Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

LEPTOSPIROSIS

Untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Profesi Keperawatan Stase


Keperawatan Keluarga

DISUSUN OLEH :

Mahmasoni Masdar

16/420987/KU/20172

DOSEN PENDAMPING :

Dwi Harjanto, S.Kp., M.Sc

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
LEPTOSPIROSIS

I. Latar Belakang
Leptospirosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia, khususnya di negara-negara yang beriklim tropis dan
subtropis. WHO menyebutkan kejadian Leptospirosis di negara
subtropis berkisar antara 0,1 – 1,0 kejadian tiap 100.000 penduduk
setiap tahun. Sedangkan di negara tropis berkisar antara 10,0 –
100,0 kejadian tiap 100.000 penduduk setiap tahun. Tingginya curah
hujan menyebabkan penularan Leptospirosis lebih cepat terjadi di
negara beriklim tropis (WHO, 2003) .
Widarso HS dan Wilfried (2002) menyebutkan bahwa Indonesia
merupakan negara tropis dengan angka mortalitas tinggi, yaitu
peringkat ketiga dunia setelah China dan India. Secara umum angka
kematian Leptospirosis di Indonesia mencapai 2,5 - 16,5 persen
pertahun. Sedangkan pada usia lebih dari 50 tahun angka kematian
mencapai 56,0 persen dari total angka kematian Leptospirosis setiap
tahunnya.
Di Indonesia, Leptospirosis tersebar antara lain di provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Barat.
Leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang bersumber
dari tikus. Penyakit ini juga tergolong dalam emerging disease yang
erat hubungannya dengan meningkatnya populasi global, frekuensi
perjalanan dan mudahnya transportasi domestik dan mancanegara,
perubahan teknologi kesehatan dan produksi makanan, perubahan pola
hidup dan tingkah laku manusia, pengembangan daerah baru sebagai
hunian manusia dan munculnya patogen baru akibat mutasi dan
sebagainya.
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans
yang patogen pada manusia dan hewan. Penyakit ini juga telah menjadi
penyakit endemik di beberapa wilayah di Indonesia. Beberapa
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kejadian Leptospirosis
berkaitan dengan faktor lingkungan, baik lingkungan abiotik maupun
biotik. Komponen lingkungan abiotik yang diduga merupakan faktor
risiko kejadian Leptospirosis antara lain adalah indeks curah hujan,
suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, pH air, pH tanah,
badan air alami, riwayat banjir dan riwayat rob. Sedangkan
lingkungan biotik yang diduga merupakan faktor risiko kejadian
Leptospirosis di Indonesia antara lain adalah vegetasi, keberhasilan
penangkapan tikus (trap succes) dan prevalensi Leptospirosis pada
tikus.
Namun, pola perilaku masyarakat merupakan faktor lain yang
tidak dapat diabaikan karena mendukung peningkatan kasus
leptospirosis. Tipe agent, host, lingkungan, dan karakteristik kasus
Leptospirosis sifatnya bervariasi di setiap daerah. Oleh karena itu
diperlukan metode khusus dan sistem kewaspadaan dini untuk mencegah
penularan leptospirosis di lingkungan outbreak Leptospirosis.

II. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, Keluarga dapat mengerti mengenai
penyakit leptospirosis.
B. Tujuan Khusus
Setelah pertemuan 1x30 menit, peserta dapat :
a. Memahami pengertian Penyakit Leptospirosis
b. Mengetahui faktor resiko Penykit Leptospirosis
c. Mengetahui tanda gejala Penyakit Leptospirosis

III. Sasaran dan Target


A. Sasaran : Keluarga Tn. E
B. Target : Tn. E dan keluarga

IV. Strategi Pelaksanaan


A. Metode
Ceramah dan diskusi
B. Isi/materi penyuluhan
Terlampir
C. Waktu dan tempat
a. Tanggal : Rabu, 14 Februari 2018
b. Waktu : 14.00 – 14.30 WIB
c. Tempat : Rumah Tn. E
D. Setting Tempat

: Klien

: keluarga

: mahasiswa

E. Media
Leaflet (terlampir)
F. Susunan acara
No Waktu Kegiatan Penyampai
1. 14.00–14.05 - Pembukaan Mahasiswa
- Perkenalan
- Penyampaian maksud dan tujuan
2. 14.05-14.20 Penyampaian materi Mahasiswa
- Menjelaskan tentang
pengertian Leptpspirosis
- Menjelaskan faktor resiko
Leptospirosis
- Menjelaskan tentang tanda dan
gejala Leptospirosis

