Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Turap

Sebagian besar pekerjaan pembuatan pondasi suatu bangunan meliputi pekerjaan

penggalian. Bangunan sementara yang dibuat untuk mencegah kelongsoran tanah di sekitar

daerah penggalian maupun terjadinya perembesan air, adalah turap atau bisa juga disebut

bendungan elak sementara. Karena bangunan ini bersifat sementara, maka biayanya harus

tidak boleh mahal, mudah dipasang dan dipindah-pindahkan.

Yang dimaksud dengan turap adalah konstruksi yang dapat menahan tanah

disekelilingnya, mencegah terjadinya kelongsoran, dan biasanya terdiri dari dinding turap dan

penyangganya, seperti yang diperlihatkan Gambar 1.1. turap yang banyak dipakai adalah

turap dengan tiang tegak, papan turap, serta turap yang terdiri dari jajaran tiang-tiang, dan

kadang-kadang dipakai turap beton yang dicor di tempat (Cast-in-place) seperti pada

konstruksi tembok menerus di bawah tanah.

Macam Turap

Berhubung adanya berbagai cara untuk memasang turap atau bendungan elak

sementara, maka perlu dipilih caraa yang paling tepat, yaitu ditinjau dari mutu tanah pondasi,

tinggi muka air atau tinggi muka air tanah, keamanan atau manfaat ekonomis yang

diperlukan.

Konstruksi turap dapat digolongkan berdasarkan jenis dinding turapnya sebagai

berikut :

1. Turap dengan tiang tegak dan papan turap.

2. Turap yang terdiri dari deretan tiang-tiang.

3. Turap dari beton yang dicor di tempat, sehingga merupakan tembok dibawah tanah.

Turap jenis 1 adalah turap yang menahan tekanan tanah dengan jalan memasang papan

turap secara mendatar, diletakan diantara tiang tegak dan profil H dengan jarak yang sama.
Turap semacam ini dalam bentuk sederhana, umumnya berupa pagar kayu. Turap yang

terbuat dari deretan tiang-tiang merupakan suatu cara di mana deretan tiang kayu, beton

maupun tiang baja.

Ditinjau dari kenyataan bahwa dinding yang terbuat dari deretan tiang baja sangat

menonjol dalam sifat rapat airnya, juga kekuatannya, maka tiang baja sering dipakai untuk

pekerjaan penggalian yang besar-besar.

Turap dari beton yang dicor ditempat, sehingga merupakan tembok di bawah tanah,

adalah suatu cara di mana dinding turap dibuat dari tiang beton yang dicor di tempat. Untuk

membangun tembok di bawah tanah, ada dua macam cara, yang pertama adalah dengan

membuat tembok menerus, dan yang kedua adalah dengan membuat dinding dari deretan

kolom di bawah tanah. Pada tiang beton yang dicor ditempat, sehingga merupakan tembok di

bawah tanah, turap ini tidak dapat usah dibongkar setelah pekerjaan selesai, dan dimanfaatkan

sebagai bagian dari konstruksi itu sendiri.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Metode

Karena adanya berbagai cara pemasangan turap, maka sebelum melakukan

perencanaan, keadaan lapangan harus benar-benar diperiksa dan diselidiki. Ciri-ciri topografi,

kondisi geologi, susunan tanah dilapangan, keadaan bangunan-bangunan yang telah ada, serta

besarnya gaya luar seperti tekanan air, juga berpengaruh besar dalam memilih cara yang

dipakai, bersama-sama dengan ukuran dan jenis konstruksi, serta syarat-syarat konstruksinya.

Hal-hal tambahan yang perlu diperhatikan adalah :

1. Stabilitas terhadap gaya luar, misalnya tekanan tanah atau tekanan air.

2. Ketahanan dinding halang (cut-off).

3. Ruang yang cukup untuk pembangunan konstruksi yang besar (penggunaan balok penopang

yang secukupnya).

4. Kesulitan relatif dalam pembangunan.


5. Kesulitan relatif dalam pemindahan pekerjaan.

6. Pengaruh terhadap daerah sekelilingnya (surutnya muka air tanah, turunnya tanah pondasi).

7. Syarat-syarat pekerjaan pembangunan yang diijinkan.

8. Biaya pekerjaan.

Pada waktu melakukan perencanaan dan pembangunannya, penting sekali

untuk mengetahui keadaan tanahnya, ditinjau dari segi mekanika tanah, dan menjamin

kestabilan dalam menahan gaya luar yang berkerja padanya. Untuk keperluan tersebut, berikut

ini akan diberikan penjelasannya.

