Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BIJI KACANG KORO PEDANG

DENGAN TEPUNG TEMPE KACANG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L)


TERHADAP KARAKTERISTIK FLAKES
(Influence comparison flour seed koro pedang bean and tempeh flour koro pedang bean
(Canavalia ensiformis L) toward the characteristics of flakes )
Mutiani Zulhanifah Sugandhi, Dr. Ir. H. Dede Zainal Arief, M.Sc., dan Dr. Ir.
Tantan Widiantara, M.T.
Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung

ABSTRACT

The aim of this research was to increasing utilization of koro pedang bean as
basic material local. The purpose of this research was to know whether there was an
increase of protein content on koro pedang bean after processed into tempeh flour koro
pedang bean and to know the comparison between flour seed koro pedang bean bean
with tempeh flour koro pedang toward the characteristics of flakes was made. Research
methodology includes physical responses and organoleptic responses. Physical responsed
consists of hardness test and absorbency test while organoleptic responses of the color,
flavor, texture before brewed, texture after brewed and aroma. Preparation of raw
materials in the production of koro pedang bean tempe flour and analysis of raw
materials (HCN content, protein content and water content) was performed before the
research began.The experimental design used was Randomized Block Design (RAB) with
1 factor that is factor flour seed koro pedang bean with tempeh flour koro pedang bean
(3:1 ; 2:1 ; 1:1 ; 1:2 ; 1:3). Doing 5 refrain and treatment device consists of 25
treatments. The treatment is selected from the main study treatment a3 (comparison flour
seed koro pedang bean and tempeh flour koro pedang bean 1:1) while protein content
9,95%, carbohydrate content 10,67%, water content 1%, ash content 1%, fyber content
5,82%.
Keywords : Utilization, Flakes, Koro Pedang Bean, Comparison Flour

PENDAHULUAN Banyumas, Magelang dan Jepara)


(Dakornas, 2012).
Kacang koro pedang (Canavalia Kacang koro pedang berpotensi
ensiformis L) merupakan salah satu tinggi untuk dimanfaatkan sebagai
kelompok kacang polong (legume) yang bahan baku untuk menghasilkan produk
dapat ditemukan dengan mudah di olahan pangan. Namun demikian,
Indonesia. Tanaman ini secara luas potensi kacang koro belum banyak
menyebar di daerah tropis Asia Selatan dimanfaatkan secara maksimal
dan Asia Tenggara, terutama di India, (Kusuma, dkk., 2013). Menurut
Sri lanka, Myanmar dan IndoChina. Handajani (1993) kelebihan kacang koro
Kacang koro telah ada di beberapa pedang adalah kandungan gizinya yang
Indonesia termasuk Jawa Tengah. Pada cukup tinggi terutama karbohidrat dan
tahun 2010 sampai 2011 tercatat dari protein. Dimana biji koro mengandung
lahan seluas 24 Ha di 12 Kabupaten di protein, yaitu sekitar 18-25%, sedangkan
Jawa Tengah telah menghasilkan 216 kandungan lemaknya sangat rendah,
ton koro pedang setiap panen yaitu antara 0,2-3%, dan kandungan
(Kabupaten Blora, Banjarnegara, karbohidratnya yaitu sekitar 50-60%
Temanggung, Pati, Kebumen, (Van der Mesen dan Somaatmadja,
Purbalingga, Boyolali, Batang, Cilacap, 1993) serta memiliki kandungan nutrisi

1
lain yaitu vitamin B1 dan B2 (Suciati, Konsumsi publik terhadap flakes
2012). serealia meningkat cukup drastis karena
Salah satu kendala dalam flake serealia dianggap sebagai makanan
pengolahan kacang koro pedang adanya sehat dengan kadar protein tinggi, serat
kandungan senyawa beracun, yaitu makanan, juga vitamin dan mineral
glukosianida yang bersifat toksik dan (Newell dan Skurray, 1987 dalam
asam fitat yang merupakan senyawa Yuwanti dan Tantarini, 2005).
anti gizi. Namun, proses pengolahan Berdasarkan badan pusat statistik
yang tepat dapat menurunkan kadar pada tahun 2007, konsumsi rata-rata
HCN pada kacang koro pedang seperti makanan per kapita khususnya pada
proses pencucian, perendaman, serta sereal mengalami peningkatan pada
fermentasi. Batas kandungan HCN tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 35.847
dalam tubuh tidah boleh lebih dari 0,5 (Badan Pusat Statistik, 2007 dalam
mg/kg berat badan (Suciati, 2012). Maulana 2008).
Kandungan protein biji koro pedang Flakes adalah bahan makanan yang
dan biji kacang-kacangan lain berturut- siap santap, biasanya digunakan sebagai
turut adalah kedelai (35%), koro pedang menu makanan pagi atau makanan
(18-25%) dan kacang tanah (23,1%). sereal (breakfast cereal) (Sekarindah,
Ekstark biji koro pedang dapat 2005). Sereal berbentuk flakes pada
meningkatkan ketahanan tubuh dan umumnya berbahan dasar jagung dan
mencegah penyakit kanker. Saat ini gandum. Formulasi umum yang
sudah diketahui bahwa protein koro- digunakan adalah 90% sereal, 8% gula,
koroan dapat dipertimbangkan sebagai 1% garam, dan 1% malt. Produk sereal
sumber protein untuk bahan pangan, berbentuk flakes mengandung sedikit
sebab keseimbangan asam aminonya bahan tambahan makanan (Tribelhorn,
sangat baik, bioavailibilitas tinggi dan 1991).
rendahnya faktor anti-gizi (Newman, Kebutuhan protein yang tinggi pada
dkk., 1987). Kacang koro pedang produk flakes, tidak tercukupi dengan
memiliki potensi untuk dijadikan tempe. hanya menggunakan bahan baku jagung
Tempe mengandung sumber protein dan saja. Dimana kandungan protein pada
terkandung didalamnya hampir semua jagung sebesar 2,05%, untuk memenuhi
asam amino esensial. Selain itu tempe kandungan protein pada flakes maka
juga kaya akan kalsium, asam folat dan perlu ditambahkan bahan lain yang
serat yang tinggi (Sunaryanto, 2014). dapat memberikan nilai tambah.
Penelitian yang dilakukan oleh Kacang koro yang ditambahkan
Bavia, dkk., (2013) dan Pangastuti dan pada flakes ubi jalar selain
Triwibowo (1996) bahwa terjadi meningkatkan kandungan proteinnya,
peningkatan kadar protein di dalam juga akan mempengaruhi sifat fisik dan
tempe kedelai dibandingkan dengan sensorik flakes ubi jalar (Yuwanti dan
kacang utuhnya. Menurut Kasmidjo Tantarini, 2005). Salah satu karakteristik
(1990), bahwa selama proses fermentasi produk sereal sarapan yang diinginkan
terjadi perubahan jumlah kandungan oleh konsumen pada umumnya adalah
asam-asam amino yang secara kerenyahan, sehingga sereal sarapan
keseluruhan jumlah asam-asam amino dapat bertambah lebih lama setelah
mengalami kenaikan setelah proses penambahan susu, khususnya flakes.
fermentasi. Beberapa daerah sudah Penelitian yang dilakukan Yuwanti
mempergunakan koro pedang untuk dan Tantarini (2005), semakin banyak
dibuat tempe koro. Dalam bentuk tepung jumlah koro yang ditambahkan daya
tempe koro ini dapat ditambahkan dalam rehidrasi flake cenderung meningkat dan
olahan makanan salah satunya flakes. semakin rapuh. Penggunaan jenis tepung

