Anda di halaman 1dari 11

1.

PENDAHULUAN

Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya dituntut adanya pertukaran
informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan telekomunikasi menjadi
sangat penting. Telekomunikasi sebagai wahana bagi pertukaran informasi akan semakin
memperhatikan aspek kualitas jasa. Selain itu perkembangan di bidang dunia informasi saat ini
begitu cepat, baik dilihat dari isi maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

Masyarakat dunia informasi menyadari hal tersebut sehingga mereka berupaya keras menciptakan
infrastruktur yang mampu menyalurkan informasi secara cepat, artinya mereka sangat
membutuhkan jaringan telekomunikasi yang memiliki kualifikasi sebagai information superhighway.
Hal tersebut di atas telah menimbulkan suatu kondisi persaingan yang sangat ketat di antara
perusahaan-perusahaan telekomunikasi, yang tingkat persaingannya tidak lagi domestik, tetapi
bersifat internasional. Sehingga untuk dapat memenangkan persaingan tersebut, tentu diperlukan
suatu strategi yang tepat dan penerapan yang baik. Dalam hal ini, kami mencoba menganalisis
Indosat sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yang menyediakan jasa
telekomunikasi internasional, sebagai bahan studi.

Dengan pertimbangan, Indosat dikenal sebagai perusahaan yang mempunyai kinerja yang cukup baik
dan terbukti dengan penghargaan Asia Money Awards 1996 ( Best Managed Company : Best Investor
Relations, Best Strategy, and Management), SWA Best CEO Awards 1997, ISO 9002 Certification
1997, dan beberapa penghargaan lainnya. Dalam paparan ini akan dicoba dibahas mengenai profil,
misi, visi, filosofi, posisi keuangan, kondisi lingkungan , dan strategi perusahaan, terutama yang
menyangkut kondisi terkini yang sedang di alami perusahaan dalam krisis ekonomi yang melanda
Indonesia.

1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan pada tahun 1967 sebagai anak perusahaan
yang dimiliki secara penuh oleh International Telephone and Telegraph Corporation (ITT). Tahun
1969, Indosat memulai operasi komersialnya dan telah menjadi penyedia utama jasa telekomunikasi
internasional di Indonesia, menghubungkan Indonesia secara langsung ke hampir 252 negara dan
tujuan di seluruh dunia. Bisnis utama Indosat adalah menyediakan jasa switched dan non-switched
telekomunikasi internasional. Indosat ditugaskan pemerintah Indonesia untuk membangun,
mentransfer, dan mengoperasikan selama 20 tahun sebuah stasiun bumi Intelsat di Indonesia untuk
mengakses penggunaan kapasitas Intelsat di satelit Indian Ocean Region (IOR). Tahun 1980, ITT
menjual Indosat kepada pemerintah Indonesia. Setelah transfer, Indosat menjadi Badan Usaha Milik
Negara dalam bentuk Perseroan Terbatas, dan menjadi satu-satunya penyedia jasa telekomunikasi
internasional di Indonesia. Pada waktu itu, Pemerintah Indonesia mentransfer kepemilikan fasilitas
Indosat kepada Indosat. Tahun 1982, dalam rangka memisahkan secara efektif jaringan
telekomunikasi domestik dan internasional, seluruh kepemilikan Perumtel pada kabel bawah laut
internasional dan gerbang serta operator internasionalnya di Jakarta ditransfer ke Indosat dan
Indosat mentransfer aset tertentu yang berhubungan dengan telekomunikasi domestik ke Perumtel.
Pada bulan Oktober 1994, Indosat menyelesaikan initial global public offering saham-sahamnya.
Saham-saham tersebut diperdagangkan baik di Bursa Efek Jakarta maupun New York Stock
Exchange.

2. Misi, Visi, dan Filosofi Perusahaan

2.1 Misi Perusahaan

Setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih kepemilikan seratus persen saham PT. Indosat dari
the American Cable and Television Corporation (ITT/ACR) pada tanggal 31 Desember 1980,
kemudian dirumuskanlah misi baru Indosat pada tahun 1981, yang didasarkan pada suatu
pandangan untuk mentransformasikan Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang bersih dan
sukses.

