Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
XII IPS 3
KALIWATES-JEMBER
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di sela-sela puing kehancuran akibat Perang Dunia II, muncullah dua negara adidaya yang
saling berhadapan. Mereka berebut pengaruh terhadap negaranegara yang sedang
berkembang agar menjadi sekutunya. Dua negara adidaya itu ialah Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Persaingan kekuatan di antara dua blok itu mengakibatkan terjadinya Perang Dingin
(the Cold War). Mereka saling berhadapan, bersaing, dan saling memperkuat sistem
persenjataan. Setiap kelompok telah mengarahkan kekuatan bomnya ke negara lawan.
Akibatnya, situasi dunia tercekam oleh ketakutan akan meletusnya Perang Dunia III atau
Perang Nuklir yang jauh lebih mengerikan dibandingkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Menghadapi situasi dunia yang penuh konflik tersebut, Indonesia menentukan sistem politik
luar negeri bebas aktif. Prinsip kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia tersebut ternyata
juga sesuai dengan sikap negara-negara sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka
sepakat untuk membentuk suatu kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat
ataupun Blok Timur. Kelompok inilah yang nantinya disebut kelompok negara-negara Non
Blok. Dengan demikian faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya Gerakan Non Blok
adalah sebagai berikut.
1.) Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur
di bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
2.) Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara
berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
3.) Ditandatanganinya “Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito
(Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir),
bertujuan mempersatukan negara-negara non blok.
4.) Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba
secara besar-besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
Akhirnya pada tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia dan
Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya
mengupas secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan “barat”. Pertemuan ini
disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi
Bandung. Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Berdirinya Gerakan Non Blok
Pada tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia dan Afrika
bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas
secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan “barat”. Pertemuan ini disebutkan
pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi Bandung.
Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok.
B. Tokoh
Berdirinya Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement) diprakarsai oleh para
pemimpin negara dari Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab–Mesir
(Presiden Gamal Abdul Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru),
Yugoslavia (Presiden Joseph Broz Tito), dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah).
visi dan misi baru yang harus dimiliki adalah: lebih berperan untuk perdamaian, keadilan dan
kemakmuran bersama di abad 21, mempromosikan demokrasi dan good governance, dan
kemakmuran yang dicapai adil dan inklusif. Dikemukakan Presiden SBY
C. Keanggotaan GNB
Pada waktu berdirinya, GNB hanya beranggota 25 negara. Setiap diselenggarakan
KTT anggotanya selalu bertambah, sebab setiap negara dapat diterima menjadi anggota GNB
dengan memenuhi persyaratan. Adapun syarat menjadi anggota GNB adalah sebagai berikut:
1) menganut politik bebas dan hidup berdampingan secara damai;
2) mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan nasional;
3) tidak menjadi anggota salah satu pakta militer Amerika Serikat atau Uni Soviet.
D. Faktor Pendorong berdirinya dan tujuan berdirinya GNB (Gerakan Nonblok)
mengenyahkan kolonialisme.
2) Terjadinya perang dingin dan ketegangan dunia akibat persaingan antara blok Barat dan
blok Timur.
4) Pada tahun 1961 terjadi pertemuan di Kairo sebagai persiapan KTT 1 GNB.
Menolak pendirian basis militer negara super power di wilayah masing-masingPrinsip dasar
dan tujuan GNB adalah mempersatukan Negara – Negara yang tidak ingin beraliansi dengan
Negara – Negara adidaya peserta perang dingin yaitu USA da Uni Sovyet. Mewujudkan
pedamaian dunia berdasarkan prinsip universal tentang kesamaan kedaulatan, hak dan
martabat Negara – Negara di dunia, menghormati Hak Asasi Manusia dan kemerdekaan
perbedaan warna kulit, dan segala bentuk ekspansi, dominasi, serta menolak segala
pemusatan kekuasaan.
b) ikut berusaha mewujudkan suatu tatanan ekonomi dunia baru (TEBD) sehingga terdapat
hubungan kerja sama saling menguntungkan antara negara maju dan negara sedang
berkembang.
