Jbptitbpp GDL Ratihputri 27725 2 2007ta 2
Jbptitbpp GDL Ratihputri 27725 2 2007ta 2
BAB II
GAMBARAN UMUM PDAM KOTA BANDUNG
DAN IPAM RENCANA CIMENTENG
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung bergerak di bidang pengelolaan air
minum dan air kotor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek
sosial, kesehatan, dan pelayanan umum. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas,
maka Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung bertujuan untuk :
Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan dapat melakukan hubungan kerjasama dengan
pihak lain yang berkepentingan serta tidak merugikan. Sesuai dengan pihak kedudukan dan
tujuan perusahaan, aktivitasnya antara lain :
• Meneliti, merencanakan, membangun dan memelihara air, serta menjalankan operasi
sumber-sumber air, pipa transmisi/distribusi, termasuk reservoir dan instalasi lainnya.
• Mengkoordinir pembangunan instalasi air minum secara integral sejalan dengan
pelaksanaan pembangunan di Kota Bandung.
• Melaksanakan pengawasan efektif terhadap sambungan lainnya dan pemborosan dalam
pemakaian air dan melakukan perbaikan, pengujian, dan kalibrasi meter air.
• Penyediaan dan menyalurkan air yang cukup kepada konsumen langganan Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung serta pada tempat-tempat sistem
penanggulangan kebakaran dan penyediaan air bersih untuk umum.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pada mulanya merupakan milik
Belanda, didirikan pada tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air)
II-1
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
dan dikelola oleh Technische Dienst Afleding (DTA). Adapun sumber pendapatannya
diperoleh melalui penjualan air bersih dengan jalan :
Pada saat ini, perusahaan berada di bawah Dinas Perusahaan dan disebut Dinas perusahaan
bagian B (DPB).
II-2
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
Pada saat ini mulai dibangun Pengolahan Air Minum di Jalan Badak Singa dengan sumber
air bakunya dari Sungai Cisangkuy dengan produksi rata-ratanya +850 liter/detik yang
mulai berfungsi pada tahun 1960.
Perusahaan mengalami perubahan organisasi lagi, perusahaan air minum kemudian berdiri
sendiri dan disebut Dinas Teknik Penyehatan, termasuk di dalamnya bagian riel. Struktur
organisasi ini berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor 8364/64 tanggal 15
Juni 1967.
Dinas Teknik Penyehatan mengalami penyempurnaan pokok, yaitu penyediaan air minum
dan membantu pemerintah daerah. Struktur organisasi ini berdasarkan kepada Surat
Keputusan Walikota Bandung Nomor 9226/72 tanggal 1 Juni 1972. Pada perioda tahun
1972/1973, mulai diadakan studi kelayakan untuk meningkatkan pelayanan air minum
Kota Bandung oleh konsultan dari Denmark (Nielsen Rus henberger Cowioonsult-NCR)
yang dilanjutkan dengan perencanaan detail oleh Konsultan German Water Engineering
GmbH-GWE dari Jerman Barat.
II-3
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
Setelah studi kelayakan dan perencanaan detail pengembangan air Kota Bandung selesai,
kemudian pengembangan fisik mulai dilakukan secara bertahap (2 tahap) dengan dana
pinjaman dari Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar US$ 11,5 juta (Loan 195-INOSF)
dan kemudian ditambah lagi sebesar US$ 8 juta (Loan 401 SF). Disamping itu diperoleh
pula dana dari Pemerintah Pusat sebesar Rp15,2 Milyar. Kondisi air minum Kota Bandung
pada saat itu adalah:
Hasil yang dicapai pada Proyek Tahap I (selesai pada awal tahun 1982) meliputi :
a. Pembuatan 22 buah sumur produksi
b. Pembuatan 44 buah sumur observasi dan sumur pengetesan
c. Pembuatan tiga buah bak penampungan air, yaitu :
- R.9 Cikutra berkapasitas 11.000 m³, melayani daerah Bandung Timur dengan debit
+280 liter/detik
II-4
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
- R.10 Cipedes, berkapasitas 3.000 m³, melayani daerah Bandung Utara dengan debit
+172 liter/detik
- R.11 Ledeng berkapasitas 3.000 m³, melayani daerah Bandung Barat dengan debit
+172 liter/detik
d. Pengadaan dan pemasangan pipa trasmisi dan distribusi sepanjang +450 km, dengan
diameter 80 m s/d 1000 m di seluruh daerah pelayanan ( Bandung Utara, Timur,
Tengah/Selatan dan Barat ).
