Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara
mandiri.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan,
dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya
sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan
emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi
praktik hygiene klien.
Berdasarkan hasil laporan rekam medik (RM) RSJD, didapatkan data dari bulan januari -
februari 2014 tercatat jumlah pasien rawat inap 403 orang. Sedangkan jumlah kasus yang
ada pada semua pasien baik rawat inap maupun rawat jalan yang masuk 13.904 orang di
RSJD Surakarta. sedangkan dari data di ruang abimanyu pada bulan februari 2014,
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri menduduki peringkat kedua dengan
jumlah pasien 102 dari 820 pasien yang masuk di ruang abimanyu RSJD Surakarta.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih rinci tentang
Asuhan Keperawatan dengan gangguan Defisit Perawatan Diri
2.1 Rumusan Masalah
1. Apakah defisit perawatan diri ?
2. Apa saja etiologi defisit perawatan diri ?
3. Bagimana manifestasi klinis dari defisit perawatn diri ?
4. Bagaimana mekanisme koping dari defisit perawatan diri ?
5. Bagaimana intervensi dari defisit perawatan diri dan dapat mengimplementasikannya
?
3.1 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
3. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
4. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan
dapat mengimplementasikannya.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2 Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri
2.2 Proses Terjadinya Masalah
2.1.2 Definisi
Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Maslim, 2001).
2.2.2 Klafisikasi Defisit Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
(Nurjannah, 2004)
2.3.2 Etiologi
Menurut Maslim (2001),penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut (Dep Kes, 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.

2
c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kogniti atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.Menurut Depkes (2000: 59) Faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial : Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
pasien penderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya : Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang : Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain –
lain.
g. Kondisi fisik atau psikis : Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
a. Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

3
b. Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
2.4.2 Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.
2.5.2 Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri
a. Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini
b. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
c. Isolasi diri, menarik diri
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk, kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di
dalam diri sendiri.

4
d. Intelektualisasi
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman
yang mengganggu perasaannya.
2.6.2 Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri :
a. Bantu klien merawat diri.
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap.
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.
2.7.2 Pohon Masalah

Perawatan Diri Kurang : Hiygene

Menurunnya motivasi perawatan diri

Isolasi Sosial : Menarik Diri

2.8.2 Penatalaksanaan
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
2. Membimbing dan menolong klien merawatan diri
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

5
3.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian
kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping
yang dimiliki klien. Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian
umum, pada formulir pengkajian proses keperawatan.
Pengkajian menurut Maslim (2001) meliputi beberapa faktor antara lain:
1. Identitas klien dan penanggung
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2. Alasan masuk rumah sakit
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang
dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.
3. Faktor predisposisi
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
4. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah),
berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
5. Status Mental
Pengkajian pada status mental meliputi:

6
a. Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian
b. Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit
c. Aktivitas motorik: meningkat atau menurun
d. Alam perasaan: suasana hati dan emosi
e. Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen
f. Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.
g. Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai
dengan informasi.
h. Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan
dapat mempengaruhi proses pikir.
i. Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.
j. Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.
k. Memori
 Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu
 Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada
saat dikaji.
l. Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas
dan berhitung sederhana.
m. Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat
n. Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.
Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan
dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan sera aktifitas dalam dan luar ruangan.
2.2.2 Data yang Perlu Dikaji
Masalah Keperawatan Data yang Perlu di Kaji
Defisit Perawatan Diri Data Subjektif :
 Pasien merasa lemah
 Malas untuk beraktivitas
 Merasa tidak berdaya.
Data obyektif
 Rambut kotor, acak – acakan
 Badan dan pakaian kotor dan bau
 Mulut dan gigi bau.

7
 Kulit kusam dan kotor
 Kuku panjang dan tidak terawat

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


Defisit Perawatan Diri
2.2.4 Intervensi Keperawatan

Dx Perencanaan
No
Tgl Keperawata
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
n

Defisit TUM: Klien


Perawatan tidak mengalami
Diri defisit perawatan
diri

TUK:

1. Klien dapat Setelah … kali 1. Bina hubungan saling


membina interaksi, klien percaya dengan meng-
hubungan menunjukkan gunakan prinsip
saling percaya eskpresi wajah komunikasi terapeutik
dengan bersahabat, :
perawat. menun-jukkan
 Sapa klien dengan
rasa senang, ada
ramah baik verbal
kontak mata, mau
maupun non
berjabat tangan,
verbal.
mau menyebutkan
 Perkenalkan diri
nama, mau
dengan sopan.
menjawab salam,
 Tanyakan nama
klien mau duduk
lengkap dan nama
berdampingan
panggilan yang
dengan perawat,
disukai klien.
mau