1. Ciri-ciri topografis di lapangan : Dengan mengadakan penyelidikan yang menyeluruh atas

ciri-ciri topografis di sekitar lokasi, maka tinggi rendah dan dalamnya dasar sungai atau dasar

laut harus dapat diketahui benar-benar. Selanjutnya, cara dan jalur pengankutan alat-alat

penggali atau bahan-bahannya ke lokasi, juga dipelajari.

2. Tanah Pondasi : Perlu ditekankan di sini bahawa dalam melakukan penyelidikan geologi dan

penyelidikan tanah untuk bangunan utama yang didirikan, titik berat penyelidikannya sedikit

berbeda antara bangunan utama atau bagunan sementara, misalnya untuk turap dan

sebagainya. Keterangan tentang tekstur tanah juga perlu diperoleh, dan contoh-contoh tentang

konstruksi yang telah ada pada tanah pondasi yang sejenis, juga harus dipelajari.

a) Lapisan jelek : Lapisan yang jelek harus cukup aman terhadap kelongsoran selama

penggalian dilakukan. Ditinjau dari segi keamanannya, galian yang dangkal pada tanah

pondasi yang kohesif dan lunak, adalah sama artinya dengan galian yang dalam pada tanah

pondasi yang kohesif dan keras. Dalamnya galian tak mungkin melampaui kekuatan kohesi

tanah yang diijinkan. Sebagai pendekatan pertama, syarat berikut ini harus dipenuhi.

Di sini, : Kekuatan geser unconfined dari tanah kohesif (t/ )

: Berat total tanah dan air yang lebih tinggi dari dasar galian
b) Tanah pondasi yang berbatu besar : Pada tanah pondasi yang berbatu-batu besar, atau bila

didekat permukaan tanah terdapat batuan dasar, maka usaha pemancangan turap akan sia-sia

belaka.

c) Tanah pondasi yang tidak kedap air : Bila lubang galian diperkirakan akan digenangi air

cukup banyak, maka perlu dipancangkan suatu turap penahan yang dapat mencegah air

memasuki lapisan yang tembus air. Bila ujung turap tidak dapat mencapai tanah yang kedap

air karena panjang tiang pancang tidak mencukupi, maka timbulnya gejala-gejala bahaya

akibat rembesan air harus diamati sebelumnya dan cara penanggulangan kejadian ini harus

dipelajari sebaik-baiknya.

Prosedur Perencanaan

Pada waktu merencanakan turap, mula-mula harus ditentukan syarat-syarat

perencanaannya berdasarkan data survei di lokasi proyek, misalnya dengan mengadakan

penyelidikan tanah kemudian baru dipilih jenis konstruksi yang cocok.

Setelah itu berturut-turut dihitung beban yang bekerja, diselidiki dalamnya pemancangan,

diperiksa daya “heaving” (pemuaian) dan tegangan-tegangan pada bagian konstruksi harus

dihitung pula.

Beban Yang Dipakai Untuk Perencanaan

Beban yang dipakai untuk perencanaan dinding turap, secara umum aadalah tekanan

air, tekanan tanah dan pengaruh perubahan temperatur.sebagai tambahan, beban mati dan

beban hidup lain- lainnya, bila perlu juga dihitungkan pada waktu melakukan perencanaan

bagian-bagian konstruksi.

Sehubungan dengan pertanyaan mengapa tekanan tanah atau tekanan air sebaiknya

ikut diperhitungkan pada waktu melakukan perencanaan dinding turap, sampai saat ini masih
banyak masalah yang harus dipecahkan. Ada berbagai saran, misalnya dari Terzaghi dan

Peck, atau Tschebotarioff, dan saran dari Asosiasi Jalan Raya Jepang atau Institut Arsitektur

Jepang. Setiap saran ini membahas tekanan tanah rencana bagi setiap tanah yang sesuai

dengan jenis tanah tersebut. Pada saran yang disebutkan diatas, ada suatu cara dimana tekanan

tanah dan tekanan air dijumlahkan, setelah dicari secara terpisah, berdasarkan prinsip

tegangan efektif, dan suatu cara dimana kedua tekanan tersebut dihitungkan sebagai tekanan

total.

