KATA SAMBUTAN
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Y ang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Saku Pajak Bagi
Bendahara di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu) Tahun 2017 dapat diselesaikan. Seperti yang kita ketahui,
pajak memiliki peran yang sangat besar dalam penerimaan negara dan
semakin meningkat setiap tahunnya. Dalam APBN Tahun 2016,
penerimaan pajak yang meliputi PPh, PPN dan PPnBM, PBB, dan Bea
Meterai mengambil porsi lebih dari 1.300 triliun rupiah atau lebih dari 73 persen dari total
penerimaan negara yang dianggarkan. Melihat target penerimaan negara yang begitu besar
serta selaras dengan program peningkatan pelayanan pajak Kementerian Keuangan dalam
meningkatkan pendapatan negara, maka sebagai bentuk partisipasi dan peran serta Bawaslu
dalam menunjang program Kementerian Keuangan, diperlukan peningkatan pelayanan dan
pemahaman seluruh pegawai Bawaslu dalam memahami ketentuan perpajakan.
Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh tim penyusun dari Bagian Keuangan Biro
Administrasi Sekretariat Jenderal Bawaslu dan Direktorat Peraturan Perpajakan II Direktorat
Jenderal Pajak Kementerian Keuangan yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan buku
saku pajak ini. Kritik dan saran sangat saya harapkan untuk perbaikan buku saku ini.
Akhirnya, saya berharap buku saku ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak di
Bawaslu.
G unawan Suswantoro
S t
ii
ii
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, “Buku Saku Pajak Bagi
Bendahara di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Tahun 2017” dapat
diselesaikan. Sebagaimana kita maklumi, belanja Pemerintah senantiasa meningkat, oleh
karena itu dana yang dikelola oleh bendahara pemerintah harus dikelola secara profesional,
akuntabel, dan transparan. Dalam perspektif perpajakan tentunya merupakan suatu hal yang
penting sebagai salah satu bagian pengelolaan keuangan negara. Melalui penerimaan
perpajakan yang optimal, terukur, dan didukung dengan basis data pajak yang kuat dan dapat
diandalkan, kita harapkan pemerintah akan mempunyai ruang yang cukup untuk
merealisasikan terutama program pembangunan infrastruktur yang berkeadilan di seluruh
wilayah Indonesia.
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu) Tahun 2017 yang berada di tangan kita ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam tataran operasional bendaharawan dan tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada Bendahara Pemerintah di Lingkungan Bawaslu yang telah ikut membantu tugas
Direktorat Jenderal Pajak dalam mengamankan Penerimaan Negara.
Y unirwansyah
uni
n rrw
w
wansyah
iii
iii
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
DAFTAR ISI
Halaman
KATA SAMBUTAN ........................................................................................... ii
KATA PENG ANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
BA B I PENDAHULUA N
A. Dasar Hukum ............................................................................... 1
B. Latar Belakang ............................................................................. 2
C . Maksud dan Tujuan ...................................................................... 3
D. Ruang Lingkup............................................................................. 3
BA B II TEKNIS PENG HITUNG AN PAJAK PENG HASILAN PASA L
21, 22, 23, 4 AY AT (2), DAN PAJAK PERTAMBAHA N NILA I
A. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ................................................ 4
B. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 ................................................ 29
C . Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 ................................................ 31
D. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 A yat (2).................................... 32
E. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ................................................... 34
F. Pengenaan Tarif pada Rekanan yang Tidak Memiliki NPWP ..... 36
G . Pemeliharaan ................................................................................ 38
BA B III TEKNIS PENG ISIAN BUKTI POTONG PAJAK PENG HASILAN
PASA L 21, 22, 23, DAN 4 AY AT (2)
A. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 21 .............................. 39
B. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 22 .............................. 41
C . Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 23 .............................. 42
D. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 4 A yat (2).................. 43
iv
ii
iv
v
BAB I
PENDAHUL UAN
A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata C ara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU
PPh);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan dan
Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang menjadi Beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah;
6. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2012 tentang Organisasi, Tugas, Fungsi,
Wewenang, dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum,
Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Panitia Pengawas
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan
Umum Kecamatan;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemotongan Pajak atas Penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tata C ara
Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota Polri,
dan Pensiunannya atas Penghasilan yang menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata C ara
Pembayaran dan Penyetoran Pajak;
1
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
B. L atar Belakang
Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) adalah lembaga penyelenggara
Pemilihan Umum yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dibentuk berdasarkan amanah Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Bawaslu memiliki Sekretariat yang diberi
kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan administrasi dan tata kelola
keuangan dengan baik. Sejalan dengan amanah UU Keuangan Negara, Bawaslu sebagai
salah satu lembaga pengguna Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) wajib
melakukan pengelolaan keuangan secara profesional, transparan, dan akuntabel sebagai
bagian dari upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Salah satu bentuk tata kelola yang baik adalah mengelola pendapatan dari pajak
yang merupakan kewajiban setiap orang atau badan untuk membayar pajak termasuk
Bawaslu dan pegawainya, untuk aktif berkesadaran melaksanakan kewajiban sebagai
warga negara yang baik yaitu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku di bidang perpajakan. Dalam pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban
perpajakan di Bawaslu dilakukan oleh bendahara pemerintah yang termasuk didalamnya
bendahara pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang sama, sebagai
pihak yang melaksanakan pemotongan dan pemungutan pajak atas pengeluaran yang
berasal dari APBN. Berkenaan dengan hal tersebut, bendahara pemerintah harus
mengetahui aspek-aspek perpajakan terutama yang berkaitan dengan kewajiban untuk
melakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan serta Pajak
2
2
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
D. Ruang L ingkup
1. Teknis Penghitungan PPh Pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2), dan PPN;
2. Teknis Pengisian Bukti Potong PPh Pasal 21, 22, 23, dan 4 ayat (2);
3. Mekanisme Pembuatan ID Billing PPh Pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2), dan PPN;
4. Kewajiban Penyetoran dan Penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2),
dan PPN;
5. Bea Meterai.
3
3
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
BAB II
TEKNIS PENG HITUNG AN PAJ AK PENG HASIL AN PASAL 21, 22, 23,
4 AY AT (2), DAN PAJ AK PERTAMBAHAN NIL AI
4
4
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
5
5
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
5. Penghasilan Bruto
Penghasilan bruto adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh selama sebulan,
yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya,
termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.
6. Pengurang Penghasilan Bruto
Terdiri atas biaya jabatan, iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan/atau iuran
Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui
pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan atau kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang diterima oleh setiap pegawai tetap, tanpa memandang kedudukan
atau jabatan. Biaya jabatan dikenakan sebesar 5 (lima) persen dari jumlah penghasilan
bruto dengan jumlah pengenaan maksimal Rp6.000.000,00 per tahun atau
Rp500.000,00 per bulan.
7. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PTKP merupakan besarnya penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi (WP Orang Pribadi). Besaran PTKP ditentukan oleh
keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak dengan
besaran sesuai yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut:
J umlah PTKP J umlah PTKP
Peruntukan per tahun per bulan
(Rp) (Rp)
WP Orang Pribadi 54.000.000 4.500.000
Tambahan untuk WP Kawin 4.500.000 375.000
Tambahan untuk seorang istri yang 54.000.000 4.500.000
penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami
6
6
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas, maka angka PTKP yang sering digunakan oleh Bendahara
adalah sebagai berikut:
J umlah
Status Peruntukan PTKP per
tahun (Rp)
TK/0 WP Orang Pribadi 54.000.000
TK/1 WP Orang Pribadi + 1 Tanggungan (orang tua/mertua/ 58.500.000
anak kandung/anak angkat)
54.000.000 + 4.500.000
TK/2 WP Orang Pribadi + 2 Tanggungan (orang tua/mertua/ 63.000.000
anak kandung/anak angkat)
54.000.000 + (2 x 4.500.000)
TK/3 WP Orang Pribadi + 3 Tanggungan (orang tua/mertua/ 67.500.000
anak kandung/anak angkat)
54.000.000 + (3 x 4.500.000)
K/0 WP Kawin 58.500.000
54.000.000 + 4.500.000
K/1 WP Kawin + 1 Tanggungan (anak) 63.000.000
54.000.000 + 4.500.000 + 4.500.000
K/2 WP Kawin + 2 Tanggungan (anak) 67.500.000
54.000.000 + 4.500.000 + (2 x 4.500.000)
K/3 WP Kawin + 3 Tanggungan (anak) 72.000.000
54.000.000 + 4.500.000 + (3 x 4.500.000)
7
7
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
8
8
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
C atatan:
1. Di Bawaslu saat ini belum ada pejabat negara. Ketentuan terkait tarif pajak
bagi pejabat negara diberlakukan terhadap narasumber dari
kementerian/lembaga lain.
