleh pasien
6) Selanjutnya lakukan pemeriksaan mata kiri.
Kartu Snellen di buat sedemikian rupa sehingga huruf tertentu yang
dibaca dengan pusat optic mata (nodal point) membentuk sudut
sebesar 50˚ untuk jarak tertentu. Hasil pemeriksaan visus ditulis
secara terpisah antara mata kanan (OD) dan mata kiri (OS) yang
dinyatakan dengan pembilang/penyebut. Pembilang menyatakan
jarak antara kartu Snellen dengan mata, sedangkan penyebut
menyatakan jarak suatu huruf tetentu harus dapat dilihat oleh mata
yang normal.

19
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
2. Palpasi
Palapasi pada mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui
takanan bola mata dan mengetahui adnya nyeri tekan. Untuk mengukur
tekanan bola mata secara lebih teliti diperlukan alat Tonometri yang
memerlukan keahlian khusus.
a. Cara palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata :
1) Beri tahu pasien untuk duduk
2) Anjurkan pasien untuk memejamkan mata
3) Lakukan palpasi pada kedua mata.
Bila tekanan bola mata meninggi, mata teraba keras.
Pengkajian tingkat mahir (pengkajian funduskopi)
Pengkajian mata tingkat mahir (funduskopi) dilakukan paling akhir.
Pengkajian ini dikerjakan untuk mengetahui susunan retina dengan
mengunakan alat oftalmoskop. Untuk dapat melakukan hal ini,
diperlukan pengetahuan anatomi dan fisiologi mata yang memadai
serta keterampilan khusus dalam mengunakan alat.
b. Cara kerja pengkajian Funduskopi
1) Atur posisi pasien duduk dikursi
2) Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
3) Teteskan 1-2 tetes obat yang dapat melebarkan pupil dalam jangka
pendek, misalnya Tropikamid (bila tidak ada kontradiksi)
4) Atur cahaya ruangan agak redup
5) Duduk dikursi dihadapan pasien
6) Beri tahu pasien untuk melihat secara tetap pada titik tertentu dan
anjurkan untuk tetap mempertahankan sudut pandangnya tanpa
berkedip.
7) Bila pasien atau anda memakai kacamata, hendaknya dlepas
dahulu.
8) Pegang Oftalmoskop, atur lensa pada angka 0, nyalakan dan
arahkan pada pupil mata dari jarak sekitar 30 cm sampai anda
temukan red reflex yang merupakan cahaya pancaran dari retina.

20
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
Bila letak oftalmoskop tidak tepat, reed reflex tidak akan muncul.
Red reflex juga tidak muncul pada berbagai gangguan, misalnya
katarak.
9) Bila red reflex sudah ditemukan, dekatkan oftalmoskop secara
perlahan kemata pasien. Bila pasien myopia, atur control kearah
negative (merah). Bila pasien hipertropia, atur control ke arah
positif (hitam).
10) Amati fundus secara sistematis yang di awali dengan mengamati
pembuluh darah besar. Catat bila ditemukan kelainan. Lanjutkan
pengamatan dengan membandingkan ukuran arteri dan vena yang
normalnya mempunyai perbandingan 4:5. Kemudian amati warna
macula yang normalnya tampak lebih terang daripada retina.
Berikutnya amati warna, batas, dan pigmentasi dan diskus optikus.
Normalnya diskus optikus berbentuk melingkar, berwarna merah
muda agak kuning, batas terang dan tetap dengan jumlah pigmen
yang bervariasi. Lalu amati warna retina, kemungkinan ada
pendarahan, dan setiap ada kelainan.
11) Bandingkan mata kanan dan kiri.
12) Catat hasil pengkajian dengan jelas
13) Setelah pengkajian selesai, teteskan Pilokarpin 2% untuk
menetralisasi dilatasi pada mata yang di amati (pada pasien yang
ditetesi Tropikamid)
14) Tunggu/pastikan pasien dapat melihat sepeti semula.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan.Ini biasa dilakukan ketika Anda
datang dengan keluhan, penglihatan memburam atau perkiraan
mata menjadi minus atau plus
Pemeriksaan Posisi Bola dan Otot Mata
Posisi bola mata penting untuk pemeriksaan, apakah ada perubahan
posisi mata, apakah terdapat kejulingan mata. Dokter akan
melakukan inspeksi (pemeriksaan dengan mengamati) bola mata
dan ia akan meminta Anda untuk menggerakkan bola mata, ke

