Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi, dalam suatu
perusahaan terdapat berbagai macam sifat biaya yang dapat dikelompokkan kedalam biaya
tetap (fixed cost). biaya variabel (variable cost) dan biaya semi variabel (semi variable
cost). oleh karena itu, dengan menyusun anggaran variabel diharapkan dapat teridentifikasi
bagaimana dan sejauh mana masing-masing jenis biaya akan terpengaruh oleh aktivitas
atau kegiatan perusahaan.
Anggaran variabel diutamakan untuk merencanakan biaya-biaya tidak langsung.
karena biaya ini tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas perusahaan. dengan
demikian, terjadinya aktivitas perusahaan tidak akan secara langsung mempengaruhi besar
kecilnya biaya tersebut. oleh karena itu anggaran variabel merupakan suatu perencanaan
mengenai skedul biaya yang mennunjukkan bagaimana tiap-tiap biaya akan berubah
sehubungan dengan perubahan tingkat kegiatan untuk waktu yang akan datang
dalam Relevant range tertentu.
Dengan demikian, Anggaran variabel menjadi rumus atau petunjuk yang
mempedomani bagaimana setiap elemen biaya akan berubah sehubungan dengan adanya
perubahan dalam volume, output atau tingkat kegiatan perusahaan. Hubungan tersebut
ditunjukkan dalam suatu Relevant range, yakni suatu interval batas berlakunya anggaran
variabel yang disusun. Ditetapkannya interval tersebut mengingatkan bahwa biaya-biaya
tetap dalam jangka panjang bisa berubah. Anggaran variabel digunakan sebagai alat
pengawasan yang dinamis, sehingga dapat dengan mudah menghitung expenses
allowance atau adjusted expensed budget pada berbagai tingkat kegiatan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sehingga
permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Apa pengertian Anggaran variabel?
2) Apa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan Anggaran variabel?
3) Bagaimana penyusunan Anggaran variabel?
4) Apa manfaat Anggaran variabel?
C. Tujuan dan Manfaat penulisan
1. Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
1) Untuk mengetahui Anggaran variabel
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan
Anggaran variabel
3) Untuk mengetahui penyusunan Anggaran variabel
4) Untuk mengetahui manfaat Anggaran variabel

2. Manfaat Penelitian:
a. Manfaat Teoritis
1) Bagi penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan dapat mengetahaui serta mempelajari
masalah-masalah yang terkait dengan Anggaran variabel.
2) Bagi pembaca
Diharapkan makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi
pembaca dan menyediakan informasi terkait dengan Anggaran variabel.
3) Bagi akademisi
Diharapkan makalah ini dapat memperkaya bahan kepustakaan dan mampu
memberikankontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan
Penganggaran Perusahaan, khususnya untuk memahami anggaran variabel
dalam proses penyusunan anggaran.

b. Manfaat Praktis (Bagi Perusahaan)


Sebagai bahan informasi perusahaan tentang anggaran variabel, Diharapkan
makalah ini dapat memberikan kontribusi untuk menerapkan sistem
anggaran yang efektif sebagai alat bantu manajemen dalam
memotivasi dan mengevaluasi kinerja perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anggaran Variabel


Anggaran variabel diutamakan untuk merencanakan biaya-biaya tidak langsung.
karena biaya ini tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas perusahaan. dengan
demikian, terjadinya aktivitas perusahaan tidak akan secara langsung mempengaruhi besar
kecilnya biaya tersebut. Anggaran variable merupakan suatu perencanaan mengenai skedul
biaya yang mennunjukkan bagaimana tiap-tiap biaya akan berubah sehubungan dengan
perubahan tingkat kegiatan untuk waktu yang akan datang dalam relevant range tertentu.
Anggaran variable adalah anggaran yang disusun berdasarkan
interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran
yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat (kegiatan) yang berbeda. (M.Nafarin, 2007;31).
Anggaran variable adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci
tentang tingkat perubahan(tingkat variabilitas) biaya, terutama biaya-biaya tidak langsung,
sehubungan pada aktivitas perusahaan dari waktu ke waktu selama periode yang akan
datang. (Drs. M. Munandar, 2001;223)
Perinsip dasar dari Anggaran variabel adalah konsep variabilitas biaya (cost
variability) dimana biaya dapat dihubungkan dengan tingkat kegiatan. Atas dasar konsep
inilah biaya dapat dikatagorikan menjadi biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel.
Anggaran variabel dapat mengidentifikasi masing-masing jenis biaya karena perubahan
tingkat kegiatan perusahaan yang bersangkkutan.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Anggaran variabel ialah anggaran yang merencanakan tingkat perubahan (tingkat
variabilitas) biaya, terutama biaya-biaya tidak langsung, sehubungan dengan perubahan
aktivitas perusahaan dari waktu ke waktu delama periode yang akan datang.
Anggaran variabel biasanya ditunjukkan dengan skedul biaya yang menyatakan
bagaimana biaya akan berubah dengan perubahan volume, output dan aktivitas.
2.2 Kegunaan Anggaran Variabel
Secara umum, Anggaran variabel digunakan sebagai alat pengawasan yang dinamis,
sehingga dapat dengan mudah menghitung expenses allowance atau adjusted expensed
budget pada berbagai tingkat kegiatan. sedangkan secara khusus, anggaran variabel
berguna untuk:
a. dasar perhitungan anggaran pada suatu departemen.
b. dasar perhitungan biaya yang ditargetkan, apabila rencana kegiatan dalam
departemen direvisi (diperbaiki).