Indosat mendefinisikan misi perusahaan tersebut sebagai berikut:

Menyediakan jasa terbaik pada konsumen

Memberikan hasil terbaik kepada pemegang saham

Mempertahankan dan meningkatkan citra terbaik perusahaan

2.2 Visi Perusahaan

Saat Indosat akan go public ke bursa saham dunia pada tahun 1994, dilakukan redefinisi visi
perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan trend global dalam sektor telekomunikasi dan
memperhitungkan strategi dari perusahaan telekomunikasi kelas dunia.

Indosat mendefinisikan tujuan yang hendak diraih yang tertuang dalam visi perusahaan sebagai
berikut:

Mempertahankan kepemimpinan pasar dalam jasa telekomunikasi internasional di Indonesia

Dengan masuknya pemain baru seiring berakhirnya monopoli sebagai penyedia jasa telekomunikasi
internasional, Indosat harus berjuang untuk memimpin pasar dengan: 1) mempertahankan pangsa
pasar dominan, dan 2) menyediakan jasa yang terbaik, baik dalam kualitas dan jangkauan produk
dan jasa.

Memperkuat posisinya sebagai perusahaan telekomunikasi berkelas dunia


Adanya kecendrungan di sektor telekomunikasi menuju swastanisasi perusahaan negara dan
dibukanya pasar dunia, yang mengakibatkan masuknya pemain asing dalam industri domestik,
menuntut Indosat untuk dapat bersaing dengan perusahaan multinasional. Dengan strategi untuk
memasuki pasar global diharapkan dapat: 1) meningkatkan nilai perusahaan melalui ekspansi bisnis ,
dan 2) meningkatkan citra perusahaan yang memperkuat posisinya di Indonesia.

Menjadi pemain global dalam industri telekomunikasi dunia

Dalam rangka mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar dan menjadi pemain global,
Indosat menaikkan standard sesuai dengan standard yang digunakan oleh perusahaan
telekomunikasi multinasional, sebagai operator telekomunikasi global.

2.3. Filosofi Perusahaan

Perkembangan jasa telekomunikasi internasional di Indonesia yang cepat, seiring pertumbuhan


permintaan pada jasa dan jangkauan jasa telekomunikasi, menuntut dipenuhinya kepuasan
pelanggan sebagai kunci sukses dalam era kompetisi. Untuk memenuhi hal tersebut, Indosat
menerapkan suatu filosofi yang dikenal dengan “Kami Lebih Peduli” atau lebih populer dengan “We
Care More”.

3. ANALISA EKSTERNAL PERUSAHAAN

3.1.Lingkungan Umum / Remote Environment

Lingkungan ini adalah suatu tingkatan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-
faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya di luar dan terlepas
dari operasi perusahaan.

Faktor Ekonomi

Krisis moneter yang kemudian disusul dengan tejadinya krisis ekonomi telah membuat terpuruknya
perekonomian Indonesia. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar secara drastis dan
fluktuatif, banyak menyulitkan perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang terutama diakibatkan
pinjaman luar negeri yang besar. Hancurnya sektor keuangan khususnya perbankan dan tingkat suku
bunga yang sangat tinggi mencapai 70% telah membuat dunia usaha kesulitan untuk mendapatkan
kredit yang memadai untuk mengembangkan usahanya. Krisis ini diperburuk dengan terjadinya krisis
kepercayaan, yang mengakibatkan terjadinya penolakan letter of credit oleh pihak luar negeri.
Kontraksi ekonomi yang diperkirakan mencapai 13% ditahun 1998 ini, inflasi yang tinggi (menurut
data BPS dalam periode Januari-September 1998 inflasi telah mencapai 75%), banyaknya PHK, dan
pada gilirannya memperbesar jumlah penduduk miskin. Dengan turunnya pendapatan riel
masyarakat maka daya beli masyarakat melemah. Semua masalah diatas sangat menyulitkan bagi
dunia usaha di Indonesia saat ini.

