Anda di halaman 1dari 63

BUKU SAKU PAJAK

BAGI BENDAHARA DI LINGKUNGAN


BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
TAHUN 2017

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


JAKARTA, 2017
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

KATA SAMBUTAN

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Y ang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Saku Pajak Bagi
Bendahara di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu) Tahun 2017 dapat diselesaikan. Seperti yang kita ketahui,
pajak memiliki peran yang sangat besar dalam penerimaan negara dan
semakin meningkat setiap tahunnya. Dalam APBN Tahun 2016,
penerimaan pajak yang meliputi PPh, PPN dan PPnBM, PBB, dan Bea
Meterai mengambil porsi lebih dari 1.300 triliun rupiah atau lebih dari 73 persen dari total
penerimaan negara yang dianggarkan. Melihat target penerimaan negara yang begitu besar
serta selaras dengan program peningkatan pelayanan pajak Kementerian Keuangan dalam
meningkatkan pendapatan negara, maka sebagai bentuk partisipasi dan peran serta Bawaslu
dalam menunjang program Kementerian Keuangan, diperlukan peningkatan pelayanan dan
pemahaman seluruh pegawai Bawaslu dalam memahami ketentuan perpajakan.

Sebagai lembaga yang menggunakan APBN dalam pelaksanaan kegiatannya,


Bawaslu merupakan pihak yang melaksanakan pemotongan dan pemungutan pajak atas
pengeluaran yang berasal dari APBN. Dalam rangka menginformasikan pelaksanaan pajak di
lingkungan Bawaslu maka disusun “Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Badan
Pengawas Pemilihan Umum Tahun 2017” sebagai pedoman penatausahaan pajak di
Bawaslu. Buku saku ini disusun bekerjasama dengan Direktorat Peraturan Perpajakan II
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Dengan adanya buku saku ini, diharapkan
dapat memberikan kemudahan bagi Bawaslu dalam mengimplementasikan peraturan
perpajakan yang berlaku.

Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh tim penyusun dari Bagian Keuangan Biro
Administrasi Sekretariat Jenderal Bawaslu dan Direktorat Peraturan Perpajakan II Direktorat
Jenderal Pajak Kementerian Keuangan yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan buku
saku pajak ini. Kritik dan saran sangat saya harapkan untuk perbaikan buku saku ini.
Akhirnya, saya berharap buku saku ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak di
Bawaslu.

Jakarta, Juni 2017


Sekretaris
aris Jenderal Bawaslu
w s RI
Baawa

G unawan Suswantoro
S t

ii

ii
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

KATA PENG ANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, “Buku Saku Pajak Bagi
Bendahara di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Tahun 2017” dapat
diselesaikan. Sebagaimana kita maklumi, belanja Pemerintah senantiasa meningkat, oleh
karena itu dana yang dikelola oleh bendahara pemerintah harus dikelola secara profesional,
akuntabel, dan transparan. Dalam perspektif perpajakan tentunya merupakan suatu hal yang
penting sebagai salah satu bagian pengelolaan keuangan negara. Melalui penerimaan
perpajakan yang optimal, terukur, dan didukung dengan basis data pajak yang kuat dan dapat
diandalkan, kita harapkan pemerintah akan mempunyai ruang yang cukup untuk
merealisasikan terutama program pembangunan infrastruktur yang berkeadilan di seluruh
wilayah Indonesia.

Sebagai pihak yang diberikan amanat oleh Undang-Undang untuk melakukan


pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai atas
belanja yang dilakukannya, bendahara pemerintah perlu dibekali kemampuan teknis dalam
melaksanakan tugas tersebut. Sebuah buku panduan yang singkat namun komprehensif
mengenai tata cara pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan bagi bendahara diharapkan
dapat membantu penyelesaian tugas pengelolaan keuangan instansi pemerintah.

Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu) Tahun 2017 yang berada di tangan kita ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam tataran operasional bendaharawan dan tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada Bendahara Pemerintah di Lingkungan Bawaslu yang telah ikut membantu tugas
Direktorat Jenderal Pajak dalam mengamankan Penerimaan Negara.

Jakarta, Juni 2017


Direktur Peraturan Perpajakan II

Y unirwansyah
uni
n rrw
w
wansyah

iii

iii
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

DAFTAR ISI

Halaman
KATA SAMBUTAN ........................................................................................... ii
KATA PENG ANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
BA B I PENDAHULUA N
A. Dasar Hukum ............................................................................... 1
B. Latar Belakang ............................................................................. 2
C . Maksud dan Tujuan ...................................................................... 3
D. Ruang Lingkup............................................................................. 3
BA B II TEKNIS PENG HITUNG AN PAJAK PENG HASILAN PASA L
21, 22, 23, 4 AY AT (2), DAN PAJAK PERTAMBAHA N NILA I
A. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ................................................ 4
B. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 ................................................ 29
C . Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 ................................................ 31
D. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 A yat (2).................................... 32
E. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ................................................... 34
F. Pengenaan Tarif pada Rekanan yang Tidak Memiliki NPWP ..... 36
G . Pemeliharaan ................................................................................ 38
BA B III TEKNIS PENG ISIAN BUKTI POTONG PAJAK PENG HASILAN
PASA L 21, 22, 23, DAN 4 AY AT (2)
A. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 21 .............................. 39
B. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 22 .............................. 41
C . Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 23 .............................. 42
D. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 4 A yat (2).................. 43

iv

ii
iv
v
BAB I
PENDAHUL UAN

A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata C ara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU
PPh);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan dan
Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang menjadi Beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah;
6. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2012 tentang Organisasi, Tugas, Fungsi,
Wewenang, dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum,
Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Panitia Pengawas
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan
Umum Kecamatan;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemotongan Pajak atas Penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tata C ara
Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota Polri,
dan Pensiunannya atas Penghasilan yang menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata C ara
Pembayaran dan Penyetoran Pajak;

1
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian


Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak;
11. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis
Tata C ara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi;
12. Keputusan Sekretariat Jenderal Nomor 1096-KEP Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Keputusan Sekjen Bawaslu Nomor 864-KEP Tahun 2014 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Bawaslu.

B. L atar Belakang
Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) adalah lembaga penyelenggara
Pemilihan Umum yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dibentuk berdasarkan amanah Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Bawaslu memiliki Sekretariat yang diberi
kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan administrasi dan tata kelola
keuangan dengan baik. Sejalan dengan amanah UU Keuangan Negara, Bawaslu sebagai
salah satu lembaga pengguna Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) wajib
melakukan pengelolaan keuangan secara profesional, transparan, dan akuntabel sebagai
bagian dari upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Salah satu bentuk tata kelola yang baik adalah mengelola pendapatan dari pajak
yang merupakan kewajiban setiap orang atau badan untuk membayar pajak termasuk
Bawaslu dan pegawainya, untuk aktif berkesadaran melaksanakan kewajiban sebagai
warga negara yang baik yaitu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku di bidang perpajakan. Dalam pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban
perpajakan di Bawaslu dilakukan oleh bendahara pemerintah yang termasuk didalamnya
bendahara pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang sama, sebagai
pihak yang melaksanakan pemotongan dan pemungutan pajak atas pengeluaran yang
berasal dari APBN. Berkenaan dengan hal tersebut, bendahara pemerintah harus
mengetahui aspek-aspek perpajakan terutama yang berkaitan dengan kewajiban untuk
melakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan serta Pajak

2
2
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Pertambahan Nilai. Kewajiban bendahara pemerintah sehubungan dengan Pajak


Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai antara lain adalah dengan pemotongan
dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2), dan Pajak
Pertambahan Nilai.

C . Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan penerbitan buku saku pengelolaan pajak di lingkungan
Bawaslu khususnya bagi Pengelola Anggaran adalah sebagai pedoman dalam mengelola
pajak bagi yang menangani pengurusan pajak, sehingga dapat membantu apabila terjadi
kesulitan dalam menanganinya, serta mempercepat proses waktu pengurusan. Di satu sisi,
Wajib Pajak (Pegawai, Ketua dan Anggota Bawaslu, Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP), dan Penyedia Barang/Jasa) akan mendapatkan informasi yang lengkap
apabila akan melakukan pengurusan pajak di lingkungan Bawaslu.

D. Ruang L ingkup
1. Teknis Penghitungan PPh Pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2), dan PPN;
2. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 21, 22, 23, dan 4 ayat (2);
3. Mekanisme Pembuatan ID Billing PPh Pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2), dan PPN;
4. Kewajiban Penyetoran dan Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2),
dan PPN;
5. Bea Meterai.

3
3
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

BAB II
TEKNIS PENG HITUNG AN PAJ AK PENG HASIL AN PASAL 21, 22, 23,
4 AY AT (2), DAN PAJ AK PERTAMBAHAN NIL AI

A. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 (Kode: 411121)


1. Dasar Hukum
a. Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010;
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008;
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.
2. Pengertian PPh Pasal 21
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan, uang makan, uang lembur, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dan kegiatan.
3. Subjek PPh Pasal 21
Subjek PPh Pasal 21 yang berhubungan dengan Bendahara di lingkungan Bawaslu
antara lain:
a. Pegawai Tetap
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan
anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur. Termasuk pegawai tetap di Bawaslu adalah:
1) Ketua dan Anggota Bawaslu, DKPP, Bawaslu Provinsi, Panitia Pengawas
(Panwas) Kabupaten/Kota, Panwas Kecamatan, dan Pengawas Pemilu
Lapangan (PPL);
2) Tenaga Ahli dan Tim Asistensi;
3) Seluruh pegawai baik yang berstatus PNS maupun Non PNS yang
mendapatkan penghasilan secara tetap dan teratur di Bawaslu.