2.3 Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan Anggaran Variabel:


A. Penentuan satuan kegiatan
Tingkat kegiatan dalam suatu perusahaan harus dinyatakan dalam satuan
kegiatan (activity base), misalnya:
 Jam mesin langsung (direct machine hour)
 Jam kerja langsung (direct labor hour)
 Jam reparasi langsung (direct repair hour)
 Kilo watt per jam (kilo watt per hour).
Pemilihan suatu kegiatan harus mennunjukkan hubungan yang betul-betul kuat
antara biaya dengan tingkat kegiatan. bila tidak maka analisa variabilitas biaya tidak
berguna. dalam pemilihan suatu kegiatan, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan.
Kriterian Yang harus diperhatikan dalam pemilihan satuan kegiatan :
a. Satuan kegiatan harus mudah dipahami dan di terima
b. Satuan kegiatan harus mampu menunjukan atau mengukur naik turunya tingkat
kegiatan yang disebabkan oleh naik turunnya biaya
c. Satuan kegiatan hendaknya sekecil mungkin dipengaruhi oleh faktor – faktor
variabel yang lain selain output dan tingkat kegiatan.

B. Penentuan Relevant Range


Relevant range adalah suatu interval yang dinyatakan dengan tingkat output tertentu, dimana
anggaran variabel yang bersangkutan masih dapat dipakai atau masih berlaku. Relevant
range perlu ditentukan karena biaya tetap(fixed cost) dan biaya variabel per unit dapat
berubah pada tingkat output tertentu, sehingga biaya-biaya ini harus dihubungkan
dengan Relevant range tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran variable budget menurut Drs. M.
Munandar adalah:
1. Untuk biaya upah (gaji) tenaga kerja tidak langsung, banyak dipengaruhi oleh sistem
pembayaran upah yang berlaku di perusahaan:
a. Apabila perusahaan memakai sistem upah menurut waktu, maka upah tenaga kerja
langsung tersebut merupakan biaya tetap(fixed cost), karena besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh aktifitas perusahaan.
b. Apabila perusahaan memakai sistem upah menurut unit hasil (output), maka upah
tenaga kerja tidak langsung tersebut merupakan biaya variabel (variable cost),
karena besar kecilnya tergantung pada aktifitas perusahaan, yang dinyatakan dalam
bentuk unit hasil (output).
c. Apabila perusahaan menggunakan sistem upah insentif, maka upah kerja tidak
langsung tersebut merupakan biaya semi-variabel, karena sebagian dari upah
tersebut mempunyai sifat tetap(unsur tetap), dan sebagian lagi berupa insentif
mempunyai sifat variabel( unsur variabel).

2. Untuk biaya bahan baku dipengaruhi oleh :


a. Teknologi proses produksi yang dimiliki dan dipakai oleh perusahaan.
b. Sifat atau tingkah laku biaya bahan baku tersebut, dalam kaitannya dengan teknologi
proses produksi yang dimiliki perusahaan.
c. Kondisi mesin-mesin dan peralatan yang dimiliki oleh perusahaan.

3. Untuk biaya pemeliharaan aktiva tetap (gedung,mesin,alat-alat, dan sebagainya) banyak


dipengaruhi oleh:
a. Kondisi aktiva tetap yang bersangkutan ditinjau dari sudut teknologis.
b. Kondisi aktiva tetap yang bersangkutan ditinjau dari sudut umur pemakaiannya.

