92 ‘Sitok Nabawiyoh
Selain itu, sebagai jawabannya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda memberikan peringatan kepada para wali, ’Apabilg
telah datang kepada kamu, seorang laki-laki yang akhlak dan agamanya kalian
ridhai, maka nikahkanlah karena jika kalian tidak melakukannya, maka akan
ada fitnah di bumi dan kerusakan yang meluas.”"
Bagi laki-laki contoh teladan dalam mencari istri adalah Rasulullah
Shallallahu Alihi wa Sallam, dan bagi wanita contoh teladan dalam
mencari suami adalah Khadijah Radhiyallahu Anha.
Pernikahan yang terlaksana dengan cara pemilihan yang sempurna
membawa pengaruh yang besar, Khadijah Radhiyallahu Anha ada-
lah tempat kembali Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah men-
dapatkan rintangan dakwah. Cukuplah sebagai contoh pada awal
kenabian yaitu dia menenangkan jiwa suaminya. Dia berkata, “Demi
Allah, sekali-kali Dia tidak akan menghinakanmu selamanya.”
Nabi disakiti tatkala mengajak kepada kebenaran, tetapi setelah
kembali ke rumah, dia mendapati seorang istri yang menghiburnya
dan membangkitkan semangatnya. Dia bukanlah wanita yang suka
mengeluh dan lemah dalam menghadapi tantangan dakwah.
Kemudian sikap Rasulullah Shallaliahu Alathi wa Sallam terhadapnya
juga sangat sempurna dalam memenuhi hak-haknya. Beliau selalu
mengingatnya, hingga setelah kematiannya, beliau berbuat baik kepada
kerabat dekatnya, hingga Aisyah Radhiyallahu Anha merasa cemburu
seperti yang telah kita sebutkan sebelumnya pada pembahasan keuta-
maan Khadijah Radhiyallahu Anha.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita akan masuk ke dalam pelajaran
berikutnya dari pernikahan ini, yaitu kesetiaan yang semestinya hadix
pada kehidupan suami istri. Seorang istri harus menjaga suaminya
tatkala dia ada ataupun tidak ada, membantunya dalam pekerjaanny,
menyokongnya, dan mendukungnya. Seorang istri yang menjauhkan
diri dari sifat keluh kesah adalah wanita yang memiliki banyak masa-
lah dengan suaminya, karena suaminya menghadapi masalah di luat
rumah dan kembali ke rumah; tempat ia mencari ketenangan. Namun,
bila yang terjadi adalah di rumah juga menghadapi masalah dan tidek
128 Tbnu Majah dalam sunannya, 1/622, Al-Albani menghasankan, dalam Shakih Ibm
Majah, 1/333, nomor 1061.Memanami Solera Perjalanan Nabi
dari Pertama hingga Kenabian 93
mendapatkan ketenangan, maka itu adalah sebuah petaka rumah tang-
ga. Namun, itulah yang banyak terjadi karena para istri tidak men-
contoh kehidupan Khadijah Radhiyallahu Anha.
Suami pun dituntut untuk setia dengan istrinya, memenuhi hak-
hak istri, tetapi terkadang banyak suami yang meminta haknya dan
mengabaikan kewajibannya. Dia menuntut sang istri melayani suami
dengan baik, tetapi lalai dalam memenuhi hak-hak istri. Ironisnya, hal
seperti ini banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat muslim. Syaikh
Utsaimin Rahimahullah dalam menafsirkan firman Allah:
J S363 Os535
os estes
Gy Oo se hes
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila
mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”
(QS. Al-Muthaffifin: 1-3), berkata, “Perumpamaan yang disebutkan
oleh Allah dalam ayat ini adalah sebuah perumpamaan yang di-qias-
kan (dianalogikan) dengan setiap yang mirip dengannya, semua yang
meminta haknya secara sempurna, tetapi tidak memberikan kewa-
jibannya secara sempurna, semua itu termasuk ke dalam kajian ayat
ini, Sebagai contoh seorang suami yang ingin dilayani secara sempurna
oleh istrinya, tetapi dalam masalah hak istrinya, dia lalai dan tidak
memberikannya secara baik. Begitu banyak kasus seperti itu yang
dikeluhkan oleh para istri, dan kita berlindung kepada Allah.
Begitu pula kita mendapati banyak manusia yang ingin anaknya
melakukan kewajibannya secara sempurna, tetapi sebagai orang tua,
dia lalai memberikan kewajiban. Mereka ingin anaknya berbakti kepa-
danya, tetapi dalam kesempatan yang sama, dia menjadi orang tua yang
lalai mengurus anaknya. Semua itu kita namakan dengan muthaffif.”
