Anda di halaman 1dari 9

KEMAS 11 (1) (2015) 65-73

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PENGETAHUAN DAN TINDAKAN KADER POSYANDU DALAM PEMANTAUAN


PERTUMBUHAN ANAK BALITA

Zulhaida Lubis, Isyatun Mardiyah Syahri

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Hasil kajian gizi buruk di Kota Medan tahun 2011 menunjukkan bahwa anak balita yang
Diterima 13 April 2015 tergolong gizi kurang dan berisiko gizi buruk masih cukup serius. Penelitian ini bertu-
Disetujui 30 Juni 2015 juan untuk menganalisis pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan tindakan kader
Dipublikasikan Juli 2015
dalam pemantauan pertumbuhan balita. Penelitian ini dilakukan di kota Medan tahun
Keywords: 2014, jenis penelitian eksperimen semu (quasi experimental) dengan rancangan nonran-
Knowledge; Action; domized pre test-post test design. Penelitian ini dilakukan pada 28 orang kader posyandu
Cadres; Growth monitoring di kota Medan pada tiga wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Sunggal, Puskesmas Desa
Lalang dan Puskesmas Tuntungan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan
DOI rata-rata skor pengetahuan dan tindakan kader setelah diberikan pelatihan. Skor peng-
http://dx.doi.org/10.15294/ etahuan kader meningkat sesudah pelatihan sebesar 2,428 poin, demikian juga terjadi
kemas.v11i1.3473 peningkatan rata-rata skor tindakan sebesar 1,071 poin setelah mengikuti pelatihan.
Hasil uji statistik dengan uji beda Paired T Test diperoleh perbedaan yang signifikan
pada pengetahuan dan tindakan kader sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan ten-
tang pemantauan pertumbuhan anak balita. Hal ini berarti ada pengaruh pelatihan ter-
hadap pengetahuan dan tindakan kader dalam menilai dan memantau pertumbuhan
balita.

KNOWLEDGE AND ACTION CADRES ON GROWTH MONITORING


OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS

Abstract
The malnutrition research in Medan at 2011 showed that children under five years are
classified as at risk of severe undernutrition are still quite serious. The aim of research was to
analyze the effect of training on knowledge and action cadres in growth monitoring of under
five years old. This research was a quasi-experimental study with nonrandomized design of
pre-test-post-test design. This research was conducted 28 cadres in Medan city at 2014 in
the work area Sunggal Health Center, Desa Lalang Health Center and Tuntungan Health
Center. The results showed that an increase in the average score of knowledge and action
after being given the training cadre. Knowledge scores increased after the training cadre
2,428 points, as well as an increase of action score in the average score of 1,071 points after
training. The results of statistical tests with paired T test obtained significant differences in
knowledge and action cadres before and after the training on growth monitoring of children
under five years old. This means that there are influences of training on knowledge and
action cadres in the growth monitoring of under five years old.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Email: idaulinas@gmail.com
Zulhaida Lubis & Isyatun Mardiyah Syahri / Pengetahuan dan Tindakan Kader Posyandu