2. Terhadap pensiunan PNS/TNI/Polri yang menjadi pegawai tetap di Bawaslu,
perhitungan pajak untuk penghasilan yang sifatnya tidak teratur (misal
honorarium narasumber/moderator) menggunakan tarif PPh Pasal 21 Final
berdasarkan golongan kepangkatan terakhir.
b. Non PNS
Dasar Hukum: Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.
Tarif PPh Pasal 21 Non PNS menggunakan penghitungan tarif progresif Pasal
17 Undang-Undang PPh tersaji pada tabel berikut:
9
9
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari lebih dari
Rp450.000,00 atau akumulasi penghasilannya dalam sebulan telah lebih
dari Rp4.500.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp10.200.000,00 adalah jumlah
penghasilan bruto dikurangi PTKP harian sejumlah hari kerja yang
sebenarnya;
dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah
melebihi Rp10.200.000,00 adalah jumlah penghasilan kena pajak yang
disetahunkan;
dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata sehari tidak melebihi
Rp450.000,00 dan akumulasi penghasilannya dalam sebulan tidak
melebihi Rp4.500.000,00 maka tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.
3) Bukan Pegawai
a) Bukan Pegawai yang bersifat berkesinambungan
Y ang dimaksud dengan penghasilan bersifat berkesinambungan adalah
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari satu bendahara pemerintah
dalam satu tahun lebih dari satu kali, dengan dasar Pengenaan PPh Pasal
21 adalah sebesar 50 persen dari jumlah penghasilan bruto dikurangi
PTKP per bulan. PTKP tersebut dapat diberikan sepanjang orang pribadi
yang bersangkutan (bukan Pegawai) telah mempunyai NPWP dan hanya
memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan satu Pemotong PPh
Pasal 21.
b) Bukan Pegawai yang menerima penghasilan yang tidak bersifat
berkesinambungan
Dasar Pengenaan PPH Pasal 21 adalah sebesar 50 persen dari jumlah
penghasilan bruto.
10
10
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
c. Dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri (memiliki NPWP sendiri).
Selanjutnya, penghasilan neto suami istri dikenai pajak berdasarkan penggabungan
penghasilan neto suami istri dan besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masing-
masing suami istri dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto.
C atatan:
Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis
Tata C ara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan
Kegiatan Orang Pribadi Pasal 14 ayat (8), jumlah Penghasilan Kena Pajak sebagai
dasar penerapan tarif terhadap Jumlah PPh Pasal 21 yang harus disetorkan sebesar
pajak terutang, dibulatkan kebawah hingga ribuan penuh.