4. Untuk biaya listrik,banyak dipengaruhi oleh:


a. Peraturan yang berlaku dan dikeluarkan oleh PLN.
b. Kenutuhan tenaga listrik dari masing-masing mesin dan peralatan yang dimiliki
perusahaan.

5. Untuk beban depresiasi aktiva tetap, banyak dipengaruhi oleh:


a. Harga(nilai) pembelian aktiva tetap yang bersangkutan.
b. Umur ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan.
c. Nilai residu(salvage-value) aktiva tetap yang bersangkutan.
d. Metode depresiasi yang dipakai oleh perusahaan.
6. Untuk biaya promosi banyak dipengaruhi oleh :
a. Jenis produk yang akan dijual oleh perusahaan.
b. Keadaan persaingan di pasar.
c. Penguasaan pasar.
d. Tersedianya modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

2.4 Metode pemisahan komponen fixed dan variabel


Tersedia beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya unsur
biaya tetap dan biaya variabel yang terkandung dalam biaya semi variabel yaitu:
1. Metode Langsung, yaitu didasarkan atas hasil penelitian dipabrik atau atas dasar
analisis terhadap data historis yang dilengkapi dengan interprestasi keputusan
manajemen yang ada kaitannya dengan data historis yang bersangkutan.
2. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (High and Low Point Method). yaitu dengan
cara memisahkan komponen biaya tetap dan variabel dengan perhitungan
interpolasi di antara dua macam volume output atau tingkat kegiatan yang berbeda.
3. Metode statistika, yaitu dengan menggunakan regresi linier, Analisis ini
menghubungkan data biaya dengan data output dari waktu-waktu yang lalu,
sehingga dapat diketahui bagaimana biaya-biaya akan berubah sehubungan dengan
perubahan polume output berdassarkan persamaan yang terbentuk. hasil taksiran
yang diperoleh dapat dijadikan dasar perkiraan pada waktu yang akan datang dalam
kaitannya dengan hubungan perubahan volume dengan perubahan biaya.

2.5 Perencanaan Laba Jangka Pendek


Pada bahasan pokok perencanaan laba jangka pendek dijelaskan tentang
penyusunan anggaran dalam perencanaan laba, beberapa cara yang dapat
dilaksanakan dalam perencanaan laba, perencanaan laba untuk perusahaan yang
menjual bermacam produk, dan analisis pemilihan mesin dalam hubungannya dengan
kapasitas penggunaan
1. Penyusunan Anggaran dalam Perencanaan Laba
Perencanaan laba dalam penyusunan anggaran laba rugi menggunakan metode
penghargapokokan variable (Variable Costing) sangat bermanfaat dalam pembuatan
rencana jangka pendek.
Sebagai Ilustrasi perencanaan laba jangka pendek digunakan PT Iqra tahun
2016 sebagai berikut:

Biaya Bahan Baku Per Unit Rp. 1.000


Biaya Tenaga Kerja Langsung Per Unit Rp. 1.100
Biaya Overhead Pabrik Variabel Per Unit Rp. 1.380
Biaya Usaha Variabel Per Unit Rp. 50
Biaya Variabel Per Unit Rp. 3.530

Biaya Tetap Per Triwulan Rp. 2.350.000


Harga Jual Per Unit Rp. 5.530

Rumus Perencanaan laba dengan menggunakan persamaan akunting sebagai berikut:

Jualan = Biaya Tetap + Biaya Variabel + Laba

Rp. 5.530 = Rp. 2.350.000 + Rp. 3.530 + 0


Rp. 5.350 – Rp. 3.530 = Rp. 2.350.000
Rp. 2.000 = Rp. 2.350.000
= 1.175 Unit

Berdasarkan rumus tersebut dapat dibuat rumus jualan dalam unit sebagai berikut:

Jualan Dalam Unit = Biaya Tetap + Laba


Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel Per Unit
= Rp. 2.350.000 + 0
Rp. 5.530 – Rp. 3.530
= 1.175 Unit

Artinya, Bila perusahaan menjual 1.175 unit, maka perusahaan ada pada keadaan
Break Even Point yaitu dimana perusahaan memperoleh laba 0(nol), jika perusahaan
menjual kurang dari 1.175 unit, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Misalnya perusahaan menjual 350 unit maka, perusahan akan mengalami kerugian
sebesar Rp. 1.650.000