4
4
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

b. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas


Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari
bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis
pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. Termasuk pegawai tidak tetap/tenaga
kerja lepas di Bawaslu adalah Pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS).
c. Penerima Penghasilan Bukan Pegawai
Penerima penghasilan bukan pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap
dan Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau
permintaan dari pemberi penghasilan. Termasuk dalam bukan pegawai adalah
narasumber/moderator/fasilitator non PNS dan jasa perorangan yang berasal dari
luar Bawaslu.
d. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu,
termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,
pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh
imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut. Termasuk
dalam peserta kegiatan adalah orang pribadi non PNS yang mengikuti kegiatan di
Bawaslu.
4. Dasar Umum Penghitungan PPh Pasal 21
A. Penghasilan Bruto
1. G aji Pokok Rp. X X X
2. Tunjangan-tunjangan Rp. X X X (+)
3. Jumlah Penghasilan (1 + 2) Rp. X X X
B. Pengurang Penghasilan Bruto
1. Biaya Jabatan (5% x Penghasilan Bruto) Rp. X X X
2. Iuran Pensiun/THT/JHT Rp. X X X (+)
3. Jumlah Pengurangan (1 + 2) Rp. X X X (-)
C . Penghasilan Neto (A3-B3) Rp. X X X

5
5
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

D. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. X X X (-)


E. Penghasilan Kena Pajak (C -D) Rp. X X X
F. PPh Pasal 21 Terutang (E x Tarif Pasal 17 UU PPh) Rp. X X X

5. Penghasilan Bruto
Penghasilan bruto adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh selama sebulan,
yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya,
termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.
6. Pengurang Penghasilan Bruto
Terdiri atas biaya jabatan, iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan/atau iuran
Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui
pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan atau kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang diterima oleh setiap pegawai tetap, tanpa memandang kedudukan
atau jabatan. Biaya jabatan dikenakan sebesar 5 (lima) persen dari jumlah penghasilan
bruto dengan jumlah pengenaan maksimal Rp6.000.000,00 per tahun atau
Rp500.000,00 per bulan.
7. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PTKP merupakan besarnya penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi (WP Orang Pribadi). Besaran PTKP ditentukan oleh
keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak dengan
besaran sesuai yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut:
J umlah PTKP J umlah PTKP
Peruntukan per tahun per bulan
(Rp) (Rp)
WP Orang Pribadi 54.000.000 4.500.000
Tambahan untuk WP Kawin 4.500.000 375.000
Tambahan untuk seorang istri yang 54.000.000 4.500.000
penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami

6
6
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

J umlah PTKP J umlah PTKP


Peruntukan per tahun per bulan
(Rp) (Rp)
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah 4.500.000 375.000
dan keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga)
orang untuk setiap keluarga

Berdasarkan tabel di atas, maka angka PTKP yang sering digunakan oleh Bendahara
adalah sebagai berikut:
J umlah
Status Peruntukan PTKP per
tahun (Rp)
TK/0 WP Orang Pribadi 54.000.000
TK/1 WP Orang Pribadi + 1 Tanggungan (orang tua/mertua/ 58.500.000
anak kandung/anak angkat)
54.000.000 + 4.500.000
TK/2 WP Orang Pribadi + 2 Tanggungan (orang tua/mertua/ 63.000.000
anak kandung/anak angkat)
54.000.000 + (2 x 4.500.000)
TK/3 WP Orang Pribadi + 3 Tanggungan (orang tua/mertua/ 67.500.000
anak kandung/anak angkat)
54.000.000 + (3 x 4.500.000)
K/0 WP Kawin 58.500.000
54.000.000 + 4.500.000
K/1 WP Kawin + 1 Tanggungan (anak) 63.000.000
54.000.000 + 4.500.000 + 4.500.000
K/2 WP Kawin + 2 Tanggungan (anak) 67.500.000
54.000.000 + 4.500.000 + (2 x 4.500.000)
K/3 WP Kawin + 3 Tanggungan (anak) 72.000.000
54.000.000 + 4.500.000 + (3 x 4.500.000)

7
7
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

8. Skema Pemotongan PPh Pasal 21

9. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21


a. PNS dan Pejabat Negara
 Dasar Hukum: Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010.
 Penghasilan yang diterima oleh PNS secara tetap dan teratur dipotong PPh
Pasal 21 berdasarkan tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh. Besaran PPh
terutang bersifat ditanggung pemerintah (DTP).
 Penghasilan yang diterima oleh PNS dan Pejabat Negara yang sifatnya tidak
teratur dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 Final berdasarkan tarif:
1) PNS G ol. II & G ol. I = 0% x Penghasilan Bruto
2) PNS G ol. III = 5% x Penghasilan Bruto
3) PNS G ol. IV = 15% x Penghasilan Bruto
4) Pejabat Negara = 15% x Penghasilan Bruto

8
8
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

C atatan:
1. Di Bawaslu saat ini belum ada pejabat negara. Ketentuan terkait tarif pajak
bagi pejabat negara diberlakukan terhadap narasumber dari
kementerian/lembaga lain.
2. Terhadap pensiunan PNS/TNI/Polri yang menjadi pegawai tetap di Bawaslu,
perhitungan pajak untuk penghasilan yang sifatnya tidak teratur (misal
honorarium narasumber/moderator) menggunakan tarif PPh Pasal 21 Final
berdasarkan golongan kepangkatan terakhir.

b. Non PNS
 Dasar Hukum: Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.
 Tarif PPh Pasal 21 Non PNS menggunakan penghitungan tarif progresif Pasal
17 Undang-Undang PPh tersaji pada tabel berikut:

L apisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak (%)


s.d. Rp50.000.000,00 5
diatas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 15
diatas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 25
diatas Rp500.000.000,00 30

 Penghitungan dasar pengenaan pajak adalah sebagai berikut:


1) Pegawai Tetap
Dasar pengenaan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap adalah Penghasilan Kena Pajak,
yang dihitung dengan cara mengurangi penghasilan neto dengan PTKP.
2) Pegawai Tidak Tetap
Dasar pengenaan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap yaitu:
 dalam hal penghasilan bruto dibayar bulanan telah melebihi
Rp4.500.000,00 dalam sebulan, adalah dengan jumlah penghasilan bruto
dikurangi PTKP per bulan;
 dalam hal penghasilan bruto yang dibayar bulanan dan telah melebihi
Rp4.500.000,00, namun akumulasi penghasilannya dalam sebulan kurang
dari Rp4.500.000,00, adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi
Rp450.000,00;

9
9
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

 dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari lebih dari
Rp450.000,00 atau akumulasi penghasilannya dalam sebulan telah lebih
dari Rp4.500.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp10.200.000,00 adalah jumlah
penghasilan bruto dikurangi PTKP harian sejumlah hari kerja yang
sebenarnya;
 dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah
melebihi Rp10.200.000,00 adalah jumlah penghasilan kena pajak yang
disetahunkan;
 dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata sehari tidak melebihi
Rp450.000,00 dan akumulasi penghasilannya dalam sebulan tidak
melebihi Rp4.500.000,00 maka tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.
3) Bukan Pegawai
a) Bukan Pegawai yang bersifat berkesinambungan
Y ang dimaksud dengan penghasilan bersifat berkesinambungan adalah
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari satu bendahara pemerintah
dalam satu tahun lebih dari satu kali, dengan dasar Pengenaan PPh Pasal
21 adalah sebesar 50 persen dari jumlah penghasilan bruto dikurangi
PTKP per bulan. PTKP tersebut dapat diberikan sepanjang orang pribadi
yang bersangkutan (bukan Pegawai) telah mempunyai NPWP dan hanya
memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan satu Pemotong PPh
Pasal 21.
b) Bukan Pegawai yang menerima penghasilan yang tidak bersifat
berkesinambungan
Dasar Pengenaan PPH Pasal 21 adalah sebesar 50 persen dari jumlah
penghasilan bruto.

10. Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 Pisah Harta (PH)


Perlu diketahui bahwa menghitung PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap suami istri
dikenakan pajak secara terpisah apabila:
a. Suami atau istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim.
b. Dikehendaki secara tertulis oleh suami istri berdasarkan perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan.

10
10
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

c. Dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri (memiliki NPWP sendiri).
Selanjutnya, penghasilan neto suami istri dikenai pajak berdasarkan penggabungan
penghasilan neto suami istri dan besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masing-
masing suami istri dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto.

C atatan:
Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis
Tata C ara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi Pasal 14 ayat (8), jumlah Penghasilan Kena Pajak sebagai
dasar penerapan tarif terhadap Jumlah PPh Pasal 21 yang harus disetorkan sebesar
pajak terutang, dibulatkan kebawah hingga ribuan penuh.