Pendahuluan Menurut data surveilans gizi buruk


Permasalahan gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita di kota Medan, tahun 2008
merupakan permasalahan pokok yang dihadapi ditemukan status gizi buruk sebanyak 447
Bangsa Indonesia saat ini. Bila hal ini dibiarkan balita (0,6%) dan gizi kurang 6.545 balita
terjadi akan berakibat pada rendahnya kualitas (9,6%), tahun 2009 ditemukan 761 orang
Sumber Daya Manusia (SDM). Pada tahun (0,6%) gizi buruk dan 7.036 orang (5,9%) gizi
2003 di Indonesia terdapat sekitar 27,5% kurang. Selanjutnya tahun 2010 ditemukan
balita menderita gizi kurang, dan sejumlah kejadian gizi buruk sebanyak 1.018 balita
110 kabupaten/kota mempunyai prevalensi (0,8%) dan gizi kurang sebanyak 5.466 balita
gizi kurang (termasuk gizi buruk) diatas 30%, (4,6%). Anak balita yang tergolong gizi kurang
yang menurut WHO dikelompokkan sangat dan berisiko gizi buruk masih cukup serius,
tinggi. Kondisi ini memprihatinkan, karena yaitu 34,9 persen tergolong berat badan kurang
mengancam sumber daya manusia dimasa dan sangat kurang, 46,7 persen tergolong
mendatang. pendek dan sangat pendek, 25,4 persen kurus
Kekurangan gizi dapat terjadi dari dan sangat kurus. Kejadian masalah gizi buruk
tingkat ringan sampai tingkat berat dan dan gizi kurang pada anak balita di Kota Medan
terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu berhubungan dengan kurangnya keaktifan
cukup lama. Keadaan gizi atau status gizi kader dalam pemantauan pertumbuhan anak
masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan balita di posyandu.
yang diakibatkan oleh keseimbangan antara Permasalahan gizi pada anak balita
kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang ini erat kaitannya dengan pemantauan
dikonsumsi seseorang. Anak yang kurang gizi pertumbuhan anak yang belum optimal
akan menurun daya tahan tubuhnya, sehingga disebabkan pemahamam kader tentang
mudah terkena penyakit infeksi. Sebaliknya tugasnya di posyandu masih kurang. Data
anak yang menderita penyakit infeksi akan tersebut menunjukkan bahwa dalam waktu
mengalami gangguan nafsu makan dan 2 tahun terjadi penurunan angka gizi kurang
penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan namun kejadian gizi buruk justru mengalami
kurang gizi. Anak yang sering terkena infeksi peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
dan gizi kurang mengalami gangguan tumbuh permasalahan gizi pada anak balita bukan
kembang dan pada akhirnya mempengaruhi mengalami perbaikan akan tetapi menjadi
tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktifitas lebih buruk karena kemungkinan yang terjadi
di masa dewasa. adalah sebaliknya dimana kondisi anak yang
Masalah kekurangan gizi disebabkan gizi kurang bergeser menjadi gizi buruk. Disisi
berbagai faktor yang saling mempengaruhi lain kondisi gizi anak yang memburuk sangat
secara langsung maupun tidak langsung. erat kaitannya dengan pemantauan status gizi
Di tingkat rumah tangga, kekurangan gizi yang masih belum berjalan baik, hal ini terlihat
dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga dari partisipasi masyarakat yang masih rendah
menyediakan pangan dalam jumlah dan jenis dan keterampilan kader yang kurang baik.
yang cukup serta pola asuh yang dipengaruhi Kader posyandu adalah warga
oleh faktor pendidikan, perilaku, dan keadaan masyarakat yang ditunjuk untuk bekerja secara
kesehatan rumah tangga. sukarela dalam melaksanakan kegiatan yang
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan berhubungan dengan pelayanan kesehatan
di Indonesia terdapat 18,4 persen kejadian gizi sederhana di posyandu. Kader posyandu
kurang dan gizi buruk pada balita. Selanjutnya dipilih oleh pengurus posyandu dari anggota
pada Riskesdas tahun 2010 masih ditemukan masyarakat yang bersedia, mampu dan
sebesar 17,9 persen gizi kurang dan gizi buruk. memiliki waktu untuk menyelenggarakan
Sementara itu di Propinsi Sumatera Utara kegiatan posyandu. Kriteria kader posyandu
kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita menurut Kemenkes RI (2011), ada tiga, yang
berada di atas angka rata-rata nasional yaitu pertama, bahwa kader yang dipilih diutamakan
22,7 persen tahun 2007 dan 21,3 persen tahun berasal dari anggota masyarakat setempat
2010 (Depkes RI, 2007; Depkes RI, 2010). sehingga kader lebih mengetahui karakteristik

