Anda di halaman 1dari 20

84

BAB V
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

5.1 Pelaksanaan
5.1.1 Permasalahan
Setelah dilakukan analisa situasi dengan menggunakan pendekatan
SWOT maka dapat dirumuskan beberapa pernyataan masalah
sebagai berikut :
1 Beban perawat yang terlalu berat tidak sebanding dengan
jumlah pasien dan jenjang karir perawat belum terlaksana secara
optimal.
2 Sebagian fasilitas yang ada di ruangan intensive masih belum
sesuai dengan standar peralatan kesehatan yang seharusnya,
seperti tidak adanya ruang penyimpanan alat yang fungsinya
belum maksimal, ruang utilitas bersih dan kotor, belum tersedia
tempat untuk parkir troli secara khusus.
3 Berdasarkan hasil evaluasi melalui kuesioner di dapatkan
kesimpulan bahwa sebagian besar responden menjawab kurang
puas,terhadap beberapa item antara lain:
Perawat jarang memperkenalkan diri
4 Sudah dilakukannya model asuhan keperawatan profesional di
ruang intensive tetapi lebih banyak berorientasi pada metode
tim.
5 Ronde keperawatan belum terlaksana secara optimal karena
terkendala menyamakan jadwal masing tim medis lainnya.
Pelaksanaan timbang terima sudah dilaksanakan dengan baik
dan perlu pemantapan saja.
Pelaksanaan timbang terima di ruang Intensive care Unit
disampaikan oleh KATIM yang dihadiri oleh perawat jaga dan
perawat yang menerima aplusan pada hari itu, hal yang
85

disampaikan pada saat ronde belum maksimal menyangkut


kondisi dan perencanaan keperawatan pasien.
6 Pelaksanaan pendokumentasian sudah dilaksanakan dengan
baik, tapi masih ada kendala seperti dalam pengisian lembar
observasi pada status pasien yang belum sepenuhnya terisi dari
awal hingga pasien keluar.

5.1.1 Perencanaan pemecahan masalah


Dengan adanya berbagai macam masalah yang muncul dari hasil
pengkajian yang dilakukan, maka kelompok membuat perencanaan
untuk pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Mengenai timbang terima per shift diruangan belum optimal
dalam pelaksanaan timbang terima/operan. Ruangan sudah
melakukan timbang terima sesuai SPO yang ada.
2. Mahasiswa sudah melakukan komunikasi SBAR. Mengenai
Komunikasi SBAR sudah terlaksana diruangan Intensif tetapi
masih belum optimal dalam pelaksanaannya.
3. Mengenai ronde keperawatan mahasiswa sudah mencoba untuk
melakukannya dan telah memberi saran kepada ruangan untuk
melakukan ronde. Dalam pelaksanaan ronde keperawatan
diruangan masih belum optimal dalam pelaksanaannya.
4. Mahasiswa sudah melakukan discharge planning dengan
leaflet/pengajaran ketika pasien pulang/pindah ruangan. Dalam
pelaksanaan discharge planning sudah dilakukan diruangan
tetapi masih belum optimal.
5. Pengorganisasian
a. Pengorganisasian pengelolaan kelompok mahasiswa/i
praktik.
Pengorganisasian kelompok ini ditujukan untuk memenuhi
keutuhan kelompok selama melaksanakan praktik
86

manajemen keperawatan. Pengorganisasian ini dilakukan


dengan membentuk struktur kelompok yang terdiri dari :
Ketua : Erwin Ade Pranata, S.Kep
Anggota : Fadlullah Karami, S,Kep
Fahmi, S.Kep
Fitriah, S,Kep
Hafizah, S.Kep
Halimatussa’diyah, S.Kep
Hana Wartini, S.Kep
Hanan, S.Kep
Hikmah Nor, S.Kep
Hj.Latifah, S.Kep
b. Pengorganisasian pengelolaan ruangan
Pelaksanaan kegiatan di ruangan ICU di RSUD Ulin
Banjarmasin mengunakan SP2KP moduler (kombinasi tim-
primer). Model SP2KP moduler (kombinasi tim-primer)
dilakukan uji coba peran pada tanggal 06-19 November
2017 dibawah bimbingan Clinical Instructure Ibu Ratu
Bulqis, S.Kep.,Ns dan Bapak Lukmanul Hakim, Ns, M.Kep.
Selama pelaksanaan peran SP2KP moduler (kombinasi tim-
primer) ini setiap mahasiswa mendapat kesempatan sebagai
Kepala Ruangan, Supervisi, Perawat Primer, dan Perawat
Assosiate. Adapun pasien yang dikelola selama
melaksanakan model asuhan keperawatan SP2KP moduler
(kombinasi tim-primer) di ruangan ICU ada 3 bed, yaitu
Bed 9 sampai bed 11.
c. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Sesuai program SP2KP kelompok dalam penerapan asuhan
keperawatan maka kelompok 6 menerapkan format
pengkajian, sedangkan model dokumentasi asuhan
keperawatan adalah dengan model SBAR. Adapun
87

