Anda di halaman 1dari 11

TEORI KEBENARAN ILMIAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian


yang diampu oleh Dr. Rina Marina, M.P.

Nama : Akhdan Muhtadin

NIM : 1504343

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori Kebenaran
Ilmiah”.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk penambahan pengetahuan mata


kuliah Metodologi Penelitian, serta dalam pembuatan tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah.

Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak


terlepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi, baik dari penyusunan kalimat
maupun sistematikanya. Namun akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu
penulis berharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai
masukkan yang bersifat membangun dari semua pihak, guna kelengkapan dan kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kelancaran tahap demi tahap dalam penyusunan hingga penyelesaian makalah ini.
Sekian dan terima kasih.

Bandung, Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5

1.3 Batasan Masalah .......................................................................................................... 5

1.4 Tujuan Masalah ........................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6

2.1 Definisi Kebenaran Ilmiah .......................................................................................... 6

2.2 Sifat dan Kriteria Kebenaran ....................................................................................... 6

2.3 Teori Kebenaran .......................................................................................................... 7

2.3.1 Teori Konsistensi atau Koherensi ........................................................................ 7

2.3.2 Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Truth) ............................ 7

2.3.3 Teori Performatif ................................................................................................. 8

2.3.4 Teori Pragmatisme ............................................................................................... 8

2.4 Tingkat Kebenaran ...................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 10

3.2 Saran .......................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam lintas sejarah, manusia dalam kehidupannya senantiasa disibukkan oleh
berbagai pernyataan mendasar tentang dirinya. Berbagai jawaban yang bersifat spekulatif
coba diajukan oleh para pemikir sepanjang sejarah dan terkadang jawaban-jawaban yang
diajukan saling kontradiktif satu dengan yang lainnya. Perdebatan mendasar yang sering
menjadi bahan diskusi dalam sejarah kehidupan manusia adalah perdebatan seputar sumber
dan asal usul pengetahuan dan kebenaran.

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran, beberapa cara ditempuh untuk


memenuhi kebenaran antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan
melalui pengalaman atau secara empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia
membuat prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional agar kejadian-kejadian yang
berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Proses pencarian kebenaran tentu bukan hal yang mudah dan dapat dikatakan
merupakan proses yang sangat melelahkan bahkan bukan tidak mungkin akan
mendatangkan keputusan. Sering kali dengan dalih sebuah kebenaran seseorang atau
kelompok akan menghalalkan tindakan terhadap orang lain karena dianggap sudah
melakukan tindakan yang benar.

Kebenaran tidak mungkin berdiri sendiri jika tidak ditopang dengan dasar-dasar
penunjangan, baik pernyataan, teori keterkaitan, konsistensi, keterukuran, dapat
dibuktikan, berfungsi, dan bersifat netral atau tidak netral, bahkan apakah kebenaran
bersifat tentatif atau sepanjang masa?

Untuk mengetahui hal itu penulis akan membahas seputar kriteria kebenaran ilmiah
berserta dengan teori-teori digunakan untuk menguji kebenaran ilmiah.

4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut :

1. Apakah definisi kebenaran ilmiah?


2. Bagaimana sifat dan kriteria kebenaran?
3. Apa saja teori kebenaran?
4. Apa saja tingkat kebenaran?

1.3 Batasan Masalah


Pada makalah ini, permasalahan dibatasi seputar kriteria kebenaran ilmiah berserta
dengan teori-teori digunakan untuk menguji kebenaran ilmiah.

1.4 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari penulisan tugas makalah ini, diantaranya yaitu :

1. Untuk mengetahui definisi kebenaran ilmiah


2. Untuk mengetahui sifat dan kriteria kebenaran
3. Untuk mengetahui teori kebenaran
4. Untuk mengetahui tingkat kebenaran

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebenaran Ilmiah


Kebenaran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti
kebenarannya menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung bersifat
objektif, didalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang
berbeda-beda, tetapi saling bersesuaian.

Kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh
mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Disamping itu proses untuk
mendapatkannya haruslah melalui tahap- tahap metode ilmiah. Adapun langkah-langkah
metode ilmiah adalah sebagai berikut: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, membuat kesimpulan.

2.2 Sifat dan Kriteria Kebenaran


Sifat Kebenaran Menurut Perspektif Ilmu, Agama, dan Filsafat

Kebenaran yang ditemukan berdasarkan perspektif agama adalah kebenaran yang


bersifat mutlak dan tidak perlu diasingkan kebenarannya karena merupakan kebenaran
wahyu yang diterima melalui proses imaniah dan logika sebagai proses pikir penunjang.

