TETRALOGI OF FALLOT
1
Posisi jantung terletak diantara kedua paru dan berada ditengah tengah dada,
bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus
xiphoideus. Pada tepi kanan kranial berada pada tepi kranialis pars cartilaginis costa III
dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi
cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri kranial
jantung berada pada tepi kaudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum,
tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea
medioclavicularis. Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana
terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang
berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan epikardium.
Epikardium adalah lapisan paling luar dari jantung dan lapisan berikutnya adalah
lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal.Lapisan
terakhir adalah lapisan endokardium.1
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan
ventrikel. Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena
rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai
dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih
tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum
interatriorum), sementara kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum
inter-ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung
berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium
atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup
atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral)
sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.1
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan
keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga
mempunyai katup yang disebut katup mitral. Kedua katup ini berfungsi sebagai
pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke
ventrikel, yaitu:
a. Katup trikuspid
2
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini
terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan.
Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan
dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel.Sesuai dengan namanya, katup
trikuspid terdiri dari 3 daun katup.1
b. Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan
melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan
kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3
daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila
ventrikel kanan relaksasi sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel
kanan menuju arteri pulmonalis.1
c. Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju
ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi
ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.1
d. Katup aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini
akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir
keseluruh tubuh. Sebaliknya, katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi
sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.1
3
1.1.4. Embriogenesis Jantung
4
Pada hari ke-23, primitive heart tube memanjang. Akibat bulbus cordis dan
ventrikel tumbuh lebih cepat dari pada regio lainnya, dan akibat atrial dan venous end
dari tabung dibatasi oleh pericardium, primitive heart tube mulai berputar dan melipat.
Bagian kranial bergerak ke arah ventral, kaudal, dan kiri.Sedangkan bagian kaudal
bergerak ke arah dorsal, kranial, dan kanan. Pertama, heart tube berbentuk seperti
huruf U, kemudian menjadi berbentuk huruf S. Pergerakan ini berakhir pada hari ke-28
dan pergerakan ini menentukan posisi akhir atrium dan ventrikel. Perkembangan
selanjutnya adalah pembentukan septum dan katup jantung untuk membentuk 4 ruang
jantung. Pembentukan sekat jantung terjadi antara hari ke-27 dan hari ke-37 dan
selesai pada akhir minggu ke-5.3
5
cepat, maka akan terbentuk sebuah rigi yang sempit di antara kedua bagian yang
sedang meluas tersebut. Selanjutnya rigi tersebut akan membentuk sekat, namun
sekat semacam ini tidak memisahkan 2 rongga secara sempurna.3
Terjadi pada hari ke-18 atau 19 setelah fertilisasi, dimana embrio tidak dapat
lagi mencukupi kebutuhan akan nutrisi dan oksigen hanya melalui difusi saja sehingga
dimulai pembentukan jantung dari sel-sel mesoderm pada area kardiogenik dan
terbentuk sepasang cardiogenic cord yang mengalami kanalisasi membentuk dua
endocardial tube. Pada hari ke-21, kedua endocardial tube saling mendekat dan
bersatu membentuk primitive heart tube, hari ke-22 primitive heart tube terbagi menjadi
sinus venosus, atrium, ventrikel, bulbus cordis, trunkus arteriosus. Pada hari ke-23,
primitive heart tube memanjang dan mulai berputar dan melipat. Pada hari ke-28,
atrium dan ventrikel menempati posisi akhirnya.3
6
1.1.7. Pembentukan Septum Atrioventrikular (canal)
Endocardial cushion bergerak dari lateral ke arah tengah dan saling mendekat
satu sama lain kemudian bersatu membentuk septum atrioventrikular yang membagi
lumen jantung menjadi atrium dan ventrikel.3
7
1.1.9. Pembentukan Septum Interventrikular
8
1.2. SIRKULASI FETUS
Pada janin, aliran darah tidak mengikuti rute yang sama dengan rute setelah
lahir. Perbedaan utama antara sirkulasi janin dengan sirkulasi setelah lahir adalah
penyesuaian terhadap kenyataan bahwa janin tidak bernapas sehingga paru tidak
berfungsi. Janin memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbondioksida melalui
pertukaran dengan darah ibu menembus plasenta. Pada sirkulasi janin, terdapat dua
jalan pintas. Pertama adalah foramen ovale, suatu lubang di septum antara atrium
kanan dan kiri. Kedua, duktus arteriosus yang menghubungkan arteri pulmonalis dan
aorta ketika keduanya keluar dari jantung. Darah beroksigen tinggi dibawa dari
plasenta melalui vena umbilikalis dan diteruskan ke vena kava inferior janin. Dengan
demikian, ketika darah masuk ke atrium kanan dari sirkulasi sistemik, bercampurnya
darah beroksigen tinggi dari vena umbilikalis dan darah vena yang beroksigen rendah
yang kembali dari jaringan janin.