Rp. 5.530 = Rp. 2.350.000 + Rp. 3.530 – Rp. 1.650.000


Rp. 2.000 = Rp. 700.000
= 350 Unit
Jika perusahaan menginginkan laba sebesar Rp. 1.650.000

Rp. 5.530 = Rp. 2.350.000 + Rp. 3.530 + Rp. 1.650.000


Rp. 2000 = Rp. 4.000.000
= 2.000 Unit

Maka perusahaan tersebut harus menjual sebanyak 2.000 unit


Rumus jualan dalam uang (Rp) adalah sebagai berikut:

Jualan Dalam Uang (Rp) = Biaya Tetap + Laba


1– Biaya Variabel
Jualan

Perhitungan tersebut dibuktikan dengan perhitungan laba rugi pada tabel dibawah ini

PT Iqra

Anggaran Laba Rugi Variabel

Kapasitas 350 Unit – 2.000 Unit

(Selisih Kapasitas 825 Unit)

Tiap Triwulan Tahun 2016

KETERANGAN PER UNIT Berbagai Tingkat


Jualan
350 Unit 2.000 Unit
1.175 unit
Jualan Rp. 5.530 Rp. 1.935.500 Rp. 6.497.750 Rp. 11.060.000

Biaya Variabel Rp. 3.530 Rp. 1.235.500 Rp.4.147.750 Rp. 7.060.000

Margin Rp. 2.000 Rp. 700.000 Rp. 2.350.000 Rp. 4.000.000


Kontribusi
Biaya Tetap Rp. 2.350.000 Rp. 2.350.000 Rp. 2.350.000

Laba (Rugi) (Rp. Rp. 0 Rp. 1.650.000


1.650.000)
Pada tabel di atas, dapat dibuat grafik titik impas (Break Even Point) seperti gambar di
bawah

11.060
Laba Rp. 1.650.000

Biaya Variabel Rp. 7.060.000


Rp 4.147.750

6.940
Titik Impas
Total Biaya Rp. 9.410.000

2.350
1.935 Biaya Tetap Rp. 2.350.000

0 350 1.175 2.000

Rugi Rp. 1.650.000

2. Beberapa Cara Yang Dapat Dilakukan Dalam Perencanaan Laba


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam perencanaan laba, yaitu;

a. Mengurangi Biaya Tetap


b. Mengurangi Biaya Variabel
c. Mengurangi Harga Jual Per Unit
d. Meningkatkan Unit Yang Dijual
3. Perencanaan Laba Untuk Menjual Bermacam Produk
Rumus perencanaan laba yang telah dikemukakan terdahulu dapat diterapkan
apabila perusahaan menjual satu jenis produk saja. Bila perusahaan menjual lebih
dari satu produk maka dapat digunakan rumus berikut.

Jualan (Dalam Unit) = Biaya Tetap + Laba


(MKa x Pa) + (MKb x Pb) + (MKn x Pn)
MK = Margin Kontribusi
P = Proporsi jualan yang direncanakan ata produk a,b,…,n
Syarat berlakunya rumus di atas bila kombinasi harga jual (sales mix) dan unit yang
terjual (product mix) tidak berubah
Misalkan perusahaan pabrik jamu selama sebulan tersedia 130 jam kerja langsung
292,5 ons bahan baku jamu, serta biaya tetap sebulan Rp. 35.000. perusahaan ini
memproduksi 2 jenis produk dengan data produk seperti dibawah ini

Untuk Membuat Satu Produk


Unit Diperlukan A B
Jam Kerja Langsung 1jam 2jam
Bahan Baku 3ons 4ons
Harga Jual Per Unit Rp. 1.000 Rp. 2.000
Biaya Variabel Per Rp. 750 Rp. 1000
Unit
Margin Kontribusi Per Rp. 250 Rp. 1.000
Unit

Dari data tabel di atas perusahaan ingin mengetahuin jumlah masing-masing produk
yang diproduksi agar memperoleh laba maksimal

Secara matematika (Program Linear) batasan jam kerja langsung dan bahan baku yang
dipakai untuk produk a dan b sebagai berikut.

