Anda di halaman 1dari 13

2.

11 Asuhan Keperawatan Teori

A. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, usia, alamat, nomor telepon, status pernikahan,
pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, suku, bangsa, dan nama penanggung jawab klien.

b. Keluhan utama

Klien mengeluh nyeri pada pinggang, urin berdarah, wajah kaki bengkak, pusing dan badan cepat lelah.

c. Riwayat penyakit

1. Riwayat Penyakit Dahulu : riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritemateosus
2. Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengeluh bengkak seluruh tubuuh, kencing berwarna
seperti cucian daging atau berdarah , tidak nagfsu makan, mual, muntah, dan diare. Badan
panas saat hari pertama sakit.
3. Riwayat Penyakit Keluarga : Adakah keluarga pasien yang memiliki penyakit serupa.

d. Pola aktivitas sehari-hari

1. Pola nutrisi dan metabolic : Pasien mengatakan bahwa badan panas pada hari pertama sakit.
Mual, muntah, dan terjadi anoreksia juga menyebabkan intake nutrisi menjadi tidak adekuat.
2. Pola eliminasi : Tidak terdapat gangguan eliminasi alvi. Eliminasi uri ditemukan hematuria dan
terdapat protein dalam urin.
3. Pola aktivitas : Klien mengeluh cepat lelah untuk melakukan aktivitas.

e. Psikososial spiritual

Meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk mendapatkan hasil yang jelas terhadap status
emosi, kognitif, dan perilaku klien. Masalah kesehatan pada sistem perkemihan menimbulkan respon maladaptif
terhadap konsep diri klien sehingga tingkat stres emosional dan mekanisme koping yang digunakan berbeda-
beda. Nyeri juga memberikan stimulus akan kecemasan dan ketakutan klien.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Kesadaran pasien kompos mentis namun menunjukkan kelemahan dan terlihat sakit, apabila pasien datang
pada fase awal akan didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi meningkat, terjadi peningkatan
pada tekanan darah.

b. B1 (breathing)

Tidak ditemukan masalah pada pola napas

c. B2 (blood)

Peningkatan tekanan darah sekunder adalah tanda dari glomerulonefritis yang disebabkan oleh retensi natrium
dan air yang berdampak pada kardiovaskuler yang akan terjadi penurunan perfusi jaringan.

d. B3 (brain)
Terdapat konjungtiva yang anemis dan edema wajah terutama periorbital. Pasien beresiko kejang sekunder
akibat gangguan elektrolit.

e. B4 (bladder)

Terdapat edema pada ektremitas dan wajah. Warna urin menjadi seperti cola karena proteinuri dan hematuri.
Saat dipalpasi terdapat nyeri tekan ringan pada bagian kostovetebra. Perkusi pada sudut kostovertebra akan
ditemukan nyeri ringan lucal yang menjalar ke pinggang dan abdomen.

f. B5 (bowel)

Mual, muntah, dan anoreksia yang menyebabkan penurunan intake nutrisi

g. B6 (bone)

Pasien mengeluh sering cepat lelah saat melakukan aktivitas sehari-hari.

B. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS: pasien mengeluh nyeri


bagian kostovertebra Glomerulonefritis akut

DO: ↓

P: glomerulonefritis akut Terbentuk


Asam Arachidonat
Q:

R: nyeri pada daerah
kostovertebra Terbentuk substansi nyeri

S: pasien mengatakan skala ↓


1. nyeri 4 (0-10) Nyeri akut

Respon saraf sensori dan


T: nyeri hilang timbul perifer

Vital sign: ↓

TD : >120/80 mmHg Sensitivitas pada neuron


primer aferen
S : 370C

N :>100 x/menit
Nyeri akut
RR : normal

Glomerulonefritis akut
DS: Klien mengeluh mata,

tangan dan kaki bengkak
Aktivasi komplemen
2 ↓ Kelebihan volume
Melaporkan BB meningkat Menarik leukosit dan trombosit cairan
dalam periode singkat ke glomerulus

Pengendapan fibrin dan
DO: pembentukan jaringan parut

Membran glomerulus menebal
a. tampak adanya edema

(ekstremitas/periorbital/abdo
Penurunan volume urin,
men)

b. pemeriksaan urinalisis
retensi cairan dan natrium,
didapatkan proteinuria > 3,5

gr/hr
Kelebihan volume cairan
c. Timbang berat badan
didapatkan meningkat di
atas normal