2
tempe kedelai menghasilkan breakfast penetrometer yang dilakukan di
talas dengan kandungan protein terlarut Laboratorium Fisiologi Hasil Balitsa
tinggi yaitu 0,97% bk, tekstur renyah Jalan Tangkuban Perahu No. 517
dan flavor agak enak. Selain itu, Lembang.
kombinasi perlakuan proporsi tepung
komposit talas tempe ikan dan jenis Persiapan Bahan Baku
tepung tempe memberikan pengaruh Pembuatan Tempe Kacang Koro
yang sangat nyata terhadap tekstur, bau Pedang
amis, warna dan kesukaan (Yohana, Tahap-tahap pembuatan tempe
2010). kacang koro pedang ini meliputi sortasi
Tepung tempe sebagai sumber dan perendaman kacang koro pedang
protein dalam pembuatan stik tempe selama 48 jam, pengupasan kulit ari
(Agustiningsih, 2009). Perbedaan kacang koro pedang dan penirisan,
kandungan protein akan mempengaruhi perebusan selama ± 30 menit, pencucian
kerenyahan karena adanya ikatan-ikatan dan penirisan, pengukusan selama ± 25
antara molekul protein yang membentuk menit, penurunan suhu sekitar 26oC,
suatu matriks. Kerenyahan pada pengecilan ukuran menjadi 4 bagian,
makanan ditentukan oleh kelembaban inokulasi, pengemasan dan fermentasi
dan kandungan lemak, jenis dan jumlah pada suhu 30oC selama 48 jam.
karbohidrat struktural (selulosa, pati,
dan pektin), serta kandungan protein Pembuatan Tepung Tempe Kacang
(Gisca, 2013). Koro Pedang
Tahap-tahap pembuatan tepung
METODELOGI PENELITIAN tempe kacang koro pedang meliputi :
1. Pengecilan Ukuran
Bahan yang digunakan dalam Tempe kacang koro pedang yang
penelitian ini adalah kacang koro telah jadi dilakukan pemotongan
pedang, inokulum, tepung tapioka, menggunakan pisau stainless steel
sukrosa, garam, air, plastik dan bahan dengan ukuran 1cm x 0,5 cm.
untuk analisis kimia yaitu aquadest, Bertujuan untuk mempermudah
NaOH, NH4OH, Indikator KI, AgNO3, pada saat proses pengeringan.
garam Kjedahl, H2SO4 pekat, indikator 2. Blansir
phenopthalein, HCl, K2SO4, etanol, Tempe kacang koro pedang yang
larutan luffschrool, larutan KI, Na2S2O3, telah berukuran kecil dilakukan
CH3COOH, indikator amilum dan batu blansir pada suhu 70oC selama 15
didih. menit. Blansir bertujuan untuk
Alat yang digunakan dalam mematikan dan mengurangi mikroba
penelitian ini adalah wadah penampung, yang ada dipermukaan bahan serta
pisau stainless steel, panci, kompor gas, menonaktifkan enzim yang ada pada
roller pin, oven listrik merk, neraca tempe.
analitik merk mettler, blender, loyang, 3. Pengeringan
ayakan 80 mesh, tunnel dryer, Tempe yang telah diblansir
waterbath, labu kjeldahl merk pyrex, dilakukan pengeringan pada suhu
alat destilasi merk pyrex, erlenmeyer 60oC selama 4 jam. Pengeringan
250ml merk iwaki, gelas kimia 250ml bertujuan untuk menghilangkan air
merk iwaki, gelas ukur 50ml merk pada bahan dan mempermudah pada
herma, buret 50ml merk pyrex, saat penepungan.
desikator, cawan porselen, pipet ukur 4. Penghancuran
25ml merk herma, pipet seukuran 25ml Tempe yang telah kering,
merk herma, batang pengaduk, labu dihancurkan dengan menggunakan
ukur 100ml merk iwaki, pipet tetes dan

3
blender selama ± 2 menit. Bertujuan Flakes yang dihasilkan dilakukan
untuk memperbesar luas permukaan respon fisik meliputi kekerasan
tempe dan untuk menghaluskan menggunakan penetrometer (Baedowie,
tempe agar mudah serta 1983) dan daya serap, serta pengamatan
mempercepat penyerapan bahan- inderawi dengan menggunakan uji
bahan penunjang yang digunakan hedonik meliputi warna, rasa, tekstur
pada proses pencampuran. sebelum diseduh, tekstur setelah diseduh
5. Pengayakan dan aroma. Produk flakes yang terpilih
Serbuk tempe kemudian dilakukan dilakukan analisis kimia yang meliputi
pengayakan dengan ukuran 80 analisis kadar protein metode mikro-
mesh, untuk mendapatkan tepung kjedahl (AOAC, 1995), kadar
yang halus dan seragam. karbohidrat metode luffschrool, kadar
Sebelum dilakukan penelitian air metode, kadar abu dan kadar serat
adanya persiapan dan analisis bahan (Sudarmadji, dkk., 1998).
baku yaitu meliputi pembuatan tepung
tempe kacang koro pedang dan analisis Rancangan Percobaan
kadar HCN metode titarsi argentometri Rancangan percobaan yang
(AOAC, 1995), kadar protein metode digunakan pada penelitian ini adalah
mikro-kjedahl (AOAC, 1995) dan kadar Rancangan Acak Kelompok (RAK)
air metode gravimetri (Sudarmadji, dkk., dengan 5 kali pengulangan sehingga
1998) terhadap tepung tempe kacang didapat 25 perlakuan (Gasperz, 1995)
koro pedang dan tepung biji kacang koro
pedang. Penentuan Produk Terpilih
Penentuan produk terpilih dilakukan
Pembuatan Flakes dengan menggunakan uji skoring.
1. Penimbangan Dimana setiap respon diberi skor (nilai)
Tepung tempe koro pedang dan sesuai dengan banyaknya kelas yang
tepung koro pedang yang telah jadi ditentukan. Produk yang terpilih setelah
dilakukan penimbangan sesuai dilakukan respon fisik dan respon
formulasi yang telah ditentukan. inderawi, maka dilakukan analisis
2. Pencampuran kimia meliputi analisis kadar protein
Tepung tempe koro pedang dan metode mikro-kjedahl (AOAC, 1995),
tepung koro pedang yang telah di kadar karbohidrat metode luffschrool,
timbang dilakukan pencampuran kadar air metode gravimetri, kadar abu
dengan bahan-bahan penunjang. dan kadar serat (Sudarmadji, dkk.,
3. Pemipihan 1998).
Adonan yang telah homogen
kemudian dilakukan proses HASIL DAN PEMBAHASAN
pemipihan dengan menggunakan
roller pin dengan ketebalan 1mm. Hasil dan Pembahasan Persiapan
4. Pencetakan Bahan Baku dan Analisis Bahan Baku
Adonan kemudian dicetak berbentuk Persiapan Bahan Baku
persegi panjang dengan ukuran Langkah pertama dalam persiapan
1,5cm x 1cm, kemudian diletakkan bahan baku yaitu pembuatan tempe koro
ke dalam loyang untuk dilakukan kacang koro pedang. Setelah itu, tempe
pemanggangan. yang telah jadi dilakukan proses
5. Pemanggangan blanching, pengecilan ukuran,
Adonan yang telah dicetak pengeringan, penghancuran, dan
dilakukan pemanggangan pada suhu pengayakan sehingga didapatkan tepung
130oC dengan waktu 20 menit. tempe kacang koro pedang. Untuk hasil
pengamatan terhadap karakteristik,

4
rendemen kacang koro pedang, tempe kacang koro pedang dilakukan
dan tepung tempe. perebusan, pengukusan, penirisan,
Tabel 6. Pengamatan Terhadap pengecilan ukuran, inokulasi dan
Karakteristik, Rendemen Biji Kacang fermentasi.
Koro Pedang, Tempe dan Tepung Tempe Proses fermentasi dilakukan pada
Kacang Koro Pedang. suhu 30oC selama 48 jam. Fermentasi
Kacang Tempe Tepung merupakan salah satu faktor penyebab
Koro meningkatnya kadar air (Wiryadi, 2007).
Pedang Peningkatan kadar air ini, akibat dari
Berat 1151,95 1279 507 hasil metabolisme mikrobia. Selama
gram gram gram fermentasi tempe, mikrobia mencerna
Warna Kuning Putih Kuning substrat dan menghasilkan air,
Aroma Khas Khas Khas karbondioksida dan sejumlah besar
Koro Tempe Tempe energi (ATP) (Rochmah, 2008). Kacang
Tekstur Keras Lunak Halus koro pedang selama proses fermentasi,
Berdasarkan penelitian yang mengalami perubahan fisik, terutama
dilakukan dari 1151,95 gram kacang tekstur. Tekstur kacang koro pedang
koro pedang menghasilkan sebanyak akan menjadi semakin lunak karena
1279 gram tempe. Kacang koro pedang terjadi penurunan selulosa menjadi
selama fermentasi mengalami perubahan bentuk yang lebih sederhana (Nur
warna, aroma dan tekstur. Tempe kacang Hidayat, dkk., 2006). Perubahan fisik
koro, selanjutnya ditepungkan dengan lainnya adalah peningkatan jumlah hifa
beberapa perlakuan meliputi blanching, kapang yang menyelubungi kacang koro
pengecilan ukuran, pengeringan. Tempe pedang. Hifa ini berwarna putih dan
yang telah dikeringkan mengalami semakin lama semakin kompak. Pada
penyusutan berat hingga 627 gram. tempe yang baik akan tampak hifa yang
Setelah itu dilakukan penghancuran, dan rapat dan kompak serta mengeluarkan
pengayakan, sehingga didapatkan bau yang enak (Nur Hidayat, dkk.,
tepung tempe kacang koro pedang 2006).
sebanyak 507 gram. Rendemen Tempe segar memiliki aroma lembut
pembuatan tepung tempe kacang koro seperti jamur yang berasal dari aroma
pedang yaitu 44,01%. Saat ditepungkan, miselium kapang bercampur dengan
tempe mengalami beberapa proses aroma lezat dari asam amino bebas dan
sehingga warna dan teksturnya aroma yang ditimbulkan karena
mengalami perubahan. penguraian lemak (Astwan, 2004). Hal
Penambahan berat tempe kacang ini yang menyebabkan berat tempe lebih
koro pedang, disebabkan adanya besar dibandingkan kacang koro pedang
perlakuan terlebih dahulu pada bahan serta aroma, warna dan teksturnya
baku. Kacang koro pedang sebelum berubah.
dibuat tempe, dilakukan perendaman Proses pengeringan pada tempe
selama 2 hari. Selama proses dilakukan pada suhu 60oC selama 4 jam.
perendaman, biji mengalami proses Selama pengeringan, tempe mengalami
hidrasi sehingga kadar air biji naik perubahan warna, tekstur dan aroma.
sebesar kira-kira dua kali kadar air Pada umumnya bahan pangan yang
semula (Kasmidjo R. B, 1990). dikeringkan akan mengalami
Perlakuan selanjutnya, kacang koro pencoklatan (browning) yang
pedang dilakukan pengupasan kulit. disebabkan oleh reaksi-reaksi non-
Berat kacang koro pedang berkurang, enzimatik. Pengeringan menyebabkan
hilangnya berat pada kacang koro kadar air bahan pangan menjadi rendah
pedang sekitar 63 gram. Kemudian (Juliana dan Somnaikubun, 2008 dalam