Faktor Sosial

Kemajuan ekonomi yang pernah terjadi selama periode 1969-1996, telah banyak merubah keadaan
sosial di Indonesia. Jasa telekomunikasi pada saat ini telah menjadi kebutuhan pokok bagi
masyarakat, baik untuk dunia usaha maupun di luar dunia usaha. Keberhasilan program Keluarga
Berencana juga telah merubah keadaan demografi Indonesia. Jumlah penduduk usia produktif akan
terus meningkat, yang tentunya akan semakin banyak memerlukan jasa telekomunikasi dalam
kegiatannya . Hal-hal diatas merupakan peluang bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa
telekomunikasi.

Faktor Politik

Keadaan politik dalam negeri yang masih belum stabil pada saat ini, sedikit-banyak cukup
mempengaruhi kegiatan ekonomi nasional. Disusunnya beberapa Undang-Undang, seperti: UU
Kepailitan, yang berpengaruh pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan; dan UU
Persaingan Sehat, untuk bisnis yang bersih, yang ditujukan untuk menghapus praktek monopoli atau
pun kartel. Khusus untuk jasa telekomunikasi internasional, pemerintah tetap memberikan
komitmen untuk mempertahankan duopoli Indosat-Satelindo hingga tahun 2003. Dengan akan
berakhirnya duopoli tersebut, maka diperlukan kesiapan dalam menghadapi munculnya pendatang
baru.

Faktor Teknologi

Teknologi telekomunikasi merupakan teknologi yang cepat berkembang, seiring dengan


berkembangnya industri elektronika dan komputer. Trend teknologi telekomunikasi ini semakin ke
arah teknologi digital, semakin besar kapasitas, semakin sederhana perangkatnya, perluasan daya
jangkau, keamanan dan privacy lebih baik, personalitas dan penambahan fasilitas yang lain. Evolusi
teknologi telekomunikasi saat ini mempunyai kecenderungan untuk beralih via radio, optik atau
satelit.

Faktor Ekologi

Pada saat ini dunia bisnis semakin dituntut tanggung-jawabnya terhadap lingkungan. Industri
telekomunikasi telah mencoba membuat produk yang ramah lingkungan, dan bagi sektor jasa
telekomunikasi relatif tidak menghasilkan limbah sama sekali.

3.2. Lingkungan Industri

Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan
komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung
terhadap operasionalisasi perusahaan.

Menurut Michael Porter dalam bukunya Competitive Strategy, keadaan persaingan dalam suatu
industri tergantung lima kekuatan persaingan pokok, yaitu:
1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Bisnis pertelekomunikasian merupakan bisnis yang dinamik, menarik, multi aspek,dan pelopor dalam
ekspansi global. Di sisi lain pelbagai bukti empirik secara tak langsung telah membuktikan bahwa
sektor telekomunikasi merupakan sektor bisnis yang paling diminati oleh perusahaan multi nasional
dalam kerangka ekspansi dan globalisasinya Ini terjadi baik dalam rangka swastanisasi maupun
dalam konteks aliansi strategis antar pelaku di negara maju maupun dalam ekspansi ke negara
berkembang. Berdasarkan kebijakan pemerintah struktur pasar jasa telekomunikasi sudah diatur
sedemikian rupa sehingga perusahaan-perusahaan yang akan masuk dalam industri ini akan
mengalami kesulitan.

Modal yang dibutuhkan untuk memasuki industri ini sangat besar, mengingat mahalnya teknologi
yang digunakan dan biaya pembangunan jaringan yang luas. Sehingga yang dapat masuk ke industri
ini adalah pengusaha-pengusaha bermodal besar ataupun perusahaan-perusahaan raksasa yang
telah mapan.

Jadi dengan kondisi tersebut di atas, maka kecil kemungkinannya pendatang baru untuk dapat
memasuki industri ini, karena banyaknya barrier to entry, yang sengaja dibuat agar tidak
meruntuhkan pemain yang sudah ada.

2. Kekuatan tawar-menawar pembeli

Jumlah pelanggan telekomunikasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yang pada akhir
Pelita VIII (2009) diproyeksikan mencapai 21 juta saluran telepon dengan rasio 9 per seratus orang.
Kalau dibandingkan misalnya padatahun 1996 Swedia (tertinggi dunia) sudah mencapai 68 per
seratus orang, dan hongkong 54 per seratus orang.