Dengan mempertimbangkan beban yang dipakai untuk perencanaan, dan sifat-sifat

pendekatan dari dinding turap atau keadaan lokasi proyek, sulit sekali untuk menentukan

mana yang benar dari semua saran-saran diatas.

Saran dari Asosiasi Jalan Raya Jepang merupakan suatu saran dimana tekanan tanah

dan tekanan air dihitung sendiri, sedang Institut Arsitektur Jepang menganut cara dimana

kedua tekanan tersebut dihitung sebagai tekanan total. Disini mula-mula akan diuraikan

menurut Asosiasi Jalan Raya Jepang, dan kemudian akan diuraikan pula cara yang dianut oleh

Institut Arsitektur Jepang.

a) Tekanan Tanah

. Ini adalah pedoman dari Asosiasi Jalan Raya

Jepang, dan sebagai refrensi, tekanan tanah rencana yang didasarkan pada kriteria

perencanaan struktur pondasi arsitektural yang diajukan oleh Institut Arsitektur Jepang akan

diperlihatkan pula disini. Menurut kriteria tersebut, tekanan tanah yang berkerja pada dinding

turap, tanpa mengindahkan tekstur tanah, dianggap akan menambah kedalaman tanah dan
koeffisien tekanan lateral dianggap sesuai, sehubungan dengan tekstur tanah dan tinggi muka

air tanah. Selanjutnya, kriteria mengenai tekanan tanah dapat diganti dengan tekanan tanah

seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 1.4 bila menghitung penampang tiang hasil-hasil

yang diukur dari tekanan sel tanah yang dipasang pada semacam dinding turap yang kekuatan

dan kekakuannya menyerupai dinding beton. Penyebaran tekanan tanah seperti yang

menunjukan bagaimana distribusi tekanan tanah yang diperoleh berdasarkan tekanan tanah

menurut Terzaghi dan Peck (Terzaghi dan Peck : Soil Mechanism in Engineering Practice

1960) dan dengan menyesuaikannya dengan-hasil-hasil di Jepang.

Dengan memperhatikan perbedaan antara tanah pondasi yang berpasir dan tanah

pondasi yang kohesif, maka sulit membuat perbedaan yang jelas antara kedua jenis tanah

tersebut. Ada beberapa kriteria untuk menentukannya. Salah satu kriteria tersebut

menyebutkan, bila indeks plastis sebesar 10, maka tanah pondasi dianggap kohesif, dan bila

lebih kecil dari batas indeks, dianggap sebagai tanah berpasir. Suatu kriteria lainnya

menetapkan, bila jumlah fraksi tanah liat dan lanau dari pondasi, menurut hasil mekanika

tanah adalah lebih besar dari 40%, maka tanah pondasi dianggap sebagai lempung, dan bila

lebih kecil dari 20%, dianggap sebagai tanah berpasir, dan bila hasilnya menunjukan harga

pertengahan antara kedua hal tersebut, dan kurang begitu jelas, maka penentuan jenis tanah

pondasi diambil berdasarkan keadaan lapangan.

Biasanya tanah pondasi memperlihatkan kondisi tanah berlapis-lapis yang rumit, dan

jarang sekali ditemukan lapisan tanah yang serbasama (uniform). Biasanya lapisan tanah

berpasir dan lapisan tanah kohesif tersusun berselang-seling. Kemudian, hasil-hasil

penyelidikan tanah dilapangan harus diperiksa secara mendetail untuk mendapatkan

kesimpulan yang tepat, dan tekanan tanahyang dipakai untuk perencanaan harus benar-benar

diperiksa agar hasilnya tidak terlalu kecil.

Tegangan Satuan Bahan Yang Dijinkan


Tegangan satuan baja biasa, SS 41 yang dipakai untuk turap, ditinjau dari fakta yang

mengabaikan regangan atau tekanan bagian konstruksi sementara, menimbulkan kelemahan

penampangdan terdapat faktor-faktor yang tidak diketahui untuk gaya luar sehingga tegangan

leleh yang diberikan = 2400 tidak dapat dipakai, dan diganti dengan harga 1200 .