3. 14.20-14.25 Diskusi & Tanya Jawab Mahasiswa


4. 14.25-14.30 Penutup Mahasiswa
- Menyimpulkan materi
- Salam

G. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi persiapan
1) Satuan Acara Pembelajaran sudah dibuat sebelum
kegiatan dimulai
2) Materi telah disiapkan
3) Media telah disiapkan
4) Tempat telah disiapkan
5) Kontrak waktu telah disepakati
6) Mahasiswa hadir tepat waktu
b. Evaluasi proses
1) Mahasiswa mengkoordinir kegiatan penyuluhan kemudian
dilakukan evaluasi
2) Keluarga mengikuti proses dari awal sampai selesai
c. Evaluasi hasil
Evaluasi kognitif
Klien dapat mengulangi kembali materi yang telah
disampaikan.
Evaluasi afektif
Klien menyatakan kesediaaan melakukan pencegahan PJK.

H. Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis
http://www.info-kes.com/2013/05/leptospirosis.html
Priyanto, A, (2006). Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian Leptospirosis.dari
http://eprints.undip.ac.id/6320/1/Agus_Priyanto.pdf.
Lampiran
Definisi Leptospirosis

Penyakit Leptospirosis merupakan infeksi bakteri yang


disebabkan oleh strain Leptospira. Penyakit ini paling sering
ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang dengan luka terbuka
di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah
terkontaminasi air kencing hewan - bakteri juga dapat memasuki tubuh
melalui mata atau selaput lendir. Hewan yang umum menularkan infeksi
kepada manusia adalah tikus, musang, opossum, rubah, musang kerbau,
sapi atau binatang lainnya. Karena sebagian besar di Indonesia
Penyakit ini ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular
disebut penyakit kencing tikus.

Meskipun lebih umum di daerah tropis, daerah perkotaan non-tropis


dengan tingkat sanitasi rendah juga menemui lebih banyak kasus,
terutama selama bulan-bulan musim panas dan musim gugur. Sebagian
besar daerah perkotaan yang terkena merupakan kota-kota besar di
negara berkembang.

o Apa penyebab Leptospirosis?


Leptospira, golongan bakteri, dapat hidup dalam tubuh tikus, babi,
sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar
dan tupai. Mereka mendiami ginjal dan dikeluarkan ketika hewan
tersebut buang air kecil, dan menginfeksi tanah atau air.
Kontaminasi tersebut dapat bertahan dalam tanah atau air selama
berbulan-bulan.

Manusia dapat terinfeksi melalui:

 Minum air yang terkontaminasi


 Melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar dan
memiliki luka terbuka di kulit
 Mata, hidung atau mulut melakukan kontak dengan air atau tanah
yang tercemar
 Melakukan kontak dengan darah hewan yang terinfeksi (kurang
umum)
Manusia tidak umum terinfeksi Leptospira, akan tetapi umumnya wabah
dapat muncul ketika ada banjir. Manusia jarang menginfeksi manusia
lain, tetapi mungkin melakukannya selama hubungan seksual atau
menyusui.

o Apa saja tanda dan gejala Leptospirosis?

Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan dapat digambarkan oleh


pasien, seperti nyeri, sedangkan tanda adalah sesuatu yang orang
lain bisa deteksi, seperti ruam.

Tanda-tanda dan gejala Leptospirosis biasanya muncul tiba-tiba,


sekitar 7 sampai 14 hari setelah seseorang terinfeksi, dan dalam
beberapa kasus, tanda dan gejala tersebut mungkin muncul sebelum
atau sesudahnya.

o Tanda dan gejala Leptospirosis ringan:

 Menggigil
 Batuk
 Diare
 Sakit kepala, bisa datang tiba-tiba
 Demam tinggi
 Nyeri otot, khususnya punggung bawah dan betis
 Mual
 Hilang nafsu makan
 Mata merah dan iritasi
 Nyeri Kulit

Pasien biasanya membaik dalam waktu satu minggu tanpa pengobatan.


Sebagian kecil dari mereka tidak membaik, dan akan menderita
Leptospirosis berat.

Tanda dan gejala Leptospirosis berat


Tanda dan gejala ini akan muncul beberapa hari setelah gejala
Leptospirosis ringan telah menghilang. Tanda dan gejala tergantung
pada organ vital yang telah terpengaruh.

o Tanda dan gejala ketika jantung, hati dan ginjal yang


terkena

 Kelelahan
 Detak jantung tidak teratur, seringkali cepat
 Nyeri otot
 Mual
 Mimisan
 Nyeri di dada
 sesak nafas
 Hilang nafsu makan
 Tangan, kaki atau mata kaki membengkak
 Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
 Putih mata, lidah dan kulit menguning (jaundice)

Pasien yang tidak diobati bisa mengalami gagal ginjal yang


mengancam jiwa.