Pelanggan di Indonesia pada umumnya tidak mempunyai daya tawar yang cukup kuat terhadap jasa
telekomunikasi dasar ataupun jasa sambungan langsung internasional, karena tidak punya pilihan
sarana telekomunikasi. Dan untuk jasa sambungan bergerak, pelanggan memang cukup banyak
pilihan , tetapi hanya terbatas pada pilihan tertentu dan kurang bisa memuaskan pelayanan atas
jasanya.

Jadi melihat hal di atas jelas potensi pasar jasa telekomunikasi cukup besar dan meningkat dari
tahun ke tahun , apalagi di Indonesia banyak potensi pelanggan yang belum digarap.

3. Kekuatan tawar-menawar pemasok

Industri telekomunikasi banyak memakai kabel serat optik, tidak saja untuk jaringan darat, tapi juga
di laut. Dengan kemajuan teknologi yang sudah sedemikian pesat, jaringan kabel lama (tembaga)
sudah tidak memadai lagi baik untuk mengakomodasi data maupun informasi. Sebenarnya produsen
kabel serat optik dalam negeri telah mampu memasok kebutuhan nasional. Namun demikian,
hampir sekitar 90% kebutuhan kabel serat optik dalam negeri masih diimpor dari luar negeri,
sehingga bergantung pada produsen luar negeri. Kondisi daya tawar perusahaan telekomunikasi
Indonesia tidak terlalu lemah, karena pemasoknya terdiri dari banyak perusahaan. Akan tetapi jika
terjadi fluktuasi dan pelemahan nilai tukar mata uang dalam negeri, hal ini yang menjadi bumerang
terhadap perusahaan.
4. Ancaman dari barang atau jasa pengganti

Telekomunikasi merupakan wahana yang menghubungkan manusia satu dengan manusia lainnya
melalui berbagai media telekomunikasi. Sesuai dengan fungsinya tersebut maka jika kita
identifikasikan ada beberapa jasa pengganti yang dapat mengambil alih fungsi tersebut dari jasa
telekomunikasi, misalnya: jasa transportasi, jasa pos, jasa pers, dan internet. Dari beberapa macam
jasa pengganti, berdasarkan kelebihan dan kelemahannya, maka kecendrungan pelanggan akan
tetap menggunakan jasa telekomunikasi dalam hal kecepatan dan kemudahan berkomunikasi.

5. Persaingan di antara perusahaan yang ada

Kondisi persaingan industri telekomunikasi Indonesia dipengaruhi oleh aturan mengenai struktur
dan bentuk kerjasama antara perusahaan swasta dan BUMN, sesuai dengan UU No 3/1989, adalah
sebagai berikut: Perusahaan swasta dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar melalui
kerjasama patungan, kerjasama operasi, dan kontrak manajemen dengan PT Telkom dan PT Indosat.

3.3. Lingkungan Operasi

Lingkungan ini meliputi faktor-faktor pada situasi kompetitif yang mempengaruhi sukses perusahaan
dalam mendapatkan sumber daya atau dalam keuntungan pemasaran barang dan jasa perusahaan.

Posisi Kompetitif

Posisi kompetitif Indosat cukup kuat, sebagai pemimpin pasar, dan hanya menghadapi satu pesaing
pada bisnis telekomunikasi internasional yaitu Satelindo. Selain itu juga didukung rangkaian produk
dan jasa yang luas, kapasitas dan produktivitas yang memadai, periklanan, dan yang cukup penting
citra perusahaan.

Profil Pelanggan

Pelanggan dari Indosat meliputi rumah tangga dan kalangan bisnis. Dalam hal ini pemakai utama dari
telekomunikasi internasional adalah kalangan bisnis, yang banyak digunakan untuk keperluan usaha.
Terpuruknya perekonomian Indonesia yang banyak memacetkan sejumlah besar bisnis, mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan volume pemakaian telekomunikasi internasional.

Pemasok

Peralatan-peralatan yang digunakan untuk pengadaan telekomunikasi internasional, merupakan


peralatan yang bermuatan teknologi tinggi. Sehingga, sebagian besar peralatan tersebut
didatangkan melalui pemasok luar negeri. Walaupun posisi daya tawar Indosat cukup kuat,
mengingat culup banyaknya jumlah pemasok, namun penurunan nilai tukar Rupiah sangat
mempengaruhi besarnya dana yang diperlukan untuk mendatangkan peralatan tersebut. Namun,
pendapatan Indosat yang sebagian besar dalam bentuk Dollar, seperti pendapatan incoming call,
cukup membantu.