5
Septiawan, 2015). Selesai pengeringan, enzim glikosidase serta adanya air.
tempe dihancurkan dan dilakukan Senyawa HCN mudah menguap pada
pengayakan untuk mendapatkan ukuran proses perebusan, pengukusan, dan
yang seragam dan memiliki tekstur yang proses memasak lainnya.
lebih halus. Kadar protein pada kedua tepung
ini, kemungkinan akan berpengaruh
Analisis Kandungan HCN, Protein terhadap karakteristik produk flakes
dan Air Bahan Baku yang dihasilkan. Kandungan protein
Tabel 7. Hasil Analisis Kandungan pada tepung biji kacang koro pedang
HCN, Protein dan Air dan tempe kacang koro pedang yang
Sampel Kadar Kadar Kadar berbeda dipengaruhi oleh kadar air.
HCN Protein Air Kadar air yang rendah akan
(mg/kg) (%) (%) meningkatkan kandungan gizi yang
Tepung 0 24,94 8 lainnya pada bahan, salah satunya
Biji protein.
Kacang Dapat dilihat kadar air pada tepung
Koro biji kacang koro pedang sebesar 8%
Pedang lebih kecil dibandingkan dengan tepung
Tepung 0 21,58 9 tempe kacang koro pedang yaitu sebesar
Tempe 9%. Kadar air dalam bahan pangan
Kacang berhubungan dengan kadar protein
Koro semakin tinggi kadar air suatu bahan
Pedang pangan maka semakin rendah kadar
Berdasarkan hasil analisis pada tabel proteinnya (Nayla, 2012). Peningkatan
7 menunjukkan bahwa tepung biji kandungan suatu bahan juga disebabkan
kacang koro pedang tidak mengandung karena proses pengeringan. Bahan
HCN, memiliki kadar protein sebesar makanan yang dikeringkan akan
24,94% dan kadar air 8%. Sedangkan kehilangan air dan hal ini menyebabkan
pada tepung tempe kacang koro pedang pemekatan dari bahan yang tertinggal
memiliki kadar protein sebesar 21,58%, seperti karbohidrat, lemak dan protein
kadar air 9% dan tidak mengandung sehingga akan terdapat dalam jumlah
HCN. yang lebih besar persatuan berat kering
Kedua tepung tidak mengandung bila dibandingkan dalam bentuk
HCN sehingga memenuhi standar untuk segarnya.
digunakan sebagai bahan baku dalam Kadar air pada tepung tempe kacang
pembuatan flakes. Menurunnya kadar koro sebesar 9% dan pada tepung
HCN dapat disebabkan oleh proses kacang koro pedang sebesar 8%.
pengolahan pada kacang koro. HCN Pengeringan pada proses pengolahan
pada kedua tepung dapat berkurang dilakukan pada suhu 60oC selama 4 jam.
karena pada proses pembuatannya Salah satu faktor yang mempengaruhi
melalui beberapa proses pengolahan kadar air dalam bahan pangan yaitu
seperti perendaman, pengukusan, suhu. Pada saat pengolahan semakin
pemotongan, dan fermentasi tinggi suhu maka semakin rendah kadar
(Irmansyah, 2005 dalam Suciati 2012). air yang terdapat pada bahan pangan
Proses pencucian dalam air mengalir (Nayla, 2012).
dan pemanasan yang cukup, sangat
ampuh untuk mencegah terbentuknya Hasil dan Pembahasan Penelitian
HCN yang beracun. Menurut Purwanti, Penelitian dilakukan untuk
(2005) dalam Suciati, (2012) bahwa mengetahui pengaruh perbandingan
pelepasan HCN tergantung dari adanya tepung biji kacang koro pedang dan

6
tepung tempe kacang koro pedang menyebabkannya lebih mudah
terhadap produk flakes. Perbandingan menyerap air jika dibandingkan dengan
tepung biji kacang koro pedang dan yang memiliki kadar amilosa rendah.
tepung tempe koro pedang terhadap Fenomena ini terjadi karena amilosa
produk yaitu a1 (3:1), a2 (2:1), a3 (1:1), a4 merupakan polimer dari glukosa yang
(1:2) dan a5 (1:3). mempunyai ikatan α(1,4) sehingga
membentuk suatu rantai lurus dengan
Uji Fisik salah satu ujungnya merupakan gugus
Hasil Daya Serap hidroksil yang menyebabkan amilosa
Hasil uji daya serap terhadap flakes mudah menyerap air (Kumalaningsih,
berdasarkan analisis variansi pada 1990).
lampiran 16 menunjukkan bahwa
perbandingan tepung biji kacang koro Hasil Kekerasan
pedang dan tepung tempe koro pedang Hasil uji kekerasan terhadap flakes
tidak berpengaruh. Dimana f hitung < berdasarkan analisis variansi pada
dari pada f tabel pada taraf 5%. lampiran 17 menunjukkan bahwa
Meskipun semakin tinggi dan semakin perbandingan tepung biji kacang koro
rendahnya kedua tepung tidak pedang dan tepung tempe koro pedang
mempengaruhi daya serap pada produk tidak berpengaruh. Dimana f hitung <
flakes. dari pada f tabel pada taraf 5%.
Daya serap air menunjukan Pengaruh perbandingan tepung biji
kemampuan bahan untuk dapat kacang koro pedang dan tepung tempe
berinteraksi dengan air. Daya serap air koro pedang tidak mempengaruhi
bahan dipengaruhi oleh keberadaan dan kekerasan terhadap produk flakes.
jumlah gugus polar dan non polar. Perbedaan kandungan protein akan
Protein menjadi penting sebagai mempengaruhi kerenyahan karena
komponen yang menentukan tingkat adanya ikatan-ikatan antara molekul
penyerapan air karena hampir semua protein yang membentuk suatu matriks.
protein mengandung jumlah rantai polar Selain itu, pati mempunyai peranan
sepanjang kerangka peptidanya dan penting bagi pembuatan flakes karena
membuatnya bersifat hidrofilik (Cherry, dapat mempengaruhi teksturnya.
1981). Kandungan protein tepung biji Pengaruh itu terutama disebabkan oleh
kacang koro pedang berdasarkan hasil rasio amilosa dan amilopektin dalam
analisis sebesar 24,94% dan tepung pati. Amilopektin diketahui bersifat
tempe kacang koro pedang sebesar merangsang terjadinya proses
21,58%. Hal inilah yang mungkin pengembangan (puffin), sehingga flakes
menyebabkan flakes mempunyai daya yang berasal dari pati dengan kandungan
serap yang hampir sama. amilopektin yang cukup tinggi akan
Faktor tingkat penyerapan air ini bersifat porus, garing dan renyah
diduga karena penambahan tepung (Muchtadi dkk, 1988 dalam bayu setiaji,
tapioka yang sama yaitu sebesar 10% 2008).
pada setiap perlakuan. Berdasarkan Penambahan tepung tapioka yang
penelitian Wulan, dkk (2012) bahwa sama membuat produk flakes memiliki
dengan jumlah sebesar 50 gram, daya tingkat kekerasan yang tidak berbeda
serap air pada tepung tapioka sebesar nyata. Jumlah protein pada tepung biji
46,66%. Tepung tapioka mengandung kacang koro pedang yaitu 24,94% dan
kadar amilosa yang cukup tinggi. tepung tempe koro pedang sebesar
Tingginya kandungan amilosa pada 21,58%. Kandungan protein yang tinggi
suatu produk pangan instan (telah membuat tingkat kekerasan flakes yang
mengalami pre-gelatinisasi) sama.