pelaksanaan dimulai tanggal 06 November - 19 November


2017. Pengisian dokumentasi keperawatan dilakukan oleh
perawat primer dan perawat associate sesuai dengan
prosedur dan teknik penulisan. Mahasiswa juga mengisi
dokumentasi di status klien serta pembuatan laporan dinas
di setiap shift yang terintegrasi pada lembar observasi
diruangan.
d. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan beberapa pertimbangan khususnya setelah
dilakukan analisis SWOT, maka kelompok menerapkan
Model SK2KP moduler (kombinasi tim-primer).
Metode ini menggunakan modifikasi tim-primer, metode
penugasan dimana satu orang perawat primer bertanggung
jawab 8 jam penuh per shif terhadap asuhan keperawatan
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dengan perawat ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

Sedangkan konsep untuk metode SP2KP tim-primer ini,


yaitu perawat primer sebagai perawat profesional harus
mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin. Perawat associete harus
menghargai kepemimpinan supervisor/perawat primer. Dan
peran kepala ruangan penting dalam model modivikasi tim-
primer. Model modifikasi tim-primer akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruangan.
88

Gambar 3.1. Model Praktik Keperawatan Professional Mahasiswa Perawat


Stage Manajemen Di Ruang Perwatan Intensive RSUD Ulin
Banjarmasin

Kepala Ruangan
Supervisor

KATIM

Perawat Pelaksana

Pasien

Kelebihan dan kelemahan :


a. Kelebihan
1). Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2). Perawatan primer mendapatkan akuntabilitas yang
tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri.
3). Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat,
dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989)

b. Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat menguasai keperawatan klinis,
akuntebel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin ilmu.

e. Penata Ketenagaan Keperawatan


Ruang ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan
harus terlatih. Jumlah perawat pada ICU ditentukan
89

berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersedian ventilasi


mekanik. Perbandingan perawat : pasien yang
menggunakan ventilasi mekanik adalah 1: 1, sedangkan
perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan
ventilasi mekanik adalah 1: 2 (Sumber ; Kemenkes RI,
No1778/Menkes/Sk/XII/2010).

Pada pembagian jadwal dinas oleh mahasiswa ners stase


manajemen yang mengelola 3 bed pasien, masih belum
sesuai dengan rasio yang ditetapkan oleh KEMENKES RI
karena kekurangan tenaga perawat. Idealnya pada setiap
shift dinas yang dikelola oleh mahasiswa stase manajemen
berjumlah 3 orang perawat.

f. Sentralisasi obat
Pelaksanaan desentralisasi obat di mulai dari tanggal 6 – 19
November 2017 sesuai dengan dimulainya Role Play oleh
kelompok 6, pelaksanaan desentralisasi obat dilakukan
dengan cara pembuatan strategi desentralisasi obat,
persiapan sarana yang dibutuhkan dan membuat petunjuk
teknis penyelenggaraan desentralisasi obat serta
pendokumentasian hasil pelaksanaan desentralisasi obat.

Proses desentralisasi obat mengacu pada lembar monitoring


pemberian obat injeksi dan oral yang disesuaikan dengan
instruksi medis. Pemberlakuan desentralisasi obat untuk
obat injeksi dan obat oral (tidak untuk syrup) khusus untuk
pasien jaminan (Jamkesmas, jamkesda, dan dana
pendamping), sedangkan untuk pasien umum obat-obatan
tetap berada di tempat pasien dengan tetap dimonitoring
oleh perawat.

g. Timbang Terima Pasien


90

Timbang Terima merupakan cara menyampaikan dan


menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan
klien. Tujuan timbang terima adalah sebagai berikut :
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam
asuhan keperawatan pada pasien.
3. Menyampaikan permasalahan keperawatan pasien yang
masih ada dan yang sudah terselesaikan.
4. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak
lanjuti oleh dinas berikutnya
5. Menyusun rencana untuk dinas berikutnya.