Selama masa janin, karena tingginya resistensi dari jaringan paru yang masih
belum berkembang (kolaps), tekanan di separuh kanan jantung dan sirkulasi paru lebih
tinggi dari pada separuh kiri jantung dan sirkulasi sistemik, situasi yang terbalik saat
setelah bayi lahir. Karena perbedaan tekanan antara atrium kanan dan kiri, sebagian
darah campuran yang beroksigen cukup yang kembali ke atrium kanan segera
dialirkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Darah ini kemudian mengalir kedalam
ventrikel kiri dan dipompa ke sistemik. Selain memperdarahi jaringan sirkulasi sistemik
janin, juga mengalirkan darah melalui arteri umbilikalis agar terjadi pertukaran dengan
darah ibu melalui plasenta. Sisa darah di atrium kanan yang tidak segera dialihkan
atrium kiri mengalir ke ventrikel kanan yang memompa darah kedalam arteri
pulmonalis.Karena tekanan diarteri pulmonalis lebih besar daripada tekanan di aorta,
darah dialirkan dari arteri pulmonalis kedalam aorta melalui duktus arteriosus. Dengan
demikian, sebagian besar darah yang dipompa keluar dari ventrikel kanan yang
ditujukan ke sirkulasi paru segera dialihkan ke dalam aorta dan disalurkan ke sirkulasi
sistemik, mengabaikan paru yang non fungsional.4
9
b. Pengembangan paru dan peningkatan PO2 alveolus akan menurunkan resistensi
pembuluh darah paru sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang melalui paru
dan tekanan arteri pulmonalis menurun.
c. Akibatnya, terjadi pembalikan pintasan fisiologis melalui foramen ovale dan duktus
arteriosus, yakni dari pintasan kanan ke kiri menjadi dari kiri ke kanan (atrium kiri
ke atrium kanan dan aorta ke arteri pulmonalis).
d. Pintasan ini normalnya menutup pada saat lahir atau segera setelahnya sehingga
sirkulasi sistemik dan paru sekarang menjadi aliran seri.5
1.4.1. Definisi
1.4.2. Klasifikasi
10
c. Defek sekat primum
8. Koarktasio Aorta
11
Merupakan obstruksi pada aorta desendens yang lokalisasinya hampir selalu pada
masuknya duktus arteriosus. Kelainan ini cukup banyak, dengan insiden berkisar 6%
dari seluruh kelainan jantung, ada pada urutan keempat dari kelainan jantung yang
menimbulkan gejala pada masa bayi.
12
kanan dan ventrikel kanan. Dengan demikian, darah venosa harus mengalir melalui
atrium kanan ke atrium kiri. Kemudian darah akan mengalir ke aorta, dan sebagian lagi
melewati defek sekat ventrikel kiri. Dari sini darah mengalir sebagian ke aorta,
sebagian lagi melewati defek sekat ventrikel ke ventrikel kanan dan ke arteri
pulmonalis.
1.5.1. Definisi
13
c. Dekstroposisi dari aorta
Ini merupakan kelainan pada aorta yang merupakan arteri utama yang membawa
darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Secara anatomi jantung yang normal,
aorta melekat pada ventrikel kiri. Hal ini memungkinkan hanya darah yang kaya
oksigen mengalir ke seluruh tubuh. Pada TOF, aorta berada diantara ventrikel kiri
dan kanan, langsung di atas VSD. Hal ini mengakibatkan darah yang miskin
oksigen dari ventrikel kanan mengalir langsung ke aorta bukan ke dalam arteri
pulmonalis kemudian ke paru-paru.
d. Hipertrofi ventrikel kanan
Kelainan ini terjadi jika ventrikel kanan menebal karena jantung harus memompa
lebih keras dari seharusnya agar darah dapat melewati katup pulmonal yang
menyempit.
