Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

INFEKSI TORCH

DISUSUN OLEH :

1. Awan Patut Teguh P.


2. Ayu Hindrihanti
3. Fitria Alfiani
4. Henik Setyowati
5. Melina Sari
6. Muhammad Ainun N.
7. Nila Ayu Lola Pitaloka
8. Nugroho Christian
9. Suci Agustyani
10. Yosi Yulinda Dwi A.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ANNUR PURWODADI

2017/2018
ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah tentang TORCH.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami

dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah TORCH ini dapat memberikan

manfaat terhadap pembaca.

Purwodadi, Febuari 2018

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Definisi ......................................................................................................... 3

B. Etiologi ......................................................................................................... 4

C. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 6

D. Pemeriksaan TORCH ................................................................................... 9

E. Pencegahan ................................................................................................. 10

F. Pengobatan ................................................................................................. 12

BAB III ................................................................................................................. 14

PENUTUP ............................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

B. Saran ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi dalam kehamilan adalah infeksi yang terjadi saat kehamilan

berlangsung, bisa didapatkan saat sebelum kehamilan terjadi atau didapatkan

saat kehamilan. Besarnya pengaruh infeksi tersebut tergantung dari virulensi

agennya, umur kehamilan serta imunitas ibu bersangkutan saat infeksi

berlangsung. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu,

tetapi dapat menimbulkan dampak pada janin dengan akibat antara lain

abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta

cacat bawaan. Kebanyakan penyakit infeksi diperparah dengan terjadinya

kehamilan.

Penyakit-penyakit intrauterin yang sering menyebabkan dampak yang

berbahaya pada janin yaitu Penyakit TORCH ; merupakan singkatan dari T

= Toksoplasmosis ; R = Rubela (campak Jerman); C = Cytomegalovirus; H =

Herpes simpleks. Penyakit infeksi dalam kehamilan akan dibagi dalam

penyakit akibat hubungan seksual, dan penyakit lainnya terdiri dari infeksi

oleh bakteri, virus serat infeksi parasit dalam kehamilan. Infeksi dalam

kehamilan berdampak pada janin bisa berasal dari infeksi tersebut saat janin

didalam kandungan atau saat janin setelah dilahirkan pervaginam karena

kontak langsung dengan tempat yang terinfeksi.

Banyak penyakit infeksi intrauterin maupun yang didapat pada masa

perinatal yang berakibat sangat berat pada janin maupun bayi, bahkan
2

mengakibatkan kematian sehingga diperlukan diagnosa yang cepat dan

tindakan pengobatan serta pencegahan baik yang dapat dilakukan oleh wanita

hamil, suami, keluarganya maupun dari pemerintah sehingga diharapkan

menurunkan angka kematian ibu maupun bayi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari TORCH ?

2. Apakah etiologi dari TORCH ?

3. Apakah manifestasi klinis dari TORCH ?

4. Apakah pemeriksaan dari TORCH ?

5. Apakah pencegahan dari TORCH ?

6. Apakah pengobatan dari TORCH ?

C. Tujuan

1. Agar dapat mengetahui definisi dari TORCH.

2. Agar dapat mengetahui etiologi dari TORCH.

3. Agar dapat mengetahui manifestasi klinis dari TORCH.

4. Agar dapat mengetahui pemeriksaan dari TORCH.

5. Agar dapat mengetahui pencegahan dari TORCH.

6. Agar dapat mengetahui pengobatan dari TORCH.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Infeksi TORCH ialah penyakit infeksi intrauterin atau yang didapat

pada masa perinatal, merupakan singkatan dari T = Toksoplasmosis, O =

other yaitu penyakit lain misalnya sifilis, HIV-1dan 2, dan Sindrom

Imunodefisiensi Didapat ( Acquired Immune Deficiency

Syndrome/AIDS),dan sebagainya , R = Rubela (campak Jerman), C =

Cytomegalovirus, H = Herpes simpleks. Infeksi Toxoplasma pada trimester

pertama kehamilan dapat mengenai 17% janin dengan akibat abortus, cacat

bawaan dan kematian janin dalam kandungan, risiko gangguan perkembangan

susunan saraf, serta retardasi mental.