66
KEMAS 11 (1) (2015) 65-73

dan memahami kebiasaan masyarakat. Selain kader Posyandu dengan materi


itu kader lebih mudah dalam memantau pengetahuan gizi, penimbangan
situasi dan kondisi bayi dan balita yang ada balita dan konseling gizi
di wilayah kerja posyandu dengan melakukan O2 = Pengukuran akhir subjek (posttest)
kunjungan rumah bagi bayi dan balita yang tentang pengetahuan gizi kader dan
tindakan kader dalam penimbangan
tidak datang pada hari buka Posyandu
balita dan konseling gizi.
maupun memantau status pertumbuhan
bayi dan balita yang mengalami gizi kurang
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan di
dan gizi buruk. Kedua, kader juga harus bisa
tiga wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Desa
membaca dan menulis huruf latin karena
Lalang, Puskesmas Sunggal dan Peskesmas
pelaksanaan tugas di Posyandu berhubungan
Tuntungan. Sampel penelitian ditetapkan
juga dengan pencatatan dan pengisian KMS
sebanyak 30 orang kader (10 orang setiap
yang menuntut kader agar bisa membaca dan
puskesmas), dipilih secara pusposif dengan
menulis. Kemampuan dalam membaca dan
pertimbangan kader tersebut aktif di kegiatan
menulis ini merupakan hasil dari pendidikan
posyandu pada 6 bulan terakhir. Namun pada
dasar kader tersebut. Ketiga, kader sebaiknya
saat kegiatan penelitian hanya 28 orang kader
dapat menggerakkan masyarakat untuk
yang lengkap mengikuti intervensi pelatihan
berpartisipasi dalam kegiatan di posyandu
sehingga data 28 orang kader yang dapat
serta bersedia bekerja secara sukarela, memiliki
dianalisis.
kemampuan dan waktu luang agar kegiatan
Intervensi yang dilakukan berupa
dapat terlaksana dengan baik. Jika kader dapat
pelatihan kader yaitu dengan pemberian
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
materi kepada kader posyandu tentang
arti sebagian besar ibu dari bayi dan balita
berbagai hal yang terkait dengan tugas kader
mau datang ke posyandu, maka keberhasilan
dalam pemantauan pertumbuhan balita di
program posyandu akan terwujud.
posyandu, antara lain materi tentang tujuan
Didasarkan pada kenyataan tersebut
dan manfaat pemantauan pertumbuhan balita
diperlukan suatu kajian berupa model intervensi
yang dilakukan secara rutin setiap bulan.
yang bertujuan untuk membantu percepatan
Selain itu diberikan materi tentang cara
penyelesaian masalah gizi terutama masalah
pemantauan pertumbuhan balita meliputi cara
gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita.
penimbangan, cara mengukur panjang badan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
atau tinggi badan, memplot dalam KMS dan
gambaran pengetahuan dan tindakan atau
membaca atau interpretasi hasil penimbangan
keterampilan kader sebelum dan sesudah diberi
yang diberikan melalui metode ceramah dan
intervensi berupa pelatihan dalam pemantauan
latihan atau demoinstrasi.
status gizi dan pertumbuhan balita.
Data pengetahuan dan keterampilan
(tindakan) kader dalam hal pemantauan status
Metode
gizi balita diukur 2 kali pada saat per test dan
Penelitian ini termasuk penelitian
postest dengan cara pengisian kuesioner.
eksperimen semu (quasi exsperimental)
Pengetahuan kader tentang pertumbuhan balita
dengan rancangan non randomized pre test-
diukur berdasarkan 15 pertanyaan. Untuk
post test design. Penelitian ini bertujuan untuk
jawaban yang benar diberi nilai 1, jawaban yang
mengukur pengetahuan dan ntindakan kader
salah diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah skor,
sebelum dan sesudah pemberian intervensi
pengetahuan diklasifikasikan dalam 2 kategori
dengan bentuk rancangan sebagai berikut:
(Arikunto, 2002) yaitu : Baik apabila responden
menjawab benar ≥ 60 % atau memiliki skor ≥
O1 -------> P1 --------> O2
O1 = Pengukuran awal subjek (pretest) 10, dan . Kurang apabila responden menjawab
tentang pengetahuan gizi kader dan benar < 60 % atau memiliki skor < 10.
tindakan kader dalam penimbangan Tindakan (keterampilan) kader tentang
balita dan konseling gizi. pemantauan pertumbuhan balita diukur
P1 = Intervensi berupa pelatihan berdasarkan menjawab 10 pertanyaan, bila

67
Zulhaida Lubis & Isyatun Mardiyah Syahri / Pengetahuan dan Tindakan Kader Posyandu

Tabel 1. Rata-rata Nilai Pengetahuan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan


Pengetahuan X ± SD Min – Maks
Sebelum Pelatihan 9,50 ± 1,62 6,00 - 11,00
Sesudah Pelatihan 11,92 ± 2,24 7,00 - 15,00
Sumber : Data Primer
jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban yang Berdasarkan nilai rata-rata pengetahuan
salah diberi nilai 0, sehingga nilai tertinggi 10. kader setelah diberikan pelatihan tentang
Selanjutnya tindakan dikategorikan sebagai menilai pertumbuhan balita terjadi peningkatan
berikut (Depkes RI,2003): baik apabila hasil/ ini terlihat dari perubahan nilai rata-rata. Tabel
jawaban kader benar ≥ 80 %, atau memiliki skor 1, menunjukkan bahwa sebelum pelatihan
≥ 8, dan kurang baik apabila hasil pengamatan diketahui bahwa pengetahuan kader memiliki
keterampilankader < 80%, atau memiliki skor nilai rata-rata sebesar 9,50 dengan nilai
< 8. minimum 6,00 dan nilai maksimum 11,00 dari
nilai tertinggi 15. Setelah dilakukan pelatihan
Hasil dan Pembahasan tentang menilai pertumbuhan balita terlihat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan kader meningkat
kader posyandu di Kota Medan sebagian menjadi 11,92 dimana nilai minimum yang
besar (78,5 %) berumur 20 – 49 tahun, dengan diperoleh adalah 7,00 dan nilai maksimum
pendidikan SMA sebanyak 60,6 % dan ada juga adalah 15,00.
yang berpendidikan tinggi (Diploma ) sebanyak Berdasarkan bahwa hasil pre-test dan
5 orang (17, 9 %). Pekerjaan kader umumnya post-test dapat dilihat tindakan (keterampilan)
sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 78,5 kader sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan
% dan sebanyak 78,5 % sudah menjadi kader tentang menilai pertumbuhan balita. Dalam
selama 1- 5 tahun. penelitian ini tindakan dapat dibagi menjadi
Berdasarkan Gambar 1. dapat dilihat dua kategori yaitu baik dan kurang baik, dimana
hasil pre-test dan post-test diketahui nilai distribusi keterampilan kader dapat diketahui
sebelum dilakukan pelatihan tentang menilai bahwa sebelum pelatihan keterampilan kader
pertumbuhan balita yang lebih banyak memiliki lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak
pengetahuan baik yaitu 16 kader (57,1%), dan 20 kader (71,5 %) dan kurang baik sebesar 8
pengetahuan kurang 12 orang kader (42,9%). kader (28,6 %). Namun sesudah dilakukan
Namun setelah dilakukan pelatihan tentang pelatihan tentang menilai pertumbuhan balita
menilai pertumbuhan balita, jumlah kader tindakan kader lebih banyak pada kategori baik
yang memiliki pengetahuan baik meningkat yaitu sebanyak 27 orang (96,4 %) dan tidak
menjadi 24 orang kader (85,7%), pengetahuan terampil sebanyak 1 orang kader ( 3,6 %), yang
kurang menjadi 4 orang kader (14,3 %). dapat dilihat pada Gambar 2.

85,7 96,4
90 100
80 90
80 71,4
70
57,1 70
60
60
50 42,9
50
40
40
28,6
30 30 Baik
20 14,3 Baik 20
10 10 3,6
Kurang Kurang
0 0
Pretest Posttest Pretest Posttest

Gambar 1. Pengetahuan Kader Sebelum dan Gambar 2. Tindakan Kader Sebelum dan
Sesudah Pelatihan Sesudah Pelatihan