GNB sebagai suatu gerakan yang memiliki visi dan misi yang sangat baik pada masa perang
dipertanyakan ke-relevansiannya. Karena melihat kondisi dunia dimana sudah tidak ada lagi
dua blok yang mendominasi kekuatan didunia. Untuk memunculkan eksistensi nya kembali
GNB mulai melakukan konferensi untuk membuat suatu gerakan sehingga keberadaan GNB
dapat tetap ada dan tidak hilang begitu saja. Karena GNB sendiri sangat berperan dan
memiliki manfaat yang sangat besat kepada anggotanya. Dengan adanya GNB ini menolong
Negara-negara di Asia dan Afrika lepas dari kolonialisme dan dapat merdeka. Sayang
rasanya bila hal ini harus hilang begitu saja karena masih banyak yang dapat dilakukan
sekarang ini untuk menuju dunia yang lebih baik. Dan kita tau GNB dipimpin orang-orang
yang ahli maka kita akan terus menunggu gebrakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Indonesia pernah menjadi ketua GNB (1992-95), saat ini menjadi ketua NAM CSSTC (Non-
Aligned Movement Center for South-South Technical Cooperation) di Jakarta; dan pelopor
kemitraan strategis baru Asia-Afrika melalui KAA 2005. Indonesia juga menjadi ketua
Working Group on Disarmament di GNB dan berperan aktif dalam isu pelucutan senjata
internasional.
Dengan berakhirnya sistem bipolar, muncul keragu-raguan peran GNB. Dalam KTT ke-10
GNB di Jakarta tahun 1992 dibawah keketuaan Indonesia, sebagian besar ketidakpastian dan
keragu-raguan mengenai peran dan masa depan GNB berhasil ditanggulangi. Jakarta
Message, sebagai hasil KTT, menyatakan bahwa yang dibutuhkan GNB bukan hanya agenda
bagi Selatan (negara berkembang) , namun juga dialog -- bukan konfrontasi -- dengan Utara.
GNB merupakan forum untuk itu.
Dalam kerangka GNB, Indonesia juga memberikan andil yang cukup signifikan dalam
membantu upaya-upaya rekonstruksi dan rehabilitasi di Bosnia Herzegovina dengan
menyumbang sebesar US$ 8,075 juta, termasuk bantuan rakyat Indonesia melalui Majelis
Ulama Indonesia sebesar US$ 3 juta.
Indonesia juga berperan aktif mendukung perjuangan rakyat Palestina. Komite Palestina
GNB (Komite-9) dalam KTM ke-12 GNB di New Delhi, 1997, telah memasukkan Indonesia
sebagai anggota ke-10 Komite Palestina GNB. Dalam kaitan ini, Menlu RI bersama delegasi
tingkat menteri Komite Palestina GNB tersebut, telah berkunjung ke Palestina pada 2 Juni
2002 sebagai ekspresi solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina yang tengah
menghadapi kepungan pasukan Israel di Ramallah. Selain itu, Indonesia juga turut berperan
aktif dalam membantu upaya-upaya penyelesaian masalah lainnya seperti Irak, Afghanistan
dan Semenanjung Korea.
A. Kesimpulan
Maka dari penjelasan dan pemaparan makalah di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
gerakan non blok punya faktor-faktor misi dan keinginan tersendiri dari setiap negara yang
menjadi anggota gerakan non blok. di samping itu gerakan non blok juga punya tujuan dan
peranan penting bagi dunia dengan ingin meredakannya ketegangan yang terjadi setelah
perang dunia II antara blok timurdan blok barat dengan dibantu dari negara negara yang
memiliki keinginan sama untuk meredakan ketegangan dunia salah satunya India, Republik
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan dan penelitian ini,baik dari isi maupun penulisannya. untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa saya harapkan demi penyempurnaan