1 a + 2 b = 130
1. a artinya untuk membuat produk a per unit memerlukan waktu 1 jam, tetapi
maksimal 130 jam sebulan
2. b artinya untuk membuat produk b per unit memerlukan waktu 2 jam, tetapi
maksimal 130 jam sebulan

3 a + 4 b = 292,5
1. a artinya untuk membuat produk a per unit memerlukan bahan baku 3 ons,
tetapi maksimal 292,5 ons per bulan
2. b artinya untuk membuat produk b per unit membutuhkan bahan baku 4 ons,
tetapi maksimal 292,5 ons per bulan.
Laba maksimal adalah margin kontribusi maksimal dikurang biaya tetap. Mergin
kontribusi maksimal bila batas maksimal jam kerja langsung sebulan 130 jam tidak
terlampaui, tetapi dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Di samping itu, batas maksimal
bahan baku sebulan juga tidak terlampaui. Agar margin kontribusi maksimal, maka
produksi dari masing-masing produk diperhitungkan sebagai berikut

1 a + 2 b = 130

3 a + 4 b = 292,5

3 a + 6 b = 390
3 a + 4 b = 292,5
2 b = 97,5
b = 97,5 : 2 = 48,75

1 a + 2 (48,75) = 130
a = 130 – 2(48,75)
a = 32,50

dengan demikian bila produksi produk a sebanyak 32,50 dan produk b sebanyak 48,75
unit maka laba maksimal dengan perhitungan laba rugi seperti tabel dibawah

Produk Kuantitas Harga Per Jualan Biaya Biaya Margin Rasio MK


Unit Variabel Variabel Kontribusi
Per Unit
A 32,50 Unit Rp. 1.000 Rp. 32.500 Rp. 750 Rp. 24.375 Rp. 8.125 25,00%

B 48,75 Unit Rp. 2.000 Rp. 97.500 Rp. 1.000 Rp. 48.750 Rp. 48.750 50,00%

Jumlah 81,25 Unit Rp. 130.000 Rp. 73.125 Rp. 56.875 43,75%
BIAYA TETAP Rp. 35.000

LABA MAKSIMUM Rp. 21.875

Rasio Margin Kontribusi (MK) produk a dan b dihitung sebagai berikut:


Produk a = Rp. 8.125 : Rp. 32.500 = 25,00%
Produk b = Rp. 48.750 : Rp. 97.500 = 50,00%
Produk a & b = Rp. 56.875 : Rp. 130.000 = 43,75%

Pada tabel di atas tampak laba maksimal Rp. 21.875. Dikatakan demikian bila
diproduksi sebulan produk a sebanyak 32,50 unit dan produk b 48,75 unit, karena:

a. dalam sebulan jam kerja langsung 130 jam dan bahan baku 292,50 ons tidak
terlampaui
b. Dalam sebulan dipakai secara penuh 130 jam tenaga kerja langsung dan bahan
baku 292,50 ons sebagaimana tadi di atas
Misalkan dalam sebulan di produksi produk a sebanyak 32,50 dan produk b sebanyak
50 maka laba yang diperoleh dihitung sebagai berikut:

Jualan Produk a 32,50 Unit x Rp. 1.000 = Rp. 32.500

b 50 Unit x Rp. 2.000 = Rp. 100.000

Rp. 132.500

Biaya Variabel Produk a 32,50 Unit x Rp. 750 = Rp. 24.375

b 50 Unit x Rp. 1.000 = Rp. 50.000

Rp. 74.375
Produk a 32,50 Unit dan produk b 50 unit memiliki laba Rp. 23.125
Produk a 32,50 Unit dan produk b 48,75 unit memiliki laba Rp. 21.875
Selisih Laba Rp. 1.250

Dengan produksi seperti di atas memang labanya akan menjadi lebih besar (Rp. 1.250),
tetapi, dengan bertambahnya Produksi pada bahan baku b tadi, maka bahan baku yang
terpakai menjadi 297,50 dan tenaga kerja langsung sebanyak 132,50 jam dengan
perhitungan sebagai berikut:

3a+4b 1a+2b
3 (32,50) + 4 (50) 1 (32,50) + 2 (50)
97,50 + 200 = 297,50 ons 32,50 + 100 = 132,50 Jam

Jam tenaga kerja langsung dan bahan baku melampaui batas (130 jam dan 292,50).
Laba Rp. 23.125 sebulan memang lebih besar daripada Rp. 21.875, trtapi tidak mungkin
dapat dicapai karena perusahaan tidak menyediakan jam kerja sebanyak 132,50 jam
dan bahan baku sebanyak 297,50 ons
Berdasarkan perhitungan laba maksimal pada tabel tadi, bila sebulan di produksi dan
dijual produk sebanyak:
A 32,50 Unit x Rp. 1.000 = Rp. 32.500
B 48,75 Unit x Rp. 2.000 = Rp. 97.500
81,25 Unit Rp. 130.000
Kemudian dihitung kombinasi unit terjual dan kombinasi harga jual sebagai berikut.