Timbang Terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan


atau tulisan. Timbang terima yang baik bila semua perawat
dapat mengikuti perkembangan klien secara kontinu dan
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi perawat,
kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim
perawat. Ketentuan dalam timbang terima itu adalah
sebagai berikut :
1. Dilaksanakan pada setiap pergantian shift
2. Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung
jawab.
3. Diikuti perawat, mahasiswa dinas yang telah maupun
yang akan berdinas.
4. Terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari
penanggung jawab.
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis, menggambarkan keadaan klien saat ini dan
tetap menjaga kerahasiaan pasien
91

6. Timbang terima yang dilakukan harus berorientasi pada


permasalahan keperawatan, rencana, tindakan dan
perkembangan kesehatan pasien.

Gambar 3.2. Mekanisme PelaksanaanTimbang Terima Mahasiswa Perawat


Stage Manajemen Di Ruang Perawatan Intensive RSUD Ulin
Banjarmasin

Kepala ruangan membimbing, mengarahkan dan menyelesaikan


masalah/problem solving

Diskusi di nurse station (karu, perawat primer, staff perawat) kondisi


PASIENpasien

Timbang terima disamping pasien, karu, perawat primer,


Deskripsi:
staff perawat
Diagnosa Medis Diagnosa Keperawatan
Masalah Kolaboratif (didukung Data)
Timbang terima meliputi teknik timbang terima, pembuatan
alat sarana, penentuan materi timbang terima dan
pendokumentasian hasil timbang terima.

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN

Gambar 3.3.Alur Pelaksanaan Timbang Terima Mahasiswa Perawat Stage


Manajemen Di Ruang Perwatan Intensive RSUD Ulin
Banjarmasin PERKEMBANGAN
KEADAAN PASIEN
ALUR TIMBANG TERIMA

MASALAH

TERATASI
BELUM TERATASI
TERATASI SEBAGIAN
MUNCUL MASALAH BARU
92

h. Ronde Keperawatan
Selama praktek tanggal 30 Oktober s/d 25 November 2017
telah dilakukan role playing ronde keperawatan pada hari
Kamis, 16 November 2017 pukul 10.00 WITA.
Ronde Keperawatan pada dasarnya merupakan suatu
pendekatan yang digunakan antar perawat primer yang
difasilitasi oleh perawat konsultan dalam rangka
menyelesaikan masalah pasien. Hal ini direncanakan
pelaksanaannya dimulai pada minggu kedua.
93

Deskripsi:
Persiapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan ronde
meliputi penentuan pasien yang akan dijadikan subjek ronde
keperawatan, penentuan strategi ronde, mehubungi pihak
terkait dalam hal ini perawat senior sebagai konsultan,
perawat primer, materi yang dibutuhkan dan laporan
dokumentasi hasil ronde.

i. Dischange Planning
Pelaksanaan discharge planning dilakukan oleh kelompok
dengan cukup optimal.dalam proses penyiapan format
discharge planning mengacu pada 10 penyakit terbayak
dalam 1 tahun terakhir di ruang icu dan penyakit yang
dialami pasien yang sedang di rawat di ruang icu.

Pada pelaksanaan discharge planning ini mahasiswa


mengelola pasien di ruang ICU Bed 9 sampai Bed 11 pada
tanggal 6 November - 19 November 2017. Sehingga pada
saat ada pasien yang sudah di ijinkan utuk pindah ruangan,
maka mahasiswa akan mempersiapkan lembar discharge
planing dan leaflet yang sesuai dengan penyakit klien.
Keberhasilan pelaksanaan discharge planning ini juga tidak
lepas dari kepercayaan pasien terhadap mahasiswa serta
dukungan perawat yang bertanggung jawab di ruang icu.