11. C ontoh PPh Pasal 21


(Pegawai Tetap, Non PNS)
a. Pada tanggal 1 Januari 2017, Bapak Hanafi (Non PNS) diangkat sebagai
Komisioner Bawaslu Provinsi DKI Jakarta dan mendapatkan uang kehormatan
Rp9.900.000,00/bulan dengan status menikah dengan 2 anak (K/2). Berapakah
besaran PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan atas pembayaran uang
kehormatan tersebut?
Jawab:
Alternatif 1
Penghasilan sebulan Rp 9.900.000,00
Penghasilan setahun (Rp9.900.000,00 x 12) Rp 118.800.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 118.800.000,00 Rp 5.940.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 112.860.000,00

11
11
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

PTKP (K/2)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- Tambahan 2 orang tanggungan Rp 9.000.000,00
Rp 67.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 45.360.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 45.360.000,00 Rp 2.268.000,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 2.268.000,00 : 12 Rp 189.000,00

Alternatif 2
Penghasilan sebulan Rp 9.900.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 9.900.000,00 Rp 495.000,00
(maks. Rp500.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 9.405.000,00
Penghasilan neto setahun Rp 112.860.000,00
Pengurangan:
PTKP (K/2)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- Tambahan 2 orang tanggungan Rp 9.000.000,00
Rp 67.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 45.360.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 45.360.000,00 Rp 2.268.000,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 2.268.000,00 : 12 Rp 189.000,00

12
12
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Penghasilan bersih yang diterima oleh Bapak Hanafi


Penghasilan per bulan = Rp9.900.000,00
PPh Pasal 21/bulan = Rp 189.000,00 (-)
Rp9.711.000,00

b. Bapak Hanafi sebagaimana contoh pada huruf (a) menerima honor narasumber
sebesar 2 OJ (Rp1.800.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan
Partisipatif yang
yang diselenggarakan
diselenggarakan oleh
oleh Bawaslu
Bawaslu Provinsi
ProvinsiDKI
DKI Jakarta,
Jakarta, berapakah
berapakah
jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 9.900.000,00
Penghasilan setahun (Rp9.900.000,00 x 12) Rp 118.800.000,00
Honor Narasumber Rp 1.800.000,00
Penghasilan Bruto Setahun Rp 120.600.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 120.600.000,00 Rp 6.000.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 114.600.000,00
PTKP (K/2)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan 2 orang tanggungan Rp 9.000.000,00
Rp 67.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 47.100.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 47.100.000,00 Rp 2.355.000,00

Pajak yang dipotong atas honor narasumber


Pajak setahun setelah ditambah honor = Rp2.355.000,00
Pajak setahun sebelum ditambah honor = Rp2.268.000,00 (–)
Rp 87.000,00

13
13
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Honor narasumber bersih yang diterima oleh Bapak Hanafi


Honor narasumber = Rp1.800.000,00
PPh Pasal 21 = Rp 87.000,00 (–)
Rp1.713.000,00

C atatan:
Dapat diperhatikan bahwa nilai PKP setelah adanya pendapatan honor narasumber
mempunyai nilai Rp47.100.000,00 atau Rp2.900.000,00 lagi menuju
Rp50.000.000,00. Hal ini berarti setelah mendapatkan honor senilai
Rp2.900.000,00 pendapatan tambahan akan dipotong sebesar 15 persen. Dalam
rangka menyederhanakan penghitungan, pemotongan pajak dapat dilakukan
sebesar 15 persen dari total honor narasumber yang diterima (15% x
Rp1.800.000,00 = Rp270.000,00).

c. Bapak Hanafi sebagaimana contoh pada huruf (a) menerima honor narasumber
sebesar 2 OJ (Rp1.800.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan Pemilu
Partisipatif yang diselenggarakan oleh Bawaslu Provinsi Jawa Timur, berapakah
jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong?
Jawab:
Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium tersebut yaitu:
5% x 50% x Rp1.800.000,00 = Rp45.000,00.

C atatan:
Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium yang diterima oleh Bapak Hanafi
menggunakan Dasar Pengenaan PPh Pasal 21 sebagai Bukan Pegawai
dikarenakan pembayaran dilakukan oleh Satker yang berbeda dengan Satker yang
membayarkan penghasilan tetap dan teratur ke Bapak Hanafi.

14
14
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

d. Masa Jabatan Bapak Hanafi sebagai Komisioner Bawaslu Provinsi sebagaimana


contoh pada huruf (a) berakhir pada bulan September 2017. Berapakah besaran
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada tahun 2017 setiap tahunnya?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 9.900.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 9.900.000,00 Rp 495.000,00
(maks. Rp500.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 9.405.000,00
Penghasilan neto setahun (Rp9.405.000,00 x 9) Rp 84.645.000,00
PTKP (K/2)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan 2 orang tanggungan Rp 9.000.000,00
Rp 67.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 17.145.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 17.145.000,00 Rp 857.250,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 857.250,00 : 9 Rp 95.250,00

Penghasilan bersih yang diterima oleh Bapak Hanafi


Penghasilan per bulan = Rp9.900.000,00
PPh Pasal 21/bulan = Rp 95.250,00 (-)
Rp9.804.750,00

15
15
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

e. Pada bulan November 2017, Bapak Hanafi terpilih kembali sebagai Komisioner
Bawaslu Provinsi DKI Jakarta untuk periode 2017-2022. Berapakah besaran PPh
Pasal 21 yang harus dipotong oleh Bendahara untuk tiap bulannya?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 9.900.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 9.900.000,00 Rp 495.000,00
(maks. Rp500.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 9.405.000,00
Penghasilan neto setahun (Rp9.405.000,00 x 2) Rp 18.810.000,00
Pengurangan:
PTKP (K/2)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan 2 orang tanggungan Rp 9.000.000,00
Rp 67.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 0,00
PPh Pasal 21 terutang Rp 0,00

Dalam hal pada periode awal saat menjabat kembali, PTKP yang berhak diperoleh
Komisioner Bawaslu adalah sama pada saat berakhir masa jabatannya yaitu PTKP
setahun penuh. Adapun pajak terutang pada tahun bersangkutan apabila ada
kekurangan pembayarannya menjadi tanggung jawab Komisioner Bawaslu
sebagaimana diperhitungkan dan dituangkan dalam SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi masing-masing.

16
16
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

(Pegawai Tetap, PNS)


f. Bapak Mario sebagai komisioner Bawaslu Pusat, ketika melakukan perjalanan
dinas dalam acara sosialisasi pengawasan Pemilu partisipatif di Bawaslu Provinsi
Sumatera Selatan, mendapatkan honorarium sebagai narasumber sebesar 2 OJ
(Rp2.800.000,00), berapakah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong
oleh bendahara Bawaslu Provinsi Sumatera Selatan?
Jawab:
Dasar Pengenaan Pajak = 50% x Rp2.800.000,00
= Rp1.400.000,00
Bendahara Memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar
= Tarif Pasal 17 UU PPh x Dasar Pengenaan Pajak
= 5% x Rp1.400.000,00
= Rp70.000,00
Jadi Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong oleh Bendahara Bawaslu
Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar Rp70.000,00.
C atatan:
Ketika pemberi kerja berbeda (bendahara dan pengadministrasian gaji/uang
kehormatan/tunjangan berbeda tempat), maka dari segi perpajakan akan
diperlakukan sebagai bukan pegawai. Hal ini hanya berlaku untuk pegawai Non
PNS.

g. Ibu Nurul mendapatkan uang kehormatan sebesar Rp20.625.000,00/bulan dengan


status tidak menikah tanpa tanggungan (TK/0). Berapakah besaran PPh Pasal 21
atas uang kehormatan tersebut?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 20.625.000,00
Penghasilan setahun (Rp20.625.000,00 x 12) Rp 247.500.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 247.500.000,00 Rp 6.000.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 241.500.000,00

17
17
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 187.500.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 137.500.000,00 Rp 20.625.000,00
Rp 23.125.000,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 23.125.000,00 : 12 Rp 1.927.000,00

Penghasilan bersih yang diterima oleh Ibu Nurul


Penghasilan per bulan = Rp20.625.000,00
PPh Pasal 21/bulan = Rp 1.927.000,00 (-)
Rp18.698.000,00

h. Ibu Nurul sebagaimana contoh pada huruf (g) adalah Komisioner Bawaslu bukan
PNS yang baru terpilih dan akan menjabat mulai 12 April 2017 s.d. 11 April 2022.
Berapakah besaran PPh Pasal 21 atas uang kehormatan tersebut pada tahun
pertama menjabat?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 20.625.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 20.625.000,00 Rp 500.000,00
(maks. Rp500.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 20.125.000,00
Penghasilan neto setahun (9 x Rp20.125.000,00) Rp 181.125.000,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 127.125.000,00