Kreditor
Dilihat dari struktur kredit-modal, terlihat bahwa Indosat mempunyai struktur yang berimbang, atau
antara modal dan kredit jumlahnya sama. Dalam hal ini, mengingat kemampuan Indosat dalam
menghasilkan keuntungan maupun asset yang dimilikinya, tidaklah terlampau sulit bagi indosat
untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor pada jumlah yang memadai.

Sumber Daya Manusia

Indosat mempunyai SDM yang cukup baik, 40% komposisinya berpendidikan S-1 ke atas. Selain itu
didukung dengan program pelatihan berjenjang sesuai posisinya untuk meningkatkan keahlian.

4. ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN

4.1. Analisa SWOT

Strength:

Kekuatan Indosat antara lain terdapat pada: hak duopoli yang dimilikinya, pengalaman mengelola
bisnis telekomunikasi internasional, kekuatan manajemen dan budaya perusahaan, rangkaian
produk dan jasa yang luas, teknologi yang mutakhir pada peralatannya, kualitas produk dan jasa,
serta citra perusahaan yang baik.

Weakness:

Kelemahan Indosat antara lain terdapat pada: kurangnya kebiasaan bersaing secara ketat akibat
kenikmatan hak duopoli yang dimilikinya, rentannya likuiditas perusahaan akibat besarnya
kewajiban yang dimilikinya, dan diversifikasi yang berlebihan seperti pada perusahaan anak dan
afiliasi yang kurang menguntungkan.

Oppurtunities:

Peluang bagi Indosat antara lain: besarnya pasar domestik yang belum tergarap, perluasan usaha
baru yang melingkupi bisnis inti yang cukup menguntungkan, dan bisnis telekomunikasi global yang
cukup menjanjikan.

Threat:

Ancaman bagi Indosat antara lain: masuknya pendatang baru terutama dari luar negeri sehubungan
akan berakhirnya hak duopoli, kompetisi global yang memasuki pasar domestik, dan krisis ekonomi
yang melanda Indonesia.

4.2. Grand Strategy

Adaptasi pada perubahan lingkungan yang cepat dalam telekomunikasi telah menjadi critical factor
bagi Indosat. Peningkatan kompetisi, perubahan teknologi, dan aliansi strategi global , di antara
kesemuanya, sedang membentuk pasar telekomunikasi yang akan datang.

Dalam menanggapi tantangan-tantangan baru tersebut Indosat telah membangun cetak biru
pertumbuhan, dikenal sebagai Grand Strategy Indosat 2000:
Jasa Telekomunikasi Internasional Dasar akan tetap menjadi core business Indosat

Peranan regional dan internasional yang telah meningkat sejak 1994

Jasa selular dan sistem satelit bergerak saat ini sedang diperluas melalui perusahaan selular lokal
dan konsorsium internasional

Jasa bernilai-tambah yang meliputi telekomunikasi pada saat ini, integrasi sistem dan informasi
multimedia dan hiburan yang melengkapi dan menambah nilai dari jasa core Indosat

4.3. Growth Strategy

Indosat berusaha mempertahankan keberadaannya sebagai pemimpin pasar untuk jasa


telekomunikasi internasional di Indonesia, memposisikan dirinya sebagai perusahaan telekomunikasi
berkelas-dunia, dan menjadi pemain global dalam industri telekomunikasi dunia. Hal ini dicapai
melalui Strategi Bisnis “1-plus-3″ yang mencoba:

“1″ Membangun jasa telekomunikasi internasional melingkupi central core business

Lalu-lintas telekomunikasi internasional Indosat di transmisikan melalui satelit internasional, sistem


kabel bawah laut, dan sambungan gelombang mikro, yang kesemuanya menggunakan teknologi
digital mutakhir termasuk protokol multimedia canggih. Indosat mengoperasikan empat gerbang
internasional di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Batam dimana lalu-lintas melewati dari Indonesia ke
seluruh dunia, dan sebaliknya. Setelah membangun akses ke satelit yang cukup melalui sembilan
stasiun bumi di empat lokasi gerbang melintang Indonesia, Indosat pada saat ini memperluas
aksesnya ke kabel serat optik digital bawah laut dengan bergabung ke konsorsium kabel regional dan
dunia. Ini semua adalah bagian dari program perluasan yang didesain untuk meningkatkan kapasitas,
memperbaiki kualitas, dan menyediakan jasa baru untuk memenuhi perubahan permintaan
konsumen.