11
11
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
PTKP (K/2)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- Tambahan 2 orang tanggungan Rp 9.000.000,00
Rp 67.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 45.360.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 45.360.000,00 Rp 2.268.000,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 2.268.000,00 : 12 Rp 189.000,00
Alternatif 2
Penghasilan sebulan Rp 9.900.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 9.900.000,00 Rp 495.000,00
(maks. Rp500.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 9.405.000,00
Penghasilan neto setahun Rp 112.860.000,00
Pengurangan:
PTKP (K/2)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- Tambahan 2 orang tanggungan Rp 9.000.000,00
Rp 67.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 45.360.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 45.360.000,00 Rp 2.268.000,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 2.268.000,00 : 12 Rp 189.000,00
12
12
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
b. Bapak Hanafi sebagaimana contoh pada huruf (a) menerima honor narasumber
sebesar 2 OJ (Rp1.800.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan
Partisipatif yang
yang diselenggarakan
diselenggarakan oleh
oleh Bawaslu
Bawaslu Provinsi
ProvinsiDKI
DKI Jakarta,
Jakarta, berapakah
berapakah
jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 9.900.000,00
Penghasilan setahun (Rp9.900.000,00 x 12) Rp 118.800.000,00
Honor Narasumber Rp 1.800.000,00
Penghasilan Bruto Setahun Rp 120.600.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 120.600.000,00 Rp 6.000.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 114.600.000,00
PTKP (K/2)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan 2 orang tanggungan Rp 9.000.000,00
Rp 67.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 47.100.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 47.100.000,00 Rp 2.355.000,00
13
13
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
C atatan:
Dapat diperhatikan bahwa nilai PKP setelah adanya pendapatan honor narasumber
mempunyai nilai Rp47.100.000,00 atau Rp2.900.000,00 lagi menuju
Rp50.000.000,00. Hal ini berarti setelah mendapatkan honor senilai
Rp2.900.000,00 pendapatan tambahan akan dipotong sebesar 15 persen. Dalam
rangka menyederhanakan penghitungan, pemotongan pajak dapat dilakukan
sebesar 15 persen dari total honor narasumber yang diterima (15% x
Rp1.800.000,00 = Rp270.000,00).
c. Bapak Hanafi sebagaimana contoh pada huruf (a) menerima honor narasumber
sebesar 2 OJ (Rp1.800.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan Pemilu
Partisipatif yang diselenggarakan oleh Bawaslu Provinsi Jawa Timur, berapakah
jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong?
Jawab:
Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium tersebut yaitu:
5% x 50% x Rp1.800.000,00 = Rp45.000,00.
C atatan:
Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium yang diterima oleh Bapak Hanafi
menggunakan Dasar Pengenaan PPh Pasal 21 sebagai Bukan Pegawai
dikarenakan pembayaran dilakukan oleh Satker yang berbeda dengan Satker yang
membayarkan penghasilan tetap dan teratur ke Bapak Hanafi.
14
14
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
15
15
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
e. Pada bulan November 2017, Bapak Hanafi terpilih kembali sebagai Komisioner
Bawaslu Provinsi DKI Jakarta untuk periode 2017-2022. Berapakah besaran PPh
Pasal 21 yang harus dipotong oleh Bendahara untuk tiap bulannya?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 9.900.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 9.900.000,00 Rp 495.000,00
(maks. Rp500.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 9.405.000,00
Penghasilan neto setahun (Rp9.405.000,00 x 2) Rp 18.810.000,00
Pengurangan:
PTKP (K/2)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan 2 orang tanggungan Rp 9.000.000,00
Rp 67.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 0,00
PPh Pasal 21 terutang Rp 0,00
Dalam hal pada periode awal saat menjabat kembali, PTKP yang berhak diperoleh
Komisioner Bawaslu adalah sama pada saat berakhir masa jabatannya yaitu PTKP
setahun penuh. Adapun pajak terutang pada tahun bersangkutan apabila ada
kekurangan pembayarannya menjadi tanggung jawab Komisioner Bawaslu
sebagaimana diperhitungkan dan dituangkan dalam SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi masing-masing.
16
16
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
17
17
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 187.500.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 137.500.000,00 Rp 20.625.000,00
Rp 23.125.000,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 23.125.000,00 : 12 Rp 1.927.000,00
h. Ibu Nurul sebagaimana contoh pada huruf (g) adalah Komisioner Bawaslu bukan
PNS yang baru terpilih dan akan menjabat mulai 12 April 2017 s.d. 11 April 2022.