18
18
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

PPh Pasal 21/tahun


5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 77.125.000,00 Rp 11.568.750,00
Rp 14.068.750,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 14.068.750,00 : 12 Rp 1.563.194,00
Penghasilan bersih yang diterima oleh Ibu Nurul
Penghasilan per bulan = Rp20.625.000,00
PPh Pasal 21/bulan = Rp 1.563.194,00 (-)
Rp19.061.806,00

i. Ibu Nurul sebagaimana contoh pada huruf (g) menerima honor narasumber
sebesar 2 OJ (Rp2.800.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan Pemilu
Partisipatif, berapakah jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 20.625.000,00
Penghasilan setahun (Rp20.625.000,00 x 12) Rp 247.500.000,00
Honor Narasumber Rp 2.800.000,00
Penghasilan Bruto Setahun Rp 250.300.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 250.300.000,00 Rp 6.000.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 244.300.000,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 190.300.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 140.300.000,00 Rp 21.045.000,00
Rp 23.545.000,00

19
19
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Pajak yang dipotong atas honor narasumber


Pajak setahun setelah ditambah honor = Rp23.545.000,00
Pajak setahun sebelum ditambah honor = Rp23.125.000,00 (–)
Rp 420.000,00
Honor narasumber bersih yang diterima oleh Ibu Nurul
Honor narasumber = Rp2.800.000,00
PPh Pasal 21 = Rp 420.000,00 (–)
Rp2.380.000,00

Dapat diperhatikan bahwa nilai PKP sudah berada pada nilai Rp50.000.000,00 s.d.
Rp250.000.000,00. Hal ini berarti pendapatan tambahan akan dipotong 15 persen.
Bahkan apabila pendapatan tambahan lebih dari Rp59.700.000,00, pendapatan
akan dipotong sebesar 25 persen.

j. Ibu Nurul sebagaimana contoh huruf (g) menerima honor narasumber dalam satu
bulan dari PPK Biro A dministrasi sebesar 6 OJ (Rp8.400.000,00), dari PPK
Bagian Sosialisasi sebesar 3 OJ (Rp4.200.000,00), dari PPK Bagian Temuan dan
Laporan Pelanggaran sebesar 2 OJ (Rp2.800.000,00), dari PPK Bagian
Penyelesaian Sengketa sebesar 1 OJ (Rp1.400.000,00), dari PPK Bagian Teknis
Pengawasan Pemilu sebesar 4 OJ (Rp5.600.000,00), dan dari PPK Biro H2PI
sebesar 10 OJ (RP14.000.000,00). Berapakah jumlah PPh Pasal 21 yang harus
dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 20.625.000,00
Penghasilan setahun (Rp20.625.000,00 x 12) Rp 247.500.000,00
Honor Narasumber Rp 36.400.000,00
Penghasilan Bruto Setahun Rp 283.900.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 283.900.000,00 Rp 6.000.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 277.900.000,00

20
20
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 223.900.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 173.900.000,00 Rp 26.085.000,00
Rp 28.585.000,00

Pajak yang dipotong atas honor narasumber


Pajak setahun setelah ditambah honor = Rp28.585.000,00
Pajak setahun sebelum ditambah honor = Rp23.125.000,00 (–)
Rp 5.460.000,00

Honor narasumber bersih yang diterima oleh Ibu Nurul


Honor narasumber = Rp36.400.000,00
PPh Pasal 21 = Rp 5.460.000,00 (–)
Rp30.940.000,00

k. Biro H2PI mengundang Bapak Eko selaku pegiat Pemilu sebagai narasumber
kegiatan FG D Analisis Indeks Kerawanan Pemilu, mendapatkan honor sebesar 2
OJ (Rp1.800.000,00). Berapakah besaran PPh Pasal 21 atas honor narasumber
yang terutang?
Jawab:
Honor Narasumber = Rp1.800.000,00
Pajak = (50% x Rp1.800.000,00) x 5% = Rp 45.000,00
Honor Bersih yang diterima = Rp1.755.000,00

21
21
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

l. Bagian Sosialisasi mengundang narasumber seorang PNS Eselon II pada acara


Sosialisasi Pengawasan Pemilu Partisipatif. Honor yang dibayarkan kepada
narasumber tersebut sebesar 2 OJ (Rp2.000.000,00). Berapakah besaran pajak PPh
Pasal 21 jika narasumber tersebut berstatus PNS G ol. IV /c?
Jawab:
Honor Narasumber = Rp2.000.000,00
Pajak = 15% x Rp2.000.000,00 = Rp 300.000,00
Honor Bersih yang diterima = Rp1.700.000,00

m. Y unanto seorang PNS G olongan III/a Bawaslu mendapatkan Kenaikan G aji


Berkala pada Bulan Maret 2017 dari Rp2.456.700,00 menjadi Rp2.534.700,00 dan
tunjangan kinerja Rp2.304.000,00. Rapelan atas Kenaikan G aji Berkala
dibayarkan pada Bulan Mei 2017. Status Y unanto adalah tidak menikah tanpa
tanggungan (TK/0). Berapakah besaran pajak yang terutang?
Jawab:
Hitung pajak dengan gaji lama
Penghasilan sebulan Rp 4.760.700,00
Penghasilan setahun (Rp4.760.700,00 x 12) Rp 57.128.400,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 57.128.400,00 Rp 2.856.420,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 54.271.980,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 271.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 271.000,00 Rp 13.550,00,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 13.550,00,00 : 12 Rp 1.129,00

22
22
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Hitung pajak dengan gaji baru


Penghasilan sebulan Rp 4.838.700,00
Penghasilan setahun (Rp4.838.700,00 x 12) Rp 58.064.400,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 58.064.400,00 Rp 2.903.220,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 55.161.180,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.161.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 1.161.000,00 Rp 58.050,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 58.050,00 : 12 Rp 4.837,00
PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong Maret s.d. April 2017 sebesar
(Rp4.837,00 – Rp1.129,00) x 2 = Rp7.416,00
PPh Pasal 21 yang dibayarkan pada Bulan Mei 2017 sebesar
Rp7.416,00 + Rp4.837,00 = Rp12.253,00

n. Ibu Y unita seorang Tenaga Ahli non PNS mendapatkan gaji sebesar
Rp8.415.000,00/bulan dengan status menikah dengan 3 anak (K/3). Berapakah
besaran PPh Pasal 21 atas gaji tersebut?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 8.415.000,00
Penghasilan setahun (Rp8.415.000,00 x 12) Rp 100.980.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 100.980.000,00 Rp 5.049.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 95.931.000,00

23
23
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan 3 orang tanggungan Rp 13.500.000,00
Rp 72.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 23.931.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 23.931.000,00 Rp 1.196.550,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 1.196.550,00 : 12 Rp 99.712,00
Penghasilan bersih yang diterima oleh Ibu Y unita
Penghasilan per bulan = Rp8.415.000,00
PPh Pasal 21/bulan = Rp 99.712,00 (-)
Rp8.315.288,00

o. Ibu Y unita sebagaimana contoh pada huruf (n) menerima honor narasumber
sebesar 2 OJ (Rp1.800.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan Pemilu
Partisipatif, berapakah jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 8.415.000,00
Penghasilan setahun (Rp8.415.000,00 x 12) Rp 100.980.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 100.980.000,00 Rp 5.049.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 95.931.000,00
Honor Narasumber Rp 1.800.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan 3 orang tanggungan Rp 13.500.000,00
Rp 72.000.000,00

24
24
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Penghasilan Kena Pajak Rp 25.731.000,00


PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 25.731.000,00 Rp 1.286.550,00
Pajak yang dipotong atas honor narasumber
Pajak setahun setelah ditambah honor = Rp1.286.550,00
Pajak setahun sebelum ditambah honor = Rp1.196.550,00 (–)
Rp 90.000,00
Honor narasumber bersih yang diterima oleh Ibu Y unita
Honor narasumber = Rp1.800.000,00
PPh Pasal 21 = Rp 90.000,00 (–)
Rp1.710.000,00

p. Bapak Y adin seorang Tim Asistensi non PNS mendapatkan gaji sebesar
Rp5.665.000,00/bulan dengan status menikah. Berapakah besaran PPh Pasal 21
atas gaji tersebut?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 5.665.000,00
Penghasilan setahun (Rp5.665.000,00 x 12) Rp 67.980.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 67.980.000,00 Rp 3.399.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 64.581.000,00
PTKP (K/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
Rp 58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 6.581.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 6.581.000,00 Rp 329.050,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 329.050,00 : 12 Rp 27.421,00

25
25
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Penghasilan bersih yang diterima oleh Bapak Y adin


Penghasilan per bulan = Rp5.665.000,00
PPh Pasal 21 per bulan = Rp 27.421,00 (-)
Rp5.637.579,00

q. Bapak Y adin sebagaimana contoh pada huruf (p) menerima honor moderator
sebesar 2 OK (Rp1.400.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan Pemilu
Partisipatif, berapakah jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 5.665.000,00
Penghasilan setahun (Rp5.665.000,00 x 12) Rp 67.980.000,00
Honor Narasumber Rp 1.400.000,00
Penghasilan Bruto Setahun Rp 69.380.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 69.380.000,00 Rp 3.469.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 65.911.000,00
PTKP (K/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
Rp 58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 7.911.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 7.911.000,00 Rp 395.550,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 395.550,00 : 12 Rp 32.963,00

Pajak yang dipotong atas honor narasumber


Pajak setahun setelah ditambah honor = Rp 32.963,00
Pajak setahun sebelum ditambah honor = Rp 27.421,00 (–)
Rp 5.542,00