Kita tidak hanya berhenti pada pernikahan Rasulullah Shallallahu
Alaihi ta Sallam dengan Khadijah Radhiyallahu Anka dan kelang-
gengan pernikahan mereka selama 25 tahun, agar kita bisa menjawab
tuduhan orang-orang yang berupaya untuk menodai Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam dari sisi istrinya yang banyak, karena kita
mengerti dengan sebaik-baiknya bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi94 pound Neetaly
wa Sallam adalah manusia pilihan dari Allah, yang dirinya lebih
utama bagi orang beriman daripada mereka bagi diri mereka sendiri.
Itu sebenarnya sudah cukup bagi seorang muslim untuk membantah
segala upaya yang bermaksud menodai kesucian Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, karena kedudukannya lebih mulia, lebih tinggi, dan
lebih agung daripada kita tampil membela beliau, karena setiap upaya
untuk melakukan itu akan batal dan terbalik dengan sendirinya kepada
yang melakukannya.
Walaupun mereka berkata apa saja, memfitnah, dan membuat
makar, tetapi keyakinan setiap muslim adalah seorang Rasul pastilah
terhindar dari fitnah seperti itu dan tidak perlu seorang muslim
menyibukkan diri untuk menjawabnya, karena cara seperti itu adalah
lagu lama yang selalu dipakai oleh kafir Quraisy dan Yahudi yang
zhalim pada masa kenabian dahulu
L. MEMBANGUN KA’BAH
Tbnu Hajar berkata, ”Diriwayatkan oleh Abdul Razzaq, Al-Hakim,
dan At-Thabrani bahwa Ka’bah pada zaman jahiliyah dibangun dengan
batu-batu yang bertumpukan tanpa ada tanah liat atau semacam semen
yang mengikat batu-batu itu, ia seukuran apa yang dimasuki oleh anak
kambing, berbentuk seperti lingkaran huruf D.2°”
Ka’bah pada waktu itu (tidak diberi atap), kainnya ditutupkan
di atasnya lalu terurai ke bawah, dan memiliki dua sudut. Rumah-
rumah penduduk mengelilingi Ka’bah. Pada riwayat Bukhari dari
Amr bin Dinar dan Ubaidillah bin Abi Yazid berkata, “Pada zaman
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Ka’bah tidak memiliki tembok yang
mengelilinginya, hingga tibalah masa Umar bin Khaththab Radhiyallaliu
Anhu dan membangun sekelilingnya tembok penghalang, Ubaidillah
berkata, ‘Dinding Ka’bah pendek kemudian dibangun oleh Ibnu Az-
Zubair’ Oleh karena itu, apabila hujan datang, maka selalu ber-
hadapan dengan air deras yang mengalir dari gunung Mekah, karena
tidak ada tembok di sekelilingnya yang bisa menghalaunya.
129 Lihat Ibnu Hajar, Fathu Al-Bari,3/441, danAn-Nuhayah FiGaribilhadits, 2/231,4/309.
Lihat Majma’ Zawaid: 5729; Musnad Ishaq ibn Ralawailt: 1717. Ed)
130. Shahih Al-Bukhari dengan Fathu Al-Bari, 7/146.hadits nomor 3830.Memahami Sejarah Perjai ‘
dari Pertame hingga Kenepion, V2!
95
Ketika usia Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallant telah sampai 35
tahun datanglah banjir besar yang menyebabkan dinding-dinding
Ka’bah rusak dan meluluhkan fondasinya, pada saat itulah, orang-
orang Quraisy bermaksud merobohkannya, tetapi takut terjadi apa-apa
karena mereka Sangat mencintai Ka’bah. Oleh karena itu, datanglah
AlWalid dengan membawa kampak sambil berkata, “Apakah kalian
menghancurkan Ka’ bah karena ber
rmaksud memperbaikiatau merusak?”
Mereka berkata,
"Kita ingin memperbaikinya”. Dia berkata, ” Ketahuilah
sesungguhnya Allah tidak akan membinasakan orang yang berbuat
baik dan kemudian mulai menghancurkan bagian tertentu darinya”.
Malam itu berlalu dalam penantian tentang apakah akan terjadi sesuatu
terhadap Al-Walid. Kalau ternyata terjadi apa-apa, maka mereka akan
mengembalikan seperti semula dan apabila tidak terjadi apa-apa, maka
perobohan akan dilanjutkan karena ternyata Allah meridhainya.
