A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran nafas mulai hidung sampai alveoli
termasuk adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura (Kemenkes
RI, 2012). Penyakit infeksi ini paling sering diderita oleh anak balita usia 1-4
peningkatan yaitu pada tahun 2007 sebesar 15,5% dan pada tahun 2013 sebesar
Dalam hal ini, ibu mempunyai peran penting dalam melakukan upaya
pencegahan dan perawatan pada balita yang menderita ISPA. Hal ini dikarenakan
anak usia balita belum mampu memenuhi kebutuhan sendiri sehingga masih
sangat tergantung dari orang lain, terutama ibu. Ibu adalah pemberi asuhan primer
Aktivitas perawatan yang dilakukan oleh ibu saat balita menderita ISPA
adalah meneruskan pemberian ASI jika masih menyusui, jika usia anak lebih dari6
bulan maka diberi makan dan minum hangat lebih banyak, pada anak usia 1 tahun
keatas diberi kecap manis ditambah madu atau air jeruk, membersihkan kotoran di
hidung agar tidak terganggu pernafasannya, menjauhkan anak dari asap rokok dan
dapur, tidak membakar sampah didekat rumah, dan anak segera dirujuk ke
1
2
puskesmas apabila ada tanda-tanda nafas cepat, kesulitan bernafas dan batuk pilek
yang disertai panas tinggi (Kemenkes RI, 2012). Selain itu, upaya pencegahan
penyakit ISPA juga penting dilakukan oleh ibu dengan memberikan vitamin dan
2008).
Dalam kenyataannya, masih banyak perilaku ibu yang kurang tepat dalam
merawat balita ISPA. Hal ini didukung dengan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada Bulan September 2016 melalui wawancara pada 10 orang ibu di
10 orang ibu, 6 diantaranya selalu membawa anaknya yang berusia kurang dari 2
tahun ke dukun bayi saat balita demam, batuk, dan pilek tanpa disertai
pengobatan medis, membiarkan anak bermain dengan penderita ISPA yang lain,
dan membawa balita ikut memasak di dapur yang menggunakan kayu bakar.
Perawatan yang tidak tepat pada balita ISPA akan memperparah kondisi ISPA
Secara tidak langsung, perilaku ibu yang kurang tepat akan meningkatkan angka
Perilaku ibu dalam melakukan perawatan pada balita ISPA dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang
Salah satu peran tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan bidan) sebagai
pencegahan dan pemberian perawatan yang sesuai untuk balita yang menderita
ISPA. Peran tenaga kesehatan ini kemudian berpengaruh terhadap perilaku ibu
dalam melakukan perawatan pada balita ISPA. Hal tersebut didukung oleh
hubungan antara persepsi ibu tentang peran tenaga kesehatan dengan perilaku ibu
dalam pencegahan pneumonia balita. Dalam penelitian lain oleh Astuti &
Koesyanto (2011) bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan
di puskesmas dengan jumlah kasus balita ISPA yang ditemukan dan ditangani
pada tahun 2014 sebesar 996 kasus (Dinkes Kabupaten Magelang, 2015).
ISPA yang tertinggi terjadi pada balita kelompok umur 1-4 tahun sebesar 31,5%
Menurut data Dinkes Kabupaten Magelang, dari 996 kasus ISPA pada balita
pada tahun 2014, persentase kasus yang ditemukan dan ditangani paling besar
penyakit ISPA yaitu promosi kesehatan tentang ISPA dan upaya kesehatan
kasus ISPA pada balita. Beberapa penelitian tentang ISPA pada balita yang
terjadinya ISPA pada balita dan hubungan setiap faktor risiko dengan kejadian
ISPA balita (Salam, 2006; Wardani, Winarsih, & Sukini, 2015). Sejauh
kesehatan dengan perilaku ibu dalam merawat balita yang menderita ISPA di
Kabupaten Magelang.
perawatan ibu pada balita yang menderita ISPA. Penelitian tersebut penting
dilakukan apabila dilihat bahwa perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan
5
berperan sebagai pemberi informasi tentang perawatan dirumah yang sesuai pada
balita yang menderita ISPA. Selain itu, kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas
Dukun masih tergolong tinggi dan masih terdapat perilaku ibu yang belum sesuai
B. Rumusan Masalah
adalah: apakah ada hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan perilaku
perawatan ibu pada balita yang menderita ISPA di Puskesmas Dukun, Magelang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Magelang.
2. Tujuan Khusus
Dukun Magelang.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
perilaku ibu dalam merawat balita dengan ISPA dirumah sehingga dapat
persepsi ibu.
c. Bagi Peneliti
E. Keaslian Penelitian
balita ISPA di Puskesmas Dukun belum pernah dilakukan. Penelitian lain yang
terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain sebagai berikut:
7