1.5.2. Epidemiologi
TOF adalah penyakit jantung kongenital yang kompleks yang dengan angka
kejadian sekitar 5 dari setiap 10.000 kelahiran. Penyakit jantung kongenital ini dapat
dijumpai pada anak laki-laki maupun perempuan.7
CDC memperkirakan setiap tahunnya sekitar 1.575 bayi di Amerika Serikat
yang lahir dengan TOF. Dengan kata lain, sekitar 4 dari setiap 10.000 bayi yang lahir di
Amerika Serikat setiap tahunnya lahir dengan TOF.8
TOF mewakili 10% dari kasus penyakit jantung kongenital dan merupakan
penyebab paling umum dari penyakit jantung kongenital sianotik. Insiden terjadinya
TOF lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.11
Prevalensi TOF terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran dan
merupakan penyebab paling umum penyakit jantung kongenital sianotik.TOF
14
menyumbang sepertiga dari semua penyakit jantung kongenital pada pasien yang
berusia kurang dari 15 tahun. Dalam kebanyakan kasus, TOF adalah sporadis dan
nonfamilial. Kejadian pada saudara kandung dari orang tua pasien yang mengalami
TOF sekitar 1-5% dan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Kelainan
ini berhubungan dengan anomali extrakardiak seperti labiaskizis dan palatum,
hipospadia, kelainan rangka dan kraniofasial. Sebuah mikrodelesi dalam kromosom 22
(22q11) telah diidentifikasi pada pasien dengan TOF sebagai salah satu manifestasi
kardiovaskular.12,13
1.5.3. Etiologi
1.5.4 Patologi
Biasanya sisi kiri jantung hanya memompa darah ke seluruh tubuh dan sisi
kanan jantung memompa darah hanya ke paru-paru. Pada anak dengan TOF, darah
dapat melakukan perjalanan melintasi lubang (VSD) dari ventrikel kanan ke ventrikel
15
kiri dan keluar ke dalam aorta. Obstruksi pada katup pulmonal dari ventrikel kanan ke
arteri pulmonalis mencegah jumlah normal darah dari yang dipompa ke paru-paru.
Kadang-kadang katup pulmonal benar-benar terhalang yang disebut pulmonal
atresia.15
Pada kenyataannya, hanya dua kelainan yang diperlukan pada TOF yaitu VSD
yang cukup besar untuk menyamakan tekanan di kedua ventrikel dan stenosis
pulmonal. Hipertrofi ventrikel kanan merupakan efek sekunder dari stenosis
pulmonal.dan VSD. VSD yang paling sering pada TOF adalah tipe perimembranous di
daerah subpulmonal. Aliran ventrikel kanan adalah obstruksi saluran paling sering
dalam bentuk stenosis infundibular sebanyak 45%.Obstruksi jarang pada tingkat katup
pulmonal sekitar 10%. Sebuah kombinasi dari dua juga dapat terjadi dengan angka
kejadian 30%. Katup pulmonal atretik adalah salah satu anomali yang berat dengan
angka kejadian sekitar 15%. Pada kebanyakan pasien terjadi hipoplasia pada anulus
pulmonal dan arteri pulmonal.. Cabang-cabang arteri pulmonal biasanya kecil dengan
stenosis perifer. Obstruksi pada arteri pulmonal kiri sangat umum terjadi.Right aotic
arc(RAC) juga terjadi dengan angka kejadian 25% kasus. Pada sekitar 5% dari pasien
TOF dapat ditemukan arteri koroner yang abnormal. Kelainan yang paling umum
adalah cabang anterior descending timbul dari arteri koroner kanan dan melewati
saluran keluar ventrikel kanan.16
Mekanisme patogenetik dari pembentukan TOF dimulai selama morfogenesis
jantung sebelum septum ventrikel ditutup dengan pembagian ejeksi aliran ventrikel
kanan ke aliran aorta transeptal dan aliran pulmonal infundibular. Ejeksi aliran ventrikel
kanan disebabkan oleh obstruksi aliran olehkatup stenosis pulmonal yang dijumpai
hampir di semua kasus. Aliran aorta transeptalmelewati ventrikel yang tidak tertutup
septum sehingga mempertahankan patensi hubungan kedua ventrikel dan memperluas
yang VSD.17
Bayi dengan obstruksi ventrikel kanan yang ringan, awalnya mungkin terlihat
dengan gagal jantung yang disebabkan oleh pirau ventrikel dari kiri ke kanan.