7
Terjadinya denaturasi protein akibat protein dengan gugus karbonil gula
adanya pemanasan dalam proses pereduksi. Reaksi pencoklatan
pemanggangan akan mempengaruhi didefinisikan sebagai reaksi gugus
gugus reaktifnya sehingga gugus reaktif amino pada asam amino, peptida atau
tersebut akan terbuka dan terjadi protein dengan gugus hidroksil pada
pengikatan kembali antara gugus reaktif gula sehingga terjadi pembentukan
yang berdekatan. Proses pengikatan polimer nitrogen berwarna coklat atau
kembali ini menyebabkan ikatan gugus melanoidin (deMan, 1997).
reaktif menjadi lebih banyak dan lebih Warna pada produk selain sebagai
kuat. Kadar air dalam bahan pangan faktor yang cukup menentukan mutu,
juga mempengaruhi kekerasan flakes juga dapat digunakan sebagai indikator
(Almatsier, 2003). Adanya air dalam baik atau tidaknya cara pencampuran
rongga-rongga antar sel suatu bahan atau cara pengolahan dapat ditandai
dapat menurunkan kekakuan sel dengan adanya warna yang seragam dan
sehingga akan menurunkan kerenyahan merata (Winarno, 1997).
produk (Apandi, 1984).
Hasil Rasa
Uji Organoleptik Hasil uji organoleptik terhadap rasa
Hasil Warna flakes menunjukkan bahwa
Hasil uji organoleptik terhadap perbandingan tepung biji kacang koro
warna flakes berdasarkan analisis pedang dan tepung tempe koro pedang
variansi pada lampiran 18 menunjukkan berpengaruh.
bahwa perbandingan tepung biji kacang Tabel 8. Pengaruh Perbandingan Tepung
koro pedang dan tepung tempe koro Kacang Koro Pedang dan Tepung
pedang tidak berpengaruh. Dimana f Tempe Kacang Koro Pedang Terhadap
hitung < dari pada f tabel pada taraf 5%. Rasa Flakes.
Pengaruh perbandingan tepung biji Perbandingan
kacang koro pedang dan tepung tempe Tepung Biji Kacang Nilai Taraf
koro pedang tidak mempengaruhi warna Koro Pedang dan Rata- 5%
pada produk flakes. Tepung Tempe Rata
Flakes mengandung protein dan Kacang Koro
gula yang berasal dari bahan baku utama Pedang
dan bahan penunjang. Kemungkinan a1 (3:1) 3,812 b
dari kandungan protein dan gula, a2 (2:1) 3,774 b
terjadinya reaksi browning pada saat a3 (1:1) 3,920 c
pemanggangan. Dimana suhu a4 (1:2) 3,882 b
pemanggangan pada setiap perlakuan a5 (1:3) 3,306 a
sama yaitu pada suhu 130oC selama 20 Keterangan : Nilai rata-rata ditandai
menit sehingga warna pada flakes tidak dengan huruf yang sama menunjukan
berbeda nyata pada setiap perlakuan. tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Bahan pangan umumnya apabila menurut uji lanjut Duncan.
mengalami pengeringan, maka warna Berdasarkan hasil uji lanjut duncan
bahan akan berubah menjadi coklat pada tabel 8 menunjukkan bahwa
karena adanya reaksi browning non perbandingan tepung pada perlakuan a 1
enzimatis. Reaksi ini terjadi karena (3:1) tidak menunjukkan perbedaan
pemanggangan pada suhu yang tinggi dengan perlakuan a2 (2:1) dan a4 (1:2).
sehingga terjadi reaksi karamelisasi gula Tetapi, pada perlakuan a3 (1:1) dan a5
menjadi glukosa dan fruktosan. (1:3) menunjukkan perbedaan terhadap
Selain itu, warna flakes dipengaruhi rasa flakes. Pada perlakuan a2 (2:1) tidak
oleh reaksi maillard yaitu gugus amino menunjukkan perbedaan terhadap rasa

8
flakes dengan perlakuan a1 (3:1) dan a4 protein dalam bahan penyusunnya. Rasa
(1:2). Berbeda nyata dengan perlakuan langu pada produk diperoleh, karena
a3 (1:1) dan a5 (1:3) terhadap rasa flakes. adanya enzim lipoksigenase
Sedangkan pada perlakuan a3 (1:1) (Kalaminasih, dkk, 2013). Senyawa-
berbeda nyata pada semua perlakuan. senyawa tersebut dalam konsentrasi
Dan pada perlakuan a4 (1:2) tidak rendah, sudah dapat menyebabkan bau
berbeda nyata terhadap a1 (3:1) dan a2 langu. Dengan perbandingan yang sama
(2:1). Tetapi menunjukkan perbedaan tidak membuat rasa pahit dan langu
dengan perlakuan a3 (1:1) dan a5 (1:3), terasa. Sehingga perlakuan a3 (1:1)
serta perlakuan a5 (1:3) berbeda nyata merupakan rasa flakes yang paling
dengan semua perlakuan terhadap rasa disukai oleh panelis.
flakes.
Faktor yang mempengaruhi rasa Hasil Tekstur Sebelum Diseduh
yaitu senyawa kimia, suhu, dan interaksi Hasil uji organoleptik terhadap
dengan komponen rasa lain. Berbagai tekstur flakes sebelum diseduh
senyawa kimia menimbulkan rasa yang menunjukkan bahwa perbandingan
berbeda. Rasa asam disebabkan oleh tepung biji kacang koro pedang dan
donor proton, rasa asin dihasilkan oleh tepung tempe koro pedang berpengaruh.
garam-garam anorganik, rasa manis juga Tabel 9. Pengaruh Perbandingan Tepung
ditimbulkan oleh senyawa organik Kacang Koro Pedang dan Tepung
alifatik dan rasa pahit disebabkan oleh Tempe Kacang Koro Pedang Terhadap
alkaloid-alkaloid. Interaksi dengan Tekstur Flakes Sebelum Diseduh.
komponen lain tentu dapat Perbandingan
mempengaruhi nilai suatu rasa produk Tepung Biji Kacang Nilai Taraf
(Winarno, 1997). Koro Pedang dan Rata- 5%
Dapat dilihat bahwa perbandingan Tepung Tempe Rata
tepung pada perlakuan a1 (3:1), a2 (2:1) Kacang Koro Pedang
a4 (1:2) dan a5 (1:3) memiliki a1 (3:1) 3,988 b
perbandingan tepung yang berbeda jauh. a2 (2:1) 4,174 c
Dimana semakin tinggi penambahan a3 (1:1) 4,16 b
tepung biji kacang koro pedang dan a4 (1:2) 3,892 b
tepung tempe kacang koro pedang, a5 (1:3) 3,346 a
memiliki tingkat kesukaan semakin Keterangan : Nilai rata-rata ditandai
rendah. Dengan perbandingan tepung dengan huruf yang sama menunjukan
yang sama yaitu pada perlakuan a3 (1:1) tidak berbeda nyata pada taraf 5%
meningkatkan nilai kesukaan terhadap menurut uji lanjut Duncan.
rasa flakes. Berdasarkan hasil uji lanjut duncan
Perbandingan tepung biji kacang pada tabel 9 menunjukkan bahwa
koro pedang dan tepung tempe koro perbandingan tepung biji kacang koro
pedang yang ditambahkan merupakan pedang dan tepung tempe kacang koro
faktor yang mempengaruhi rasa flakes. pedang pada perlakuan a1 (3:1) tidak
Bahwa penambahan tepung biji kacang berbeda nyata dengan perlakuan a2 (2:1),
koro pedang dan tepung tempe koro a3 (1:1) dan a4 (1:2). Menunjukkan
pedang yang semakin besar tidak begitu perbedaan pada perlakuan a5 (1:3). Pada
disukai. Sebab tepung biji kacang koro perlakuan a2 (2:1) tidak berbeda nyata
pedang memberikan rasa pahit dan pada dengan perlakuan a1 (3:1) dan a3 (1:1)
tepung tempe koro pedang terhadap tekstur sebelum diseduh, tetapi
menghasilkan rasa langu terhadap menunjukkan perbedaan pada perlakuan
produk flakes. Rasa pahit pada produk a4 (1:2) dan a5 (1:3).
flakes disebabkan adanya komponen