Partisipasi dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi domestik

Indosat memandang investasinya pada infrastruktur telekomunikasi domestik selain sebagai alat
untuk memperluas pasar jasa telekomunikasi internasional, juga sebagai sumber pendapatan baru
untuk perusahaan. Dua ventura utama Indosat pada lapangan ini adalah PT Mitra Global
Telekomunikasi Indonesia sebagai pemegang lisensi operator telekomunikasi di daerah Jawa Tengah,
PT Pramindo Ikat Nisantara di Sumatra, dan PT Telekomunikasi Selular Indonesia (Telkomsel),
perusahaan join-ventura jasa GSM selular bergerak.

Meningkatkan peranannya dalam telekomunikasi regional dan internasional

Indosat memulai proyek internasional, melibatkan join-ventura dengan mendasarkan sebagaimana


membangun carriers telekomunikasi internasional. Tujuan utamanya adalah meningkatkan lalu-
lintas internasional melalui gerbang perusahaan, memperoleh pendapatan langsung dari proyek dan
mendapatkan tambahan keahlian dari pembukaan internasional. Sampai sekarang, Indosat terikat
dengan berbagai proyek telekomunikasi termasuk join-ventura dengan entitas telekomunikasi yang
bersangkutan dari Kamboja dan Kazakstan dan investasi ekuitas pada jasa selular berbasis PHS di
Jepang sebagaimana di USA Global Link dan Alphanet Telecom Inc. Keduanya adalah pemain utama
carrier telekomunkasi. Sebagai tambahan, Indosat telah bergabung dengan aliansi internasional
seperti Concert and World Partners dan telah ditunjuk sebagai gerbang bagi Sistem Bergerak Global
Inmarsat, SAN ICO melayani kawasan Asia Tenggara.

Mengambil diversifikasi terbatas pada bisnis komplementer

Indosat juga mencoba untuk mendiversifikasi pada daerah di mana keahlian perusahaan dalam
telekomunikasi dapat dipergunakan untuk mengoptimumkan efek seperti pada jasa bernilai tambah
yang melengkapi bisnis core perusahaan. Jasa –jasa ini tersedia melalui perusahaan anak dan pada
saat ini meliputi beberapa jasa pertukaran data elektronik, bank elektronik, multimedia , dan
internet

Dengan strategi perusahaan “1+3″, Indosat akan menjadi perusahaan yang merupakan “penyedia
jasa penuh” dan “pemimpin bisnis multimedia”.

4.4. Analisa Strategi Bisnis Indosat Menghadapi Krisis Ekonomi

Sehubungan dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, Indosat mengalami masa yang sulit
sejak awal 1998 ketika Rupiah terdepresiasi secara drastis. Banyak bisnis di Indonesia yang
mengalami kemacetan karena kondisi makro ekonomi, instabilitas politik, dan gejolak sosial.
Dilengkapi dengan krisis moneter, situasi ini mempengaruhi pertumbuhan permintaan jasa
telekomunikasi internasional di Indonesia. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan
volume lalu-lintas lebih lambat, yang memaksa Indosat untuk : lebih berhati-hati dalam kegiatan
operasi dan manajemen arus kas terutama mata uang asing, sehubungan komitmen investasi yang
jatuh waktu.

Namun demikian tampaknya krisis ekonomi tersebut tidak menurunkan keuntungan Indosat,
melainkan menurunkan pertumbuhannya saja. Selama Januari hingga September 1998, incoming
dan outgoing calls menigkat masing-masing 4,1% dan 10,3% dari periode sebelumnya. Pertumbuhan
yang lamban dari incoming traffic disebabkan turunnya kegiatan bisnis internasional sebagai bagian
dari situasi nilai tukar rupiah dan instabilitas politik, menyusul kerusuhan Mei di Jakarta. Indosat
masih memproyeksikan pertumbuhan positif lalu-lintas telepon. Pendapatan operasi meningkat
45,6% sedangkan beban operasi meningkat 33%.