68
KEMAS 11 (1) (2015) 65-73

Terjadinya peningkatan keterampilan 1,26 sebelum pelatihan menjadi 9,21 ± 0,91


kader setelah diberikan pelatihan tentang sesudah pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa
menilai pertumbuhan balita juga dapat dilihat pelatihan tentang pemantauan pertumbuhan
berdasarkan nilai rata-rata diketahui bahwa balita mempengaruhi tindakan kader dalam
keterampilan sebelum pelatihan memiliki pemantauan pertumbuhan balita.
nilai rata-rata sebesar 8,14 dengan nilai Berdasarkan hasil penelitian, dapat
minimum 5,00 dan nilai maksimum 10,00. diketahui bahwa sebelum pelatihan tentang
Setelah dilakukan pelatihan tentang menilai menilai pertumbuhan balita proporsi kader
pertumbuhan balita, keterampilan meningkat yang berpengetahuan kurang sebesar 42,9 %,
dimana memiliki nilai rata-rata sebesar dengan rata-rata skor pengetahuan sebesar
9,21 dengan nilai minimum 7,00 dan nilai 9,50 ± 1,62. Hal ini menunjukan bahwa 4
maksimum 10,0. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari 10 kader masih kurang memahami
pada Tabel 2. tugasnya dalam menilai pertumbuhan balita.
Pengaruh pelatihan terhadap Pengetahuan yang kurang dapat disebabkan
pengetahuan kader dalam menilai pertumbuhan pembinaan yang sangat terbatas terutama dari
balita dianalisis dengan menggunakan uji tenaga gizi puskesmas atau dari dinas kesehatan.
Paired sampel t-test dengan tingkat kemaknaan Setelah diberikan pelatihan tentang menilai
p < 0,05. pertumbuhan terjadi penurunan proporsi kader
Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan yang memiliki pengetahuan kurang menjadi
hasil uji Paired sampel t-test menunjukkan 14,3 %. Dengan kata lain terjadi peningkatan
bahwa terdapat pengaruh pelatihan terhadap proporsi kader yang berpengetahuan baik
pengetahuan kader dalam menilai pertumbuhan dari 57,1 % sebelum diberi pelatihan menjadi
balita hal ini dapat dilihat pada nilai p = 0,0001. 85,7 % setelah mendapat intervensi pelatihan.
Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan tentang Peningkatan pengetahuan kader juga terlihat
pemantauan pertumbuhan balita berpengaruh dari nilai rata-rata pengetahuan yang naik
dalam meningkatkan pengetahuan kader, sekitar 2,4 poin. Peningkatan pengetahuan
dengan peningkatan skor pengetahuan dari ini karena adanya suatu informasi baru yang
9,50 ± 1,62 sebelum mendapat pelatihan disampaikan kepada kader melalui pelatihan,
menjadi 11,92 ± 2,24 setelah pelatihan. dimana informasi baru yang didapat merupakan
Hasil uji Paired sampel t-test pada pengganti pengetahuan yang telah diperoleh
keterampilan diperoleh nilai p = 0,003 (Tabel 4), sebelumnya atau merupakan penyempurnaan
dengan peningkatan skor tindakan dari 8,14 ± dari informasi sebelumnya.
Tabel 2. Distribusi Nilai Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Keterampilan X ± SD Min – Maks
Sebelum Pelatihan 8,14 ± 1,26 5,00 - 10,00
Sesudah Pelatihan 9,21 ± 0,91 7,00 - 10,00

Tabel 3. Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan Kader tentang Pemantauan Pertumbuhan


balita
Variabel X ± SD SE P
Pengetahuan Pretest 9,50 ± 1,62 0,306
0,0001
Pengetahuan Postest 11,92 ± 2,24 0,423
Tabel 4. Pengaruh Pelatihan terhadap Tindakan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita
Variabel X ± SD SE P
Tindakan Pretest 8,14 ± 1,26 0,239 0,003
Tindakan Posttest 9,21 ± 0,91 0,173
Sumber : Data Primer