Kebenaran yang ditemukan berdasarkan perspektif sains (ilmu) adalah kebenaran


yang bersifat relative dan masih perlu disangsikan kebenarannya, melalui penelitian ilmiah
hanya sekitar 95 sampai 99% atau sifatnya tidak mutlak.

Sedangkan kebenaran yang ditemukan berdasarkan perspektif filsafat juga


merupakan kebenaran yang tidak bersifat mutlak dan masih perlu disangsikan
kebenarannya melalui proses logika yang lebih radikal.

6
2.3 Teori Kebenaran
Secara tradisional dikenal dua teori kebenaran, yaitu: teori kebenaran koherensi, dan
teori kebenaran korespondensi. Michael Williams (Muhajir, 1998:13) mengenalkan 5 teori
kebenaran, yaitu: kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif,
kebenaran pragmatik, dan kebenaran proposisi. Muhajir (ibid) menambahkannya dengan
kebenaran paradigmatik, dan Bakhtiar (2004:121) mengemukakan bahwa agama juga
sebagai teori kebenaran.

2.3.1 Teori Konsistensi atau Koherensi


Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test
dan eksperimen dianggap reliabel jika kesan-kesan yang berturut-turut dari satu
penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan
penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.

Menurut teori konsistensi untuk menetapkan suatu kebenaran bukanlah


didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan
atas hubungan subyek (ide, kesan dan comprehension-nya) dengan obyek, pastilah
ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu
realitas akan mungkin berbeda dengan apa yang di dalam pemahaman subyek lain.

Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh
Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggap benar apabila telah
dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data
terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur
atau batal dengan sendirinya.

2.3.2 Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Truth)


Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita
obyek (informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek
(ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan
kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.

Teori korespondensi (correspondence theory of truth) menerangkan bahwa


kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara
arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dimaksud

7
oleh pernyataan tersebut. Dengan demikian ada lima unsur yang diperlukan, yaitu:
statemaent (pernyataan), persesuaian (agreemant), situasi (situation), kenyataan
(realitas), dan putusan (judgements).

Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan


kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis yang dipelopori oleh Plato, Aristoteles
dan Moore kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas,
serta oleh Berrand Russel.

2.3.3 Teori Performatif


Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh
pemegang otoritas tertentu. Misalnya mengenai penetapan 1 syawal. Sebagian
muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI. Sedangkan sebagian
yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.

Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran


performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin
agama, pemimpin adat, dan pemimpin masyarakat. Kebenaran performatif dapat
membawa kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang
stabil dan sebagainya.

Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak bisa berpikir kritis


dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti
kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih
sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan akan kebenaran mutlak. Mereka tidak
berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio
untuk mencari kebenaran.

2.3.4 Teori Pragmatisme


Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu
pernyataan, teori atau dalil itu memliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan
manfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu contoh teori ini dalam matematika
adalah pada trigonometri pengukuran sudut berguna untuk menentukan arah,
kemiringan bidang atau mendesain dan membuat suatu bangun ruang. Kaum

8
pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat
dikerjakan (workability) dan akibat yang memuaskan (satisfactor consequence).
Oleh karena itu, tidak ada kebenaran yang mutlak/ tetap, kebenarannya tergantung
pada manfaat dan akibatnya. Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis
adalah sesuai dengan keinginan dan tujuan, sesuai dengan teruji dengan suatu
eksperimen, ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).

Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filosuf Amerika
tokohnya adalah Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan
John Dewey (1852-1859).

2.4 Tingkat Kebenaran


Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam
kepribadian dan kesadarannya tak mungkin hidup tanpa kebenaran. Berdasarkan potensi
subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :

1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhana dan pertama
yang dialami manusia.
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan di samping melalui
indera, diolah pula dengan rasio.
3. Tingkatan filosofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah
kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan
dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan.

Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga
proses dan cara terjadinya, di samping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek
yang dimaksud di sini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu. Misalnya
pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkapnya ialah panca indera.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Kebenaran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti
kebenarannya menurut norma-norma keilmuan.
 Teori kebenaran ada 4 yaitu : korespondensi, koherensi, performatif dan pragmatisme.
 Tingkat kebenaran ada 4 yaitu : tingkatan kebenaran indera, tingkatan ilmiah, tingkatan
filosofis, dan tingkatan religius.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini apabila ada keterangan yang kurang bisa dipahami,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan penulis sangat berterima kasih apabila ada
saran/ kritik yang bersifat membangun sebagai penyempurna makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.

Susanto, Ahmad. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasan, Erliana. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 86.

A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011) hlm. 85.

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 94.

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 96.

A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011) hlm. 69.

A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011) hlm. 86.

11

Anda mungkin juga menyukai