Untuk turap baja, tegangan baja yang diijinkan dalam pemakaian harus dikurangi

menurut nilai yang sama seperti baja yang disebutkan diatas. Tegangan ijin ini diperkirakan

atas sebesar 2700 .

Perhitungan Panjang Pemancangan

(a.) Turap : Pertama-tama akan dibahas turap dengan tiang tegak dan papan turap. Bagian tiang

yang dipancangkan, ditekan ke tempat galian, berbareng dengan waktu galian dilakukan.

Supaya keadaan ini dapat dicapai, panjang pemancangan tiang harus cukup supaya tekanan

tanah pasif dapat berkerja. Untuk mendapatkan panjang yang diperlukan, perhitungan

stabilitas berikut ini harus dilakukan. Perhitungan ini disebut Cara Kesetimbangan Batas,

dimana pemancangan dapat diperoleh dengan menyelidiki keseimbangan antara momen

akibat tekanan tanah aktif dan akibat tekanan tanah pasif , diukur dari penopang yang paling

bawah pada kedalaman tertentu. keseimbangan diperoleh pada kedalaman dari dasar

penggalian sampai ke kedudukan di mana sama besarnya dengan

Perhitungan dalamnya keseimbangan harus dilakukan sebelum penopang yang terbawah

dipasang, dan setelah penggalian selesai, kemudian dari kedua hal ini dipilih kedalaman yang

terbesar. Panjang pemancangan turap diperkirakan sekitar 1,2 kali dalamnya keseimbangan.

Tekanan tanah yang dipakai untuk mendapatkan dalamnya keseimbangan diperoleh dari

persamaan diatas. Dibawah dasar galian, lebar kerja dari tekanan tanah ke tiang diperkirakan

selebar tiang, baik untuk tekanan tanah aktif maupun tekanan pasif, dan tahan dinding akibat

tanah yang kohesif juga harus ditambahkan pada arah tekanan pasif. Panjang pemancangan ini

minimum 1,5 meter, juga walaupun tanahnya cukup baik.


(b.) Perhitungan yang sama seperti di atas, juga berlaku untuk turap baja. Karena turap baja

dengan tiang tegak dan papan turap bersifat tidak kedap air, maka biasanya tekanan air tidak

bekerja, tetapi untuk turap baja, akibat tekanan air harus diperhitungkan. Berat volume tanah

pada persamaan yang dipakai untuk memperkirakan besarnya tekanan tanah, bila muka air

rencana lebih rendah, dipakai berat basah, sedang bila sebaliknya, dipakai berat dengan

memperhitungkan daya apungnya.

Dalamnya pemancangan untuk turap baja diperkirakan sebesar 1,2 kali dalamnya

keseimbangan, tetapi panjang pemancangan sebaiknya lebih dari 3 meter. Selanjutnya, bila

pemancangan turap baja menjadi lebih dalam dari 1,8 kali dalamnya galian, lebih baik dipilih

tipe struktur yang lain.

7 Perhitungan Penampang

a. Tiang Turap : Penampang tiang direncanakan sedemikian rupa sehingga aman

terhadap lenturan akibat tekanan tanah. Perhitungan penampang ini tidak berkaitan

langsung dengan perhitungan stabilitas sebelumnya, yang dipakai untuk menentukan

dalamnya pemancangan.

Hal-hal yang penting dalam perhitungan penampang tiang turap ini dapat diringkas

sebagai berikut :

Panjang bentang untuk momen lentur dianggap sebagai jarak antara penopang

terbawah setelah penggalian selesai, atau penopang terbawah tepat sebelum pemasangan

dilakukan, dan merupakan titik perkiraan belaka untuk setiap keadaan.

Perhitungan momen lentur dalam beberapa hal juga dapat dilakukan untuk setiap tahap

pelaksanaan, tetapi momen lentur dengan kondisi seperti yang disebutkan diatas merupakan

harga maksimum pada umumnya. Bila jarak penopang sangat besar, panjang bentang

sebaiknya juga diperiksa. Tiang dianggap tertumpu biasa pada kedua tumpuannya, dan titik

tumpuan perkiraan ini dianggap sebagai titik kerja gaya resultante tekanan tanah pasip.
Tahanan dinding tiang pada bagian tekanan tanah pasip bekerja bila dalamnya keseimbangan

telah diperoleh dari perhitungan stabilitas untuk menentukan panjang pemancangan tiang.