Seringkali sianosis tidak muncul pada saat lahir tetapi dengan adanya dijumpai
hipertrofi ventrikel kanan, gangguan pertumbuhan dan perkembangan pasien. Sianosis
terjadi di tahun pertama kehidupan yang dapat terlihat di selaput lendir bibir, mulut, dan
kuku.Pada bayi dengan obstruksi ventrikel kanan yang berat, aliran darah paru
tergantung pada aliran melalui duktus arteriosus. Pada saat duktus mulai menutup
16
dalam 1 jam atau beberapa hari kehidupan, sianosis berat dan kolaps sirkulasi dapat
terjadi. Anak dengan sianosis yang berlama-lama dan belum menjalani operasi
mungkin memiliki kulit berwarna biru kehitaman, sklera abu-abu dengan pembuluh
darah membesar, dan ditandai dengan jari tabuh.10
Salah satu manifestasi lain adalah dispnoe yang biasanya timbul saat
beraktivitas. Pada saat terjadi dispnoe, anak akanmengambil posisi jongkok untuk
mengurangi dispnoe dan anak biasanya dapat melanjutkan aktivitas fisik dalam
beberapa menit.10
Hipersianotik paroksismal merupakan masalah yang dapat dijumpai selama
tahun pertama dan kedua kehidupan. Bayi menjadi hipersianosis dan gelisah,
takipnoe, dan sinkop. Spell paling sering terjadi di pagi hari yang berkaitan dengan
pengurangan aliran darah paru yang sudah terganggu dan bila berkepanjangan
mengakibatkan hipoksia sistemik yang berat dan asidosis metabolik. Spell dapat
berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam namun jarang berakibat fatal
yang ditandai dengan keadaan umum lemah dansetelah serangan pasien tertidur.
Spell yang berat dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan kadang-kadang ditemukan
kejang danhemiparese. Bayi dengan sianosis yang ringan lebih rentan untuk terjadinya
spell karena tidak memperoleh mekanisme homeostatis untuk mentolerir penurunan
cepat saturasi oksigen arteri seperti polisitemia.10
1.5.6. Diagnosis
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sianosis dengan derajat yang bervariasi, nafas cepat, jari tabuh.
17
2. Tampak peningkatan aktifitas ventrikel kanan sepanjang tepi sternum dan thrill
sistolik dibagian atas dan tengah tepi sternum kiri.
3. Klik ejeksi yang berasal dari aorta dapat terdengar. Bunyi jantung II biasanya
tunggal, keras, bising ejeksi sistolik (grade 3-5/6) pada bagian atas dan tengah tepi
sternum kiri.
4. Pada tipe asianotik, dijumpai bising sistolik yang panjang.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Didapatkan kenaikan jumlah eritrosit dan hematokrit (hiperviskositas) yang sesuai
dengan derajat desaturasi dan stenosis. Pada pasien TOF dengan kadar
hemoglobin dan hematokrit normal atau rendah, kemungkinan menderita defisiensi
besi.
2. Elektrokardiografi
Right axis deviation (RAD) pada TOF sianotik. Pada bentuk yang asianotik aksis
bias normal dan terdapat pembesaran ventrikel kanan. Pada TOF asianotik
terdapat pembesaran kedua ventrikel, biasanya disertai pembesaran atrium kanan.
3. Foto toraks
a. TF sianotik
Besar jantung bisa normal atau lebih kecil dari normal, dan corakan paru
menurun. Pada TOF dengan atresia pulmonal dapat ditemukan lapangan
paru hitam.
Segmen pulmonal cekung dan apeks terangkat, hingga jantung mirip sepatu
boot (boot-shaped heart).
Tampak pembesaran ventrikel kanan dan atrium kanan. Pada 30% kasus
arkus aorta berada di kanan.
b. TF asianotik
Gambaran radiologinya tidak dapat dbedakan dengan gambaran VSD kecil
sampai sedang.
Ekokardiografi : 2D dan Doppler.
VSD perimembran infundibular besar dengan overriding aorta dapat dilihat
dengan pandangan parasternal long axis.
Anatomi jalan keluar ventrikel kanan, katup pulmonal, annulus pulmonal,
dan arteri pumonalis beserta cabang-cabangnya dapat dilihat dengan
pandangan short axis.
18
Dengan Doppler dapat dinilai pressure gradient melalui obstruksi jalan
keluar ventrikel kanan. Ekokardiografi dapat menilai kelainan arteri koroner
dan juga kelainan lain yang berhubungan misalnya, ASD, persistant left
superior vena cava.