9
Pada perlakuan a3 (1:1) tidak perbandingan tepung pada perlakuan a 2
menunjukkan perbedaan pada perlakuan (2:1) yang lebih disukai. Sebab
a1 (3:1), a2 (2:1) dan a4 (1:2). Berbeda perbandingan tepung biji kacang koro
nyata dengan perlakuan a5 (1:3) terhadap pedang yang tidak terlalu tinggi dan
tekstur flakes sebelum diseduh. tepung tempe kacang koro yang rendah
Perlakuan a4 (1:2) berbeda nyata dengan membuat tekstur flakes lebih renyah dan
perlakuan a5 (1:3). Tetapi tidak berbeda tidak rapuh.
nyata dengan perlakuan a1 (3:1), a2 (2:1)
dan a3 (1:1) terhadap tekstur sebelum Hasil Tekstur Sesudah Diseduh
diseduh pada flakes. Dan pada perlakuan Hasil uji organoleptik terhadap
a5 (1:3) menunjukkan perbedaan pada tekstur flakes sesudah diseduh
setiap perlakuan a1 (3:1), a2 (2:1), a3 (1:1) menunjukkan bahwa perbandingan
dan a4 (1:2). tepung biji kacang koro pedang dan
Tekstur pangan ditentukan oleh tepung tempe koro pedang berpengaruh.
kadar air, kadar lemak, dan kandungan Tabel 10. Pengaruh Perbandingan
karbohidrat struktural seperti selulosa, Tepung Kacang Koro Pedang dan
pati, serta protein yang terkandung Tepung Tempe Kacang Koro Pedang
dalam suatu produk (Kusharto, 2013). Terhadap Tekstur Flakes Sesudah
Protein dapat meningkatkan kemampuan Diseduh.
gelasi sehingga dapat membentuk Perbandingan
fleksibilitas atau kemampuan protein Tepung Biji Kacang Nilai Taraf
untuk terdenaturasi dan membentuk Koro Pedang dan Rata- 5%
jaringan dengan ikatan silang (Kusharto, Tepung Tempe Rata
2013). Tekstur memiliki pengaruh Kacang Koro Pedang
penting terhadap produk misalnya dari a1 (3:1) 3,720 ab
tingkat kerenyahan, tipe permukaan, a2 (2:1) 3,920 b
kekerasan, dan sebagainya (Kartika, a3 (1:1) 4,066 b
dkk., 1988). a4 (1:2) 4,000 b
Perlakuan a1 (3:1) memiliki tekstur a5 (1:3) 3,384 a
yang lebih rapuh dibandingkan Keterangan : Nilai rata-rata ditandai
perlakuan yang lain. Dimana dengan huruf yang sama menunjukan
penambahan tepung biji kacang koro tidak berbeda nyata pada taraf 5%
pedang lebih banyak menghasilkan menurut uji lanjut Duncan.
flakes sedikit rapuh. Ini disebabkan Berdasarkan hasil uji lanjut duncan
tepung biji kacang koro tidak memiliki pada tabel 10 menunjukkan bahwa
daya rekat yang tinggi, sehingga tekstur perbandingan tepung biji kacang koro
pada flakes cenderung rapuh. pedang dan tepung tempe kacang koro
Penambahan tepung tempe kacang koro pedang pada perlakuan a1 (3:1) dengan
pedang lebih banyak, menyebabkan perlakuan a2 (2:1), a3 (1:1), a4 (1:2) dan
flakes yang dihasilkan cenderung lebih a5 (1:3) tidak menunjukkan perbedaan
keras. Dapat dilihat pada perlakuan a5 terhadap tekstur flakes sesudah diseduh.
(1:3). Ini dikarenakan bahwa tepung Pada perlakuan a2 (2:1) tidak berbeda
tempe kacang koro pedang lebih kalis nyata dengan perlakuan a1 (3:1), a3 (1:1)
ketika dibuat adonan. Pada saat dan a4 (1:2), tetapi berbeda nyata dengan
pembuatan tempe adanya penambahan perlakuan a5 (1:3). Begitupun pada
tapioka yang membuat daya rekat perlakuan a3 (1:1) tidak berbeda nyata
tepung tempe kacang koro pedang lebih terhadap a1 (3:1), a2 (2:1) dan a4 (1:2),
besar. namun menunjukkan perbedaan pada
Perbandingan tepung yang sama perlakuan a5 (1:3) terhadap tekstur
tekstur flakes agak renyah. Sehingga flakes sesudah diseduh.

10
Pada perlakuan a3 (1:1) Perbandingan
menunjukkan tidak berbeda nyata Tepung Biji Kacang Nilai Taraf
dengan perlakuan a1 (3:1), a2 (2:1) dan a4 Koro Pedang dan Rata- 5%
(1:2), tetapi berbeda nyata dengan Tepung Tempe Rata
perlakuan a5 (1:3). Sedangkan pada Kacang Koro Pedang
perlakuan a5 (1:3) menunjukkan a1 (3:1) 3,700 bc
perbedaan terhadap a2 (2:1), a3 (1:1) dan a2 (2:1) 3,450 b
a4 (1:2). Dan tidak berbeda nyata pada a3 (1:1) 3,870 c
perlakuan a1 (3:1) terhadap tekstur flakes a4 (1:2) 3,633 bc
sesudah diseduh. a5 (1:3) 3,043 a
Jika dihubungkan dengan kekerasan Keterangan : Nilai rata-rata ditandai
dan daya serap maka flakes yang tidak dengan huruf yang sama menunjukan
terlalu menyerap air dan tidak begitu tidak berbeda nyata pada taraf 5%
keras yang paling disukai yaitu menurut uji lanjut Duncan.
perlakuan a3 (1:1). Tekstur flakes Berdasarkan hasil uji lanjut duncan
sesudah diseduh dilihat dari produk pada tabel 11 menunjukkan bahwa
yang tidak mudah hancur dalam air perbandingan tepung biji kacang koro
susu. Perbedaan kandungan protein akan pedang dan tepung tempe kacang koro
mempengaruhi tekstur karena adanya pedang terhadap aroma pada perlakuan
ikatan-ikatan antara molekul protein a1 (3:1) berbeda nyata dengan perlakuan
akan membentuk suatu matriks. a5 (1:3). Akan tetapi tidak berbeda nyata
Tekstur pada makanan adalah hal dengan perlakuan a2 (3:1), a3 (1:1) dan a4
yang berkaitan dengan struktur makanan (2:1). Sedangkan pada perlakuan a2 (2:1)
yang dirasakan di mulut. Proses berbeda nyata dengan a3 (1:1) dan a5
pembentukan tekstur dipengaruhi oleh (1:3). Perlakuan a2 (2:1) tidak
adanya molekul pati, serat dan protein menunjukkan perbedaan pada perlakuan
dengan membutuhkan air. Sehingga a1 (3:1) dan a4 (2:1) terhadap aroma
pada saat proses pembentukan tekstur, flakes. Namun pada perlakuan a3 (1:1)
komponen pati, serat dan protein saling menunjukkan perbedaan terhadap
berkompetisi mengikat air untuk perlakuan a2 (2:1) dan a5 (1:3). Tetapi
membentuk tekstur (Putri, dkk, 2015). tidak berbeda nyata pada perlakuan a1
Menurut Matz (1976) dalam Suarni, (3:1) dan a4 (2:1). Sama halnya pada
(2009) untuk menghasilkan produk perlakuan a1 (3:1), perlakuan a4 (2:1)
dengan mutu yang baik tepung harus tidak berbeda nyata dengan perlakuan a2
mengandung amilopektin tinggi di atas (3:1) dan a3 (1:1) serta berbeda dengan
70%. Sebagian amilosa dibutuhkan perlakuan a5 (1:3). Dan pada perlakuan
untuk memberikan daya tahan pecah a5 (1:3) menunjukkan perbedaan pada
yang memadai dan tekstur dapat semua perlakuan terhadap aroma flakes.
diterima. Aroma bahan makanan banyak
menentukkan kelezatan bahan makanan
Hasil Aroma tersebut (Soekarto, dkk, 1985). Aroma
Hasil uji organoleptik terhadap makanan terbentuk terutama pada proses
aroma flakes menunjukkan bahwa pemanggangan, makanan yang baru
perbandingan tepung biji kacang koro dipanggang mempunyai aroma yang
pedang dan tepung tempe koro pedang sangat mengenakkan yang cepat hilang
berpengaruh. pada saat pendinginan dan
Tabel 11. Pengaruh Perbandingan penyimpanan.
Tepung Kacang Koro Pedang dan Berbagai senyawa menimbulkan
Tepung Tempe Kacang Koro Pedang aroma yang berbeda, dimana reaksi
Terhadap Aroma Flakes. reaksi browning enzimatis dan non