26
26
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Honor narasumber bersih yang diterima oleh Bapak Y adin


Honor narasumber = Rp1.400.000,00
PPh Pasal 21 = Rp 5.542,00 (–)
Rp1.394.458,00

r. Bapak Aditya seorang PNS Bawaslu menghendaki secara tertulis melakukan pisah
harta dengan istrinya berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
(PH). Bapak Aditya pada tahun 2016 menerima atau memperoleh penghasilan
neto sebesar Rp239.608.000,00. Bapak Aditya berstatus kawin pisah harta dan
mempunyai 3 (tiga) orang anak, sedangkan istrinya menerima atau memperoleh
penghasilan neto dari usaha sebesar Rp109.192.000,00. Berapakah besaran PPh
Pasal 21 yang dipotong oleh bendahara untuk Penghasilan Bapak A ditya dan PPh
terutang untuk penghasilan gabungan suami dan istri tersebut? Asumsi Kegiatan
Usaha Istri Bukan Merupakan Objek PPh Final PP 46 (Omset usaha sampai
dengan Rp.4,8 Miliar/Tahun). J ika Usaha Istri merupakan Objek PPh Final
PP 46, maka penghasilan istri tidak digabungkan dengan penghasilan suami
dalam menentukan Pajak Penghasilan setahun. Namun cukup dilaporkan
dalam kolom Penghasilan Final dalam SPT Tahunan.
Jawab:
Penghitungan PPh Pasal 21 Suami (dilakukan oleh bendahara/pemberi kerja)
Penghasilan Bapak Aditya Rp 239.608.000,00
PTKP (K/3) Rp 72.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 167.608.000,00
PPh Pasal 21/Tahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 117.608.000,00 Rp 17.641.200,00
Rp 20.141.200,00

27
27
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Penghitungan PPh Terutang untuk masing-masing Suami dan Istri (kewajiban ini
dilakukan oleh masing-masing wajib pajak/orang pribadi dan bukan
tanggung jawab bendahara)
Penghasilan neto suami Rp 239.608.000,00
Penghasilan neto istri Rp 109.192.000,00
Penghasilan neto gabungan Rp 348.800.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- untuk istri bekerja Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan untuk 3 tanggungan Rp 13.500.000,00
Rp 126.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 222.800.000,00
PPh Setahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 172.800.000,00 Rp 25.920.000,00
Rp 28.420.000,00

Jumlah PPh terutang atas penghasilan gabungan : Rp28.420.000,00


PPh yang telah dipotong : Rp20.141.200,00
PPh yang masih harus dibayar : Rp 8.278.800,00

s. Dalam suatu kegiatan workshop yang diselenggarakan oleh Bawaslu, tiap-tiap


peserta kegiatan yang merupakan perwakilan anggota masyarakat menerima uang
saku/uang transport sebesar Rp150.000,00/orang. Pemotongan PPh Pasal 21 yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Jawab:
Tarif Pasal 17 x Dasar Pengenaan Pajak
5% x Rp150.000,00 = Rp 7.500,00
Jumlah dibayarkan ke peserta kegiatan = Rp 142.500,00

28
28
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

B. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 (Kode: 411122)


1. Pengertian PPh Pasal 22
Pemungutan PPh Pasal 22 dilakukan sehubungan dengan pembayaran atas pembelian
barang seperti komputer, meubelair, mobil dinas, ATK, dan barang lainnya oleh
Pemerintah kepada Wajib Pajak penyedia barang. Pemungutan PPh Pasal 22
dilakukan oleh:
a. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna A nggaran (KPA) sebagai pemungut
pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran
atas pembelian barang;
b. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme
Uang Persediaan (UP);
c. KPA atau Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar (PPSPM) yang diberi
delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan
dengan mekanisme pembayaran langsung (LS).
2. Objek Pemungutan PPh Pasal 22
Pemungutan Pajak Penghasilan PPh Pasal 22 dilakukan sehubungan dengan
pembayaran atas pembelian barang misalnya komputer, mebel, mobil dinas, ATK,
dan barang lainnya oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak penjual barang.
3. Objek Tidak Kena Pajak
a. Pembelian barang dengan nilai maksimal pembelian Rp2.000.000,00 dengan
tidak dipecah- pecah dalam beberapa faktur.
b. Pembelian BBM, G as, Pelumas, dan Benda Pos.
c. Pembayaran Listrik, Air Minum/PDAM, dan Telepon.
4. Tarif PPh Pasal 22
Tarif PPh Pasal 22 sebesar 1,5 persen x harga sepanjang belum termasuk PPN,
sedangkan untuk harga yang sudah termasuk PPN dihitung dari Dasar Pengenaan
Pajak (DPP).

29
29
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

5. C ontoh PPh Pasal 22


a. Bawaslu membeli ATK untuk persediaan kantor senilai Rp3.100.000,00 (sudah
termasuk PPN). Berapakah besaran PPh Pasal 22 untuk pembelian tersebut?
Jawab:
Langkah I menghitung DPP
DPP = Harga Kuitansi x 100/110
= Rp3.100.000,00 x 100/110
= Rp2.818.181,00
Langkah II menghitung besaran PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 = DPP x tarif PPh Pasal 22
= Rp2.818.181,00 x 1,5%
= Rp42.273,00
Bawaslu membeli ATK tersebut dengan harga
DPP = Rp2.818.181,00
PPh Pasal 22 = Rp 42.273,00 (-)
Rp2.775.908,00

b. Bawaslu membeli mobil dinas seharga Rp200.000.000,00 (belum termasuk PPN).


Berapakah besaran PPh Pasal 22 untuk pembelian mobil tersebut?
Jawab:
PPh Pasal 22 = Harga Pembelian x Tarif Pasal 22
= Rp200.000.000,00 x 1,5%
= Rp3.000 000,00
Bawaslu membeli mobil dinas tersebut dengan harga
Harga Pembelian = Rp200.000.000,00
PPh Pasal 22 = Rp 3.000.000,00 (-)
Rp197.000.000,00

30
30
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

C . Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 (Kode: 411124)


1. Pengertian PPh Pasal 23
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang
berasal dari:
a. Royalti, hadiah/penghargaan;
b. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
c. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa
lain.
2. Objek Pemotongan PPh Pasal 23
Pemotongan PPh Pasal 23 adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan oleh bendahara kepada pihak
lain.
Objek Pajak PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Bawaslu sehubungan dengan
penggunaan jasa pemeliharaan seperti:
a. Pemeliharaan AC , Instalasi Listrik, Air, Telepon, G enset
b. Pemeliharaan Komputer
c. Pemeliharaan Printer
d. Pemeliharaan Kendaraan
e. Sewa Kendaraan
f. Pemeliharaan Alat Kantor
g. Pemeliharaan G edung dan Halaman G edung
h. Pemeliharaan Hidran
i. Pemeliharaan Lift
j. Jasa Kebersihan, dan
k. Jasa lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku
3. Tarif PPh Pasal 23
Tarif pengenaan PPh Pasal 23 sebesar 2 (dua) persen dari jumlah bruto.

31
31
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

4. C ontoh Penghitungan PPh Pasal 23


a. Panwas Kabupaten/Kota menyewa kendaraan operasional dengan harga
Rp5.000.000,00/bulan. Berapakah PPh Pasal 23 untuk penyewaan kendaraan
tersebut?
Jawab:
Biaya Sewa = Rp5.000.000,00
Pajak = 2% x Rp5.000.000,00 = Rp 100.000,00
Biaya yang dibayarkan =5.000.000,00 - 100.000,00 = Rp4.900.000,00

b. Bagian Perencanaan Bawaslu menggunakan jasa katering dengan total biaya


sebesar Rp5.500.000,00 (belum termasuk PPN). Berapakah besaran PPh Pasal 23
untuk jasa tersebut?
Jawab:
Biaya Sewa = Rp5.500.000,00
Pajak = 2% x Rp5.500.000,00 = Rp 110.000,00
Biaya yang dibayarkan = Rp5.390.000,00

C atatan:
Untuk kasus jasa katering apabila sampai dengan proses menyajikan masakan jadi
maka diklasifikasikan pada pemotongan PPh Pasal 23, namun apabila membeli
makanan jadi, maka diklasifikasikan pada pemotongan PPh Pasal 22. Dan jika
menggunakan jasa juru masak perorangan/pribadi, maka diklasifikasikan pada
pemotongan PPh Pasal 21.

D. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) (Kode: 411128)


1. Pengertian PPh Pasal 4 ayat (2)
Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
terkait pengalihan hak ataupun persewaan tanah dan/atau bangunan.
2. Objek Pajak PPh Pasal 4 ayat (2)
Pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah cara pelunasan pajak dalam
tahun berjalan antara lain melalui pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat
final atas penghasilan tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

32
32
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Objek Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) di Bawaslu adalah sewa tanah dan/atau
bangunan yang terdiri dari:
a. Sewa rumah dinas K antor Perwakilan Daerah
b. Sewa gedung Kantor Perwakilan Daerah
c. Sewa ruang untuk kegiatan penyelidikan
3. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)
Besarnya tarif Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang wajib dipotong bendahara
adalah sebesar 10 persen dari jumlah bruto nilai persewaan (tidak termasuk PPN).
4. C ontoh PPh Pasal 4 ayat (2)
a. Bagian Administrasi Pengaduan menyewa ruang pengaduan dengan nilai
Rp1.000.000,00. Berdasarkan kuitansi tersebut, berapa besarnya pajak yang harus
dipungut oleh Bendahara Pengeluaran Bawaslu?
Jawab:
Nilai Kuitansi = Rp1.000.000,00
PPh Pasal 4 ayat (2) = Rp1.000.000,00 x 10%
= Rp 100.000,00
Jadi besarnya pajak yang dipungut bendahara adalah Rp100.000,00.

b. Bawaslu menyewa gedung untuk Kantor Bawaslu Provinsi Kalimantan Timur di


Samarinda senilai Rp220.000.000,00 (termasuk PPN). Berapakah besaran PPh
Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayarkan?
Jawab:
Langkah I menghitung DPP
DPP = 100/110 x Rp220.000.000,00 = Rp200.000.000,00

Langkah II menghitung besaran Pajak PPh Pasal 4 ayat (2)


PPh Pasal 4 ayat (2) = DPP x 10%
= Rp200.000.000,00 x 10%
= Rp20.000.000,00
Jadi besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayarkan adalah Rp20.000.000,00.

33
33
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

E. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (Kode: 411211)


1. Pengertian PPN
Pemungutan PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi
pembelian barang atau perolehan jasa dari pihak ketiga, misal pembelian alat tulis
kantor, pembelian seragam untuk keperluan dinas, pembelian komputer, pembelian
mesin absensi pegawai, perolehan jasa konstruksi, perolehan jasa pemasangan mesin
absensi, perolehan jasa perawatan AC kantor, dan perolehan jasa atas tenaga
keamanan.
2. Objek Tidak Kena Pajak
Secara umum, atas setiap transaksi pembelian barang dan perolehan jasa dari pihak
ketiga/rekanan yang dibayar oleh bendahara harus dipungut PPN. Namun demikian,
terdapat beberapa transaksi pembelian barang dan perolehan jasa dari pihak ketiga
yang tidak perlu dipungut PPN oleh bendahara yaitu:
 Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan
tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
 Pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas penyerahan tanah
oleh real estate atau industrial estate;
 Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau J asa Kena Pajak yang
menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN
tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan PPN;
 Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar
Minyak oleh P.T. Pertamina (Persero);
 Pembayaran atas rekening telepon;
 Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan;
 Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
3. Tarif PPN
Tarif PPN yang dikenakan atas penyerahan barang atau jasa adalah 10 persen.

34
34
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

4. Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)


NPPKP adalah setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan undang-undang PPN wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan atau pengusaha yang
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak memiliki surat pengukuhan kena pajak
yang berisi identitas dan kewajban perpajakan PKP. Jika Pengusaha tersebut bukan
PKP, maka PPN yang dipungut tidak dapat dikreditkan sebagai pajak keluaran dari
rekanan tersebut karena dalam hal ini rekanan yang identitasnya sebagai Non PKP
tidak dapat menerbitkan faktur.
5. C ontoh untuk PPN
a. Bagian Umum melakukan pengadaan Komputer senilai Rp54.000.000,00 (sudah
termasuk PPN). Berapakah besaran PPN yang harus dibayarkan ke Kas Negara
dan berapa yang harus dibayarkan kepada rekanan sebagai penyedia barang
setelah harga dipotong PPN?
Jawab:
Langkah I menghitung DPP
DPP = 100/110 x harga kuitansi
= 100/110 x Rp54.000.000,00 = Rp49.090.909,00
Langkah II menghitung besaran PPN
PPN = 10% x DPP = 10% x Rp49.090.909,00 = Rp4.909.090,00
Pajak yang harus disetor ke Kas Negara (PPN) adalah Rp4.909.090,00
Nilai harus dibayarkan ke rekanan = DPP – PPN (yang harus disetor ke kas
negara)
= Rp49.090.909,00 – Rp4.909.090,00
= Rp44.181.819,00
b. Bawaslu membeli satu unit mesin scanner dengan harga Rp12.000.000,00
(belum termasuk PPN). Berapakah besaran PPN terutang dari pembelian barang
tersebut?
Jawab:
PPN Terutang = Harga Barang x tarif PPN
= Rp12.000.000,00 x 10%
= Rp1.200.000,00

35
35
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

F. Pengenaan Tarif pada Rekanan yang Tidak Memiliki NPWP


a. PPh Pasal 21
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 akan dikenakan 20 persen lebih tinggi dari tarif
normal kepada orang yang tidak memiliki NPWP. Hal ini diatur dalam Pasal 21 ayat
(5A) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
C ontoh:
Bawaslu mengundang narasumber non PNS dalam kegiatan sosialisasi dengan honor
narasumber sebesar Rp1.800.000,00. Narasumber tersebut tidak memiliki NPWP.
Berapakah besaran PPh Pasal 21 yang harus dibayarkan?
Jawab:
Narasumber Non PNS dikenakan tarif sebesar 5 persen karena tidak memiliki NPWP
maka tarif yang dikenakan lebih tinggi 20 persen dari tarif sebenarnya.
Jadi, tarif yang dikenakan adalah 5% x (100% + 20%) = 6%
PPh Pasal 21 = Rp1.800.000,00 x 6% = Rp108.000,00
Honor bersih yang diterima Narasumber
Honor = Rp1.800.000,00
PPh Pasal 21 = Rp 108.000,00 (-)
Rp1.692.000,00

b. PPh Pasal 22
Tarif PPh Pasal 22 akan dikenakan lebih tinggi kepada wajib pajak yang tidak
memiliki NPWP. Nilainya bahkan lebih besar dibandingkan dengan PPh Pasal 21
yaitu tarif lebih tinggi 100 persen atau dikenakan tarif dua kali lipat. Ketentuan ini
diatur dalam Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
C ontoh PPh Pasal 22:
Bawaslu membeli mobil dinas seharga Rp200.000.000,00 (belum termasuk PPN dan
rekanan tidak memiliki NPWP). Berapakah besaran PPh Pasal 22 untuk pembelian
mobil tersebut?
Jawab:
Karena tidak memiliki NPWP Tarif yang dikenakan kepada rekanan yang tidak
memiliki NPWP adalah 100 persen lebih tinggi dari tarif sebenarnya.
Jadi, tarif yang dikenakan adalah 1,5% x (100% + 100%) = 3%

36
36
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

PPh Pasal 22 = Harga Pembelian x Tarif PPh Pasal 22 tanpa NPWP


= Rp200.000.000,00 x 3%
= Rp6.000.000,00
Bawaslu membeli mobil dinas tersebut dengan harga
Harga Pembelian = Rp200.000.000,00
PPh Pasal 22 = Rp 6.000.000,00 (-)
Rp194.000.000,00

c. PPh Pasal 23
Tarif PPh Pasal 23 akan dikenakan lebih tinggi kepada wajib pajak yang tidak
memiliki NPWP. Besar tarif yang akan dikenakan lebih tinggi 100 persen atau
dikenakan tarif dua kali lipat. Hal ini diatur dalam Pasal 23 ayat (1A) Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008.
C ontoh PPh Pasal 23:
Bagian Perencanaan Bawaslu menggunakan jasa katering dengan total biaya sebesar
Rp5.500.000,00 (Rekanan tidak memiliki NPWP). Berapakah besaran PPh Pasal 23
untuk jasa tersebut?
Jawab:
Karena tidak memiliki NPWP, tarif yang dikenakan kepada rekanan adalah 100
persen lebih tinggi dari tarif sebenarnya.
Jadi, tarif yang dikenakan adalah 2% x (100% + 100%) = 4%
PPh Pasal 23 = Harga Kuitansi x tarif PPh Pasal 23 tanpa NPWP
= Rp5.500.000,00 x 4%
= Rp220.000,00

d. Tarif Pajak untuk Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) jika rekanan tidak memiliki
NPWP tidak dikenakan adanya penambahan tarif sesuai dengan peraturan perpajakan
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

37
37
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

G . Pemeliharaan
Khusus untuk pemeliharaan, yang dilihat adalah objek pajaknya sehingga dapat
diklasifikasikan dalam pengenaan tarif PPh Pasal 22 ataupun PPh Pasal 23.
C ontoh:
Bawaslu melakukan pemeliharaan untuk mobil dinas, dengan rincian servis kendaraan
operasional sebesar Rp1.500.000,00 dan pembelian ban mobil sebesar Rp1.800.000,00
(belum termasuk PPN). Berdasarkan kuitansi tersebut, pajak apa saja yang akan
dikenakan dan berapa besaran pajak yang harus dibayar atas pemeliharaan kendaraan
operasional tersebut?
Jawab:
Karena harga di atas belum termasuk PPN, maka yang perlu dicari terlebih dahulu adalah
PPN.
PPN = 10% x (Rp1.500.000,00 + Rp1.800.000,00)
PPN = 10% x Rp3.300.000,00
= Rp330.000,00

Servis kendaraan dikenakan PPh Pasal 23, sehingga penghitungan pajaknya sebagai
berikut:
PPh Pasal 23 = 2% x Rp1.500.000,00 = Rp30.000,00