4. Kateterisasi jantung dan angiokardiografi
Kateterisasi jantung tidak diperlukan pada TOF, bila dengan pemeriksaan
ekokardiografi sudah jelas. Kateterisasi biasanya diperlukan sebelum tindakan
bedah koreksi dengan maksud untuk mengetahui defek septum ventrikel yang
multipel, deteksi kelainan arteri koronaria, dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer.2
1.5.7 Komplikasi 20
1.5.8 Prognosis
Prognosis dari penyakit jantung bawaan ini adalah tanpa pembedahan, angka
kematiannya adalah 95% pada usia 20 tahun. Prognosis cukup baik pada yang
dioperasi saat anak-anak. Biasanya operasi telah dilakukan sebelum usia setahun,
dengan penutupan VSD dan koreksi dari stenosis pulmonal. Kelangsungan hidup 20
tahun adalah 90-95% setelah pembedahan.Prognosis jangka panjang kurang baik bila:
a. Dioperasi pada usia dewasa yang sudah terjadi gangguan fungsi ventrikel kiri
akibat hipoksia yang lama.
b. Pasca bedah dengan residual pulmonal insufisiensi berat sehingga terjadi gagal
ventrikel kanan. 20,21
1.6.1. Definisi
Cyanotic spell adalah suatu sindrom yang ditandai dengan serangan gelisah,
menangis berkepanjangan, hiperventilasi, bertambah biru, lemas atau tidak sadar dan
kadang-kadang kejang, yang serimg terdapat pada anak-anak dengan penyakit
19
jantung kongenital sianotik. Biasanya terjadi pada bayi usia 2-4 bulan, namun tidak
jarang ditemukan pada umur 6-12 bulan.1,18
1.6.2. Patofisiologi
Paling sering terjadi pada TOF, dimana ventrikel kanan dan ventrikel kiri
dianggap berfungsi sebagai rongga pemompa tunggal karena adanya VSD yang
besar. Penurunan tahanan vaskular sistemik atau peningkatan tahan pada alur keluar
ventrikel kanan, akan meningkatkan pirau dari kanan ke kiri. Hipoksia yang terjadi akan
merangsang pusat pernafasan untuk hiperventilasi yang akan menyebabkan
peningkatan aliran balik vena sistemik. Dengan adanya stenosis pulmonal maka aliran
pirau kanan ke kiri melalui defek septum ventrikel akan makin bertambah. Faktor-faktor
terjadinya cyanotic spell ini antara lain kelelahan akibat menangis lama atau
beraktifitas fisik berat, demam, dehidrasi dan lain-lain. 1,18
1.6.4. Penatalaksanaan
20
e. Propanolol 0,02 mg/kgBB/dosis IV, dilanjutkan 0,1 mg/kgBB dalam 10 menit, dapat
diulang1-3 kali.1,18
Sirkulasi :
Gejala : Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen, IM baru / akut
Tanda : Warna : kebiruan, pucat, abu – abu, sianotik
Edema : mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya pada
ekstremitas.
Frekuensi jantung : takikardy
Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan penurunan volume
sekuncup
Hepar : pembesaran/dapat teraba
Bunyi nafas : rongki
Irama jantung : disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardi, blok jantung.
Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
Murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis
Integritas :
Gejala : ansietas, takut
Tanda : berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan.
Eleminasi :
Gejala : penurunan berkemih, berkemih di malam hari,
21
Makanan atau Cairan :
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, pembengkaan ekstremitas
bawah,
Tanda : distensi abdomen, edema (umum, dependen, tekanan, pitting)
Neorosensori :
Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda : Letargi, diorientasi, perubahan perilaku
Pernapasan :
Gejala : Dipsnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal, penggunaan bantuan pernapasan missal oksigen atau medikasi
Tanda : pernapasan : takipnea, napas dangkal,
Bunyi napas : mungkin tidak terdengar, dengan mengi
Fungsi mental : kegelisahan
Warna kulit : pucat atau sianosis
Pemeriksaan Diagnostik :
EKG : hipertrofi atrial atau ventrikuler, iskemia, disritmia misal takikardi, fibrilasi
atria.
Ekokardiogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik dan serambi,
perubahan dalam fungsi atau struktur katup atau area kontraktilitas ventricular.
Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertopi bilik atau serambi, atau perubahan dalam
pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal.
Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal atau kongestif hepar.