DS:
Klien mengeluh tidak nafsu Glomerulonefritis akut
makan. ↓
DO: Aktivasi komplemen

a. Pasien hanya menghabiskan Gangguan permeabilitas
setengah dari porsi makan. selektif kapiler glomerulus
b. Jenis diet: tinggi kalori ↓
c. A : BB meningkat karena Protein plasma dan eritrosit Ketidakseimbangan
3. cairan edema bocor melalui glomerulus nutrisi kurang dari
d. B : hB 13,1 g/dL, ↓ kebutuhan tubuh
Albumin<3,2 g/dL. Proteinuria & hematuria
e. C : klien hanya ↓
menghabiskan setengah dari Respon sistemik : Mual,
porsi makan, klien tampak muntah,anoreksia
lemas. ↓
f. D : klien mnedapatkan terapi ketidakseimbangan nutrisi
tinggi kalori . kurang dari kebutuhan tubuh

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan sensitivitas pada neuron primer aferen


2. Kelebihan volume cairan berhubungaan dengan retensi cairan dan natrium
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,anoreksia

D. Intervensi dan Rasional


1. Nyeri akut berhubungan dengan sensitivitas pada neuron primer aferen

Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, skala nyeri yang dilaporkan berkurang.
Kriteria Hasil :

a. skala nyeri 1-3


b. wajah tidak meringis
c. dapat melakukan tehnik relaksasi yang efektif

Intervensi Rasional

1. Observasi secara PQRST dan karakteristik Membantu membedakan penyebab nyeri dan
nyeri yang dirasakan (menetap, hilang timbul, memberikan informasi tentang
kolik) serta catat temuan yang didapat kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya
komplikasi, dan keefektifan intervensi
2. Kompres hangat pada area yang nyeri Efek dilatasi memberikan respons spasme akan
menurun

3. Bantu klien untuk menggunakan teknik


relaksasi, contoh bimbingan imajinasi, Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali
visualisasi perhatian, dapat meningkatkan koping

4. Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam saat


nyeri muncul Meningkatkan intake oksigen sehingga akan
menurunkan stimulus internal

5. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien


melakukan posisi yang nyaman Tirah baring pada posisi fowler rendah
menurunkan tekanan intraabdomen

6. Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuai


indikasi Memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan
berkurang

2. Kelebihan volume cairan berhubungaan dengan retensi cairan dan natrium

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapakan terjadi keseimbangan cairan
dan tidak ada udema pada tubuh serta pengeluaran urin kembali normal
Kriteria Hasil:

1. Output dan input cairan seimbang.(1-2cc/kg BB/jam-dewasa, anak-anak ½ - 1 cc/kg BB/jam)


2. Tekanan darah normal (100-120/60-90 mmHg)
3. Denyut nadi normal (80-100x/menit)
4. Tidak terjadi acites/oedema pada perut

Intervensi Rasional

1. Pantau input dan output urine serta hitung


keseimbangan cairan Pemantauan input dan output urine serta
menghitung keseimbangan cairan dapat
membantu mengevaluasi status cairan klien

2. Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital


pasien, perhatikan hipertensi,nadi kuat, distensi Sebagai deteksi dini untuk mengetahui timbulnya
vena leher komplikasi

3. batasi cairan tergantung pada status volume


cairan Menghindari terjadinya acites

4. Awasi natrium serum


Sebagai deteksi dini adanya hipernatremi

5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium untuk Untuk mengetahui kadar elektrolit dalam tubuh
kadar elektrolit klien, sehingga ketidakseimbangan elektrolit
dapat dicegah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,anoreksia

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam, nutrisi dan zat gizi klien terpenuhi optimal
Kriteria Hasil :

1. BB klien meningkat > 4kg sesuai proporsi tubuhnya


2. Nafsu makan klien baik
3. Nilai laboratorium (misalnya, transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal.
4. Klien dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan

Intervensi Rasional

1. Monitoring intake makanan setiap hari.


Dan timbang berat badan setiap hari serta Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan
laporkan adanya penurunan atau masukan kalori yang cukup merupakan indikasi adanya
kenaikan gangguan pada GIT

2. Auskultasi bising usus Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan


motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah
fungsi absorbsi

3. Berikan makanan sedikit-sedikit namun


sering Memberikan makanan sedikit namun sering akan lebih
efektif guna sebagai cadangan makanan untuk klien