Dalam hal ini beban adalah tekanan tanah yang dipakai untuk menghitung stabilitas seperti

yang telah diuraikan di muka.

Titik tumpuan yang diperkirakan, akibat adanya tanah yang baik sehingga

pemancangan tidak menjadi terlalu dalam, dianggap sebesar setengah dari panjang

pemancangan, yakni 75 cm di bawah galian, karena dalam galian minimum untuk

diperkirakan sebesar 1,5 meter.

b. Turap Baja : Perhitungan penampang turap baja prinsipnya sama dengan perhitungan

untuk papan turap seperti yang diuraikan diatas.

Perbedaannya dengan turap dengan tiang tegak dan papan turap adalah bahwa tekanan

air bekerja sebagai beban. Tekanan tanah yang bekerja pada bagian turap baja yang

terpancang di dalam tanah, tidak boleh diabaikan, karena tekanan ini sangat besar. Juga dalam

arah tekanan tanah aktif, tekanan tanah ini, termasuk pada bagian bawah galian, bekerja

sebagai tekanan tanah pada bagian yang terpancang. Untuk arah tekanan tanah pasip, tekanan

tanah seperti yang telah diuraikan dengan persamaan pada (a) Tekanan Tanah, dianggap

bekerja.

Kedudukan di mana penampang turap baja ditentukan, adalah sama dengan keadaan

untuk turap biasa, dan kedua-duanya sesuai dengan kenyataan bahwa titik tumpuan yang

diperkirakan merupakan kedudukan kerja dari tekanan tanap pasip bila dalamnya

keseimbangan telah didapat, asalkan titik tumpuan yang diperkirakan yang dipakai untuk

menghitung penampang turap baja ini adalah 5 meter di bawah dasar galian maksimum,

walaupun kedudukan keseimbangan yang diperkirakan sebenarnya lebih dalam.


Momen inersia luas dan modulus penampang yang dipakai untuk menghitung

tegangan dan lendutan turap baja diperkirakan sebesar 60 % dari harga per meter lebar,

dengan mempertimbangkan kekakuan turap.

Sebagai tambahan, bila ukuran penampang turap baja sudah dianggap benar, namun

harus diperiksa lagi berdasarkan besarnya pergeseran akibat galian, sebab ada suatu batas

besarnya pergeseran untuk mencegah terjadinya longsoran tanah di depan dan di belakang

turap baja, walaupun tegangan turap baja ini sudah memenuhi syarat.

Cara perhitungan tidak diuraikan di sini, tetapi disarankan bila pergeseran menjadi

terlalu besar, tanah pondasi seyogyanya diperbaiki mutunya, atau dipakai turap baja dengan

kekakuan yang lebih besar.

Pemeriksaan “Boiling”

Boiling juga dinamakan “quicksand” atau pasir apung, yang mungkin terjadi pada penggalian

tanah yang berpasir.

Misalkan ada suatu keadaan dimana turap baja telah selesai dipancangkan, dan galian

telah dibuat. Begitu penggalian berjalan, aliran air ke atas dari “seepage” perlahan-lahan

mulai bekerja. Kemudian, setelah tekanan aliran air yang bekerja pada pasir ini sama beratnya

dengan berat pasir di dalam air, butir-butir pasir mulai bergerak dengan hebatnya dan

mengaduk lapisan pasir. Gejala ini disebut “boiling”.

Agar boiling ini tidak terjadi, gradien hidrolisnya tidak boleh melebihi gradien hidrolis

kritis. Dengan perkataan lain :

i < ic

Disini, i : Gradien hidrolis

ic : Gradien-hidrolis kritis

Dalam praktek, dalamnya pemancangan turap baja ditentukan sedemikian rupa sehingga
dengan mengambil faktor keamanan tertentu Fs, syarat di atas dapat terpenuhi.
Walaupun dalamnya pemancangan turap baja diperoleh dari analisa stabilitas seperti

yang diuraikan di depan, namun dalam yang sesungguhnya adalah harga terbesar dari kedua

harga yang diperoleh bila dibandingkan dengan hasil pengamatan terhadap gejala boiling

pula.

