Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran nafas mulai hidung sampai alveoli

termasuk adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura (Kemenkes

RI, 2012). Penyakit infeksi ini paling sering diderita oleh anak balita usia 1-4

tahun dan merupakan salah satu penyebab kematian balita di Indonesia

(Kemenkes RI, 2013c). Prevalensi penyakit ISPA pada balita mengalami

peningkatan yaitu pada tahun 2007 sebesar 15,5% dan pada tahun 2013 sebesar

25% (Kemenkes RI, 2007, 2013c).

Balita dengan ISPA memerlukan penanganan dan perawatan yang tepat

mengingat ISPA merupakan salah satu penyebab kematian balita di Indonesia.

Dalam hal ini, ibu mempunyai peran penting dalam melakukan upaya

pencegahan dan perawatan pada balita yang menderita ISPA. Hal ini dikarenakan

anak usia balita belum mampu memenuhi kebutuhan sendiri sehingga masih

sangat tergantung dari orang lain, terutama ibu. Ibu adalah pemberi asuhan primer

bagi anak yang sakit (Shepard, 1996 cit Friedman, 2010).

Aktivitas perawatan yang dilakukan oleh ibu saat balita menderita ISPA

adalah meneruskan pemberian ASI jika masih menyusui, jika usia anak lebih dari6

bulan maka diberi makan dan minum hangat lebih banyak, pada anak usia 1 tahun

keatas diberi kecap manis ditambah madu atau air jeruk, membersihkan kotoran di

hidung agar tidak terganggu pernafasannya, menjauhkan anak dari asap rokok dan

dapur, tidak membakar sampah didekat rumah, dan anak segera dirujuk ke

1
2

puskesmas apabila ada tanda-tanda nafas cepat, kesulitan bernafas dan batuk pilek

yang disertai panas tinggi (Kemenkes RI, 2012). Selain itu, upaya pencegahan

penyakit ISPA juga penting dilakukan oleh ibu dengan memberikan vitamin dan

makanan bergizi, memberikan imunisasi DPT, menghindarkan dari pajanan asap,

memperbaiki lingkungan hidup, dan menerapkan sikap hidup sehat (Misnadiarly,

2008).

Dalam kenyataannya, masih banyak perilaku ibu yang kurang tepat dalam

merawat balita ISPA. Hal ini didukung dengan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan pada Bulan September 2016 melalui wawancara pada 10 orang ibu di

Desa Banyubiru, Dukun, Magelang. Hasil studi pendahuluan menunjukkan, dari

10 orang ibu, 6 diantaranya selalu membawa anaknya yang berusia kurang dari 2

tahun ke dukun bayi saat balita demam, batuk, dan pilek tanpa disertai

pengobatan medis, membiarkan anak bermain dengan penderita ISPA yang lain,

dan membawa balita ikut memasak di dapur yang menggunakan kayu bakar.

Perawatan yang tidak tepat pada balita ISPA akan memperparah kondisi ISPA

dariISPAbukanpneumoniamenjadi pneumoniamenyebabkan bronkopneumonia,

hingga menyebabkan kematian balita (Kemenkes RI, 2010; Murhayati, 2010).

Secara tidak langsung, perilaku ibu yang kurang tepat akan meningkatkan angka

kematian balita, mengingat pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian

balita (Depkes RI, 2008 cit Octaviani, 2015).

Perilaku ibu dalam melakukan perawatan pada balita ISPA dipengaruhi oleh

beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang

berpengaruh dalam pembentukan perilaku kesehatan seseorang adalah fasilitas


3

kesehatan (Notoatmodjo, 2014). Fasilitas kesehatan yang terdiri dari tenaga

kesehatan serta sarana dan prasarana merupakan fasilitas pelayanan kesehatan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan maupun

kelompok baik secara promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif

(Kemenkes RI, 2013a). Tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan kesehatan

mempunyai peran sebagai caregiver, konselor, komunikator, customer,

motivator, fasilitator, dan edukator (Hidayat, 2010).

Salah satu peran tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan bidan) sebagai

komunikator yaitu dengan memberikan informasi pada ibu tentang perilaku

pencegahan dan pemberian perawatan yang sesuai untuk balita yang menderita

ISPA. Peran tenaga kesehatan ini kemudian berpengaruh terhadap perilaku ibu

dalam melakukan perawatan pada balita ISPA. Hal tersebut didukung oleh

penelitian Wahyuningsih, Puspitaningrum, & Anggraini (2014) bahwa ada

hubungan antara persepsi ibu tentang peran tenaga kesehatan dengan perilaku ibu

dalam pencegahan pneumonia balita. Dalam penelitian lain oleh Astuti &

Koesyanto (2011) bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan

kepatuhan ibu melakukan follow up balita yang menderita pneumonia.