21
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
delapan arah mata angin. Bila ada masalah pada otot atau juling,
biasanya akan terlihat pada pemeriksaan mata ini.
c. Pemeriksaan tekan bola mata
Ini dilakukan bila pasien diduga menderita glaukoma atau perubahan
tekanan bola mata lainnya. Pasien diminta berbaring dan diberikan
obat bius lokal pada mata. Dokter akan menggunakan alat yang
disebut Tonometri Schiotz. Alat ini diletakkan di atas kornea mata dan
dapat didapati angka tekanan bola matanya. Pemeriksaan Lainnya
Ada banyak pemeriksaan penunjang lainnya pada mata seperti
keratoskope ( bentuk kornea), tes buta warna (Ishihara),
Eksoptalmometer dari Hertel, Optalmodinamometer ( pengukur
tekanan arteri di retina), x-ray : Foto orbita, Comberg tes, FFA
(Flourecein Fundus angiografi), USG, CT scan, MRI,
elektroretinografi, metaloloketer, Visual Evoked Potensial untuk
menilai transmisi impuls dari rerina sampai korteks oksipital.

F. Kelainan pada Sistem Penglihatan serta Prosedur Diagnostik


Mata manusia dapat mengalami kelainan . Beberapa kelainan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Mata miopi (rabun dekat)

Gb. 7 Bayangan yang Terbentuk pada Mata yang Miopi dan Jenis Lensa
yang di Pakai

22
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
Mata miopi adalah mata dengan lensa terlalu cembung atau bola mata terlalu
panjang. Dengan demikian,objek yang dekat akan terlihat jelas karena
bayangan jatuh pada retina, sedangkan objek yang jauh akan terlihat
kaburkarena bayangan didepan retina. Kelainan mata jenis ini dikoreksi
dengan mata jenis cekung.
Penyebab : lensa mata tidak dapat mencembung atau bola mata terlalu
pendek
Tindakan : ditolong dengan lensa cembung(konvergen/positif).
2. Hipermetropi (rabun jauh)

Gb. 8 Bayangan yang Terbentuk pada Mata Heipermetropi dan Jenis Lensa
yang di Pakai
Mata hipermetropi adalah mata dengan lensa terlalu pipih atau bola mata
terlalu pendek. Objek yang dekat akan terlihat kabur karena bayangan jatuh
didepan retina, sedangkan objek yang jauh akan terlihat jelas karena
bayangan jatuh di retina. Kelainan mata jenis ini dikoreksi dengan lensa
cembung.
Penyebab : lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang
sehingga bayangan benda jatuh di depan retina.
Tindakan : ditolong dengan lensa cekung(divergen/negatif).
3. Mata astigmatisma
Mata astigmatisma adalah mata dengan lengkungan permukaan kornea atau
lensa yang tidak rata. Misalnya lengkung kornea yang vertikal kurang
melengkung dibandingkan yang horizontal. Bila seseorang melihat suatu
kotak, garis vertical terlihat kabur dan garis horizontal terlihat jelas. Mata