11
enzimatis juga menghasilkan bau yang a5 (1:3) 1 10
kuat, misalnya pembentukan furfural 1 4 1 1 1 1
dan maltol pada reaksi maillard Keterangan :
(Winarno, 1997). Penambahan tepung A : Daya Serap
biji kacang koro pedang lebih besar B : Kekerasan
menghasilkan bau koro yang dominan C : Warna
dan sebaliknya penambahan tepung D : Rasa
tempe kacang koro pedang lebih besar E : Tekstur Sebelum Diseduh
memberikan bau langu tempe yang F : Tekstur Sesudah Diseduh
dominan. Perbedaan aroma dapat G : Aroma
disebabkan adanya proses karamelisasi Berdasarkan hasil uji skoring bahwa
gula. Sebagaimana rasa, perubahan sampel yang terpilih adalah perlakuan a 3
aroma ini juga dapat ditentukan oleh dengan perbandingan tepung biji kacang
komposisi bahan dan mekanisme koro pedang dan tepung tempe kacang
terjadinya reaksi tersebut (Puspitasari, koro pedang 1:1.
2009).
Protein dalam bahan pangan juga Analisis Kimia Sampel Terpilih
mempengaruhi aroma pada bahan Perlakuan terpilih diperoleh pada
pangan. Dengan adanya pemanasan, perbandingan tepung biji kacang koro
protein dalam bahan makanan akan pedang dan tepung tempe kacang koro
mengalami perubahan dan membentuk pedang 1:1 (a3) dengan kandungan zat
persenyawaan dengan bahan lain, gizi yang dapat dilihat pada tabel 13.
misalnya dengan asam amino hasil Tabel 13. Perbandingan Flakes Sampel
perubahan protein dengan gula Terpilih dengan Kacang Koro Pedang.
pereduksi yang membentuk aroma Zat Gizi Sampel Kacang
makanan (Sudarmadji, 1998). (%) terpilih Koro
Pedang
Penentuan Sampel Terpilih Kadar Protein 9,95 18-25
Perlakuan terbaik yang dipilih
Kadar 10,67 50-60
mengacu pada karateristik flakes yang
Karbohidrat
diinginkan. Berdasarkan data yang
Kadar Air 1 11- 15,5
diperoleh dari hasil perhitungan uji
skoring maka dapat diambil suatu Kadar Abu 1 3
kesimpulan untuk penentuan sampel Kadar Serat 5,82 4,9-8,0
terbaik dari penelitian ini adalah : Kasar
Tabel 12. Hasil Penentuan Sampel Berdasarkan hasil analisis kimia
Terbaik Berdasarkan Uji Skoring bahwa kandungan protein pada flakes
Perbandi A B C D E F G Sk sebesar 9,95%, jika dibandingkan
ngan or dengan kacang koro pedang sangat jauh
Tepung berbeda yaitu 18 hingga 25%. Kadar
a1 (3:1) 6 33 protein pada produk flakes dipengaruhi
6 2 6 5 5 3 oleh jumlah kandungan protein dari
a2 (2:1) 3 30 bahan baku. Karbohidrat pada produk
flakes 10,67% dan pada kacang koro
5 1 5 5 6 5
pedang sebesar 45,2 hingga 56,9%.
a3 (1:1) 6 35
Protein merupakan senyawa yang
4 1 6 6 6 6 cukup berpengaruh besar terhadap
a4 (1:2) 5 29 kualitas produk yang dihasilkan,
3 1 4 6 4 6 kemampuan produk flakes untuk
menahan stabilitas adonan pada saat

12
pembuatan. Kadar protein merupakan bahan pangan dan penghilangan
parameter yang penting karena produk kandungan air dalam bentuk uap air.
flakes, selain memiliki rasa yang enak, Jika kalor diberikan kepada bahan
juga diharapkan memiliki nilai gizi yang pangan, suhu bahan pangan dapat
dapat memenuhi nutrisi sarapan meningkat dan air dalam bahan pangan
(Hildayanti, 2012). menguap (Harris, 1998).
Berkurangnya kandungan protein
Kadar abu adalah zat anorganik sisa
pada produk flakes, disebabkan proses
hasil pembakaran suatu bahan organik
pengolahan flakes. Saat pembuatan
(Sudarmadji, 1998). Penentuan kadar
flakes mengalami proses pemanggangan
abu berkaitan erat dengan kandungan
selama 20 menit pada suhu 1300C.
mineral yang terdapat dalam suatu
Pemanasan yang berlebihan akan
bahan, kemurnian serta kebersihan suatu
merusak protein apabila dipandang dari
bahan yang dihasilkan (Sandjaja, 2009).
sudut pandang gizi. Protein memiliki
Kandungan abu pada produk flakes
molekul besar, maka protein mudah
sebesar 1%, dengan kadar abu yang
sekali mengalami perubahan bentuk fisis
rendah. Adanya kandungan abu yang
ataupun aktivitas biologis. Pemanasan
tidak larut dalam asam yang cukup
merupakan salah satu faktor yang
tinggi menunjukkan adanya pasir atau
menyebabkan terdenaturasinya protein
kotor lain. Sehingga tidak baik untuk
(Sudarmadji, dkk., 1998). Denaturasi
dikonsumsi. Hal ini menunjukkan
menyebabkan hilangnya aktivitas enzim
pengolahan yang dilakukan dan mutu
dan enzim-inhibitor sehingga
pada bahan sudah cukup baik, serta
meningkatkan daya cerna protein.
kandungan mineral pada bahan pangan
Kandungan protein dapat menurun
telah memenuhi SNI yaitu maksimal
akibat pemanasan, perendaman, pH, dan
4%.
bahan-bahan kimia (Marifat, 2014).
Produk flakes mengandung serat
Pengaruh pemanggangan terhadap
kasar sebesar 5,82%. Serat makanan
karbohidrat umumnya terkait dengan
hanya terdapat dalam bahan pangan
terjadinya hidrolisis. Pemanggangan
nabati, dan kadarnya bervariasi menurut
akan menyebabkan gelatinisasi pati yang
jenis bahan. Peran utama dari serat
akan meningkatkan nilai cernanya.
dalam makanan adalah pada
Sebaliknya, peranan karbohidrat
kemampuannya mengikat air, selulosa
sederhana dan kompleks dalam reaksi
dan pektin. Dengan adanya serat,
Maillard dapat menurunkan ketersediaan
membantu mempercepat sisa-sisa
karbohidrat dalam produk-produk hasil
makanan melalui saluran pencernaan
pemanggangan (Prangdimurti, 2007).
untuk disekresikan keluar (Asruddin,
Kadar air pada flakes sebesar 1%
2015). Kadar serat dalam produk flakes
jauh lebih rendah dibandingkan dengan
tidak berbeda jauh dengan kacang koro
kacang koro pedang. Kadar air
pedang yaitu sebesar 4,9 hingga 8%.
merupakan komponen yang sangat
penting dalam bahan pangan, karena
KESIMPULAN
dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, dan cita rasa. Kandungan kadar Hasil penelitian mengenai pengaruh
air dalam bahan pangan menentukan, perbandingan tepung biji kacang koro
daya terima, kesegaran, dan umur pedang dan tepung tempe kacang koro
simpan suatu bahan (Winarno, 1997). pedang terhadap karakteristik flakes
Rendahnya kadar air, adanya proses diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
pemanggangan selama pengolahan. 1. Faktor perbandingan tepung biji
Pemanggangan pada umumnya kacang koro pedang dengan tepung
melibatkan penambahan kalor pada tempe kacang koro pedang

13
berpengaruh terhadap rasa, tekstur
sebelum diseduh, tektur sesudah Agustina, F. 2011. Evaluasi Parameter
diseduh dan aroma. Tetapi tidak Produksi Biogas dari Limbah
berpengaruh terhadap daya serap, Cair Industri Tapioka dalam
kekerasan dan warna pada produk Bioreaktor Anaerobik 2
flakes. Tahap. Jurusan Teknik Kimia
2. Perlakuan terpilih menurut uji Fakultas Teknik Universitas
skoring adalah produk flakes dengan Diponegoro. Diakses : 10
perlakuan a3 (perbandingan tepung Agustus 2015.
biji kacang koro pedang dan tepung
tempe kacang koro pedang 1:1). Agustiningsih, Wulan, Fibra, dan Dyah
3. Analisis kimia pada perlakuan Koesmawardani. 2009.
terpilih (a3) meliputi kadar protein Pengaruh Konsentrasi Tepung
9,95%, kadar karbohidrat 10,67%, Tempe Terhadap Sifat
kadar air 1%, kadar abu 1% dan Organoleptik Dan Kimia Stik
kadar serat kasar 5,82%. Tempe.http://skrips.unila.ac.id/
4. Tepung biji kacang koro pedang about/. Diakses : 10 Agustus
memiliki kadar protein 24,94%, 2015.
kadar HCN 0 mg/kg, kadar air 8%
dan pada tepung tempe kacang koro Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu
pedang memiliki kadar protein Gizi. PT. Gramedia Pustaka
21,58%, kadar HCN 0 mg/kg, kadar Utama, Jakarta.
air 9%.
AOAC.1995. Official Methods of
SARAN Analysis. Association of Official
Analysis Chemistry. Benyamin
Berdasarkan hasil dari penelitian Franklin Station. Washington
yang telah dilakukan, saran yang dapat D.C
diberikan yaitu :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan
lanjut mengenai modifikasi rasa Sayur. Penerbit Alumni
pada produk flakes untuk Bandung.
menghasilkan kesan cita rasa yang
lebih disukai seperti rasa buah atau Asruddin. 2015. Analisis Serat Kasar.
coklat. http://www.academia.edu/9074
2. Perlu dilakukan penelitian lebih 666/analisis_serat_kasar.Diaks
lanjut mengenai pengemas yang es : 1 Oktober 2015.
cocok dan umur simpan dari produk
flakes Astawan, Made. 2004. Tetap Sehat
3. Perlu dilakukan penelitian lebih dengan Produk Makanan
lanjut mengenai peningkatan Olahan. Solo: TigaSerangkai.
kandungan gizi pada produk flakes
dengan melakukan fortifikasi seperti Astuti, M., A. Meliala, F.S. Dalais and
penambahan kandungan zat besi. M.L. Wahlqvist. 2000. Tempe,
A Nutritious and Healthy Food
DAFTAR PUSTAKA From Indonesia. Asia Pacific J
Adeyemi, SAO dan PO Ogazi. 1985. Clin Nutr.
The Place of Plantain in
Composite Flour. Commerce Balitkabi, Litbang Pertanian. 2015.
Industry, Lagos State, Nigeria. Koro Pedang: Tanaman