69
Zulhaida Lubis & Isyatun Mardiyah Syahri / Pengetahuan dan Tindakan Kader Posyandu

Pendidikan mempengaruhi pemahaman pengetahuan kader posyandu berhubungan


atau pengetahuan seseorang terhadap secara signifikan dengan peran kader dalam
berbagai hal, pendidikan adalah sebagai penggunaan buku Kesehatan Ibu dan Anak
landasan untuk membentuk, mempersiapkan, yang termasuk di dalamnya pemantauan
membina dan mengembangkan sumberdaya. kesehatan anak balita.
Pendidikan yang baik akan berbanding lurus Peningkatan pengetahuan dapat
dengan pengetahuan yang baik, yaitu dengan dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
tingkat pendidikan yang relatif tinggi maka kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh petugas
pengetahuan yang dimiliki juga akan cenderung kesehatan. Berkaitan dengan pengetahuan
tinggi dan pemberian informasi akan lebih kader tentang menilai pertumbuhan balita
mudah dipahami. Bila dilihat pendidikan ada beberapa hal yang berkaitan dengan
kader dalam penelitian ini umumnya termasuk pengetahuan diantaranya; tahu (know)
tinggi yaitu 60,6 % SMA dan bahkan ada yang diartikan mengingat suatu materi atau ilmu
perguruan tinggi (diploma) sebanyak 17,9 yang berkaitan dengan menilai pertumbuhan
%, sehingga pelatihan yang diberikan dapat balita. Dalam hal ini kader mengingat kembali
dengan mudah dipahami oleh kader. sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
Menurut Notoatmodjo (2003), salah satu yang dipelajari atau rangsangan yang telah
srtategi untuk perubahan perilaku adalah dengan diterima. Memahami (comprehension), adalah
pemberian informasi guna meningkatkan kemampuan kader dapat menjelaskan secara
pengetahuan sehingga timbul kesadaran yang benar tentang menilai pertumbuhan balita.
pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai Peningkatan pengetahuan kader setelah
dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu diberikan pelatihan bisa terjadi bila materi yang
cara pemberian informasi adalah dengan disampaikan mudah dimengerti oleh kader.
melalukan pelatihan, sebagaimana yang Dalam pelatihan ini metode yang digunakan
dilakukan dalam penelitian ini yaitu pelatihan adalah metode ceramah dan tanya jawab.
tentang menilai pertumbuhan balita. Kader terlihat sangat antusias dengan materi
Berdasarkan hasil analisis dengan yang disampaikan, banyak dari kader yang
menggunakan uji Paired sampel t-test bertanya seputar pertumbuhan balita. Selain
menunjukan bahwa terdapat pengaruh metode ceramah dan tanya jawab, peningkatan
pelatihan terhadap pengetahuan kader dalam pengetahuan responden juga dilakukan
menilai pertumbuhan balita hal ini dapat dilihat dengan diskusi, sehingga para kader semakin
pada nilai p < 0,05 yang artinya ada peningkatan mengerti cara menilai pertumbuhan balita
rata-rata pengetahuan skor pengetahuan dan pengetahuan yang dimiliki juga semakin
yang signifikan sesudah mengikuti pelatihan. meningkat. Peningkatan pengetahuan sesudah
Pemberian informasi yang disampaikan melalui diadakan pelatihan kader tentang pembuatan
proses pelatihan dapat mengganti pengetahuan makanan tambahan untuk balita, dimana
yang telah didapatkan sebelumnya dan sebagai persentase kader yang sebelumnya memiliki
penyempurnaan dari informasi sebelumnya. pengetahuan kurang sebanyak 93,3% turun
Pelatihan kader dalam kegiatan posyandu menjadi 26,7%. Peningkatan pengetahuan
diantaranya kegiatan memantau pertumbuhan kader posyandu setelah diberikan penyuluhan
balita, dimana hasil yang diperoleh nilai rata- melalui metode permainan.
rata pengetahuan sebelum pelatihan sebsar Komponen yang dapat berpengaruh
68,42 dan nilai rata-rata pengetahuan setelah terhadap keberhasilan pelatihan antara
diberikan pelatihan sebesar 77,61. Hasil uji lain yaitu kurikulum, pengajar/pelatih,
statistik dengan menggunakan Paired sampel penyelenggara, sarana yang digunakan, metode
t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang serta karakteristik peserta pelatihan seperti
signifikan dalam rata-rata skor pengetahuan umur, pekerjaan, pendidikan, dan pengalaman.
antara sebelum dan sesudah pelatihan (p<0,05). Menurut Notoatmodjo (2003), seseorang
Demikian juga hasil temuan Sistiarini (2013), yang telah mendapatkan pelatihan maka
dalam penelitiannya di wilayah Puskesmas pengetahuan dan keterampilannya meningkat
Kalibagor yang menunjukkan bahwa dan dapat diukur dengan wawancara atau