e. Pemasangan kran umum sebanyak +200 buah dan MCK +35 buah di daerah-daerah
yang diperkirakan kurang mampu berlangganan dan/atau daerah yang belum
memungkinkan untuk diberikan pelayanan langsung ke rumah-rumah.
f. Pengadaan 13.000 buah mata air.
Untuk kondisi air minum Kota Bandung pada saat ini adalah:
Debit air : +2.400 l/detik
Jumlah penduduk : + 2.058.112 jiwa
Jumlah pelanggan : 124.484
Persen pelayanan : +60 %
Kebutuhan air minum diperoleh dari penjernihan air Sungai Cisangkuy dan Sungai
Cikapundung serta beberapa mata air dan sumur bor, yaitu air permukaan, mata air dan air
tanah.
Tugas pokok Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung adalah bergerak dalam bidang
pengelolaan air bersih dan melayani sarana pembuangan air kotor (domestik) baik secara
II-5
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
2.4.1 Visi
Terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan kuantitas, kontinuitas serta kualitas air bersih
dan pelayanan air kotor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
wadah perusahaan yang sehat yang didukung oleh pegawai yang propesional memiliki etos
kerja dan disiplin yang tinggi.
2.4.2 Misi
a. Meningkatkan pelayanan air bersih dan air kotor yang merata diseluruh wilayah
pelayanan;
Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung berdasarkan
susunan organisasi:
II-6
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
A. Badan Pengawas
Badan Pengawas merupakan badan tertinggi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Bandung yang terdiri dari tenaga-tenaga dibidangnya diluar perusahaan. Badan ini
diangkat oleh Bupati/Walikota Kepala Daerah melalui Surat Keputusan dan merupakan
satu-satunya badan yang menghubungkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Bandung dengan Pemerintahan Daerah.
II-7
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
II-8
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
II-9
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
Dalam struktur organisasi PDAM Kota Bandung, Direktur Utama bertanggung jawab
kepada Badan Pengawas, yang berasal dari unsur-unsur Pemerintah Daerah beranggotakan
7 orang, yaitu:
1. Ketua : Walikota Bandung
2. Wakil Ketua : Sekretaris Kota Bandung
3. Anggota :
a. Kepala Inspektur Wilayah Kota Bandung
b. Asisten sekretaris Kota Bandung
c. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung
d. Kepala Kesehatan Kota Bandung
e. Unsur Bank Indonesia
Kota Bandung memiliki 6 Instalasi Pengolahan Air Minum yang masih tetap difungsikan
hingga saat ini. Keenam instalasi tersebut adalah Instalasi Pengolahan Air Minum di
Badaksinga dan Dago Pakar, serta Instalasi Pengolahan Mini di Dago Pakar, Cibeureum,
Cipanjalu serta Cirateun. Sedangkan, produksi sumber mata air dan air tanah kini sudah
jauh berkurang, sehingga tidak bisa diharapkan untuk melayani kebutuhan air minum Kota
Bandung. Pada umumnya penyediaan air minum Kota Bandung dilayani oleh 2 Instalasi
Pengolahan Air Minum (IPAM) dengan kapasitas yang cukup besar yaitu di Badaksinga
dan Dago Pakar.