4. Hindari pemberian makanan yang dapat


meningkatkan peristaltik usus (misalnya,
teh, kopi, dan makanan berserat lainnya) Peningkatan motilitas saluran cerna dapat
dan cairan yang menyebabkan diare mengakibatkan diare dan gangguan absorbs nutrisi
(misalnya, apel/ jambu) yang diperlukan

E. Evaluasi
a. Nyeri pasien berkurang
b. rasa nyaman pasien bertambah
c. Asupan dan haluaran pasien seimbang
d. Berat badan pasien kembali normal

BAB III
ASKEP KASUS

3. Kasus

Tn. R ( 37 tahun ) dirawat di RSUA pada tanggal 3 Maret 2015 dengan keluhan BAK agak berkurang dan air
kencing berwarna seperti teh pekat. Sebelumnya, pasien pernah mengalami radang tenggorokan. Selain itu,
pasien juga mengalami mual dan muntah sehingga nafsu makannya menurun danbadannya lemas. Perawat
menemukan adanya konjungtiva anemis, edema pada ekstremitas dan pasien terlihat sembab disekitar mata.
Pada saat dilakukan palpasi, didapatkan nyeri tekan ringan pada area kostovertebra. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan TD 155/100 mmHg, N 100x/menit, RR 20x/menit dan suhu 37,5 derajat Celsius. Pasein
juga dilakukan pemeriksaan urinalisis yang didapatkan adanya proteinuria dan hematuria. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan BUN: 25 mg/dl, Albumin: 3 gr/dl dan Hb: 10 gr/dl.

3. Pembahasan Kasus
A. PENGKAJIAN

1. Anamnesa

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. R
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Tanggal MRS : 3 Maret 2015

2. Keluhan utama

Pasien mengatakan bahwa BAKnya agak berkurang dan air kencingnya berwarna seperti teh pekat.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dirawat di RSUA dengan keluhan BAK agak berkurang dan air kencing berwarna seperti teh pekat. Selain
itu, pasien juga mengalami mual dan muntah sehingga nafsu makannya menurun dan badannya lemas. Perawat
menemukan adanya konjungtiva anemis, edema pada ekstremitas dan pasien terlihat sembab disekitar mata.
Pada saat dilakukan palpasi, didapatkan nyeri tekan ringan pada area kostovertebra

4. Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah mengalami radang tenggorokan.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga tidak memiliki penyakit infeksi maupun penyakit turunan.

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum : Kesadaran pasien kompos mentis

Tanda – tanda vital :


S = 37, derajat Celsius, TD = 155/100mmHg, RR = 20x/menit, N = 100x/menit

b. B1 ( Breating )

Tidak ditemukan masalah pada pernapasan

c. B2 ( Blood )

Terjadi peningkatan tekanan darah, akral hangat.

d. B3 ( Brain )

Sadar, badan lemas, daerah di sekitar mata tampak sembab, konjungtiva anemis.,

e. B4 ( Bladder )

Terdapat edema pada ekstremitas dan wajah, perubahan warna urin yaitu berwarna seperti teh pekat karena
proteinuria dan hematuria serta frekuensi BAK berkurang, pada saat palpasi didapatkan nyeri tekan ringan pada
area kostovertebra.

f. B5 ( Bowel )
Nafsu makan menurun, mual dan muntah

g. B6 ( Bone and Integumen )

Pasien tampak lemah, terdapat edema pada ekstremitas dan sembab di sekitar mata

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pada pemeriksaan urinalisis terdapat hematuria dan proteinuria.


b. Pada pemeriksaan laboratorium BUN: 25 mg/dl, Albumin: 3 mg/dl dan Hb: 10 gr/dl

B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

DS :Pasien mengeluh nyeri tekan


ringan pada area kostovertebra
saat dilakukan palpasi.