9 Pemeriksaan Gaya ke Atas (Heaving)

Heaving adalah gejala yang terjadi pada dasar galian yang mengembang akibat berat tanah

di sekeliling tanah pondasi, atau akibat seepage dan lain-lain, bila penggalian dilakukan pada

lapisan tanah yang lembek.

Karena heaving cenderung menimbulkan bencana besar, maka bila timbul pertanyaan tentang

stabilitas heaving ini, dapat dilakukan perhitungan ulang dengan jalan memperbesar kekuatan

tanah pondasi, yaitu dengan mempertinggi mutu tanah tersebut.

Disamping itu, perlu diperhatikan pula adanya gejala yang menyerupai heaving,

yaitu bila terdapat suatu lapisan tanah yang kedap air. Tekanan hidrostatis yang ada sebelum

diadakan penggalian, kini menekan ke atas lapisan berlempung yang menjadi dasar galian.

Umumnya penggalian pada tanah kohensip mudah dilakukan, namun bila hal ini dilakukan

secara sembarangan, dapat terjadi heaving ataupun naiknya air ke permukaan (piping), dan air

akan memancar bersama pasir yang dapat menimbulkan kecelakaan. Untuk tanah seperti ini,

ujung turap baja harus benar-benar terpancang sampai ke lapisan kedap air (impermeable) di

bawah lapisan permeable, atau tekanan air pada lapisan permeable dapat dikurangi dengan

membuat sumur yang dalam, dan sebagainya.

10 Perhitungan “Waling” dan Penopang

Untuk menghitung waling dan penopang, dipakai tekanan tanah dan tekanan air. Gaya

yang bekerja pada waling dan penopang dianggap sebagai beban yang bekerja di antara

penopang dengan penopang di bawahnya, yang dihitung dengan cara pembagian gaya dalam

arah ke bawah.
Pendekatan ini berdasarkan hasil pengamatan, yang bilamana penopang dibawah telah

dipasang, maka gaya yang bekerja pada penopang di atasnya hampir-hampir tidak berubah.

a. Wailing : Perhitungan penampang waling biasanya berdasarkan anggapan bahwa tekanan

tanah per unit panjang yang diperoleh dari cara pembagian gaya dalam arah ke bawah, bekerja

sebagai beban terbagi rata di atas gelegar yang tertumpu pada penopang.

Bila terdapat penguat sudut, maka panjang (l1 + l2) dianggap sebagai bentangnya. Stabilitas

waling diperiksa dari momen lentur dan gaya geser. Persamaan untuk momen lentur dan gaya

geser waling yang terbuat dari gelegar dengan flens lebar (gelegar H).

Jarak antara dua buah waling dianggap sebesar 6 meter atau lebih, dan jarak vertikalnya

sekitar 3 meter. Pada prinsipnya, waling yang teratas harus dipasang dalam jarak 1 meter dari

bagian atas dinding turap.

Penopang : Gaya aksial yang bekerja pada penopang, merupakan beban yang bekerja pada
waling dan sebagian lebar penopang
Jarak penopang biasanya diambil 5 meter atau kurang untuk arah mendatar dan sekitar 3

meter untuk arah vertikal. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, akibat perubahan

temperatur dapat ditambahkan gaya aksial sekitar 15 ton pada penopang ini.

Bila penggalian dilakukan secara besar-besaran, maka perlu dipasang tiang-tiang

antara untuk mencegah penopang menjadi tertekuk. Tiang-tiang antara ini juga berfungsi

sebagai pemikul beban dalam arah sepanjang batangnya. Dalam hal ini, perencanaan harus

memperhitungkan gaya aksial vertikal sesuai dengan beban yang disebutkan di atas.

Dinding turap ataupun tiang antara yang tertanam pada lapisan yang jelek, atau turap

dan bendungan elak sementara yang dibangun di bawah air akan mengalami penurunan

(settlement) yang besar, juga pergeseran tempat (displacement). Pada prinsipnya, tiang antara

untuk mencegah tertekuknya penopang, tidak menahan beban vertikal. Bila panjang

pemancangannya cukup dan aman terhadap penurunan, maka hal ini dapat digabungkan untuk

kedua keperluan tersebut, tentunya setelah diperhitungkan dengan teliti.

Anda mungkin juga menyukai