Di Kabupaten Magelang, penyakit ISPA menjadi penyebab kunjungan utama

di puskesmas dengan jumlah kasus balita ISPA yang ditemukan dan ditangani

pada tahun 2014 sebesar 996 kasus (Dinkes Kabupaten Magelang, 2015).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah tahun 2013,

Kabupaten Magelang menduduki peringkat 5 tertinggi jumlah penderita ISPA

dengan prevalensi sebesar 33% (Kemenkes RI, 2013b). Karakteristik penderita


4

ISPA yang tertinggi terjadi pada balita kelompok umur 1-4 tahun sebesar 31,5%

(Kemenkes RI, 2013c).

Menurut data Dinkes Kabupaten Magelang, dari 996 kasus ISPA pada balita

pada tahun 2014, persentase kasus yang ditemukan dan ditangani paling besar

terdapat di Puskesmas Dukun yaitu sebesar 48,6% (Dinkes Kabupaten Magelang,

2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Dukun, ISPA menjadi

penyebab kunjungan terbanyak di Puskesmas Dukun meskipun telah dilakukan

promosi kesehatan tentang penyakit ISPA secara rutin. Program kerja di

Puskesmas Dukun yang berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan

penyakit ISPA yaitu promosi kesehatan tentang ISPA dan upaya kesehatan

lingkungan yang dilakukan setiap satu bulan sekali.

Namun demikian, belum pernah ada penelitian di Puskesmas Dukun tentang

kasus ISPA pada balita. Beberapa penelitian tentang ISPA pada balita yang

pernah dilakukan di Kabupaten Magelang yaitu tentang faktor-faktor risiko

terjadinya ISPA pada balita dan hubungan setiap faktor risiko dengan kejadian

ISPA balita (Salam, 2006; Wardani, Winarsih, & Sukini, 2015). Sejauh

pengetahuan peneliti, belum ada penelitian tentang hubungan peran tenaga

kesehatan dengan perilaku ibu dalam merawat balita yang menderita ISPA di

Kabupaten Magelang.

Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, peneliti tertarik

untuk mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan perilaku

perawatan ibu pada balita yang menderita ISPA. Penelitian tersebut penting

dilakukan apabila dilihat bahwa perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan
5

berperan sebagai pemberi informasi tentang perawatan dirumah yang sesuai pada

balita yang menderita ISPA. Selain itu, kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas

Dukun masih tergolong tinggi dan masih terdapat perilaku ibu yang belum sesuai

dalam merawat balita yang menderita ISPA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang diteliti

adalah: apakah ada hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan perilaku

perawatan ibu pada balita yang menderita ISPA di Puskesmas Dukun, Magelang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan perilaku

perawatan ibu pada balita yang menderita ISPA di Puskesmas Dukun,

Magelang.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya peran tenaga kesehatan dalam perawatan balita ISPA di

Puskesmas Dukun, Magelang.

b. Diketahuinya perilaku perawatan ibu pada balita ISPA di Puskesmas

Dukun Magelang.
6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu keperawatan anak dan

komunitas terutama tentang faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam

perawatan ISPA pada balita.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Puskesmas Dukun,Magelang

Memberikan gambaran bagaimana peran tenaga kesehatan terhadap

perilaku ibu dalam merawat balita dengan ISPA dirumah sehingga dapat

digunakan sebagai dasar mengukur kinerja tenaga kesehatan berdasarkan

persepsi ibu.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Meningkatkan kinerja dokter,perawat, dan bidan sebagai tenaga kesehatan

di Puskesmas dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit

ISPA pada balita.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti tentang penyakit ISPA, faktor risiko, cara

perawatan dan pencegahan khususnya pada balita.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam perawatan

balita ISPA di Puskesmas Dukun belum pernah dilakukan. Penelitian lain yang

terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain sebagai berikut:
7

Tabel 1. Keaslian Penelitian


1. Nama dan Tahun Octaviani, Kholisa, &Lusmilasari (2015)
Judul Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Dukungan
Keluarga dengan Perilaku Ibu dalam Penanganan
ISPA pada Balita di Desa Bangunjiwo, Kasihan,
Bantul
Metode Penelitian Jenis penelitian: deskriptif korelasional
Metode penelitian: kuantitatif
Desain penelitian: cross sectional
Hasil Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku
Ada hubungan antara sikap dan dukungan keluaraga
dengan perilaku ibu dalam penanganan balita ISPA
Persamaan Metode penelitian: kuantitatif
Desain penelitian: cross sectional