23
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
orang tersebut menderita kelainan astigmatis reguler. Astigmatis reguler
dapat dikoreksi dengan mata silindris. Bila lengkung kornea tidak teratur
disebut astigmatis irregular dan dapat dikoreksi dengan lensa kotak.
Penyebab : permukaan lensa mata tidak sama sehingga fokusnya tidak
sama, dan bayangan benda yang terbentuk tidak sama.
Tindakan : ditolong dengan lensa silindris(silinder)
4. Mata presbiopi
Mata presbiopi adalah suatu keadaan dimana lensa kehilangan elastisitasnya
karena betambahnya usia. Dengan demikian lensa mata tidak dapat
berakomodasi lagi dengan baik.Umumnya penderita akan melihat jelas bila
objeknya jauh, tetapi perlu kacamata cembung untuk melihat objek dekat.
Penyebab : elastisitas lensa mata berkurang karena usia tua.
Tindakan : ditolong dengan lensa rangkap(dua macam lensa).
5. Hemeralopi (rabun senja)
Hemeralopi adalah gangguan mata yang disebabkan kekurangan vitamin A.
Penderita rabun senja tidak dapat melihat dengan jelas pada waktu senja
hari. Keadaan seperti itu apabila dibiarkan berlanjut terus mengakibatkan
kornea mata bisa rusak dan dapat menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu,
pemberian vitamin A yang cukup sangat perlu dilakukan.
Tindakan : Pemberian Vit A
6. Katarak
Katarak adalah cacat mata yang disebabkan pengapuran pada lensa mata
sehingga penglihatan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
Umumnya katarak terjadi pada orang yang telah lanjut usia.
Penyebab : lensa mata buram, tidak elastis akibat pengapuran, sehingga
daya akomodasi berkurang.
Tindakan : Operasi
7. Buta Warna
Buta warna merupakan gangguan penglihatan mata yang bersifat menurun.
Penderita buta warna tidak mampu membedakan warna-warna tertentu,

24
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
misalnya warna merah, hijau, atau biru. Buta warna tidak dapat diperbaiki
atau disembuhkan.
Penyebab : adanya kelainan atau kerusakan pada sel kerucut di dalam
retina, sehingga tidak mampu menangkap spektrum warna tertentu. Hal ini
karena buta warna merupakan kelainan yang bersifat genetik dan gennya
terkait pada kromosom X. Itu sebabnya, kebanyakan buta warna dialami
oleh anak laki-laki.
8. Konjungtivitas (menular)
Merupakan penyakit mata akibat iritasi atau peradangan akibat infeksi di
bagian selaput yang melapisi mata.
Penyebab : infeksi atau alergi.
Tindakan : Pemberian antibiotik
9. Trakoma (menular)
Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis yang
berkembang biak di lingkungan kotor atau bersanitasi buruk serta bisa
menular.
Penyebab : infeksi oleh bakteri Chlamydia trachomatis
Tindakan : Pemberian salep antibiotik yang berisi tetracyclin dan
erythromycin selama beberapa minggu.
10. Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata sehingga bola
mata bernanah. Kejadian endoftalmitis merupakan kasus yang sangat jarang,
namun mungkin terjadi pada klien terutama setelah menjalani operasi atau
pascatrauma dengan benda asing intraocular atau pada pengguna prosthesis
mata.
Penyebab :
a. Tindakan pembedahan.
b. Luka yang menembus mata.
c. Bakteri. Penyebab paling banyak adalah Staphylococcus epidermidis,
Staphylococcus aureus, dan spesies Streptococcus

25
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
d. Jamur. Penyebab paling banyak adalah Aspergilus, fitomikosis dan
aktinomises
Tindakan : Pemberian antibiotic topikal, kortikosteroid
11. Blefaritis
Blefaritis adalah peradangan bilateral subakut atau menahun pada tepi
kelopak mata (margo palpebra). Biasanya, blefaritis terjadi ketika kelenjar
minyak di tempat tumbuhnya bulu mata mengalami gangguan. Ketika
kelenjar minyak ini terganggu, akan terjadi pertumbuhan bakteri yang
melebihi biasanya, menyebabkan peradangan kelopak mata. Terdapat dua
macam blefaritis, yaitu:
 Blefaritis ulseratif merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis
dengan tukak akibat infeksi staphylococcus.
 Blefaritis seboreik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun),
dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan.
Penyebab :
1. Terinfeksi oleh Bakteri
2. Kelenjar Mata Rusak
3. Ketombe dari kulit kepala ke alis
4. Rosacea
5. Alergi terhadap sesuatu misal obat mata, lensa mata
Tindakan :
1. Gunakan antibiotik pada tetes mata
2. Menggunakan Air Mata Buatan
3. Mengobati penyakit yang menyebabkannya misal seboroik, rosacea
atau penyakit lainnya.
4. Menggunakan Obat tetes mata atau salep
5. Membersihkan kelopak mata secara teratur dengan air hangat

26
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
12. Glukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola
mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata
akan mati.
Penyebab : : adanya penambahan tekanan dalam mata, karena cairan dalam bilik
anterior mata(aqueous humor) belum sempat disalurkan keluar sehingga tegangan
yang ditimbulkan dapat menyebabkan tekanan pada saraf optik; lama-kelamaan
akan menyebabkan hilangnya daya penglihatan.
Tindakan : obat-obatan, operasi dengan menggunakan laser.