Berapakah besaran PPh Pasal 21 atas uang kehormatan tersebut pada tahun
pertama menjabat?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 20.625.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 20.625.000,00 Rp 500.000,00
(maks. Rp500.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 20.125.000,00
Penghasilan neto setahun (9 x Rp20.125.000,00) Rp 181.125.000,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 127.125.000,00
18
18
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
i. Ibu Nurul sebagaimana contoh pada huruf (g) menerima honor narasumber
sebesar 2 OJ (Rp2.800.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan Pemilu
Partisipatif, berapakah jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 20.625.000,00
Penghasilan setahun (Rp20.625.000,00 x 12) Rp 247.500.000,00
Honor Narasumber Rp 2.800.000,00
Penghasilan Bruto Setahun Rp 250.300.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 250.300.000,00 Rp 6.000.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 244.300.000,00
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 190.300.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 140.300.000,00 Rp 21.045.000,00
Rp 23.545.000,00
19
19
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
Dapat diperhatikan bahwa nilai PKP sudah berada pada nilai Rp50.000.000,00 s.d.
Rp250.000.000,00. Hal ini berarti pendapatan tambahan akan dipotong 15 persen.
Bahkan apabila pendapatan tambahan lebih dari Rp59.700.000,00, pendapatan
akan dipotong sebesar 25 persen.
j. Ibu Nurul sebagaimana contoh huruf (g) menerima honor narasumber dalam satu
bulan dari PPK Biro A dministrasi sebesar 6 OJ (Rp8.400.000,00), dari PPK
Bagian Sosialisasi sebesar 3 OJ (Rp4.200.000,00), dari PPK Bagian Temuan dan
Laporan Pelanggaran sebesar 2 OJ (Rp2.800.000,00), dari PPK Bagian
Penyelesaian Sengketa sebesar 1 OJ (Rp1.400.000,00), dari PPK Bagian Teknis
Pengawasan Pemilu sebesar 4 OJ (Rp5.600.000,00), dan dari PPK Biro H2PI
sebesar 10 OJ (RP14.000.000,00). Berapakah jumlah PPh Pasal 21 yang harus
dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 20.625.000,00
Penghasilan setahun (Rp20.625.000,00 x 12) Rp 247.500.000,00
Honor Narasumber Rp 36.400.000,00
Penghasilan Bruto Setahun Rp 283.900.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 283.900.000,00 Rp 6.000.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 277.900.000,00
20
20
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
PTKP (TK/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 223.900.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 173.900.000,00 Rp 26.085.000,00
Rp 28.585.000,00
k. Biro H2PI mengundang Bapak Eko selaku pegiat Pemilu sebagai narasumber
kegiatan FG D Analisis Indeks Kerawanan Pemilu, mendapatkan honor sebesar 2
OJ (Rp1.800.000,00). Berapakah besaran PPh Pasal 21 atas honor narasumber
yang terutang?
Jawab:
Honor Narasumber = Rp1.800.000,00
Pajak = (50% x Rp1.800.000,00) x 5% = Rp 45.000,00
Honor Bersih yang diterima = Rp1.755.000,00
21
21
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
22
22
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
n. Ibu Y unita seorang Tenaga Ahli non PNS mendapatkan gaji sebesar
Rp8.415.000,00/bulan dengan status menikah dengan 3 anak (K/3). Berapakah
besaran PPh Pasal 21 atas gaji tersebut?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 8.415.000,00
Penghasilan setahun (Rp8.415.000,00 x 12) Rp 100.980.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 100.980.000,00 Rp 5.049.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 95.931.000,00
23
23
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan 3 orang tanggungan Rp 13.500.000,00
Rp 72.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 23.931.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 23.931.000,00 Rp 1.196.550,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 1.196.550,00 : 12 Rp 99.712,00
Penghasilan bersih yang diterima oleh Ibu Y unita
Penghasilan per bulan = Rp8.415.000,00
PPh Pasal 21/bulan = Rp 99.712,00 (-)
Rp8.315.288,00
o. Ibu Y unita sebagaimana contoh pada huruf (n) menerima honor narasumber
sebesar 2 OJ (Rp1.800.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan Pemilu
Partisipatif, berapakah jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 8.415.000,00
Penghasilan setahun (Rp8.415.000,00 x 12) Rp 100.980.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 100.980.000,00 Rp 5.049.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 95.931.000,00
Honor Narasumber Rp 1.800.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan 3 orang tanggungan Rp 13.500.000,00
Rp 72.000.000,00
24
24
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
p. Bapak Y adin seorang Tim Asistensi non PNS mendapatkan gaji sebesar
Rp5.665.000,00/bulan dengan status menikah. Berapakah besaran PPh Pasal 21
atas gaji tersebut?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 5.665.000,00
Penghasilan setahun (Rp5.665.000,00 x 12) Rp 67.980.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 67.980.000,00 Rp 3.399.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 64.581.000,00
PTKP (K/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
Rp 58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 6.581.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 6.581.000,00 Rp 329.050,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 329.050,00 : 12 Rp 27.421,00
25
25
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
q. Bapak Y adin sebagaimana contoh pada huruf (p) menerima honor moderator
sebesar 2 OK (Rp1.400.000,00) pada acara Sosialisasi Pengawasan Pemilu
Partisipatif, berapakah jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong?