Variabel bebas: Pengetahuan, sikap, dan


Perbedaan dukungan keluarga
Variabel terikat: Perilaku ibu dalam
Penelitian yang sudah penanganan balita ISPA
dilakukan Subjek penelitian: Ibu yang mempunyai balita usia
1-5 tahun yang menderita ISPA bukan pneumonia
dan pneumonia
Teknik sampling: purposive sampling
Penelitian yang dilakukan
peneliti Variabel bebas: Peran tenaga kesehatan
menurut persepsi ibu balita
Variabel terikat: Perilaku ibu perawatan ibu
pada balita yang menderita ISPA
Subjek penelitian: Ibu yang mempunyai balita usia 1-
5 tahun yang menderita ISPA bukan pneumonia
Teknik sampling: consecutive sampling
2. Nama dan Tahun Silviani (2014)
Judul Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penyakit ISPA
dengan Perilaku Pencegahan ISPA pada Balita di
Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT)
Muara Angke Jakarta Utara
Metode Penelitian Jenis penelitian: deskriptif korelasional
Metodepenelitian: kuantitatif
Desain penelitian: cross sectional
Hasil Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ISPA
dengan perilaku pencegahan ISPA pada balita
Persamaan Metode penelitian: kuantitatif
Desain penelitian: cross sectional
Perbedaan
Variabel bebas: Pengetahuan ibu tentang penyakit
Penelitian yang sudah ISPA
dilakukan Variabel terikat: Perilaku ibu dalam pencegahan
ISPA pada balita
Teknik sampling: sampling Jenuh
8

Tabel 1. Lanjutan Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan Variabel bebas: Peran tenaga kesehatan


peneliti menurut persepsi ibu balita
Variabel terikat: Perilaku ibu perawatan ibu
pada balita yang menderita ISPA
Teknik sampling: consecutive sampling
3. Nama dan Tahun Wahyuningsih, Puspitaningrum, & Anggraini (2014)
Judul Hubungan Persepsi Ibu tentang Peran Serta
Tenaga Kesehatan dengan Perilaku Pencegahan
Pneumonia pada Ibu Balita Usia 0-5 Tahun di
Puskesmas Ngesrep, Kota Semarang
Metode Penelitian Jenis penelitian: analitik korelasional
Metode penelitian: kuantitatif
Desain penelitian: cross secctional
Hasil Ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu
tentang peran tenaga kesehatan dengan perilaku
pencegahan pneumonia pada balita usia 0-5 tahun di
Puskesmas Ngesrep, Kota Semarang
Persamaan Jenis penelitian: analitik korelasional
Metode penelitian: kuantitatif
Desain penelitian: cross sectional
Subjek penelitian: ibu balita
Variabel bebas: peran tenaga kesehatan menurut
persepsi ibu
Perbedaan
Variabel terikat: perilaku pencegahan
Penelitian yang sudah pneumonia pada ibu balita
dilakukan Teknik sampling: simple random sampling
Tempat penelitian: Puskesmas Ngesrep, Kota
Semarang

Penelitian yang dilakukan Variabel terikat: perilaku perawatan ibu pada


peneliti balita yang menderita ISPA
Teknik sampling: consecutive sampling
Tempat penelitian: Puskesmas Dukun, Magelang
usia 1-5 tahun yang menderita ISPA bukan
pneumonia
Teknik sampling: consecutive sampling
4. Nama dan Tahun Silaban, Akhmadi, &Istiono (2015)
Judul Hubungan Peran Tenaga Kesehatan dengan
Kepatuhan Ibu dalam Melakukan Perawatan
Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel I,
Boyolali
Metode Penelitian Jenis penelitian: observasional study
Metode penelitian: kuantitatif
Desain penelitian: cross sectional
Hasil Ada hubungan antara peran tenaga kesehatan
(customer, komunikator, motivator, fasilitator, dan
konselor) dengan kepatuhan ibu dalam melakukan
perawatan antenatal
9

Tabel 1. Lanjutan Keaslian Penelitian


Persamaan Metode penelitian: kuantitatif
Desain penelitian: cross sectional
Variabel bebas: peran tenaga kesehatan
menurut persepsi ibu
Perbedaan
Variabel terikat: kepatuhan ibu melakukan
Penelitian yang sudah perawatan antenatal
dilakukan Teknik sampling: simple random samplingh

Penelitian yang dilakukan Variabel terikat: perilaku perawatan ibu pada


peneliti balita yang menderita ISPA
Teknik sampling: consecutive sampling

Anda mungkin juga menyukai