j. Supervisi Kegiatan
Pelaksanaan Supervise keperawatan dilakukan setiap hari
dari tanggal 6 November - 19 November 2017. Berfokus
pada Supervisi Timbang Terima. Pada saat supervisi kepala
ruangan memeriksa peran PP dan PA dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dengan teknik supervise secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dengan
mengklarifikasi tindakan yang telah dilakukan oleh perawat
associet, sedangkan secara tidak langsung dengan melihat
94

hasil pendokumentasian dan laporan dari perawat primer


dan perawat associat.. Hasil supervise didapatkan bahwa
pelaksanaan timbang terima cukup baik karena sebelumnya
telah melaksanakan uji coba atas bimbingan dan arah dari
pembimbing.
Supervise merupakan salah satu dari fungsi dari
manejemen. Seorang manajer hendaknya mampu menjalani
fungsi manejemen agar dapat mencapai tujuan secara
berdaya guna dan berhasil guna. Salah satu prinsip dari
supervise adalah supervise timbang terima.
Timbang terima merupakan proses tranformasi data,
masalah, medikasi dan asuhan keperawatan yang telah atau
akan diberikan selanjutnya kepada klien yang dilaksanakan
oleh perawat dan tim kesehatan lainnya. Oleh karena itu
diperlukan adanya proses timbang terima secara baik dan
benar guna menunjang berkesinambungan proses
keperawatan klien.
Salah satu kegiatan yang dilakukan seorang supervise pada
manajemen asuhan keperawatan adalah melakukan
supervise pada timbang terima merupakan proses
transformasi data, masalah, medikasi dan asuhan
keperawatan yang telah atau akan diberikan selanjutnya
kepada klien yang dilaksanakan oleh perawat dan tim
kesehatan lainnya.

5.2 Evaluasi
Berdasarkan tujuan penyelenggaraan (SP2KP) yang dilaksanakan oleh
kelompok 6 stase manajemen keperawatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin di ruang ICU, dapat dievaluasi bahwa setelah mengikuti stase
manajemen keperawatan didapatkan:
1. Mampu memahami dan menganalisis pelaksanaan 5 FM (Fungsi
Manajemen) di ruang rawat.
95

2. Mampu mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah dalam


manajemen asuhan dan atau manajemen pelayanan keperawatan.
3. Mampu merencanakan dan melakukan penyelesaian masalah melalui
PSBH.
4. Merencanakan ketenagaan keperawatan sederhana yang sesuai dengan
kebutuhan ruang rawat.
5. Melaporkan kasus kelolaan dengan metode komunikasi efektif
(SBAR/TBAK) dalam upaya keselamatan pasien.
6. Memimpin ronde keperawatan.
7. Memimpin laporan antar shift
8. Memimpin pre confrerence dan post confrence
9. Mampu berkoordinasi dengan tim lain
10. Mampu berkoordinasi dengan profesi lain
11. Mengelola konflik.
12. Melakukan supervisi asuhan
13. Melakukan evaluasi kinerja
14. Melakukan perubahan sesuai dengan prioritas masalah diruangan
15. Mendesiminasikan hasil perubahan (proyek inovasi)

5.2.1 Evaluasi Proses


Berdasarkan rencana (POA) ang telah di susun sebelumnya,maka
rincian kegiatan yang di capai setiap harinya
96

PLAN OF ACTION (POA)


RENCANA KEGIATAN KELOMPOK II STASE MANAJEMEN
DI RUANG ICU RSUD ULIN BANJARMASIN

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV


No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Orientasi
ruangan dan
perkenalan
2 Pembentukan
struktur
organisasi
3 Pembagian tugas
untuk individu
4 Pengumpulan
data ruang
penyakit ICU,
ICCU dan
PICCU
5 Analisa situasi
dan perumusan
97

masalah
6 Penyusunan
program kerja
7 Penyusunan
jadwal dinas dan
rancangan
pembagian peran
dalam penerapan
MPKP
8 Penyusunan
laporan
desiminasi awal
9 Pelaksanaan
desiminasi awal
10 Perbaikan
laporan
desiminasi awal
11 Penyusunan
format
pengkajian dan
98

sistem
dokumentasi
askep
12 Penyusunan
format dan
perencanaan
sentralisasi obat
13 Penyusunan
format kegiatan
harian
14 Penyusunan
format timbang
terima
15 Penyusunan
proposal
timbang terima
16 Pelaksanaan role
play
17 Penyusunan
proposal ronde
keperawatan
99

18 Penerapan
MPKP (aplikasi
peran,
pendelegasian
tugas, proses
pendokumentasi
an keperawatan)
19 Latihan
pelaksanaan
timbang terima
setiap kali
pergantian shift
20 Penyelenggaraan
rotasi dinas
selama 24 jam
21 Pelaksanaan
sentralisasi obat
setiap shift dinas
22 Pelaksanaan
timbang terima
100