PROSEDUR DIAGNOSTIK SISTEM PENGLIHATAN


Oleh: Chistianto Nugroho S.Kep.Ns.
1. TES FLUORESIN Teteskan cairan fluoresin / sentuhan keras fluoresin steril.
Bilas dengan cairan fisiologis . Lihat ada tidak warna hijau pada kornea (
defek + ). Pemeriksaan kebocoran ( tes fluoresin ) Sama seperti diatas, tapi
tanpa pembilasan Kebocoran seperti aliran dari arah lubang yang berwarna
hijau.
2. TONOMETRI Cara penderita ditidurkan tanpa bantal Tetesi mata dengan
tetes mata pantokain Bersihka telapak tonometer dengan kasa, yang dibasahi
alkohol dan dibiarkan menguap dulu. Penderita disuruh membuka kedua
matanya dan menatap lurus kertas pada ujung jarinya sendiri yang diposisikan
tepat diatas mata yang tak diukur. Pegang tonometer pada pemegangnya dan
dekatkan telapatnya dengan hati – hati kepermukaan kornea. Perlu
memperingatkan penderita berulang – ulang supaya menatap terus tegak lurus
keatas, baca skala yang tertunjuk, kalau perlu ulang 2 – 3 kali Bila skala
bergoyang, ambil rata – ratanya Lihat nilai tekanan dalam daftar konversi
untuk beban yang dipakai.

27
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
3. ANEL TES Pemeriksaan saluran sistem ekskresi lakrimal Dudukkan
penderita dengan kepala setengah menengadah atau tidurkan. Tetesi
pantokain beberapa kali Sediakan semprit 2 – 5 cc dengan jarum yang sudah
ditumpulkan halus. Isi semprit dengan garam fisiologik. Sediakan dilatator
Renggangkan palpebra bawah kearah lateral dan bawah. Suruh penderita
melihat keatas. Lebarkan pungtum dengan dilatator, mula – mula masukkan
tegak lurus sedalam 2 mm, terhadap margo palpebra, kemudian horisontal
arah ke nasal. Masukkan cairan garam fisiologik dengan semprit berjarum
tumpul kedalam kanalikuli lakrimal, dengan arah seperti dilatasi tadi.
Penderita akan marasakan cairan masuk kerongkongan, belakang hidung bila
saluran utuh. Cairan akan keluar dari pungtum superior bila ada penyempitan
duktus nasolakrimal atau cairan dalam semprit sama sekali tak dapat di
dorong bila ada sumbatan di kanalikuli lakrimal.
berarti : mata hanya dapat membedakan gelap dan terang. Visus 0 berarti :
mata tidak dapat membedakan gelap dan terang.
4. SNELLEN CHART Siapkan kartu snellen (snellen chart) . Atur kursi px.
dengan jarak 5 – 6 m dari snellen chart. Atur penerangan yang memadai
sehingga kartu bisa dibaca. Beritau px. u/ menutup mata kiri dengan satu
tangan. Dimulai dari mata kanan dengan cara pasien disuruh membaca mulai
huruf yang paling besar menuju huruf yang kecil dan catat tulisan terakhir
yang masih dapat dibaca oleh pasien. Selanjutnya pemeriksaan mata kiri.
Hasil pemeriksaan visus ditulis terpisah ( OD / OS = ViKa/ViKi ) yang
dinyatakan dengan pembilang/penyebut. Pembilang : jarak antara kartu
snellen dengan mata Penyebut : jarak dimana suatu huruf tertentu harus dapat
dilihat oleh mata yang normal. Misal : VISUS 5/5 berarti : pada jarak 5 m
masih dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dibaca pada jarak 5 m.
Visus X/60 berarti : pada jarak X maksimal yg oleh orang normal masih
dapat dilihat pada jarak 60 m. Visus 1/300 berarti : pada jarak 1 m mata
hanya dapat melihat gerakan mata pemeriksa yang pada mata normal
seharusnya bisa dilihat dari jarak 300m. Visus 1/