AGD : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini)
atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
22
diharapkan penurunan cardiac output teratur setiap 4 jam. jantung sedini
pada klien dapat diatasi, dengan Catat bunyi jantung. mungkin.
kriteria hasil : Kaji perubahan Mengetahui adanya
- denyut nadi klien kembali normal, warna kulit perubahan irama
yaitu 90 – 140 x/mnt terhadap sianosis jantung.
- Klien tidak terlihat pucat. dan pucat. Pucat menunjukkan
- Klien tidak terlihat lemah. adanya penurunan
- mengalami sianosis pada perfusi perifer
tubuhnya. Pantau intake dan terhadap tidak
output setiap 24 adekuatnya curah
jam. jantung. Sianosis
Batasi aktifitas terjadi sebagai akibat
secara adekuat. adanya obstruksi
aliran darah pada
ventrikel.
Berikan kondisi Ginjal berespon untuk
psikologis menurunkna curah
lingkungan yang jantung dengan
tenang. menahan produksi
cairan dan natrium.
Istirahat memadai
diperlukan untuk
memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan
menurunkan
komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.
Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatkan
TD dan meningkatkan
kerja jantung.
23
terbangun Bantu pasien pasien.
memilih kegiatan
yang tidak Menghindarkan
melelahkan. pasien dari kegiatan
yang melelahkan dan
Hindari perubahan meningkatkan beban
suhu lingkungan kerja jantung.
yang mendadak. Perubahan suhu
lingkungan yang
Kurangi mendadak
kecemasan pasien merangsang
dengan memberi kebutuhan akan
penjelasan yang oksigen yang
dibutuhkan pasien meningkat.
dan keluarga. Kecemasan
Respon perubahan meningkatkan respon
keadaan psikologis psikologis yang
pasien (menangis, merangsang
murung dll) dengan peningkatan kortisol
baik. dan meningkatkan
suplai O2.
Stres dan kecemasan
berpengaruh
terhadap kebutuhan
O2 jaringan.
24
4. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah diberikan asuhan Kaji tanda vital dan Memonitor gejala dan
keperawatan selama 3 x 24 jam, tanda – tanda tanda infeksi sedini
diharapkan infeksi pada klien tidak infeksi umum mungkin.
terjadi dengan kriteria hasil : lainnya. Menghindarkan
Hindari kontak pasien dari
-Terbebas dari tanda - tanda infeksi dengan sumber kemungkinan terkena
-Menunjukkan hygiene pribadi yang infeksi. infeksi dari sumber
adekuat Sediakan waktu yang dapat dihindari.
istirahat yang Istirahat adekuat
adekuat. membantu
Sediakan meningkatkan
kebutuhan nutrisi keadaan umum
yang adekuat pasien.
sesuai kebutuhan. Nutrisi adekuat
menunjang daya
tahan tubuh pasien
yang optimal.
25
REFERENSI
1. Ridianto, L. I., Baraas, F., Karo-Karo, S., Roebiono, P. S., Buku Ajar Kardiologi.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996, Bab II;
Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah, hal. 7-13. Bab IV; Spel Sianotik, hal. 103-
104. BAB XII; Tetralogy Fallot, hal. 236-237.
2. Madiyono, B.,Rahayuningsih, S. E., Sukardi, R., Penanganan Penyakit Jantung
Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2005, hal. 25-36.
3. Rahmat, J., 1994. Embriogenesis Jantung. Diakses dari:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/19494230236.pdf [6 Juli 2011].
4. Sherwood, L., Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001,
BAB 9; Fisiologi Jantung, hal. 260-261.
5. Silbernalg, S., Lang, Florian. Colour Atlas Of Pathophysiology. New York, 2000, p;
212.
6. Sudoyo, A, W., et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam, 2009; Penyakit Jantung Kongenital. hal. 1779-1789.
7. National Heart, Lung, and Blood Institute. 2009. Tetralogy of Fallot. Diakses dari:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/tof/tof_what.html [2 Juli 2011].
8. Centers for Disease Control and Prevention. 2011. Facts about Tetralogy of Fallot.
Diakses dari: http://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/TetralogyOfFallot.html [2
Juli 2011]
9. National Heart, Lung, and Blood Institute. 2009. Tetralogy of Fallot. Diakses dari:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/tof/tof_causes.html [2 Juli 2011].
10. Bernstein D., Nelson Textbook of Pediatrics. Tetralogy of Fallot. Ed. 19th. p; 1524-
1528.
11. National Heart, Lung, and Blood Institute. 2009. Tetralogy of Fallot. Diakses dari:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/tof/tof_causes.html [2 Juli 2011].
26
27
28