8
mengutarakan  Jelaskan tujuan
masalah yang pertemuan.
dihadapi.  Jujur dan menepati
janji.
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya.
 Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien.
2. Pasien mampu Setelah … kali Melatih pasien cara-cara
melakukan interaksi, klien perawatan kebersihan diri :
kebersihan dapat melakukan 1. Menjelasan pentingnya
diri secara kebersihan secara menjaga kebersihan diri.
mandiri. mandiri 2. Menjelaskan alat-alat
untuk menjaga
kebersihan diri
3. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan
diri
4. Melatih pasien
mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri

3. Pasien mampu Setelah … kali Melatih pasien


melakukan interaksi, klien berdandan/berhias :
berhias/ dapat berhias / 1. Untuk pasien laki-laki
berdandan berdandan secara latihan meliputi :
secara baik baik  Berpakaian
 Menyisir rambut
 Bercukur

9
2. Untuk pasien wanita,
latihannya meliputi :
 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Berhias
4. Pasien mampu Setelah … kali Melatih pasien makan
melakukan makan interaksi, klien secara mandiri :
dengan baik dapat makan 1. Menjelaskan cara
dengan baik mempersiapkan makan
2. Menjelaskan cara makan
yang tertib
3. Menjelaskan cara
merapihkan peralatan
makan setelah makan.
4. Praktek makan sesuai
dengan tahapan makan
yang baik

5. Pasien mampu Setelah … kali Mengajarkan pasien


melakukan interaksi, klien melakukan BAB/BAK
BAB/BAK dapat melakukan secara mandiri :
secara mandiri BAB/BAK secara 1. Menjelaskan tempat
mandiri BAB/BAK yang sesuai
2. Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB dan BAK
3. Menjelaskan cara
membersihkan tempat
BAB dan BAK

10
2.2.5 Implementasi Keperawatan

Strategi Pelaksanaan
Diagnosa
Pasien Keluarga
Deficit perawatan diri SP I p SP1k
1. Menjelaskan pentingnya 1. Mendiskusikan masalah
kebersihan diri yang dirasakan keluarga
2. Menjelaskan cara menjaga dalam merawat pasien
kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian,
3. Melatih pasien cara tanda dan gejala defisit
menjaga kebersihan diri perawatan diri, dan jenis
4. Membimbing pasien defisit perawatan diri yang
memasukkan dalam dialami pasien beserta
jadwal kegiatan harian. proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara
merawat pasien defisit
perawatan diri
SP 2p SP 2 k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Membantu keluarga
latihan sebelumnya. membuat jadual aktivitas
2. Menjelaskan cara di rumah termasuk minum
eliminasi yang baik obat (discharge planning)
3. Melatih cara eliminasi 2. Menjelaskan follow up
yang baik. pasien setelah pulang
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP 3p SP 3 k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga
latihan sebelumnya. mempraktekkan cara
2. Menjelaskan cara makan merawat pasien dengan
yang baik defisit perawatan diri
3. Melatih pasien cara makan 2. Melatih keluarga
yang baik melakukan cara merawat

11
4. Membimbing pasien langsung kepada pasien
memasukkan dalam defisit perawatan diri
jadwal kegiatan harian.
SP 4p
1. Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara
berdandan
3. Melatih pasien cara
berdandan
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

2.2.6 Evaluasi Keperawatan


Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut.
1. Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan
pengkajian ulang.
2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian
diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER
S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada
klien yang afasia.
O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat,
misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan,
atau akibat pengobatan.
A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu

12
berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses
analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan
pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan
tindakan.
(Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi
rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah
ditentukan.
I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau
menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi
harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.
E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons
klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai,
harus dicari alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis
dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi
proses asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
kerangka waktu yang telah ditetapkan.
a. Perhatikan hari demi hari
b. Libatkan klien dalam mengevaluasi perilakunya
 Apakah klien sudah menunjukkan perawatan diri?
 Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari?
 Apakah sumber koping sudah dipakai semua?
 Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif?
 Apakah sudah memakai koping positif?
 Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri?
 Apakah klien sudah mendapatkan keyakinan untuk pertumbuhan diri?

13
BAB III
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
Jenis–Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
3. Kurang perawatan diri : Makan
4. Kurang perawatan diri : Toileting
2.3 Saran
Semoga dengan memahami makalah tentang konsep asuhan keperawatan jiwa dengan
defisit peraatan diri ini. Kita bisa menerapkan dan membagi ilmu dalam menyelesaikan
masalah gangguan tidak nyaman ini dalam kehidupan

14
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri
edisi 3. Jakarta. EGC

15

Anda mungkin juga menyukai