28
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
5. TES ISHIHARA Petunjuk sudah jelas, dapat dibaca dalam buku
penuntunnya. Perlu diterangkan disini, bahwa sering penderita telah
mengetahui urutannya dari orang lain, jadi periksa secara tidak beraturan,
kalau perlu suruh mengikuti jejak angka-angkanya dengan petunjuk (tilami
dengan plastik dulu kartunya). Cahaya perlu terang.
6. Pemeriksaan sensibilitas kornea Sediakan seberkas bulu kapas yg sudah
dipelintir ujungnya. Katakan pada px. Apa yang dirasakan dan bandingkan
antara kedua mata. Suruh buka, atau buka dengan tangan kita. Sentuhkan
ujung kapas pada kornea yang sehat dulu, kemudian sentuhkan pada kornea
yg sakit. Tanyakan mana yang lebih terasa. Dapat juga dengan
memperhatikan kekuatan reflek kedip atau menghindar.
7. Pemeriksaan Lapang Pandang Prinsip: Mengenal obyek atau menghilangnya
obyek itu di luar dan di dalam daerah lapang pandang. Mata yang diperiksa
harus tetap mengarah pada titik fiksasi sentral. Obyek yang digerakkan perlu
dicatat : Warna, besarnya. Demikian juga jarak dari mata ke titik fiksasi
sentral (1/3,1,2m). Penderita yang kurang mengerti atau kurang kerjasama,
sulit untuk diperiksa secara seksama. Warna yang umum : putih. Besar obyek
: kecil untuk lapang pandangan perifer (5mm atau lebih tergantung derajat
persepsi mata). Pengukuran dapat dipakai kampimeter dan perimeter untuk
mengukur lapang pandangan perifer, dan tabir Bjerrum untuk lapang
pandangan sentral. Bidang lengkung yang terutama berguna untuk
pemeriksaan lapang pandangan perifer. Bilamana dipakai obyek yang
digerakkan, pemeriksaan dimulai dari arah tidak tampak menuju ke sentral,
sepanjang meridian yang berpusat di titik fiksasi.Dalam keadaan tertentu,
tidak perlu sepanjang jalur tersebut. Penderita memberi tanda bila obyek
hilang atau timbul.
8. Pemeriksaan lapang pandang perifer yang sederhana (tes konfrontasi). Jarak
pemeriksa ke penderita 60 cm, berhadap-hadapan, sama tinggi. Tutup sebelah
mata masing-masing, yang sehadap. (Penderita menutup dengan tangannya
sendiri atau penutup hitam, dan pemeriksa memicingkan). Titik fiksasi adalah
jari telunjuk pemeriksa yang ditetapkan di tengah antara mata masing-masing