14
Berpotensi Belum Penerbit Universitas Indonesia,
Tereksploitasi.http://balitkabi.li Jakarta.
tbang.pertanian.go.id/infoteknol
ogi/188koropedangtanamanber Fardiaz, D., N. Andarwulan, H. Wijaya,
potensibelumtereksploitasi.html. dan N. L. Puspitasari. 1992.
Diakses : 5 Mei 2015. Teknik Analisis Sifat Kimia
dan Fungsional Komponen
Bavia ACF, da Silva CE, Ferreira MP, Pangan. Departemen
Leite RS, Mandarino JMG, Pendidikan dan Kebudayaan.
Carrao-Panizzi MC. 2013. Direktorat Jenderal Perguruan
Chemical Composition Of Tinggi. Pusat Antar Universitas
Tempeh From Soybean Pangan dan Gizi, Institut
Cultivars Specially Developed Pertanian Bogor, Bogor. Diakses
For Human Consumption. : 15 Mei 2015.
Ciênc. Tecnol.
Aliment.,Campinas. Fellows, P.J. 2000. Food Processing
Technology Principle and
Budiyanto A. K. 2001. Dasar - Dasar Practise. Ellis Howard Limited,
Ilmu Gizi. Universitas New York, London.
Muhammadiyah, Malang.
Gandjar I. 2006. Fungi dan Industri.
Buckle K.A, Edwards R.A, Fleet G.H, Didalam: Gandjar I,
Wootton M. 1987, Ilmu Sjamsuridzal W, Oetari2006.
Pangan, Edisi Kedua, Penerbit Mikologi Dasar dan Terapan.
Universitas Indonesia, Jakarta. Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Cahyadi W. 2006. Kedelai Khasiat dan
Teknologi. Edisi Pertama. Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis
Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. dalam Penelitian Percobaan,
Edisi Kedua, Penerbit CV.
Cherry, J. P. 1981. Protein Functionally Armico, Bandung.
in Foods. American Chemical
Society, Washington D. C. Gisca, Bernadheta. 2013. Penambahan
Gembili Pada Flakes Jewawut
Dakornas, 2012. Seminar Ikan Gabus Sebagai Alternatif
Pengembangan Koro Pedang Makanan Tambahan Anak
di Jawa Tengah. Fakultas Gizi Kurang. Artikel. Program
Peternakan dan Pertanian Studi Ilmu Gizi Fakultas
Universitas Diponegoro. Kedokteran. Universitas
Diakses : 4 April 2015. Dipenogoro. Semarang. Diakses
: 5 Mei 2015.
DeMan.J.M, 1997. Kimia Makanan,
Edisis Ke-2. Terjemahkan Gustiningsih D., D. Andrayani. 2011.
Kosasih Padmawinata, ITB, Potensi Koro Pedang
Bandung. (Canavalia ensiformis) dan
Saga Pohon (Adhenanthera
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi povonina) sebagai Alternatif
Pengawetan Pangan. Substitusi Bahan Baku Tempe.
Terjemahan M. Muljoharjo. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Diakses : 20 Mei 2014.

15
Jatinangor, Sumedang. Diakses :
Hanawati, Russy Fitria. 2011. Laporan 9 Juni 2015.
Tugas Akhir Proses Produksi
Flakes Kaya Antoiksidan Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna
Sebagai Alternatif Indonesia. Jilid 3. Badan
Diversifikasi Ubi Jalar Ungu. Penelitian dan Pengembangan
Progrm Studi Diplom III Hasil Kehutanan. Departemen
Pertanian Universias Sebelas Kehutanan, penerjemah;
Maret. Surakarta . Diakses : 5 Jakarta: Yayasan sarana Wana
Mei 2015. Jaya. Terjemahan dari: De
Nuttige Planten Van Indonesia.
Handayani S., Supriyono E., Diakses : 1 Juni 2015.
Triharyanto, S. Marwanti, I.D.
Astuti, B. Hidayat, N. 2008. Fermentasi Tempe.
Pujiasmanto. 1995. http://ptp2007.files.wordpress.c
Pengembangan Budidaya dan om/ 2008/03/fermentasi-
Pengolahan Hasil Kacang- tempe.pdf. Diakses : 20 Mei
kacangan sebagai Usaha 2014.
Produktif Wanita di Lahan
Kering Daerah Tangkapan Hildayanti, 2012. Studi Pembuatan
Hujan Waduk Kedungomba. Flakes Jejawut. Jurusan
Pusat Studi Wanita. Lembaga Teknologi Pertanian. Fakultas
Penelitian Universitas Sebelas Pertanian. Universitas
Maret Surakarta. Diakses : 7 Hasanudin Makasar. Diakses : 4
Mei 2014. Juni 2015.

Handajani, S.dan Atmaka. 1993. Istiani, Y. 2010. Karakterisasi


Analisa Sifat Phisis-Kemis Senyawa Bioaktif Isoflavon
Beberapa Biji Kacamg- dan Uji Aktivitas
Kacangan, Kekerasan, BEAntioksidan dari Ekstrak
Kualitas Tanak, Protein dan Etanol Tempe Berbahan Baku
Kandungan Mineralnya. Koro Pedang (Canavalia
Lembaga Penelitian Universitas Ensiformis). Universitas
Sebelas Maret, Surakarta. Sebelas Maret Sukarta.
Diakses : 20 Mei 2014. Diakses : 11 April 2015.

Harris. R, S. 1998. Evaluasi Nilai Gizi Kalaminasih, Dwi, 2013. Pengaruh


Pada Pengolahan Bahan Proposi Kacang Koro Sayur
Pangan. Edisi Kedua. Penerbit (Phaseolus Iunatus) dan
ITB. Bandung. Kacang Koro Peadang
(Canavalia ensiformis L)
Herliana, S. 2006. Pengaruh Jumlah Terhadap Mutu Organoleptik
Air dan Lama Pengukusan Tempe Koro. Program Studi
Terhadap Beberapa Tata Boga. Fakultas Teknik
Karakteristik Flakes Ubi Negri Surabaya. Diakses : 15
Kayu (Manihot esculenta September 2015.
Crantz). Skripsi. S1-Fakultas Kartika, Bambang, 1988. Pedoman Uji
Teknologi Industri Pertanian, Inderawi Bahan Pangan.
Universitas Padjadjaran, UGM, Yogyakarta.

16
Kashanah, Uswatun, 2004. Formulasi,
Karakteristik Fisiko-Kimia Mahendradatta M. 2007. Pangan Aman
dan Organolpetik Produk dan Sehat, Prasyarat
Makanan Sarapan Ubi Jalar Kebutuhan Mutlak Sehari-
(Sweet Potato Flakes). Fakultas hari. Lembaga Penerbitan
Teknologi Pertanian. ITB Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Kasmidjo R. B. 1990. Tempe :
Mikrobiologi dan Kimia Marifat, Muh Ilham. 2014.
Pengolahan serta Pemanfaatan koro pedang
Pemanfaatannya. PAU Pangan (canavalia ensiformis) sebagai
dan Gizi UGM. Yogyakarta. bahan dasar pembuatan
tempe dengan penambahan
Kholis, M. N., S. Purwanti, G. Rizqi, konsentrasi bahan isi dari
Alfian, D. Giyanti. 2010. jagung dan bekatul yang
Optimalisasi Pemanfaatan berbeda. Fakultas Keguruan
Kacang Tunggak (Vigna dan Ilmu Pendidikan.
unguiculata L.) dalam Universitas
Pembuatan Tempe. Diakses : 4 Muhammadiyah.Surakarta.
Juni 2015.
Matz, A. Samuel, 2005. The Chemistry
Kumalaningsih, S. 1990. Teknologi and Technology of Cereal As
Pangan. Jilid 1. PT. Jawa Pos. Food and Feed, Second
Surabaya. Edition. Van Nostrand
Reinhoid, New York.
Kusharto Clara M dan Amalia Firda.
2013. Formulasi Flakes Pati Maulana, M. E.S. 2008. Analisis
Garut Dan Tepung Ikan Lele Kelayakan Usaha Pembuatan
Dumbo (Clarias Gariepinus) Bandeng Isi. Skripsi. Program
Sebagai Pangan Kaya Energi Studi Manajemen Agribisnis.
Protein Dan Mineral Untuk Fakultas Pertanian. Institut
Lansia. Jurnal. Departemen Pertanian Bogor. Diakses : 15
Gizi Masyarakat. Fakultas Juni 2015.
Ekologi Manusia. Institut Muchtadi, Tien R. Dan Sugiyono. 1989.
Pertanian Bogor. Diakses : 10 Ilmu Pengetahuan Bahan
Maret 2015. Pangan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Kusuma, P. S.W dan R. Suryaningrum. Direktorat Jendral Pendidikan
2013. Artikel Optimasi Tinggi Antar Universitas Pangan
Takaran Kacamg Koro dan Gizi, IPB, Bogor.
Pedang Putih (Canavalia
ensiformis (L) Sebagai Bahan Nayla, Oktavia. 2012. Studi
Baku Pembuatan Yoghurt, Pembuatan Tepung Formula
Fakultas MIPA Universitas Tempe. Fakultas Pertanian.
PGRI Adi Buana Surabya. Universitas Hasanudin
Diakses : 4 April 2015. Universitas. Makasar.