Jawab:
Penghasilan sebulan Rp 5.665.000,00
Penghasilan setahun (Rp5.665.000,00 x 12) Rp 67.980.000,00
Honor Narasumber Rp 1.400.000,00
Penghasilan Bruto Setahun Rp 69.380.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x Rp 69.380.000,00 Rp 3.469.000,00
(maks. Rp6.000.000,00)
Penghasilan neto Rp 65.911.000,00
PTKP (K/0)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
Rp 58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 7.911.000,00
PPh Pasal 21/tahun
5% x Rp 7.911.000,00 Rp 395.550,00
PPh Pasal 21/bulan
Rp 395.550,00 : 12 Rp 32.963,00
26
26
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
r. Bapak Aditya seorang PNS Bawaslu menghendaki secara tertulis melakukan pisah
harta dengan istrinya berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
(PH). Bapak Aditya pada tahun 2016 menerima atau memperoleh penghasilan
neto sebesar Rp239.608.000,00. Bapak Aditya berstatus kawin pisah harta dan
mempunyai 3 (tiga) orang anak, sedangkan istrinya menerima atau memperoleh
penghasilan neto dari usaha sebesar Rp109.192.000,00. Berapakah besaran PPh
Pasal 21 yang dipotong oleh bendahara untuk Penghasilan Bapak A ditya dan PPh
terutang untuk penghasilan gabungan suami dan istri tersebut? Asumsi Kegiatan
Usaha Istri Bukan Merupakan Objek PPh Final PP 46 (Omset usaha sampai
dengan Rp.4,8 Miliar/Tahun). J ika Usaha Istri merupakan Objek PPh Final
PP 46, maka penghasilan istri tidak digabungkan dengan penghasilan suami
dalam menentukan Pajak Penghasilan setahun. Namun cukup dilaporkan
dalam kolom Penghasilan Final dalam SPT Tahunan.
Jawab:
Penghitungan PPh Pasal 21 Suami (dilakukan oleh bendahara/pemberi kerja)
Penghasilan Bapak Aditya Rp 239.608.000,00
PTKP (K/3) Rp 72.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 167.608.000,00
PPh Pasal 21/Tahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 117.608.000,00 Rp 17.641.200,00
Rp 20.141.200,00
27
27
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
Penghitungan PPh Terutang untuk masing-masing Suami dan Istri (kewajiban ini
dilakukan oleh masing-masing wajib pajak/orang pribadi dan bukan
tanggung jawab bendahara)
Penghasilan neto suami Rp 239.608.000,00
Penghasilan neto istri Rp 109.192.000,00
Penghasilan neto gabungan Rp 348.800.000,00
PTKP (K/3)
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- untuk istri bekerja Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
- tambahan untuk 3 tanggungan Rp 13.500.000,00
Rp 126.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 222.800.000,00
PPh Setahun
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 172.800.000,00 Rp 25.920.000,00
Rp 28.420.000,00
28
28
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
29
29
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
30
30
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
31
31
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
C atatan:
Untuk kasus jasa katering apabila sampai dengan proses menyajikan masakan jadi
maka diklasifikasikan pada pemotongan PPh Pasal 23, namun apabila membeli
makanan jadi, maka diklasifikasikan pada pemotongan PPh Pasal 22. Dan jika
menggunakan jasa juru masak perorangan/pribadi, maka diklasifikasikan pada
pemotongan PPh Pasal 21.