23 Penyusunan
laporan ronde
keperawatan
24 Pelaksanaan
ronde
keperawatan
25 Perbaikan
laporan ronde
keperawatan
26 Evaluasi proses
dan hasil
penerapan model
keperawatan dan
sentralisasi obat
27 Penyusunan
laporan
desiminasi akhir
28 Pelaksanaan
desiminasi akhir
29 Perbaikan
laporan
101

desiminasi akhir
30 Penutupan stase
manajemen
31 Liburan stase
manajemen
102

5.2.2 Evaluasi Hasil


Evaluasi tingkat keberhasilan pelaksanaan penerapan model
5.3 Faktor Kesulitan dan Faktor Pendukung
a. Pelaksanaan Timbang Terima Pasien
Pelaksanaan timbang terima pasien dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan materi/ substansi yakni berdasarkan masalah keperawatan
yang dialami oleh pasien dan tindakan-tindakan yang telah dan sedang
dilakukan.
Pelaksanaan SP2KP telah dilaksanakan seoptimal mungkin sesuai
dengan pembagian peran dan job description yang telah ditentukan,
pelaksanaan timbang terima juga didampingi oleh supervisor, kepala
ruangan, dan wakil kepala ruangan, staf dan yang bertugas dinas pagi.
Namun masih banyak kendala yang dihadapi yaitu :
1. Pengalaman dan pengetahuan mahasiswa yang kurang dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan masalah
keperawatan penyakit intensif sehingga belum dapat pengambilan
keputusan yang optimal.
2. Pengalaman klinik yang kurang dari mahasiswa sebagai pelaksana
peran SP2KP sehingga belum dapat melaksanakan pengambilan
keputusan yang optimal.
b. Pelaksanaan dokumentasi keperawatan
Proses pelaksanaan pendokumentasian keperawatan dilakukan
perawat primer. Yakni dimulai dengan pelaksanaan pengkajian hingga
perencanaan tindakan keperawatan, lembar observasi pasien, lembar
pemberian obat dan lembar evaluasi yg dilakukan oleh perawat
primer.
Pada pelaksanaannya terdapat kendala atau kekurangan yakni
pendokumentasian kadang dilakukan agak terlambat karena harus
menyelesaikan kegiatan-kegiatan lain yang menyangkut kebutuhan
pasien.

c. Pelaksanaan desentralisasi obat


Pada dasarnya pelaksanaan desentralisasi obat oral dan injeksi
terlaksana dengan cukup baik berdasarkan alur penerimaan dan
pembagian obat. Peran serta keluarga pasien sangat mendukunng
103

dalam kepercayaan sepenuhnya dalam pengelolaan obat yang


dilakukan oleh depo farmasi. Namun, dalam pelaksanaan
desentralisasi obat ini ada beberapa hambatan yang ditemui selama
proses yaitu :
1. Pada saat sift siang dan sift malam depo farmasi yang berada
diruangan tutup. Maka dari itu peran serta keluarga dalam
pengambilan obat sangat berperan.
2. Banyaknya beban kerja perawat dan tugas lain yang harus
diselesaikan.

d. Pelaksanaan discharge planning


Pada dasarnya pelaksanaan discharge planning cukup baik, karena
pada saat pasien akan dipindakan keruangan baik pasien maupun
keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
saat berada diruangan.

Hambatan discharge planning: dimana saat dilakukan discharge


planning memerlukan banyak waktu untuk memberikan penjelasan
dan penyuluhan terhadap pasien dan keluarga.

e. Pelaksanaan ronde keperawatan


Ronde keperawatan telah dilaksanakan pada hari Kamis, 16 November
2017. Pasien atas nama Tn. A.B dijadikan sebagai pasien dalam ronde
keperawatan. Didapatkan keadaan pasien mengalami penurunan
kesadaran,penumpukan secret banyak sehingga menghambat jalan
nafas,
Tindakan selanjutnya yang direncanakan adalah melakukan miring
kanan kiri tiap 4 jam, melakukan nebulisasi, suction, posisi semi
fowler 30-35o
Hambatan ronde keperawatan: dimana saat melakukan ronde
keperawatan belum optimal melakukan pengkajian terhadap pasien.

Anda mungkin juga menyukai