Glomerulonefritis akut

DO : ↓

P = glomerulonefritis akut Inflamasi pada glomerulus

Nyeri akut b.d adanya proses


Q=- ↓
inflamasi pada glomerulus

R = nyeri pada daerah Terbentuk substansi nyeri


kostovertebra

S = pasien mengatakan skala
nyeri 5 (0-10)
Nyeri akut

T = nyeri hilang timbul

DS : Pasien mengeluh mata dan Glomerulonefritis akut


kaki bengkak ↓
Aktivasi komplemen

Menarik leukosit dan trombosit ke
glomerulus
DO : ↓
Pengendapan fibrin dan
pembentukan jaringan parut Kelebihan volume cairan
 Terdapat edema pada ↓
ekstremitas dan sembab di Membran glomerulus menebal
sekitar mata pasien. ↓
 Terjadi peningkatan BB Penurunan volume urin,
pasien di atas normal ↓
 Terjadi hipertensi retensi cairan dan natrium,

Kelebihan volume cairan
DS : Pasien mengeluh tidak nafsu Glomerulonefritis akut Ketidakseimbangan nutrisi kurang
makan dan mengalami mual dan ↓ dari kebutuhan tubuh
muntah Aktivasi komplemen

DO : Gangguan permeabilitas selektif
kapiler glomerulus

 A : BB meningkat karena
Protein plasma dan eritrosit bocor
cairan edema
melalui glomerulus
 B : Hb 10gr/dL, Albumin 3 ↓
gr/dL, BuN 25 mg/dl Proteinuria & hematuria
 C : klien hanya menghabiskan ↓
setengah dari porsi makan, Respon sistemik : Mual,
klien tampak lemas. muntah,anoreksia
 D : klien mendapatkan terapi ↓
tinggi kalori . ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

Glomerulonefritis
DS : Pasien mengatakan dirinya Akut
merasa lemas ↓
Kapiler glomerulus
DO : Bocor

 Pasien tampak pucat dan Protein yang dibentuk ginjal keluar Intoleransi aktivitas b.d proteinuria
lemah dalam urin

 Proteinuria
Proteinuria
 Konjungtiva anemis ↓
 Edema ekstremitas Tubuh lemas

Intoleransi aktivitas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi, kontraksi otot sekunder, adanya inflamasi
glomerulus
2. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan fungsi ginjal terganggu, retensi cairan dan
natrium
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah,anoreksia
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan edema ekstremitas, anemia, kelemahan fisik secara umum

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi, kontraksi otot sekunder, adanya inflamasi
glomerulus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam terdapat penurunan respon nyeri
Kriteria Hasil :

 Pasien menyatakan penurunan rasa nyeri, skala nyeri 0 -1 ( 0 – 4 )


 Didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer,
produksi urin > 600 ml / hari

Intervensi Rasional

1. Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST

2. Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh
dengan segera. mana intervensi yang diperlukan dan sebagai
evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen
nyeri keperawatan

Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik


3. Lakukan manajemen nyeri : yang berdampak pada kematian mendadak.

Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan oksigen


a. Atur posisi fisiologis ke jaringan yang mengalami iskemia akibat respon
peradangan glomerulus.

Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen


jaringan perifer dan akan meningkatkan suplai darah
pada jaringan yang mengalami peradangan.
b. Istirahatkan pasien
.Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan
yang akan berkurang apabila banyak pengunjung
yang berada di ruangan.

Meingkatkan asupan oksigen sehingga akan


c. Manajemen lingkungan : berikan lingkungan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan.
tenang dan batasi pengunjung
Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan
stimulus internal dengan mekanisme peningkatan
produksi endorphin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.

Pengetahuan yang didapat membantu mengurangi


nyerinya dan dapat membantu mengembangkan
d. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.

Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri


akan berkurang.

e. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri


4. Tingkatakan pengetahuan tentang : sebab –
sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama
nyeri akan berlangsung.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian


analgesik

2. Dx 2 :Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan fungsi ginjal terganggu, retensi cairan dan
urin

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapakan terjadi keseimbangan cairan
dan tidak ada edema pada tubuh serta pengeluaran urin kembali normal
Kriteria Hasil :

 Tidak ada tanda dan gejala kelebihan cairan yang ditandai dengan :

a. Output dan input cairan seimbang.(1-2cc/kg BB/jam-dewasa, anak-anak ½ - 1 cc/kg


BB/jam)
b. Tekanan darah normal (100-120/60-90 mmHg)
c. Denyut nadi normal (80-100x/menit)
d. Edema ekstremitas berkurang
e. Berat badan stabil
f. Produksi urin < 600 ml/hari
g. Pitting edema (-)

Intervensi Rasional

1. Kaji adanya edema ekstremitas.

Curiga gagal kongestif / kelebihan volume cairan.