32
32
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
Objek Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) di Bawaslu adalah sewa tanah dan/atau
bangunan yang terdiri dari:
a. Sewa rumah dinas K antor Perwakilan Daerah
b. Sewa gedung Kantor Perwakilan Daerah
c. Sewa ruang untuk kegiatan penyelidikan
3. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)
Besarnya tarif Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang wajib dipotong bendahara
adalah sebesar 10 persen dari jumlah bruto nilai persewaan (tidak termasuk PPN).
4. C ontoh PPh Pasal 4 ayat (2)
a. Bagian Administrasi Pengaduan menyewa ruang pengaduan dengan nilai
Rp1.000.000,00. Berdasarkan kuitansi tersebut, berapa besarnya pajak yang harus
dipungut oleh Bendahara Pengeluaran Bawaslu?
Jawab:
Nilai Kuitansi = Rp1.000.000,00
PPh Pasal 4 ayat (2) = Rp1.000.000,00 x 10%
= Rp 100.000,00
Jadi besarnya pajak yang dipungut bendahara adalah Rp100.000,00.
33
33
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
34
34
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
35
35
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
b. PPh Pasal 22
Tarif PPh Pasal 22 akan dikenakan lebih tinggi kepada wajib pajak yang tidak
memiliki NPWP. Nilainya bahkan lebih besar dibandingkan dengan PPh Pasal 21
yaitu tarif lebih tinggi 100 persen atau dikenakan tarif dua kali lipat. Ketentuan ini
diatur dalam Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
C ontoh PPh Pasal 22:
Bawaslu membeli mobil dinas seharga Rp200.000.000,00 (belum termasuk PPN dan
rekanan tidak memiliki NPWP). Berapakah besaran PPh Pasal 22 untuk pembelian
mobil tersebut?
Jawab:
Karena tidak memiliki NPWP Tarif yang dikenakan kepada rekanan yang tidak
memiliki NPWP adalah 100 persen lebih tinggi dari tarif sebenarnya.
Jadi, tarif yang dikenakan adalah 1,5% x (100% + 100%) = 3%
36
36
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
c. PPh Pasal 23
Tarif PPh Pasal 23 akan dikenakan lebih tinggi kepada wajib pajak yang tidak
memiliki NPWP. Besar tarif yang akan dikenakan lebih tinggi 100 persen atau
dikenakan tarif dua kali lipat. Hal ini diatur dalam Pasal 23 ayat (1A) Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008.
C ontoh PPh Pasal 23:
Bagian Perencanaan Bawaslu menggunakan jasa katering dengan total biaya sebesar
Rp5.500.000,00 (Rekanan tidak memiliki NPWP). Berapakah besaran PPh Pasal 23
untuk jasa tersebut?
Jawab:
Karena tidak memiliki NPWP, tarif yang dikenakan kepada rekanan adalah 100
persen lebih tinggi dari tarif sebenarnya.
Jadi, tarif yang dikenakan adalah 2% x (100% + 100%) = 4%
PPh Pasal 23 = Harga Kuitansi x tarif PPh Pasal 23 tanpa NPWP
= Rp5.500.000,00 x 4%
= Rp220.000,00
d. Tarif Pajak untuk Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) jika rekanan tidak memiliki
NPWP tidak dikenakan adanya penambahan tarif sesuai dengan peraturan perpajakan
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
37
37
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
G . Pemeliharaan
Khusus untuk pemeliharaan, yang dilihat adalah objek pajaknya sehingga dapat
diklasifikasikan dalam pengenaan tarif PPh Pasal 22 ataupun PPh Pasal 23.
