ROSYDINA ROBI’AQOLBI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
SURABAYA
2017
BAB 1
RINGKASAN JURNAL
1.1 Judul
Jurnal ini berjudul “Discharge against Medical Advice (DAMA) in Hospital of Tabriz, Iran”.
Jurnal ini ditulis oleh Jafar Sadegh Tabrizi yang merupakan profesor manajemen pelayanan
Jafarabadi dari fakultas kesehatan universitas ilmu kesehatan Tabriz, Asaad Ranai dan Erfan Ayubi
1.2 Abstrak
Discharge against Medical Advice (DAMA) yang kemudian kita sebut sebagai pulang atas
permintaan sendiri, merupakan kejadian yang berhubungan dengan meningkatnya morbiditas dan
kasus readmisi (perawatan kembali). Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi prevalensi kejadian
pulang atas permintaan sendiri dan menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Studi ini menggunakan metode cross-sectional yang dilaksanakan sejak bulan April s.d.
September 2012 pada 17 rumah sakit di daerah Tabriz, Iran. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan dua bagian meliputi factor demografi dan informasi mengenai rumah sakit dan
Rata-rata dari keseluruhan kejadian pulang atas permintaan sendiri sebesar 5,7%. Kejadian
pulang atas permintaan sendiri paling tinggi adalah dari rumah sakit swasta dan Pendidikan, yaitu
sebesar 10,8% dan 9,6%. Kasus pulang atas permintaan sendiri paling rendah yaitu dari rumah
2
sakit social sebesar 2,5%. Pada studi ini, jenis kelamin, usia, status pembayaran merupakan
Dalam perbandingan dengan studi lainnya, tingginya kejadian pulang atas permintaan
sendiri pada studi ini menunjukkan kebutuhan akan studi lainnya untuk mencari penyebab kejadian
pulang atas permintaan sendiri dan untuk menunjukkan intervensi yang sesuai dalam penurunan
kejadian pulang atas permintaan sendiri. Dengan mengetahui prevalensi kasus pulang atas
permintaan sendiri dan factor-faktor yang berhubungan dapat menjadi peran penting dalam deteksi
1.3 Pendahuluan
Pulang atas permintaan sendiri merupakan sebuha masalah yang kompleks dan karena terapi
yang tidak tuntas dapat mengancam pasien dengan meningkatnya tingkat keparahan penyakit dan
Bebrapa studi sejak 1960 menemukan bahwa pasien pada rumah sakit jiwa dan rumah sakit
khusus perawatan penyakit akut memiliki tingkat kejadian pulang atas permintaan sendiri yang
tinggi. Vingart dan Colleagus (1998) menyebutkan bahwa kasus pulang atas permintaan sendiri
meningkat dari 0,4% pada tahun 1984 menjadi 0,8% tahun 1995.
Pada beberapa dekade terakhir, diskusi tentang kejadian pulang atas permintaan sendiri focus
pada kualitas pelayanan kesehatan. Jika kualitas pelayanan rumah sakit meningkat, maka kasus
Pasien dalam kasus pulang atas permintaan sendiri dihadapkan pada masalah tatalaksana
yang tidak adekuat, meningkatnya komplikasi, dan risiko perawatan kembali sehingga
meningkatkan durasi perawatan di rumah sakit ketika dirawat kembali. Hwang dkk (2003)
3
menunjukkan bahwa pasien dengan pulang atas permintaan sendiri memiliki risiko readmisi 15
hari setelah pulang 7 kali lebih tinggi dari pada pasien yang secara formal pulang atas izin dokter.
1.4 Metode
Penelitian ini menggunakan metode corss-sectional dilakukan di kota Tabriz, Iran sejak
April s.d. September 2012. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian, penyebab dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pulang atas permintaan sendiri pada delapan
rumah sakit Pendidikan, dua rumah sakit publik, lima rumah sakit swasta dan dua rumah sakit
swasta social security. Seluruh pasien yang pulang atas permintaan sendiri pulang dari rumah sakit
selama 6 bulan periode studi. Rumah sakit yang tidak memiliki sistem informasi dalam merekam
kejadian pulang atas permintaan sendiri tidak termasuk dalam penelitian ini.
merupakan faktor demografi meliputi usia, jenis kelamin, jenis asuransi, informasi mengenai
kondisi rumah sakit. Bagian kedua meliputi alasan dari pulang atas permintaan sendiri.
1.5 Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian pulang atas permintaan sendiri yang
dilakukan pada 17 rumah sakit di Tabriz sejak April s.d. September 2012 sebanyak 15.709 dari
total 252.389 kasus pasien pulang (5,8%). Kejadian pulang atas permintaan sendiri paling tinggi
terjadi pada rumah sakit swasta (9,7%) dan rumah sakit pendidikan (8,8%).
Dengan analisis regresi linear multivariable, didapatkan hasil bahwa usia (p < 0,001) dam
bulan (p < 0,016) memiliki efek signifikan pada durasi perawatan. Durasi perawatan berkisar dair
4
Hanya satu rumah sakit yang memiliki data tentang alasan pasien pulang atas permintaan
sendiri. Alasan utama pulang atas permintaan sendiri pada rumah sakit tersebut adalah alasan
personal seperti kecemasan dan ketidaknyamanan. Alasan lain dari kejadian pulang atas
permintaan sendiri karena staf rumah sakit, masalah finansial, dan ketidakpuasan terhadap
pelayanan.
1.6 Pembahasan
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa angka kejadian pulang atas permintaan sendiri
sebesar 5,8% pada total 17 rumah sakit yang diteliti selama 6 bulan. Angka tersebut lebih besar
daripada studi kasus di USA yang menunjukkan angka 1,4% sampai 2% dari semua kasus yang
pulang. Pada penelitian lain di Iran, pulang atas permintaan sendiri pernah dilakukan mencapai
angka 10,3%. Pada studi lain di departemen emergensi, anak dan psikoterapi didapatkan hasil
pulang atas permintaan sendiri sebesar 20%, 5,3% dan 3,4%. Stranges dkk (2009) menyebutkan
bahwa angka kejadian pulang atas permintaan sendiri pada negara berkembang dua kali lebih besar
Beberapa penemuan pada studi ini adalah bahwa rumah sakit swasta dan Pendidikan
memiliki angka kejadian pulang atas permintaan sendiri yang paling tinggi, yaitu 9,7% dan 8,8%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Onukwugha dkk yang menunjukkan bahwa rumah
sakit Pendidikan merupakan alasan utama pasien pulang atas permintaan sendiri. Tetapi Smith dkk
(1991) di USA menunjukkan bahwa rumah sakit Pendidikan memiliki angka pulang atas
permintaan sendiri paling rendah. Variasi tersebut mencerminkan perbedaan model pelayanan
kesehatan pada negara yang berbeda. Pada kasus ini, faktor-faktor yang menjadi pengaruh pulang
atas permintaan sendiri adalah usia muda, kurangnya asuransi kesehatan, bulan perawatan.
5
Pengaruh usia terhadap kejadian pulang paksa sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa usia muda merupakan prediktor kejadian pulang atas permintaan sendiri.
Lebih jauh, penelitian ini menyebutkan bahwa kejadian pulang atas permintaan sendiri lebih
banyak terjadi pada perempuan, hal tersebut menjadi inkonsisten dibandingkan dengan penelitian
lain yang menyebutkan bahwa laki-laki dilaporkan lebih berhubungan dengan kejadian pulang atas
permintaan sendiri.
Catatan lain dalam penelitian ini bahwa bulan perawatan juga menjadi hal yang signifikan
berhubungan dengan kejadian pulang atas permintaan sendiri, hal yang tidak dilaporkan pada
penelitian sebelumnya.
Rata-rata lama hari perawatan pada pasien yang pulang atas permintaan sendiri dalam
penelitian ini sebesar 2,6 hari, sedangkan rata-rata pasien pulang sebesar 3,7 hari. Pada beberapa
studi sebelumnya dilaporkan rata-rata hari perawatan pada pasien pulang atas permintaan sendiri
lebih pendek.
Pada penelitian ini, hanya satu rumah sakit yang mencatat alasan pasien pulang atas
permintaan sendiri . Green (2004) menyebutkan bahwa 67% kasus pulang atas permintaan sendiri
Pada studi ini, rumah sakit swasta dan Pendidikan merupakan rumah sakit yang paling tinggi
dalam angka kejadian pulang atas permintaan sendiri. Hal tersebut bisa jadi akibat ketidakpuasan
terhadap pelayanan kesehatan dan kualitas yang rendah dalam pelayanan. Hal tersebut dapat
menunjukkan butuhnya intervensi yang sesuai untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan
perhatian kepada pelayanan pasien senter untuk menurunkan angka kejadian pulang atas
permintaan sendiri.
6
1.7 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah kurangnya rumah sakit yang memiliki sistem informasi
1.8 Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kejadian pulang atas permintaan sendiri sebesar
5,8%. Usia muda, jenis kelamin perempuan, tipe rumah sakit dan ruangan, diagnosis, jenis
pembayaran, bulan perawatan, merupakan prediktor kejadian pulang atas permintaan sendiri.