Pemantauan input dan output urine serta


menghitung keseimbangan cairan dapat membantu
2. Pantau input dan output urine serta hitung mengevaluasi status cairan klien
keseimbangan cairan.
Untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan yang
dapat meningkatkan beban kerja jantung serta
deteksi dini untuk mengetahui timbulnya komplikasi.

3. Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital Menghindari terjadinya acites/ edema.
pasien, perhatikan hipertensi,nadi kuat, distensi
vena leher
Perubahan tiba – tiba dari berat badan
menunjukkan adanya gangguan keseimbangan
cairan.

4. Batasi cairan tergantung pada status volume Untuk mengetahui kadar elektrolit dalam tubuh
cairan klien, sehingga ketidakseimbangan elektrolit dapat
dicegah.

Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume


plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan
5. Timbang berat badan setiap hari. sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru.
6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium untuk kadar
elektrolit

7. Kolaborasi untuk pemberian diuretic

3. Dx 3 :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah,anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi dan zat gizi
klien terpenuhi optimal
Kriteria Hasil :

 BB klien meningkat > 4kg sesuai proporsi tubuhnya


 Nafsu makan klien baik
 Nilai laboratorium (misalnya, transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal.
 Klien dapat menghabiskan porsi makan yang diberikan

Intervensi Rasional

1. Pantau TTV dan monitoring intake makanan


setiap hari serta timbang berat badan setiap hari
serta laporkan adanya penurunan atau kenaikan.
Penurunan berat badan terus menerus dalam
keadaan masukan kalori yang cukup merupakan
indikasi adanya gangguan pada GIT.

2. Hindari pemberian makanan yang dapat


meningkatkan peristaltik usus (misalnya, teh, Peningkatan motilitas saluran cerna dapat
kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan mengakibatkan diare dan gangguan absorbs nutrisi
yang menyebabkan diare (misalnya, apel/ yang diperlukan.
jambu)Berikan makanan yang disukai

3. Berikan makanan sedikit-sedikit namun sering. Memberikan makanan sedikit namun sering akan
lebih efektif guna sebagai cadangan makanan untuk
klien.

Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual,


4. Berikan makanan dalam keadaan hangat dan mempercepat perbaikan kondisi, serta mengurangi
porsi kecil serta diet TKTPRG ( Tinggi Kalori beban kerja jantung.
Tinggi Protein Rendah Gula )
4. Dx 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan edema ekstremitas, anemia, kelemahan fisik secara
umum

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan
meningkatnya kemampuan beraktivitas
Kriteria Hasil :

 Taat pada rencana aktivitas


 Tekanan darah dalam batasan normal
 Mampu melakukan aktivitas secara mandiri tanpa gejala yang berat

Intervensi Rasional

1. Pantau kekurangan protein tubuh yang


berlebihan.

2. Berikan diet TKTP. Protein merupakan salah satu sumber energi bagi
tubuh dan penurunan protein menyebabkan
kelemahan

Kalori dan karbohidrat merupakan sumber energi /


ATP terbesar bagi tubuh untuk melakukan aktifitas
sehari – hari
3. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan .
aktivitas senggang yang tidak berat. Dengan mengurangi aktivitas, maka akan
menurunkan konsumsi oksigen jaringandan
memberikan kesempatan jaringanyang mengalami
gangguan dapatmemperbaiki kondisi yang optimal.

Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu


venous return

4. Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit Untuk mengetahui setiap perubahan
kritis. yang terjadi selama aktivitas.

5. Evaluasi tanda vital saat kemajuanaktivitas


terjadi.

E. EVALUASI

Hasil yang diharapkan setelah mendapat intervensi, meliputi hal – hal sebagai berikut :

1. Terjadi penurunan skalanyeri.


2. Asupan dan haluaran pasien seimbang
3. Kelebiham volume cairan dapat diturunkan, sehingga tidak terjadi edema dan berat badan pasien
kembali normal.
4. Terjadi peningkatan asupan nutrisi.
5. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary, SPC, MN, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Brunner, Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Harnowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed 3, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Morgan, peer, Kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan klinikal pathways. Jakarta: EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Rachmadi, Dedi. 2013. Diagnosis dan Penatalaksanaan Glomerulonefritis Akut
Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah Renal dan Urologi. Tangerang: Binapura Aksara Publisher
Suharyanto, Toto. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV.
Trans Info Media
Staf Pengajar IKA UI. 2004. Standar Pelayananan Medis IDAI. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai