MAKALAH
NIM : 1504343
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori Kebenaran
Ilmiah”.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kelancaran tahap demi tahap dalam penyusunan hingga penyelesaian makalah ini.
Sekian dan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pencarian kebenaran tentu bukan hal yang mudah dan dapat dikatakan
merupakan proses yang sangat melelahkan bahkan bukan tidak mungkin akan
mendatangkan keputusan. Sering kali dengan dalih sebuah kebenaran seseorang atau
kelompok akan menghalalkan tindakan terhadap orang lain karena dianggap sudah
melakukan tindakan yang benar.
Kebenaran tidak mungkin berdiri sendiri jika tidak ditopang dengan dasar-dasar
penunjangan, baik pernyataan, teori keterkaitan, konsistensi, keterukuran, dapat
dibuktikan, berfungsi, dan bersifat netral atau tidak netral, bahkan apakah kebenaran
bersifat tentatif atau sepanjang masa?
Untuk mengetahui hal itu penulis akan membahas seputar kriteria kebenaran ilmiah
berserta dengan teori-teori digunakan untuk menguji kebenaran ilmiah.
4
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut :
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh
mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Disamping itu proses untuk
mendapatkannya haruslah melalui tahap- tahap metode ilmiah. Adapun langkah-langkah
metode ilmiah adalah sebagai berikut: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, membuat kesimpulan.
6
2.3 Teori Kebenaran
Secara tradisional dikenal dua teori kebenaran, yaitu: teori kebenaran koherensi, dan
teori kebenaran korespondensi. Michael Williams (Muhajir, 1998:13) mengenalkan 5 teori
kebenaran, yaitu: kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif,
kebenaran pragmatik, dan kebenaran proposisi. Muhajir (ibid) menambahkannya dengan
kebenaran paradigmatik, dan Bakhtiar (2004:121) mengemukakan bahwa agama juga
sebagai teori kebenaran.
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh
Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggap benar apabila telah
dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data
terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur
atau batal dengan sendirinya.
7
oleh pernyataan tersebut. Dengan demikian ada lima unsur yang diperlukan, yaitu:
statemaent (pernyataan), persesuaian (agreemant), situasi (situation), kenyataan
(realitas), dan putusan (judgements).
8
pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat
dikerjakan (workability) dan akibat yang memuaskan (satisfactor consequence).
Oleh karena itu, tidak ada kebenaran yang mutlak/ tetap, kebenarannya tergantung
pada manfaat dan akibatnya. Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis
adalah sesuai dengan keinginan dan tujuan, sesuai dengan teruji dengan suatu
eksperimen, ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filosuf Amerika
tokohnya adalah Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan
John Dewey (1852-1859).
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhana dan pertama
yang dialami manusia.
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan di samping melalui
indera, diolah pula dengan rasio.
3. Tingkatan filosofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah
kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan
dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan.
Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga
proses dan cara terjadinya, di samping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek
yang dimaksud di sini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu. Misalnya
pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkapnya ialah panca indera.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebenaran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti
kebenarannya menurut norma-norma keilmuan.
Teori kebenaran ada 4 yaitu : korespondensi, koherensi, performatif dan pragmatisme.
Tingkat kebenaran ada 4 yaitu : tingkatan kebenaran indera, tingkatan ilmiah, tingkatan
filosofis, dan tingkatan religius.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini apabila ada keterangan yang kurang bisa dipahami,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan penulis sangat berterima kasih apabila ada
saran/ kritik yang bersifat membangun sebagai penyempurna makalah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Erliana. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 86.
A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011) hlm. 85.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 94.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 96.
A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011) hlm. 69.
A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011) hlm. 86.
11