38
38
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

BAB III
TEKNIS PENG ISIAN BUKTI POTONG PAJ AK PENG HASIL AN PASAL 21, 22, 23,
DAN 4 AY AT (2)

A. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 21


Atas penghasilan tetap dan teratur yang diterima oleh pegawai Bawaslu, diberikan
bukti potong kepada pegawai pada akhir tahun pajak (J anuari tahun pajak berikutnya).
Selain penghasilan tersebut, Bendahara Bawaslu membuatkan bukti potong pada setiap
pembayaran kepada penerima penghasilan seperti pada contoh di bawah.
PPh Pasal 21 yang wajib dipotong oleh bendahara pemerintah pada dasarnya terbagi
menjadi dua jenis, yaitu PPh yang bersifat final dan tidak final. Secara umum, PPh Pasal
21 yang dipotong oleh bendahara pemerintah bersifat tidak final. PPh Pasal 21 yang
dipotong oleh bendahara pemerintah yang bersifat final hanya dikenakan atas penghasilan
tidak tetap dan tidak teratur berupa gaji atau imbalan tidak tetap dan tidak teratur lainnya,
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang menjadi beban APBN atau APBD dan
dibayarkan kepada PNS (termasuk C PNS), anggota TNI atau Polri, Pejabat Negara, dan
pensiunannya.
C ontoh Bukti Potong PPh Pasal 21 Final:

39
39
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

C ara pengisian masing-masing kolom:


*Nomor diisi dengan format MM-Y Y -Nomor urut Bukti Potong
(1) diisi kode objek pajak
(2) diisi jumlah penghasilan bruto
(3) diisi tarif lebih tinggi 20 persen untuk yang tidak punya NPWP
(4) diisi jumlah PPh yang dipotong

Selain penghasilan tidak tetap dan tidak teratur berupa gaji atau imbalan tidak tetap
dan tidak teratur lainnya, dengan nama dan dalam bentuk apapun yang menjadi beban
APBN atau APBD dan dibayarkan kepada PNS (termasuk C PNS), anggota TNI atau
Polri, Pejabat Negara, dan pensiunannya, maka diberikan bukti potong PPh Pasal 21
Tidak Final.
C ontoh Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak Final:

40
40
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

C ara pengisian masing-masing kolom:


*Nomor diisi dengan format MM-Y Y -Nomor urut Bukti Potong
(1) diisi kode objek pajak
(2) diisi jumlah penghasilan bruto
(3) diisi dasar pengenaan pajak
(4) diisi tarif lebih tinggi 20 persen untuk yang tidak punya NPWP
(5) diisi jumlah PPh yang dipotong

B. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 22


1. Bukti Potong PPh Pasal 22: bukti pemotongan pajak atas belanja barang oleh
Pemerintah.
2. C ontoh Bukti Potong PPh Pasal 22:

41
41
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

C ara pengisian masing-masing kolom:


(1) diisi nomor;
(2) diisi dengan NPWP Wajib Pajak yang dipungut, jika wajib pajak tidak memiliki
NPWP maka diisi alamat lengkap wajib pajak yang bersangkutan;
(3) diisi nama lengkap wajib pajak;
(4) diisi nomor bukti pemungutan;
(5) diisi tanggal dilakukan pemungutan;
(6) diisi jumlah bruto transaksi untuk setiap bukti pemungutan;
(7) diisi PPh Pasal 22 yang dipungut.

C . Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 23


1. Bukti Potong PPh Pasal 23: pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan
kepada pihak lain/rekanan berupa sewa atau imbalan sehubungan dengan jasa.
2. C ontoh Bukti Potong PPh Pasal 23:

42
42
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

C ara pengisian masing-masing kolom:


(1) diisi nomor
(2) diisi jenis penghasilan
(3) diisi total penghasilan yang dipotong pajak
(4) diisi tarif lebih tinggi 100 persen untuk yang tidak punya NPWP
(5) diisi persentase pemotongan pajak PPh 23
(6) diisi jumlah PPh yang dipotong

D. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 4 Ayat 2


1. Bukti Potong PPh Pasal 4 ayat (2) atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau
Bangunan.

43
43
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

C ara pengisian masing-masing kolom:


(1) diisi jumlah bruto penghasilan yang dibayarkan/terutang atas penyewa tanah
dan/atau bangunan
(2) diisi tarif 10 persen
(3) diisi jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar jumlah bruto nilai sewa
dikalikan tarif

2. Bukti potong PPh Pasal 4 ayat 2 atas Jasa Konstruksi

44
44
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

C ara pengisian masing-masing kolom:


(1) diisi nomor
(2) diisi jenis jasa yang diberikan
(3) diisi jumlah penghasilan yang diterima/diperoleh
(4) diisi tarif sesuai dengan ketentuan berlaku
(5) diisi dengan PPh atas penghasilan yang telah dipotong/dipungut, yaitu sebesar
jumlah nilai bruto dikalikan tarif

C atatan:
Untuk pihak yang tidak memiliki NPWP pada kolom NPWP diisi dengan kode KPP
Pratama setempat pada kotak 10 s.d. 12.

45
45
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

BAB IV
MEKANISME PEMBUATAN ID BILLING PAJ AK PENG HASIL AN PASAL 21, 22,
23, 4 AY AT (2), DAN PPN

A. Pembuatan ID Billing Masa PPh Pasal 21


1. Membuka website sse.pajak.go.id atau djponline.pajak.go.id, memasukkan nomor
NPWP dan PIN.
2. Pilih isi Form SSE:
 Jenis pajak diisi 411121 - PPh Pasal 21;
 Jenis setoran diisi 100 - Masa PPh Pasal 21;
 Masa pajak diisi bulan saat membuat id billing;
 Tahun pajak diisi tahun saat membuat id billing;
 Jumlah setoran diisi sesuai dengan jumlah pajak yang akan disetor;
 Uraian diisi keterangan pajak.
3. Simpan setelah semua data terisi.
4. Setelah yakin data benar pilih terbitkan kode billing.
5. Kemudian cetak kode billing*.
6. Kode billing dipakai untuk bayar pajak, bisa melalui atm, bank atau kantor pos.

B. Pembuatan ID Billing PPh Final Pasal 21


Atas gaji atau imbalan lain yang diterima Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI dan
para pensiunannya.
1. Membuka website sse.pajak.go.id atau djponline.pajak.go.id, memasukkan nomor
NPWP dan PIN.
2. Pilih isi Form SSE:
 Jenis pajak diisi 411121 - PPh Pasal 21;
 Jenis setoran diisi 402 - PNS/TNI/Pejabat Negara;
 Masa pajak diisi bulan saat membuat id billing;
 Tahun pajak diisi tahun saat membuat id billing;
 Jumlah setoran diisi sesuai dengan jumlah pajak yang akan disetor;
 Uraian diisi keterangan pajak.

46
46
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

3. Simpan setelah semua data terisi.


4. Setelah yakin data benar pilih terbitkan kode billing.
5. Kemudian cetak kode billing*.
6. Kode billing dipakai untuk bayar pajak, bisa melalui atm, bank atau kantor pos.

C . Pembuatan ID Billing PPh Pasal 22


1. Membuka website sse.pajak.go.id atau djponline.pajak.go.id memasukkan nomor
NPWP dan PIN.
2. Pilih isi Form SSE:
 Jenis pajak diisi 411122 - PPh Pasal 22;
 Jenis setoran diisi 910 - Pemungut Bendahara APBN;
 Masa pajak diisi bulan saat membuat id billing;
 Tahun pajak diisi tahun saat membuat id billing;
 Subjek pajak pilih NPWP sendiri atau NPWP lain;
 Jumlah setoran diisi sesuai dengan jumlah pajak yang akan disetor;
 Uraian diisi keterangan pajak.
3. Simpan setelah semua data terisi.
4. Setelah yakin data benar pilih terbitkan kode billing.
5. Kemudian cetak kode billing*.
6. Kode billing dipakai untuk bayar pajak, bisa melalui atm, bank atau kantor pos.

D. Pembuatan ID Billing PPh Pasal 23


1. Membuka website sse.pajak.go.id atau djponline.pajak.go.id, memasukkan nomor
NPWP dan PIN.
2. Pilih isi Form SSE:
 Jenis pajak diisi (digunakan untuk setoran PPh Pasal 22 Impor) 411124 - PPh
Pasal 23;
 Jenis setoran diisi 104 - Jasa;
 Masa pajak diisi bulan saat membuat id billing;
 Tahun pajak diisi tahun saat membuat id billing;
 Jumlah setoran diisi sesuai dengan jumlah pajak yang akan disetor;
 Uraian diisi keterangan pajak.

47
47
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

3. Simpan setelah semua data terisi.


4. Setelah yakin data benar pilih terbitkan kode billing.
5. Kemudian cetak kode billing*.
6. Kode billing dipakai untuk bayar pajak, bisa melalui atm, bank atau kantor pos.