Kombinasi unit terjual produk : a = 32,50 : 81,25 = 40%


b = 48,75 : 81,25 = 60%

kombinasi harga jual produk : a = 32.500 : 130.000 = 25%


b = 97.500 : 130.000 = 75%
untuk memperoleh laba Rp. 7.000 per bulan perusahaan pabrik jamu harus menjual
dalam unit barang sebagai berikut
Rp. 35.000 + Rp. 7.000
(Rp. 250 x 40%) + (Rp. 1.000 x 60%)
= 60 Unit
Bukti :
Jualan Produk a = 40% x 60 Unit = 24 Unit
B = 60% x 60 Unit = 36 Unit
60 Unit
Perhitungan Laba Rugi:
Jualan Produk a = 24 x Rp, 1.000 = Rp. 24.000
b = 36 x Rp. 2.000 = Rp. 72.000
Rp. 96.000
Biaya Variabel Produk
Produk a = 24 x Rp. 750 = Rp. 18.000
b = 36 x Rp. 1.000 = Rp. 36.000
Rp. 54.000
Margin Kontribusi Rp. 42.000
Biaya Tetap Rp. 35.000
Laba Rp. 7.000

Dengan demikian kombinasi harga jual produk a = Rp. 24.000 : Rp. 96.000 = 25% dan
produk b = Rp. 72.000 : Rp. 96.000 = 75%. Kombinasi harga jual produk a 25% dan b
75% sama dengan yang ditemukan tadi, a = Rp. 32.500 : Rp. 130.000 = 25% dan b =
Rp. 97.500 : Rp. 130.000 = 75%

Bila perusahaan ingin mengetahui tingkat jualan impas (bep) maka dapat dihitung
sebagai berikut

Rp. 35.000 + 0
(Rp. 250 x 40%) + (Rp. 1.000 x 60%)
= 50 Unit

Dengan demikian, kombinasi unit terjual produk :

a = 40% x 50 Unit = 20 Unit


b = 60% x 50 Unit = 30 Unit
50 Unit

Adapun kombinasi harga jual untuk produk

a = 20 Unit x Rp. 1.000 = Rp. 20.000 atau 25%


b = 30 Unit x Rp. 2.000 = Rp. 60.000 atau 75%
Rp. 80.000 atau 100
Titik jualan impas sebesar Rp. 80.000 seperti perhitungan tersebut dapat juga dihitung
sebagai berikut

Tingkat Jualan Impas = Biaya Tetap = Rp. 35.000


Rasio Margin Kontribusi Total Rp.56.875 : Rp. 130.000

= Rp. 35.000 = Rp. 80.000


43,75%

Perusahaan dikatakan dalam keadaan impas (laba = 0) pada tingkat jualan 50 Unit.
Yaitu produk a sebesar 20 Unit dan b sebesar 30 Unit dapat dibuktikan sebagai berikut.

Jualan Produk a = 20 Unit x Rp. 1.000 = Rp. 20.000


Biaya Variabel Produk a = 20 Unit x Rp. 750 = Rp. 15.000
Margin Kontribusi Produk a= Rp. 5.000

Jualan Produk b = 30 Unit x Rp. 2.000 = Rp. 60.000


Biaya Variabel Produk b = 30 Unit x Rp. 1.000 = Rp. 30.000
Margin Kontribusi Produk b= Rp. 30.000

Margin Kontribusi Produk a dan b = Rp. 35.000


Biaya Tetap Rp. 35.000
Laba Rp. 0 Impas

Bila data harga jual per unit dan kuantitas produk terjual tidak diketahui, maka
pergitungan laba ruginya sebagai berikut
Total Produk a Produk b

Jualan Rp. 80.000 Rp. 20.000 Rp. 60.000


Biaya Variabel Rp. 45.000 Rp. 15.000 Rp. 30.000

Margin Kontribusi Rp. 35.000 Rp. 5.000 Rp. 30.000


Biaya Tetap Rp. 35.000

Laba 0 (Impas)

Untuk menghitung biaya variabel produk a Rp. 15.000 dan produk b Rp. 30.000 dihitung
sebagai berikut

Biaya Variabel baru = (Jualan baru : Jualan lama) x Biaya Variabel lama

Anda mungkin juga menyukai