Oleh karena itu, pada pagi hari, Al-Walid kembali melanjutkan
pekerjaannya dan diikuti oleh manusia lainnya, hingga dinding Ka’bah
roboh dan sampai pada fondasi (yang telah dibangun oleh) Ibrahim
Alaihissalam. Mereka membiarkan fondasinya seperti semula dan mulai
membangun kembali dinding-dindingnya dengan harta infak bersama
dengan syarat bukan dari hasil prostitusi, bukan dari hasil transaksi
riba, dan bukan karena hasil kezhaliman terhadap orang lain, semua
harus bersumber dari harta yang halal.
Orang-orang Quraisy berhasil menunaikan tugas dengan memba-
ngun Ke’bah berdasarkan jatah Kabilah masing-masing, Rasulullah
pun terlibat dalam pembangunan Ka’bah.
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhuma berkata, ”“Tatkala
Kabah dibangun Nabi Shallallalu Alaihi wa Sallam pergi bersama Al-
Abbas Raditiyallalu Anu; mereka berdua mengangkat batu, kemudian
Al-Abbas berkata kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Letakkan
sarung kamu di atas pundakmu agar batu tidak melukaimu, tetapi tiba-tiba
dia terjatuh ke tanah dan matanya melihat ke langit, dan setelah tersadar
dia berkata, ‘Sarungku, sarungku, kemudian Al-Abbas menutupkan kembali
Sarungnya’,)2
=
131 Lihat tbnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyah, 1/209, Ibnu Hajar, Fi
re jah, 1/209, jar, Fathw Al-Bari, 3/441,
132 Shalih ALBuxharibersama Al-Falhu, Kitab Menagib Al-Anshar bab Bunyan es nat
145,Suah Nobowiyoh
a id, 5 ka bersel
i actakan Hajar Aswad, mereka berselisih
Getelah sampai pada peleta S ;
a yang berhak meletakkanny? dan semua kabilah
paham tentang siap: ndapatkan kemulia-
ingin me!
5 tuk meletakkannya karena ingim ‘
ae aeork en di antara mereka. Bani Abdul
a ingga hampir terjadi
an, hingga hampir terjact pemadion erento
‘Ad-Dar mendekatkan bejana berist dara
Bani Adi Ka’ab bin Luai bersumpah un
beberapa hari.
tuk siap mati dan kondisi
menegangkan itu berlangsung hingg@
Akhirnya tokoh paling sepuh di antara mereka yang bernama
Abu Umayyah bin Al-Mugirah Al-Makhzumi mendapatkan ilham dan
berkata, ”Wahai Quraisy, jadikanlah seorang yan& pertama ka masuk
masjid menemui kalian sebagai penengah di antara kala
menerima tawaran itu dan menunggu siapa gerangan yang pertama
masuk masjid, dan ternyata yang masuk adalah Muhammad Shal-
lallahu Alaihi wa Sallam, Setelah mereka melihat, mereka berkata, “Ini
adalah orang yang tepercaya, kami setuju, dia adalah Muhammad.”
Setelah Muhammad sampai, mereka menceritakan kepadanya.
Kemudian Muhammad membentangkan kain lalu mengambil Hajar
Aswad dan meletakkannya di atas kain itu, kemudian dia berkata
kepada setiap pimpinan kabilah, “Hendaklah setiap (pemimpin) kabi-
lah memegang setiap ujung kain dan mengangkat Hajar Aswad ke
tempatnya, setelah itu Nabi meletakkannya sendiri, dengan demikian
terhindarlah pertumpahan darah orang-orang Quraisy dengan sesama
saudara mereka.
Kenyataannya adalah harta yang terkumpul dari orang-orang
Quraisy terbatas sehingga menyebabkan pembangunan Ka’bah tidak
eG oe untuk membangun seperti bangunan Nabi Ibrahim
Alaihissalam dahulu, menyebabkan mereka terpaksa mengurangi besat
bangunan. Mereka hanya memberi tembok pendek di sisi utara hanya
sebagai tanda bahwa itu adalah bagian dari Ka’bah, itulah yang, seka-
rang dikenal dengan Hijir, mereka juga meninggikan pintu Ka‘bah
dari tanah, dan sedikit mengurangi dari sisi timur, yaitu yang dikenal
dengan sebutan As-Syadzarwan,!® :
133 Lihat Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Né i
, As -Nabawiyah, 1/209-214, Ibnu Haj pee
Sh he ee i a fe
terdasarkan hadits shahih Ral: 4icad. 1) Suv ani Aa igal i aise
Pada awal tahun 1417 H, a
dilakukanlah beberapa perbaikan bangunan dan dipe™