o Tanda dan gejala ketika otak yang terkena


Meningitis mengacu pada infeksi pada lapisan luar otak, sedangkan
ensefalitis mengacu pada infeksi jaringan otak. Tanda-tanda dan
gejala bagi meningitis dan ensefalitis adalah serupa, dan dapat
mencakup:

 Ruam merah muncul pada kulit. Ketika ditekan, tidak berubah


warna atau memudar
 Kebingungan atau disorientasi
 Mengantuk
 Kejang
 Demam tinggi
 Mual
 Fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya)
 Masalah dengan gerakan fisik
 Leher kaku
 Pasien tidak dapat berbicara
 Muntah
 Agresivitas, atau berperilaku tidak biasa

Meningitis atau ensefalitis yang tidak diobati dapat mengakibatkan


kerusakan otak serius, dan dapat mengancam nyawa.

o Tanda dan gejala ketika paru-paru yang terkena


Tanda dan gejala ini adalah yang paling serius dan mengancam nyawa.
Hilangnya fungsi paru-paru, ketika pasien tidak bisa bernapas adalah
kondisi fatal.

Tanda dan gejalanya dapat meliputi:

 Demam tinggi
 Sesak nafas
 Batuk darah - dalam kasus yang parah, akan ada begitu
banyak darah sehingga menyebabkan pasien tersedak.

o Jenis Leptospirosis

Ada dua jenis utama Leptospirosis:


Leptospirosis ringan - pasien mengalami nyeri otot, menggigil dan
mungkin sakit kepala. 90% dari kasus Leptospirosis tergolong jenis
ini.
Leptospirosis berat - dapat mengancam jiwa. Ada risiko kegagalan
organ dan pendarahan internal. Jenis Leptospirosis ini terjadi
ketika bakteri menginfeksi ginjal, hati dan organ utama lainnya.
Para ahli tidak yakin mengapa beberapa pasien terserang bentuk yang
parah sementara yang lain tidak. Pada beberapa kasus, orang yang
sudah sangat sakit, seperti mereka yang menderita pneumonia, anak-
anak balita, dan orang lanjut usia lebih cenderung untuk menderita
Leptospirosis yang parah.

 Dimana Leptospirosis terjadi?

Seperti disebutkan di atas, Leptospirosis lebih umum terjadi di


daerah tropis, tetapi juga dapat terjadi di pemukiman miskin di
kota-kota besar negara berkembang yang tidak berada di daerah
tropis. Ketika kasus Lepospirosis terjadi, biasanya cenderung
bersifat sporadis.
Leptospirosis merupakan penyakit global, tetapi lebih sering terjadi
pada daerah tropis dan subtropics, Karen bakteri tumbuh subur di
lingkungan panas dan lembab.
Berikut adalah area/negara/benua yang dikenal memiliki insiden
tertinggi Leptospirosis: Afrika, India, Cina, Amerika Tengah,
Brasil, Karibia, Asia Tenggara, dan Rusia Selatan. Kasus infeksi
juga dilaporkan di beberapa hotspot wisata berikut: Selandia Baru,
Australia, Hawaii, dan Barbados.

Setelah banjir, wabah besar Leptospirosis sering muncul. Menurut


WHO (World Health Organization), sekitar 10 juta orang diperkirakan
terserang Leptospirosis setiap tahun. Tingkat kematian penyakit ini
sulit untuk dihitung, karena Leptospirosis cenderung terjadi di
beberapa bagian dunia dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang
sangat mendasar yang tidak secara rutin melaporkan banyak penyebab
kematian.

Perubahan iklim, termasuk meningkatnya kejadian banjir di seluruh


dunia, membuat kemungkinan kejadian Leptospirosis global akan
meningkat. WHO percaya angka kematian Leptospirosis mungkin antara
5% sampai 25% dari pasien yang terinfeksi. Ini tidak berarti bahwa
orang yang terinfeksi dengan akses ke pelayanan kesehatan yang tepat
memiliki risiko kematian yang sama.

Cara Penularan Leptospirosis


Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing,
kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di
Indonesia, penularan paling sering melalui tikus. Air kencing tikus
terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui
permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Bisa
juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urin
tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum
manusia.
Saat masuk ke ginjal, kuman akan melakukan migrasi ke interstitium,
tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial
dan nekrosis tubular. Ketika berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya
disebabkan karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi
dan peningkatan permeabilitas kapiler. Pada gangguan hati, akan
tampak nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer, yang
terjadi karena disfungsi sel-sel hati. Leptospira juga dapat
menginvasi otot skletal dan menyebabkan edema (bengkak), vacuolisasi
miofibril, dan nekrosis lokal.

Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas


kapiler dapat menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemi sirkulasi.
Dalam kasus berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler.
Gangguan paru adalah mekanisme sekunder dari kerusakan pada alveolar
and vaskular interstisial yang mengakibatkan hemoptu. Leptospira
juga dapat menginvasi cairan humor (humor aqueus) mata yang dapat
menetap dalam beberapa bulan, seringkali mengakibatkan uveitus
kronis dan berulang.

Meskipun kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang berat tetapi


lebih sering terjadi self limiting disease dan tidak fatal. Sejauh
ini, respon imun siostemik dapat mengeliminasi kuman dari tubuh,
tetapi dapat memicu reaksi gejala inflamasi yang dapat
mengakibatkan secondary end-organ injury.

Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa


inkubasi leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di
aliran darah, bakteri ini bisa menyebar ke seluruh tubuh dan
mengakibatkan gangguan khususnya hati dan ginjal.

Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air, sungai,


danau, selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan
seperti tikus, umumnya terjadi saat banjir. Wabah leptospirosis
dapat juga terjadi pada musim kemarau karena sumber air yang sama
dipakai oleh manusia dan hewan. Sedangkan untuk penularan secara
langsung dapat terjadi pada seorang yang senantiasa kontak dengan
hewan (peternak, dokter hewan). Penularan juga dapat terjadi melalui
air susu, plasenta, hubungan seksual, pecikan darah manusia
penderita leptospira meski kejadian ini jarang ditemukan.

Bagaimana Diagnosa Leptospirosis?

Pada tahap awal, Leptospirosis ringan akan sulit untuk didiagnosa,


karena gejalanya mirip dengan flu dan infeksi umum lainnya. Prosedur
diagnostik flu biasanya tidak baik untuk mengidentifikasi
Leptospirosis.

Bila ada kemungkinan Leptospirosis berat, barulah tes diagnostik


yang ditargetkan baru dilakukan. Dokter mungkin akan bertanya apakah
pasien pernah berenang di sebuah danau, kolam, kanal atau sungai.
Pasien harus memberitahu dokter tentang segala kegiatan yang terjadi
di rumah pemotongan, pertanian, perawatan hewan, atau apa pun yang
mungkin dapat menjadi sebab kontak dengan air kencing atau darah
hewan. Jika dokter ingin mengkonfirmasi Leptospirosis, serangkaian
tes darah dan urin akan diperintahkan.

o Pencegahan Leptospirosis
Para ahli mengatakan bahwa untuk pencegahan Leptospirosis, mereka
yang rutin melakukan aktivitas di air tawar harus memastikan bahwa
setiap luka dikulit harus ditutupi dengan berpakaian tahan air (juga
untuk melindungi terhadap infeksi lain, seperti hepatitis A atau
giardiasis). Setelah berenang di daerah air tawar, harus mandi
secara menyeluruh.
Pencegahan di tempat kerja

Bagi mereka yang selalu melakukan kontak dengan hewan, atau air atau
tanah yang berpotensi terkontaminasi harus memastikan mereka memakai
pakaian pelindung yang sesuai dengan aturan, seperti mengenakan
sarung tangan, masker, sepatu boot dan/atau kacamata pelindung.

Perjalanan ke negara-negara lain


Di daerah di mana Leptospirosis adalah umum, jangan berenang di air
tawar, dan hanya melakukan kontak dengan air tawar jika mengenakan
pakaian yang cukup melindungi. Minumlah air kemasan bersegel, atau
air tawar yang direbus. Pastikan setiap lesi kulit terbungkus dalam
pakaian tahan air. Jika terluka, segera perban dan bersihkan.

Anggota tim penyelamat atau personel militer di zona bencana


disarankan minum antibiotik sebagai tindakan pencegahan
(profilaksis).

o Apa saja pilihan pengobatan untuk Leptospirosis?


o Leptospirosis akut
Dokter mungkin meresepkan 5 sampai 7 hari saja antibiotik
tetrasiklin.
o Leptospirosis berat
Pasien perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik
intravena. Tergantung pada organ yang terkena, alat bantu
pernapasan mungkin diperlukan untuk membantu pernapasan,
seperti juga mungkin dialysis diperlukan jika ginjal yang
terkena. Cairan intravena juga diperlukan untuk hidrat pasien
dan memberikan nutrisi penting.

Rawat inap dapat berkisar dari hanya beberapa minggu sampai


beberapa bulan. Sebagian besar durasi tinggal di Rumah Sakit
tergantung pada bagaimana pasien merespon pengobatan
antibiotik, dan seberapa parah organ mereka terpengaruh atau
rusak.

Anda mungkin juga menyukai