Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis

a. Klinis

Dapatkan anamnesis lengkap dan lakukan pemeriksaan fisik umum (termasuk

panggul) pada setiap pasien untuk menentukan kemungkinan diperlukannya

pemeriksaan laboratorium tertentu atau pemeriksaan lainnya untuk

mendeteksi adanya penyakit atau status defisiensi.

Secara klasik, gejala-gejala abortus adalah kontraksi uterus (dengan atau tanpa

nyeri suprapubik) dan perdarahan vagina pada kehamilan dengan janin yang

belum viabel.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pada banyak kasus, pemeriksaan serum untuk kehamilan sangat berguna.

Pemeriksaan laboratorium paling sedikit harus meliputi biakan dan uji

kepekaan mukosa serviks atau darah (untuk mengidentifikasi patogen pada


infeksi) dan pemeriksaan darah lengkap. Pada beberapa kasus, penentuan

kadar progesterone berguna untuk mendeteksi kegagalan korpus luteum. Jika

terdapat perdarahan, perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah dan

pencocokan silang serta panel koagulasi.

Analisis genetik bahan abortus dapat menentukan adanya kelainan kromosom

sebagai etiologi abortus.21

2.1.10 Diagnosis Banding

Kehamilan ektopik dibedakan dari abortus spontan dengan adanya tanda dan

gejala berupa nyeri pelvis unilateral atau nyeri pada massa adneksa.

Disminore membranosa mugkin sangat mirip dengan abortus spontan, tetapi

tidak ada desidua dan vili pada silinder endometrium dan uji kehamilan

(bahkan dengan RIA) negative. Hiperestrogenisme dapat menyebabkan

endometrium berproliferasi hebat dengan gejala kram dan perdarahan. Mola


hidatiform biasanya berakhir dengan abortus (<5 bulan) tetapi ditandai dengan

kadar hCG yang sangat tinggi dan tidak adanya janin. Mioma pedunkulata

atau neoplasia serviks juga dapat dikacaukan dengan abortus spontan.21

2.1.11 Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi,

dan syok.

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena

perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan

teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan

tergantung dari luas dan bentuk perforasi dikerjakanlah penjahitan luka

perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh

orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya

luas; mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih dan usus. Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera

dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada

perlukaan pada alat-alat lain, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan

seperlunya guna mengatasi keadaan.

3. Infeksi

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik).2

Anda mungkin juga menyukai