70
KEMAS 11 (1) (2015) 65-73

angket yang menanyakan tentang isi materi yang %. Meningkatnya jumlah kader yang terampil
diukur dari subjek penelitian atau responden disebabkan karena adanya stimulus berupa
dalam pengetahuan yang ingin diketahui atau pelatihan yang dilakukan degan metode
disesuaikan. Hasil penelitian juga menunjukkan ceramah dan diskusi, serta praktek atau latihan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis
pelatihan terhadap tindakan kader. Hal ini juga dengan menggunakan uji Paired sampel t-test
didukung pendidikan kader yang relatif tinggi pada keterampilan diketahui nilai p < 0,05, yang
yaitu sebanyak 60,6 % kader berpendidikan berarti ada perbedaan yang signifikan pada
SMA bahkan 17,9 % berpendidikan Diploma. tindakan kader setelah mendapat pelatihan
Hasil penelitian Suhat (2014), di Subang tentang pemantauan pertumbuhan balita.
menunjukkan bahwa keaktifan kader posyandu Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
berhubungan dengan pengetahuan, pekerjaan, ada pengaruh pelatihan tentang pemantauan
pendapatan dan keikutsertaan kader dalam pertumbuhan balita terhadap tindakan kader
organisasi. memantau pertumbuhan balita.
Umur kader dapat mempengaruhi Umur mempunyai kaitan erat dengan
pengetahuan hal ini dikarenakan pada tingkat kedewasaan seseorang yang berarti
usia muda kemampuan untuk menerima kedewasaan teknis dalam arti keterampilan
rangsangan (stimulus) berupa informasi melaksanakan tugas maupun kedewasaan
lebih cepat dibandingkan dengan usia yang psikologis. Dikaitkan dengan tingkat
lebih tua, karena usia lebih tua kemampuan kedewasaan teknis, anggapan yang berlaku
untuk menerima rangsangan (stimulus) adalah ialah bahwa makin lama seseorang
sudah berkurang. Dalam penelitian ini kader melaksanakan tugas tertentu secara lama
umumnyan berumur 20 sampai 49 tahun biasanya meningkatkan kedewasaan teknisnya.
sebanyak 78,5 %. Salah satu teori perubahan Pekerjaan kader mempengaruhi
perilaku adalah teori yang dikemukakan oleh pengetahuan, dimana kader yang bekerja
Skinner (1938) dan Holland (1953), dalam tidak maksimal dalam melaksanakan kegiatan
Notoatmodjo (2007), yang menyatakan bahwa posyandu karena tidak memiliki banyak
proses perubahan perilaku pada hakikatnya waktu untuk mengikuti pelaksanaan posyandu
sama dengan proses belajar, yang terdiri dari sehingga pengetahuan menjadi kurang,
stimulus (rangsang) yang diberikan pada sementara kader yang tidak bekerja memiliki
organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila banyak waktu dalam mengikuti pelaksanaan
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak posyandu dengan demikian semakin sering
berarti stimulus tersebut efektif mempengaruhi mengikuti kegiatan posyandu keterampilan
perhatian individu, begitu pula sebaliknya. akan meningkat. Salah satu syarat calon
Apabila stimulus telah mendapat perhatian kader adalah wanita yang mempunyai waktu
dari organisme (diterima) maka ia mengerti yang cukup untuk melakukan semua tugas
stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses kader yang telah ditetapkan, dimana kegiatan
berikutnya. Setelah itu organisme mengolah posyandu biasanya dilaksankan pada hari
stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan kerjadan jam kerja. Hal ini ditemukan pada
untuk bertindak demi stimulus yang telah penelitian ini dimana kader sebagian besar
diterimanya (perubahan perilaku). tidak bekerja atau berperan sebagai ibu rumah
Berdasarkan hasil penelitian dapat tangga (78,6 %), sehingga kader mempunyai
diketahui bahwa sebelum dilakukan pelatihan banyak waktu untuk melaksanakan tugasnya
tentang menilai pertumbuhan balita sebagai kader di posyandu. Namun berbeda
ditemukan 71,4 % kader mempunyai tindakan dengan hasil penelitian Suhat (2014), di
atau keterampilan baik dan 28,6 % yang tidak kabupaten Subang yang menemuknan bahwa
baik tindakannya atau yang tidak terampil. kader yang bekerja lebih aktif melaksanakan
Setelah dilakukan pelatihan tentang menilai tugas di posyandu dibandingkan dengan kader
pertumbuhan balita kader yang terampil yang tidak bekerja karena umumnya kader
mengalami peningkatan menjadi 96,4 % dan yang bekerja lebih mapan secara ekonomi dan
yang masih kurang baik tindakannya hanya 3,6 lebih mudah mengatur waktu untuk bertugas