E. Pembuatan ID Billing PPh Pasal 4 Ayat (2)


1. Membuka website sse.pajak.go.id atau djponline.pajak.go.id, memasukkan nomor
NPWP dan PIN.
2. Pilih isi Form SSE:
 Jenis pajak diisi 411128 - PPh Pasal 4 ayat (2);
 Jenis setoran diisi:
402 - Pengalihan hak tanah/bangunan;
403 - Persewaan tanah dan bangunan;
409 - Jasa konstruksi;
 Masa pajak diisi bulan saat membuat id billing;
 Tahun pajak diisi tahun saat membuat id billing;
 Subjek pajak pilih NPWP sendiri atau NPWP lain;
 Isi NOP;
 Jumlah setoran diisi sesuai dengan jumlah pajak yang akan disetor;
 Uraian diisi keterangan pajak.
3. Simpan setelah semua data terisi.
4. Setelah yakin data benar pilih terbitkan kode billing.
5. Kemudian cetak kode billing*.
6. Kode billing dipakai untuk bayar pajak, bisa melalui atm, bank atau kantor pos.

F. Pembuatan ID Billing PPN


1. Membuka website sse.pajak.go.id atau djponline.pajak.go.id, memasukkan nomor
NPWP dan PIN.
2. Pilih isi Form SSE:
 Jenis pajak diisi 411211 - PPN;
 Jenis setoran diisi 910 - Pemungut Bendahara APBN;
 Masa pajak diisi bulan saat membuat id billing;

48
48
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

 Tahun pajak diisi tahun saat membuat id billing;


 Subjek pajak pilih NPWP sendiri atau NPWP Lain;
 Jumlah setoran diisi sesuai dengan jumlah pajak yang akan disetor;
 Uraian diisi keterangan pajak.
3. Simpan setelah semua data terisi.
4. Setelah yakin data benar pilih terbitkan kode billing.
5. Kemudian cetak kode billing*.
6. Kode billing dipakai untuk bayar pajak, bisa melalui atm, bank atau kantor pos.

49
49
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

BAB V
KEWAJ IBAN PENY E TORAN DAN PENY AMPAIAN SPT MASA PAJ AK
PENG HASIL AN PASAL 21, 22, 23, 4 AY AT (2), DAN PPN

A. Batas Waktu Penyampaian SPT Masa ke Kantor Pajak


Batas waktu pembayaran/penyetoran pajak yang sudah dipotong dan/atau dipungut oleh
Bendahara serta tanggal pelaporan Surat Pemberitahuan Masa adalah sebagai berikut:

No. J enis Pajak Tanggal Penyetoran Tanggal Pelaporan


1. PPh Pasal 21 Paling lama tanggal 10 bulan Paling lama 20 hari
berikutnya, setelah Masa Pajak setelah Masa Pajak
berakhir berakhir
2. PPh Pasal 22 yang Pada hari yang sama dengan Paling lama 14 hari
dipungut KPA atau pelaksanaan pembayaran kepada setelah Masa Pajak
PPSPM sebagai PKP rekanan pemerintah melalui berakhir
Pemungut PPh Pasal 22 KPPN
3. PPh Pasal 22 yang Paling lama 7 hari setelah Paling lama 14 hari
dipungut Bendahara tanggal pelaksanaan pembayaran setelah Masa Pajak
Pengeluaran berakhir
4. PPh Pasal 4 ayat (2) Paling lama tanggal 10 bulan Paling lama 20 hari
berikutnya setelah Masa Pajak setelah Masa Pajak
berakhir berakhir
5. PPN atau PPN dan Pada hari yang sama dengan Paling lama akhir
PPnBM yang dipungut pelaksanaan pembayaran kepada bulan berikutnya
PPSPM sebagai PKP rekanan pemerintah melalui setelah Masa Pajak
pemungut PPN KPPN berakhir
6. PPN atau PPN dan Paling lama 7 hari setelah Paling lama akhir
PPnBM yang dipungut tanggal pelaksanaan pembayaran bulan berikutnya
Bendahara Pengeluaran kepada PKP Rekanan setelah Masa Pajak
Pemerintah berakhir
7. PPh Pasal 23 Paling lama tanggal 10 bulan Paling lama 20 hari
berikutnya setelah Masa Pajak setelah Masa Pajak
berakhir berakhir

50
50
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

B. Kewajiban Penyetoran dan Penyampaian


Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan kewajiban pemotongan/pemungutan,
penyetoran dan pelaporan pajak-pajak yang telah dipotong/dipungut antara lain:
1. Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan
hari libur, yaitu hari Sabtu, hari Minggu, hari libur nasional, hari yang diliburkan
untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti bersama secara nasional,
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
2. Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur yaitu hari Sabtu, hari
Minggu, hari libur nasional, hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan
Umum, atau cuti bersama secara nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
3. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan ke Kas Negara melalui:
a. Layanan pada loket/teller (over the counter); dan/atau
b. Layanan dengan menggunakan sistem elektronik lainnya, pada Bank Persepsi/Pos
Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang
disamakan dengan SSP.
4. Dalam hal pencairan anggaran dengan mekanisme langsung (LS) maka
pemindahbukuan pajak yang dilakukan oleh KPPN merupakan pembayaran dan
penyetoran pajak yang terutang, namun SSP tetap dipersiapkan oleh bendahara yang
bersangkutan.
5. Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP
dinyatakan sah apabila telah divalidasi dengan NTPN.
6. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti
pemotongan atau tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang
dipotong atau dipungut PPh setiap melakukan pemotongan atau pemungutan.
7. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya,
memberikan tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun
kalender berakhir.
8. Bendahara sebagai Pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan
oleh rekanan.

51
51
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

BAB VI
BEA METERAI

A. Pengertian Bea Meterai


Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut
Undang-Undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Pada prinsipnya, dokumen
yang harus dikenakan bea meterai adalah dokumen yang menyatakan nilai nominal
sampai jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata, dan dokumen yang digunakan di
muka pengadilan.

B. Objek dan Tarif Bea Meterai


No. Objek Tarif
1. Surat perjanjian dan surat lainnya yang dibuat dengan tujuan Rp6.000,00
untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,
kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
2. Akta-akta notaris termasuk salinannya. Rp6.000,00
3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah Rp6.000,00
termasuk rangkap-rangkapnya.
4. Surat yang memuat jumlah uang, seperti kuitansi, billing statement, dan lain-lain,
yang mempunyai harga nominal:
a. 0 s.d. Rp250.000,00; -
b. Lebih dari Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00; Rp3.000,00
c. Lebih dari Rp1.000.000,00. Rp6.000,00
5. Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep.
a. 0 s.d. Rp250.000,00; -
b. Lebih dari Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00; Rp3.000,00
c. Lebih dari Rp1.000.000,00. Rp6.000,00
6. C ek dan bilyet giro Rp3.000,00
7. Efek atau sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun:
a. Harga nominal sampai dengan Rp1.000.000,00; Rp3.000,00
b. Harga nominal lebih dari Rp1.000.000,00. Rp6.000,00
8. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di Rp6.000,00
muka Pengadilan.

53
52
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

Bea Meterai tidak dikenakan atas:


1. Dokumen yang berupa:
c. Surat penyimpanan barang;
d. Konosemen;
e. Surat angkutan penumpang dan barang;
f. Keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen sebagaimana dimaksud
dalam huruf (a), huruf (b), dan huruf (c);
g. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
h. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
i. Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sebagaimana
dimaksud dalam huruf (a) sampai dengan huruf (f).
2. Segala bentuk ijazah;
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu;
4. Tanda bukti penerimaan uang Negara dari kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan
bank;
5. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintahan Daerah, dan bank;
6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan internal organisasi;
7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung
oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut;
8. Surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian;
9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

54
53
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

C . C ara Pelunasan Bea Meterai


Bea Meterai harus dilunasi pada saat terutang Bea Meterai. Dokumen yang
merupakan objek Bea Meterai yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya dikenakan denda administrasi sebesar 200 persen (dua ratus
persen) dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dibayar. Pelunasan atas Bea Meterai dan
denda administrasi tersebut dilakukan dengan cara Pemeteraian kemudian di Kantor Pos.

55
54
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

DAFTAR ISTIL AH

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Nomor Peserta Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
4. Tarif adalah suatu pembebanan terhadap barang yang melintasi daerah pabean (suatu
daerah geografis dimana barang bebas bergerak) tanpa dikenakan cukai.
5. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pertambahan Nilai adalah jumlah Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan, yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang
terutang.
6. Penyetoran dan Pelaporan Pajak adalah kewajiban wajib pajak dan ketentuan formal
tentang hal tersebut yang diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan.
7. Pemotongan Pajak adalah salah satu bentuk teknik pengumpulan pajak yang
mempercayakan pemungutan pajak kepada pihak ketiga.
8. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian
atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan
suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain
yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam
jabatan negeri.
9. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu
tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur.

56
55
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017

10. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja L epas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja,
jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang
diminta oleh pemberi kerja.
11. Penerima Penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama
dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai
imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi
penghasilan.
12. Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu,
termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,
pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
13. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurangan terhadap penghasilan
bruto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam
menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus
dibayar wajib pajak di Indonesia.
14. Biaya J abatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang diterima dari pemberi kerja oleh setiap pegawai tetap tanpa memandang kedudukan
atau jabatan.
15. Biaya Pensiun adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi
penerima pensiun dalam perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterimanya.
16. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan
objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
17. Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut undang-
undang bea meterai menjadi objek bea meterai.

57
56

Anda mungkin juga menyukai