C ontoh:
Bawaslu melakukan pemeliharaan untuk mobil dinas, dengan rincian servis kendaraan
operasional sebesar Rp1.500.000,00 dan pembelian ban mobil sebesar Rp1.800.000,00
(belum termasuk PPN). Berdasarkan kuitansi tersebut, pajak apa saja yang akan
dikenakan dan berapa besaran pajak yang harus dibayar atas pemeliharaan kendaraan
operasional tersebut?
Jawab:
Karena harga di atas belum termasuk PPN, maka yang perlu dicari terlebih dahulu adalah
PPN.
PPN = 10% x (Rp1.500.000,00 + Rp1.800.000,00)
PPN = 10% x Rp3.300.000,00
= Rp330.000,00
Servis kendaraan dikenakan PPh Pasal 23, sehingga penghitungan pajaknya sebagai
berikut:
PPh Pasal 23 = 2% x Rp1.500.000,00 = Rp30.000,00
38
38
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
BAB III
TEKNIS PENG ISIAN BUKTI POTONG PAJ AK PENG HASIL AN PASAL 21, 22, 23,
DAN 4 AY AT (2)
39
39
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
Selain penghasilan tidak tetap dan tidak teratur berupa gaji atau imbalan tidak tetap
dan tidak teratur lainnya, dengan nama dan dalam bentuk apapun yang menjadi beban
APBN atau APBD dan dibayarkan kepada PNS (termasuk C PNS), anggota TNI atau
Polri, Pejabat Negara, dan pensiunannya, maka diberikan bukti potong PPh Pasal 21
Tidak Final.
C ontoh Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak Final:
40
40
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
41
41
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
42
42
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
43
43
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
44
44
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
C atatan:
Untuk pihak yang tidak memiliki NPWP pada kolom NPWP diisi dengan kode KPP
Pratama setempat pada kotak 10 s.d. 12.
45
45
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
BAB IV
MEKANISME PEMBUATAN ID BILLING PAJ AK PENG HASIL AN PASAL 21, 22,
23, 4 AY AT (2), DAN PPN
46
46
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
47
47
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
48
48
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
49
49
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
BAB V
KEWAJ IBAN PENY E TORAN DAN PENY AMPAIAN SPT MASA PAJ AK
PENG HASIL AN PASAL 21, 22, 23, 4 AY AT (2), DAN PPN
50
50
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
51
51
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
BAB VI
BEA METERAI
53
52
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
54
53
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
55
54
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
DAFTAR ISTIL AH
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Nomor Peserta Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
4. Tarif adalah suatu pembebanan terhadap barang yang melintasi daerah pabean (suatu
daerah geografis dimana barang bebas bergerak) tanpa dikenakan cukai.
5. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pertambahan Nilai adalah jumlah Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan, yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang
terutang.
6. Penyetoran dan Pelaporan Pajak adalah kewajiban wajib pajak dan ketentuan formal
tentang hal tersebut yang diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan.
7. Pemotongan Pajak adalah salah satu bentuk teknik pengumpulan pajak yang
mempercayakan pemungutan pajak kepada pihak ketiga.
8. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian
atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan
suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain
yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam
jabatan negeri.
9. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu
tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur.
56
55
Buku Saku Pajak Bagi Bendahara di Lingkungan Bawaslu Tahun 2017
10. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja L epas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja,
jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang
diminta oleh pemberi kerja.
11. Penerima Penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama
dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai
imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi
penghasilan.
12. Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu,
termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,
pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
13. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurangan terhadap penghasilan
bruto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam
menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus
dibayar wajib pajak di Indonesia.
14. Biaya J abatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang diterima dari pemberi kerja oleh setiap pegawai tetap tanpa memandang kedudukan
atau jabatan.
15. Biaya Pensiun adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi
penerima pensiun dalam perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterimanya.
16. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan
objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
17. Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut undang-
undang bea meterai menjadi objek bea meterai.
57
56