71
Zulhaida Lubis & Isyatun Mardiyah Syahri / Pengetahuan dan Tindakan Kader Posyandu

sebagai kader posyandu. pelayanan berdasarkan standar pelayanan yang


Pelatihan kader dalam kegiatan posyandu telah ditetapkan. Keterampilan kader posyandu
diantaranya kegiatan memantau pertumbuhan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
balita, dimana hasil yang diperoleh tidak ada sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan
perbedaan yang signifikan dalam rata-rata pelayanan kader yang terampil akan mendapat
skor keterampilan antara sebelum dan sesudah respon positif dari ibu-ibu balita sehingga
pelatihan (p<0,05). terkesan ramah, baik, pelayanan teratur hal ini
Keterampilan adalah hasil dari latihan yang mendorong ibu-ibu rajin ke Posyandu.
berulang, yang dapat disebut perubahan yang Keterampilan disini dilihat dalam usaha
meningkat atau progresif oleh orang yang melancarkan proses pelayanan di Posyandu
mempelajari keterampilan tadi sebagai hasil (Notoatmodjo, 2003). Keterampilan seseorang
dari aktivitas tertentu. Dalam penelitian ini, akan membantu individu tersebut untuk
peningkatan keterampilan kader terlihat pada memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
saat setelah diberikan pelatihan, dimana banyak
kader yang mampu memperbaiki kesalahan Penutup
yang dilakukannya pada saat demostrasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keterampilan sebelum pelatihan. Keterampilan terjadi peningkatan nilai rata-rata pengetahuan
mereka memflot hasil penimbangan di KMS dan tindakan kader setelah diberikan pelatihan.
juga menunjukkan perbaikan, selama ini mereka Skor pengetahuan kader meningkat sesudah
mengaku hanya mengisi KMS seperlunya saja, pelatihan dengan nilai rata-rsata peningkatan
namun setelah diberikan pelatihan mereka sebesar 2,428 poin, demikian juga terjadi
menyadari bahwa semua informasi yang peningkatan rata-rata skor tindakan sebesat
ada di KMS sangat penting dalam menilai 1,071 poin setelah mengikuti pelatihan. Hasil uji
pertumbuhan balita. Peningkatan pengetahuan statistik dengan uji beda Paired T Test diperoleh
kader dapat meningkatkan perbaikan perbedaan yang signifikan pada pengetahuan
keterampilan dalam pekerjaannya. Menurut dan tindakan kader sebelum dan sesudah
Sistiarani (2013), pengetahuan kader adalah mengikuti pelatihan tentang pemantauan
faktor yang paling berpengaruh terhadap peran pertumbuhan anak balita. Hal ini berarti ada
kader dalam penggunaan buku KIA (Kesehatan pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan
Ibu dan Anak), sementara faktor motifasi dan tindakan kader dalam menilai dan memantau
lama menjadi kader tidak berhubungan dengan pertumbuhan balita.
peran kader.
Dalam proses pendidikan atau pelatihan, Ucapan Terima Kasih
Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa Penulis mengucapkan terima kasih
suatu sikap belum tentu terwujud dalam kepada Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian
praktek atau tindakan. Masih diperlukan Pendidikan dan Kebudayaan RI yang telah
kondisi tertentu yang memungkinkan mendanai penelitian ini melalui program
terjadinya perubahan sikap menjadi praktek. Penelitian Hibah Bersaing Universitas Sumatera
Kondisi tersebut antara lain tersedianya fasilitas Utara Tahun 2013 dan 2014.
untuk belajar yaitu peserta diberi kesempatan
untuk melihat dan mendengar orang lain Daftar Pustaka
melakukan keterampilan tersebut dan diberi Lubis, Z., Elmina Tampubolon, dan Jumirah.
kesempatan melakukan sendiri selanjutnya 2012. Analisis Implementasi Program
peserta diberi kesempatan untuk menguasai Penanggulangan Gizi Buruk Pada Anak
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
sub-sub komponen keterampilan sebelum
Labuhan, Kota Medan Tahun 2008. Jurnal
menguasai keterampilan secara keseluruhan, penelitian Gizi dan Makanan, 35 (1) : 70-77
peserta harus melakukan sendiri keterampilan Notoatmodjo,S. 2003. Pendidikan dan Perilaku
baru dan terakhir pelatih mengevaluasi hasil Kesehatan, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
keterampilan baru dan memberi umpan balik. Rufiati, A.M, Bambang Budi Raharjo dan Fitri
Keterampilan petugas adalah teknik Indrawati. 2011. Pengaruh Metode
yang dimiliki oleh petugas dalam memberikan Permainan Find Your Mate Terhadap

72
KEMAS 11 (1) (2015) 65-73

Peningkatan Pengetahuan Kader Posyandu. Suhat dan Ruyatul Hasanah. 2014. Faktor-Faktor
Jurnal Kemas, vol 6 No 2. yang Berhubungan dengan Keaktifan
Sistiarini, C., Siti Nurhayati dan Suratman. 2013 Kader Dalam Kegiatan Posyandu (Studi di
Faktor yang Mempengaruhi Peran Kader Puskesmas Palasari Kabupaten Subang).
Dalam Penggunaan Kartu Kesehatan Ibu dan Jurnal Kemas,10 (1) : 73-79.
Anak. Jurnal Kemas, Vol 8 No 2 : 99-105

73

Anda mungkin juga menyukai