29
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
yang terbuka. Obyek adalah jari telunjuk tangan pemeriksa yang sebelahnya,
yang digerakkan dari arah perifer kearah jari fiksasi, dari segala arah.
Penilaian : Membandingkan apakah saat pemeriksa sudah melihat dari
(obyek) yang digerakkan, penderita juga demikian. Untuk lapang pandang
sebelah arah jari fiksasi, ganti peranan dari jari, yang jadi titik fiksasi
sekarang jadi obyek dan sebaliknya. Kampimeter yang sederhana dapat
dibuat dari papan tulis dengan pembagian lingkaran-lingkaran sesuai sudut
10° 20° dan seterusnya pada jarak 33 cm.
9. Tes Diplopi (Penglihatan ganda) Buka kedua mata penderita dan suruh
menatap kearah jari atau lampu senter, yang ditempatkan kira-kira 45 derajat
di 6 daerah utama, yaitu kanan, kiri, temporal atas, temporal bawah,
kemudian nasal atas dan nasal bawah. Di daerah tersebut, hanya satu otot dari
masing-masing mata yang berfungsi bersamaan (Yoke Muscle). Tanyakan di
daerah mana diplopi tampak paling nyata, maka satu dari pasangan otot
penggerak kearah tersebut di atas terganggu.
10. Pemeriksaan Stereoskopik Perlu diperiksa pada beberapa pekerjaan
(misalnya permesinan) untuk menghindarkan kecelakaan. Cara yang paling
sederhana ialah dengan menempatkan dua lembar benang hitam di belakang
kertas yang dilobangi dengan jarak yang berbeda terhadap lobang itu.
Penderita diminta menentukan benang yang sebelah mana lebih jauh. yang
lebih sederhana dengan menyuruh penderita memasukkan benang ke dalam
lobang jarum.
11. Pemeriksaan iregularitas kornea dengan lempeng “Placido” Penderita
membelakangi sumber cahaya. Pemeriksa dengan mengintip dari lobang di
tengah alat pada jarak 30cm dari penderita mengamati bayangan lingkaran-
lingkaran alat “Placido” pada permukaan kornea. Bayangan akan tampak
tidak teratur bila ada irregularitas kornea.
12. Pemeriksaan penonjolan bola mata dilakukan dengan Hertel Alat Hertel
terdiri atas dua buah segitiga yang mengandung cermin dan skala,
dihubungkan dengan batang persegi pada mana salah satu segitiga itu dapat
digeserkan. Pada batang ada skala jarak antara ujung segitiga yang dipas-kan

30
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
pada pinggir depan tulang orbita bagian lateral. Cermin membuat sudut 45
derajat dengan batang dan skala tegak lurus pada btang. Di tengah cermin dan
di tengah skala ada garis dan celah yang bila dihubungkan sejajar dengan
batang. Pemeriksaan dilakukan di tempat yang terang sekali. Pas-kan bagian
puncak segitiga yang melekuk pada pinggir lateral tulang orbita, tahan alat
secara merata. Suruh penderita melihat lurus kemuka ambil posisi
pengamatan dengan mata kiri, hingga garis pada cermin dan celah pada skala
tampak berimpit. Baru lihat letak puncak korne pada proyeksi skala. Itulah
ukuran penonjolannya. Demikian pula mata lainnya. Pada pengukuran ulang,
skala pada batang harus tetap, sebab bila jarak segitiga dijauhkan, akan
meninggikan ukuran penonjolan, sebaliknya bila didekatkan. Nilai normal
sekitar 12-17. Yang penting perbedaannya, dan perubahan pada pemeriksaan
ulang.
13. Pemeriksaan dengan slit lamp/biomikroskope
14. Pemeriksaan dengan opthalmoskope

31
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem penglihatan adalah bagian dari sistem indra yang membuat
organisme mampu melihat. Sistem penglihatan menafsirkan informasi
dari cahaya untuk mendirikan representasi dunia di sekeliling tubuh. Mata
adalah alat utama sistem ini.

Mata adalah organ indra yang memiliki reseptor peka cahaya yang disebut
fotoreseptor. Saraf indra penglihatan, saraf optikus(urat saraf kranial
kedua), muncul dari sel-sel ganglion dalam rebina, bergabung untuk
membentuk saraf optikus.

B. Saran
Bagi para pembaca yang telah membaca makalah ini kiranya dapat
memberikan saran/kritik serta masukan yang berarti pada perbaikan
selanjutnya supaya makalah ini menjadi makalah yang sempurna.

32
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi
DAFTAR PUSTAKA

Ward, Jeremy P.T dkk. 2007. A Glance Fisiologi. Jakarta : Erlangga.

Wikipedia. 2013. Sistem Penglihatan (Online). Tersedia :


http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_penglihatan [22 Oktober 2013]

Anonymous. 2013. Anatomi dan Fisiologi Indra Penglihatan (Online). Tersedia :


http://4sinaps.blogspot.com/2013/01/anatomi-dan-fisiologi-mata.html [23
Oktober 2013.

Pearce, E.C. 2006. Anatomy & Physiology for Nurse. ( Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis). Cetakan ke-28. Alih bahasa: Sri Yuliani Handoyo.
Jakarta: PT Gramedia.

Wikipedia. 2013. Penyakit Mata ( Online).Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/kategori


[22 Oktober 2013]

33
STIKes Jenderal Achmad Yani CImahi

Anda mungkin juga menyukai