Penelitian lain dibutuhkan untuk mengetahui alasan-alasan dari pasien yang pulang atas
7
BAB 2
REVIEW JURNAL
2.1 Abstrak
Pada bagian latar belakang abstrak, disebutkan dampak dari kejadian pulang atas permintaan
sendiri adalah meningkatnya morbiditas dan kasus perawatan kembali, namun dalam penelitian ini
Pada bagian hasil dalam abstrak, disebutkan bahwa angka kejadian pualng atas permintaan
sendiri yang terjadi pada rumah sakit swasta dan rumah sakit Pendidikan paling tinggi sebesar
10,8% dan 9,6%. Angka tersebut berbeda dengan angka yang disebutkan dalam tabel pada hasil
penelitian. Dalam tabel hasil penelitian, angka kejadian pulang atas permintaan sendiri pada rumah
sakit swasta dan rumah sakit Pendidikan sebesar 9,7% dan 8,8%.
Pada penulisan abstrak, tidak perlu dipisahkan bagian latar belakang, metode, hasil dan
2.2 Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan telah dijelaskan gambaran terkait kejadian pulang atas permintaan
sendiri pada beberapa negara lain, departemen lain yang bisa menjadi latar belakang penulis
melakukan penelitian.
berkembang dan negara maju dengan periode penelitian yang jauh berbeda. Penelitian di negara
maju (USA) yang dilakukan sebelumnya pada tahun 1998 dengan angka kejadian pulang atas
permintaan sendiri yang cukup rendah. Hal tersebut membuat perbandingan menjadi tidak relevan.
8
2.3 Metode
Metode penelitian dituliskan dengan lengkap dan terdiri dari 3 sub bab, yaitu sampel,
pengumpulan data, dan analisis data. Pada penjelasan terkait sampel penelitian dijelaskan jenis
penelitian, cara pengambilan sampel, faktor inklusi dan ekslusi dengan baik dan jelas.
2.4 Hasil
Hasil penelitian sudah menjelaskan hal yang diteliti mengenai faktor demografi responden
yang pulang atas permintaan sendiri, alasan pasien pulang atas permintaan sendiri, hingga
Namun ada kesalahan pada penulisan dan penjelasan tabel 1, yaitu didapatkan perbedaan
angka kejadian pulang paksa pada rumah sakit swasta dan Pendidikan antara di tabel dengan
penjelasannya.
2.5 Pembahasan
Pembahasan penelitian sudah dituliskan dengan detail dan menyeluruh terkait semua
variabel yang diteliti. Semua variabel yang berhubungan dijelaskan dan dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya. Namun perbandingan penelitian sebelumnya memiliki periode masa yang
terlalu jauh dengan penelitian ini, sehingga jika dilakukan perbandingan menjadi kurang relevan.
Dalam penelitian ini juga memiliki keterbatasan karena banyak rumah sakit tidak memiliki
sistem informasi yang cukup dalam penyajian data pulang atas permintaan sendiri sehingga angka
kejadian pulang atas permintaan sendiri tidak dapat digeneralisasikan karena tidak mencakup
9
2.6 Kesimpulan
kejadian pulang atas permintaan sendiri. Peneliti juga menyadari bahwa penelitiannya terdapat
beberapa kekurangan, sehingga memberikan saran agar ada penelitian selanjutnya untuk bisa
mencari lebih jauh tentang alasan pasien pulang atas permintaan sendiri menurut pasien dan
10
BAB 3
IMPLEMENTASI DI INDONESIA
Berdasarkan hasil penelitian beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian pulang atas
permintaan sendiri adalah usia muda, jenis kelamin perempuan, jenis rumah sakit dan ruangan,
diagnosis, jenis pembayaran, dan bulan perawatan. Dalam implementasinya di Indonesia, belum
tentu usia muda menjadi prediktor kejadian pulang atas permintaan sendiri. Begitu juga variabel
Hal yang bisa menjadi sama adalah bahwa Indonesia merupakan negara berkembang, sama
halnya dengan negara Iran yang menjadi tempat dalam penelitian ini. Sehingga menurut penelitian
sebelumnya disebutkan bahwa angka kejadian pulang atas permintaan sendiri di negara
berkembang lebih tinggi daripada negara maju. Hal tersebut bisa terjadi juga di Indonesia.
Isu yang muncul belakangan ini terkait pulang atas permintaan sendiri adalah berhubungan
dengan ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan, sehingga hal tersebut bisa menghasilkan
Masalah lain terkait alasan pulang atas permintaan sendiri adalah akibat kurangnya asuransi
kesehatan yang membuat pasien tidak mampu melanjutkan perawatan akibat masalah finansial.
Sehingga dalam implementasinya di Indonesia, asuransi kesehatan bisa menjadi solusi untuk
permasalahan tersebut.
11