Daerah perencanaan di Bandung Selatan mendapatkan suplai air bersih dari IPAM
BadakSinga. Namun, dikarenakan kebutuhan yang cukup tinggi pada tahun yang akan
datang, maka PDAM Kota Bandung merencanakan pembangunan IPAM baru di daerah
Cimenteng, Kabupaten Banjaran, 70 km barat daya Kota Bandung. Air bersih dari IPAM
Cimenteng akan langsung didistribusikan untuk daerah perencanaan.
II-10
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum Cimenteng menggunakan air baku dari
limpasan PLTA Lamajan dan Sungai Cisangkuy dengan kapasitas rata-rata pada tahun
1996 sebesar 10.000 L/detik, yang merupakan anak sungai utama dari Sungai Citarum.
Program peningkatan air baku akan dilakukan dengan mengalirkan Sungai Cilaki langsung
ke Sungai Cisangkuy sehingga menambah debit aliran sebesar 700-800 L/detik. Begitu
pula dengan rencana pembangunan Waduk Santosa yang terletak di hulu S. Cilaki yang
akan menambah aliran debit ke S. Cisangkuy sebesar 700-800 L/det (Dewi, 2005).
Peningkatan debit aliran yang masuk ke Sungai Cisangkuy tersebut dapat digunakan
sebagai tambahan debit air baku pada Instalasi Pengolahan Air Minum Rencana di
Cimenteng, Kabupaten Banjaran.
14
12
Debit (m3/detik)
10 Debit rata-rata
8
6
4
2
0
0 5 10 15
Bulan ke-
Selain analisa fluktuasi, untuk mengetahui ketersediaan debit air selama periode
perencanaan perlu diketahui potensi air Sungai Cisangkuy. Aliran kritis Sungai
Cisangkuy selama beberapa periode ulang ditunjukkan oleh Tabel 2.1.
II-11
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
Aliran kritis merupakan aliran terendah yang menjadi peluang untuk terjadinya
kekeringan bila air sejumlah debit aliran kritis diambil dari sungai. Untuk penyediaan
air minum biasanya digunakan periode ulang sebesar 20 tahun. Berdasarkan Tabel 2.1
diketahui bahwa aliran kritis dari Sungai Cisangkuy untuk periode ulang 20 tahun (di
Cikalong) adalah 1057 L/det. Untuk mengantisipasi kekurangan air tersebut akan
dilakukan penambahan kuantitas air baku dengan adanya rencana pemanfaatan
limpasan PLTA Lamajan.
Di sub DAS Cisangkuy terdapat dua buah waduk yaitu Situ Cileunca dan Situ
Panunjang. Di hilir kedua waduk tersebut terdapat tiga pembangkit listrik yaitu PLTA
Plengan, Lamajan dan Cikalong. Karakteristik PLTA tersebut ditunjukkan oleh Tabel
2.2.
Sungai Cisangkuy merupakan bagian dari DAS Citarum yang memiliki hulu di
Pangalengan dan berakhir di Sungai Citarum. Di sub DAS ini, curah hujan antara
2600-4300 mm. Di bagian selatan berbatasan dengan sub DAS Cilaki dan Cibatarua.
Di sekitar hulu Sungai Cisangkuy tidak terdapat kegiatan yang berdampak
pencemaran sehingga secara kualitatif sungai ini dapat digunakan. Hingga tahun
2004, Sungai Cisangkuy telah digunakan untuk irigasi pertanian oleh masyarakat,
penyediaan air minum oleh Kota dan Kabupaten Bandung serta penyediaan listrik.
Skema aliran Sungai Cisangkuy adalah sebagai berikut : ( Dewi, 2005)
II-12
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
Dari hasil pengukuran kualitas air baku dan analisisnya pada Cikalong
ditunjukkan oleh Tabel 2.3. Sedangkan analisis data sekunder yang diperoleh
dari PDAM Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.4. Analisis air baku yang
II-13
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
dilakukan berdasarkan baku mutu PP No. 82 tahun 2001 (Kelas I). Analisis
kualitas air baku di Cikalong dianggap representatif dengan air di lokasi intake
Lamajan.