Sebagai strategi bisnis dalam menghadapi krisis ekonomi ini, Indosat menerapkan kebijakan, antara
lain:

Selalu mencari cara yang paling ekonomis menurunkan beban pembelanjaan pada mata uang asing

Indosat mengurangi biaya sirkuit dengan menggunakan lebih banyak sirkuit kabel bawah laut
ketimbang satelit, yang pada saat ini mencapai 74% dari total bandwith.
Melakukan kebijakan konservatif menyangkut situasi krisis ekonomi Indonesia

Pengalokasian hutang tak tertagih yang cukup besar, meningkat 88,4% dari tahun sebelumnya.

Menerapkan kebijakan likuiditas yang berhati-hati

Biaya telekomunikasi dan beban perawatan meningkat sebagai dampak melemahnya Rupiah.
Namun dalam hal ini pertumbuhan beban operasi diupayakan lebih rendah dari pendapatan operasi,
serta meningkatkan profit margin.

Melindungi fundamental dasar Indosat dari pengaruh kinerja negatif anak perusahaan

Untuk menghindari dampak dari kinerja negatif anak perusahaan, maka dilakukan program
restrukturisasi diversifikasi bisnis, yang akan memperbaiki posisi keuangan perusahaan dalam jangka
pendek dan sesuai dengan strategi jangka panjang.

Dilihat dari hasil-hasil yang dicapai pada kuartal ketiga seperti yang disebutkan di atas, sejauh ini
Indosat cukup tepat dalam memilih strategi bisnis maupun penerapannya guna menghadapi krisis
ekonomi yang melanda Indonesia pada saat ini, yang tentunya harus sesuai dengan strategi jangka
panjang Indosat seperti yang tertuang dalam Grand Strategy dan Growth Strategy untuk
mewujudkan Indosat sebagai perusahaan yang merupakan “penyedia jasa penuh” dan “pemimpin
bisnis multimedia”.

5. Kesimpulan

Setelah menganalisis data-data dan informasi sebelumnya, maka bisa ditarik beberapa kesimpulan
mengenai manajemen strategi Indosat, yaitu:

Strategi yang tepat diperlukan dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat dalam industri
telekomunikasi, yang tingkat persaingannya tidak lagi domestik, tetapi bersifat internasional.

Indosat mempunyai kinerja yang cukup baik dalam menghasilkan keuntungan, namun mempunyai
posisi yang rentan menyangkut likuiditasnya.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia mempunyai dampak yang cukup dirasakan oleh Indosat,
walaupun tidak mempengaruhi kenaikan pendapatan namun mengalami penurunan.

Indosat cukup tepat dalam memilih strategi bisnis menghadapi krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada saat ini, yang sesuai dengan strategi jangka panjang Indosat seperti yang tertuang
dalam Grand Strategy dan Growth Strategy untuk mewujudkan Indosat sebagai perusahaan yang
merupakan “penyedia jasa penuh” dan “pemimpin bisnis multimedia”.

Sumber :

Ardiansya, Samantha. “Persaingan Gaet Pelanggan Makin Ketat,” Bisnis Indonesia, 1997
Certo, Samuel C dan Paul J.Peter. Strategic Management,Concept and Applications. Richard D.Irwin,
New Jersey, 1995

Nurkholis. “Posisi Industri Telekomunikasi Menjelang Perdagangan bebas,” Republika, 1997

Purnomo, Hari Setiawan dan Zulkiflimansyah. Manajemen Strategi : Sebuah Konsep Pengantar.
Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 1996

Pearce, John A II dan Richard B.Robinson Jr. Strategic Management: Formulation, Implementation,
and Control. Richard D.Irwin, New Jersey, 1997

Situs Web Indoexchange. http://www.indoexchange.com, 1998

Situs Web PT Indosat. http://www.indosat.co.id, 1998

Situs Web PT Telkom. http://www.telkom.co.id, 1998

Winarno, Bondan. Creating Value in a State Owned Company: a Case Study of PT Indosat. Inspirasi
Indonesia, Jakarta, 1997

Anda mungkin juga menyukai