Litbang Pertanian . 2013. Pasca Panen. Newman CW, Roth NR, and Lockmen
http://pascapanen.litbang.perta RH. 1987. Protein Quality of
nian.go.idindex.php/id/berita/20
7. Diakses : 25 April 2015.

17
Chickpea (Cicer ariterium L.). & Teknologi Pangan. IPB.
Nutr. Rep. Int 36 : 1-5. Diaskes : 1 Oktober 2015.
Puspitasari, E.. 2009. Karamelisasi
Nur Hidayat, Masdiana C. Padaga dan Gula,http://sains.me/1557/berk
Sri Suhartini. 2006. enalan-
Mikrobiologi Industri. Andi. dengankaramelisasi.html/.Diaks
Yogyakarta. es: 29 September 2015.

Nurjanah,E. 2000. Analisis Rampengan, V., J. Pontoh., D.T.


Karakteristik Konsumen dan Semebel., 1985. Dasar-Dasar
Pola Konsumsi Pangan Pengawasan Mutu Pangan.
Sarapan. Skripsi. Fakultas Badan Kerjasama Perguruan
Pertanian. Institut Pertanian Tinggi Negeri Indonesia Bagian
Bogor. Diakses : 28 Mei 2015. Timur, Ujung Pandang.

Pangastuti HP, Triwibowo S. 1996. Rokhmah, L. N. 2008. Kajian Kadar


Proses Pembuatan Tempe Asam Fitat dan Kadar Protein
Kedelai: III.analisis Selama Pembuatan Tempe
mikrobiologi. Cermin Dunia Kara Benguk (Mucuna
Kedokteran No. 109. Pruriens) dengan Variasi
Pengecilan Ukuran dan Lama
Poedjiadji, Ana. 2005. Dasar-Dasar Fermentasi. Skripsi.kultas
Biokimia. Penerbit Universitas Pertanian UNS. Surakarta
Indonesia UI-Press. Jakarta. Roney, 2011.Flakes Kacang Koro
Pedang.http://roneysaja.wordpr
Pramita D.S, 2008. Pengaruh Teknik ess.com/2011/06/10/flakeskacan
Pemanasan Terhadap Kadar g-koro-pedang/. Diakses : 8
Asam Fitat dan Aktivitas April 2015.
Antioksidan Koro Benguk
(Mucuna pruriens), Koro Sandjaja, Atmarita. 2009. Kamus Gizi
Glinding (Phaseolus lunatus) Pelengkap Kesehatan
dan Koro Pedang (Canavalia Keluarga. Jakarta: PT Kompas
ensiformis). Skripsi. Surakarta : Medida Nusantara.
Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian FP UNS. Diakses : 9 Sari, D. 2013. Kacang Koro.
April 2015. http://dewipuspitasr.blogspot.co
m/2013/05/kacang-koro.html.
Prawesthi, G, dkk. 2014. Metabolisme Diakses : 4 Juni 2015.
Karbohidrat Degradasi
Protein dan Sintesis ATP. Sekarindah, T. 2005. Anda Sibuk?
http://www.academia.edu/8 Jangan Lupa Sarapan.
997271/Metabolisme _Karboh http://www/Kompas.c
idrat_Degradasi_Protein_dan_ om/. Diakses : 8 April 2015.
Sintesis_ATP. Diakses : 4 Juni
2015. Septiawan, Yunus. 2015. Sistem
Pengeringan Pangan.
Prangdimurti,. dkk, 2007 Pengaruh http://www.scribd.com/doc/173
Pengolahan terhadap Nilai 638314/SistemPengeringanPan
Gizi Pangan. Departemen Ilmu gan#scribd. Diakses : 21
September 2015.

18
Pertanian. Edisi Kedua.
Setiaji, Bayu. 2008. Skripsi Pengaruh Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Suhu dan Lama Sunaryanto R. 2014. Ada Apa Dengan
Pemanggangan Terhadap Tempe?.http://www.biotek.bppt.
Karakteristik Soy Flakes. go.id/index.php/artikelsains/128
Jurusan Teknologi Pangan -ada-apa-dengan-tempeI.
Fakultas Teknik Universitas Diakses : 4 April 2015.
Pasundan.
Syamsir, E. 2012. Ilmu Pangan.
Soekarto, Soewarno.T. 1995. Penilaian http://ilmupangan.blogspot.com
Organoleptik untuk Industri /2012/02/sereal-sarapan.html.
Pangan dan Hasil Pertanian. Diakses : 5 Mei 2015.
Bharatara Karya Aksara,
Jakarta. Tribelhorn, Holand. E. 1991. Handbook
of Cereal Science and
Suarni. 2009. Produk Makanan Technology.Marcel dekker Inc,
Ringan (Flakes) Berbasis Newyork, Basel Hongkong.
Jagung dan Kacang Hijau
Sebagai Sumber Protein Van der Maesen dan S. Somaatmadja.
Untuk Perbaikan Gizi Anak 1993. Proses Sumber Daya
Usia Tumbuh. Balai Penelitian Nabati Asia Tenggara I.
Tanaman Serealia. Diakses : 6 Jakarta : Gramedia Pustaka
September 2015. Utama.

Subagio, A., W.S. Windarti dan Y. Welirang, F. 2006. Jalan Tengah


Witono. 2003. Development of Sempurna Ketahanan Pangan
functional proteins from some Indonesia Sebagai Solusi
local non-oilseed legumes as Pangan Masa Depan.
food additives. Proceeding of http://www.iptek.net.id/ind/pust
ITSF Seminar on Science and aka
Technology, Indonesia Toray pangan. Diakses : 15 Juni 2015.
Science Foundation.
Whitely PR. 1971. Biskuit
Manufacture. Applied Science
Subarna, 2002. Pelatihan Roti. PT Fits
Mandiri. Institut Pertanian Publishing, Ltd. London.
Bogor, Bogor.
Winarno, F.G.. 1997. Kimia Pangan
dan Gizi, Edisi Kedelapan. PT.
Suciati, A. 2012. Pengaruh Lama
Perendaman dan Fermentasi Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Terhadap Kandungan HCN
pada Tempe Kacang Koro
Wiryadi, R. 2007. Pengaruh Waktu
(Canavalia Ensiformis L).
Fakultas Pertanian Universitas Fermentasi dan Lama
Pengeringan terhadap Mutu
Hasanudin Makasar. Diakses : 9
April 2015. Tepung Cokelat (Theobroma
cocoa L). Skripsi. Universitas
Syah Kuala. Aceh.
Sudarmadji, S. B., Haryono dan Suhardi.
1998. Prosedur Analisis Untuk Wiryawan, Adam. 2011. Uji
Bahan Makanan dan Organoleptik.http://www.chem

19
-is-try.org/materi_ Yuniastuti A. 2008. Gizi dan
kimia/instrum Kesehatan. Graha Ilmu.
enanalisis/uji-organoleptik/uji- Yogyakarta.
organoleptik/. Diakses : 15
September 2015. Yuwanti Sih dan Tamtarini. 2005.
Pengaruh Penambahan Koro-
Wulan, Putri. Anjar., Anissa Ria Bintang Koroan Terhadap Sifat Fisik
dan Hari Alfizan 2012. dan Sensorik Flake Ubi Jalar.
Tepung.http://www.scribd.com/ Fakultas Teknologi Pertanian
doc/143933331/TEPUNG.Diaks Universitas Jember . Diakses :
es : 28 September 2015. 14 April 2015.
Yohana. 2010. Breakfast Talas. Yuwono, SS. dan Susanto,T. 1998.
https://pepitaharyanti.files.word Pengujian Fisik Pangan.
press.com./2010/11/skripsiyoha Jurusan Teknologi Hasil
na.pdf. Diakses : 8 September Pertanian. Fakultas Teknologi
2015. Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang. Diakses : 9
Juni 2015.

20

Anda mungkin juga menyukai