II-14
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
3. Lokasi Intake
Intake merupakan bangunan/alat yang digunakan untuk mengambil air dari
sumbernya untuk keperluan pengolahan dan penyediaan air minum. Dalam
menentukan lokasi intake dengan sumber air sungai maka perlu
dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
− Kualitas air dan kemungkinan perubahan yang terjadi
− Kuantitas air
− Minimasi efek-efek negatif
− Memiliki akses yang baik untuk perawatan dan perbaikan
− Memungkinkan pertambahan fasilitas di masa mendatang
− Efek terhadap kehidupan akuatik yang ada
− Kondisi geologis yang baik
II-15
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
S. Cisangkuy
PLTA Lamajan
Intake Lamajan
Bendung Lamajan
Oleh karena memiliki sumber air baku yang hampir sama, baik secara kuantitas
maupun kualitas, maka Instalasi Pengolahan Air Minum Cimenteng direncanakan
dibangun seperti desain IPAM Cikalong yang terdiri dari : (Dewi,2005)
a. Koagulasi
Air baku yang sampai masuk ke dalam bak koagulasi dan pada bak ini
ditambahkan koagulan PAC (bahan kimia penjernih/Poly Alumunium Chloride)
sambil diaduk dengan kecepatan tinggi agar koagulan yang dibubuhkan tercampur
homogen. Proses koagulasi yang terjadi yaitu koagulasi hidrolis.
b. Flokulasi
Flokulasi yang digunakan yaitu flokulasi tipe hidrolis atas dan bawah (over and
under baffle flocculator). Dalam proses ini diharapkan koloid (bermuatan negatif)
saling mengikat dengan koagulan (bermuatan positif) sehingga membentuk suatu
ikatan yang dinamakan “flok”. Flok-flok tersebut semakin lama semakin
membesar, yang memungkinkan flok-flok terendapkan di bak sedimentasi.
II-16
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
c. Sedimentasi
Dari bak flokulasi, air mengalir ke bak sedimentasi dimana air diklarifikasi.
Sedimentasi yang digunakan yaitu sistem pemisah lamellae arus berlawanan. Air
yang terflokulasi mengalir dari bawah ke atas antara lamellae dan dikeluarkan
lewat celah-V kedalam saluran untuk air yang telah diklarifikasi. Flok-flok akan
mengendap di atas lamellae dan bergerak ke bawah oleh kekuatan gravitasi dan
selanjutnya akan terkumpul didalam pengumpul endapan yang berbentuk konis di
bawah lamellae. Endapan lumpur dibuang dengan membuka valve-valve penguras
lumpur secara manual secara bergantian setiap delapan jam sekali. Jika aliran
endapan yang dibuang sudah terlihat jernih, valve ditutup.
d. Filtrasi
Setelah melalui unit sedimentasi, air dialirkan ke unit filtrasi yang berjumlah
delapan unit. Filter yang dipakai yaitu filter media ganda (pasir-anthrasit) dengan
ketinggian air supernatan yang tetap. Filter-filter tersebut akan dicuci dengan
urutan tertentu berdasarkan waktu. Pencucian dilakukan dengan udara dan air
secara berurutan, dilakukan dengan blower dan pompa-pompa air.
e. Desinfeksi
Air yang keluar dari proses filtrasi didesinfeksi dengan pembubuhan desinfektan
kaporit dan kapur dengan dosis 1-2 mg/L.
f. Reservoir
Air yang keluar dari proses desinfeksi merupakan air produksi yang telah siap
didistribusikan kepada konsumen dan ditampung dalam reservoir. Pengaturan pH
menggunakan kapur, namun saat ini proses tersebut tidak dilakukan.
II-17
Gambaran Umum PDAM Kota Bandung
Intake Lamajan
Pra Sedimentasi
Kolam lumpur
Transmisi
Bak Penenang
Alum Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi
Kolam lumpur
Filtrasi
Kaporit Desinfeksi
Kapur
Reservoir
Distribusi
II-18