1. Toksoplasmosis

Toxoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasmosis

Gondii. Yang merupakan parasit penyebab penyakit pada manusia dan

binatang. Pada manusia khususnya bayi dan anak-anak, dapat menimbulkan

beberapa masalah kesehatan.

2. Rubella

Campak Jerman (Rubella, Campak 3 hari) adalah suatu infeksi virus

menular, yang menimbulkan gejala yang ringan (misalnya nyeri sendi dan

ruam kulit). Berbeda dengan campak, rubella tidak terlalu menular dan jarang

menyerang anak-anak. Jika menyerang wanita hamil (terutama pada saat


4

kehamilan berusia 8-10 minggu), bisa menyebabkan keguguran, kematian

bayi dalam kandungan atau kelainan bawaan pada bayi.

3. CMV (Cytomegalovirus)

CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus

Herpes sehingga memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui

berbagai cara tranfusi darah, transplantasi organ, kontak seksual, air susu, air

seni,dan air liur, transplansental atau kontak langsung saat janin melewati

jalan lahir pada persalinan pervaginam.

4. Herpes simpleks.

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes

simpleks (virus herpes hominis) tipe 1 atau tipe 2 yang ditandai oleh adanya

vesikel yang berkelompok di atas kulit eritematosa pada daerah dekat

mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun

rekurens. Virus herpes simpleks tipe 1 sebagian besar terkait dengan penyakit

orofacial, sedangkan virus herpes simpleks tipe 2 biasanya terkait dengan

infeksi perigenital. Tetapi, keduanya dapat menginfeksi daerah oral dan

genital.

B. Etiologi

1. Toksoplasmosis
Toksoplasma gondii mempunyai inang mutlak, yaitu kucing. Gondii akibat

memakan daging mentah yang terkontaminasi, burung liar, atau tikus. Tokso

gondii kemudian berkembang biak di dalam usus kucing dan ikut keluar

bersama feses kucing. Feses yang mengandung parasit ini dapat mencemari
5

tanah dan air. Manusia dapat terinfeksi saat berkontak dengan tanah atau feses

kucing tersebut atau melalui konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi.

Ibu hamil yang menderita toksoplasmosis dapat menularkan penyakit ini pada

janin yang di kandungnya

2. Rubella
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili

Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Infeksi terjadi

melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Penyebab rubella atau

campak Jerman adalah virus rubella. Meski virus penyebabnya berbeda, namun

rubella dan campak (rubeola) mempunyai beberapa persamaan. Rubella dan

campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada kulit pada

penderitanya. Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu menular

dibandingkan campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari

penderitanya ke orang lain terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin

dan udara yang terkontaminasi. Virus ini cepat menular, penularan dapat terjadi

sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik merah pada kulit si penderita,

sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut menghilang. Namun bila

seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru timbul

kira-kira 14 – 21 hari kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses

penyembuhannya sementara rubella hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering

disebut campak 3 hari.

3. CMV (Cytomegalovirus)
CMV berkaitan dengan virus yang menyebabkan cacar air, herpes

simpleks dan mono nukleosis. Setelah anda terinfeksi CMV, virus tetap tinggal
6

dengan tubuh anda tetapi tidak selalu aktif. Penularan virus terjadi melalui

paparan cairan tubuh.

4. Herpes simpleks.
Herpes genital disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus ini terbagi

menjadi dua tipe, yaitu HSV tipe 1 dan HSV tipe 2. Mayoritas kasus herpes

genitalis disebabkan oleh HSV tipe 2, meskipun tidak menutup kemungkinan

HSV tipe 1 merupakan penyebabnya. Kedua jenis virus ini sangat mudah

menular dan penularannya terjadi melalui kontak langsung dari orang yang

terinfeksi. Herpes terkadang tidak menimbulkan gejala tertentu, tapi orang yang

terinfeksi tetap bisa menularkan virus. Karena gejalanya yang cukup ringan,

sekitar 80 persen orang yang terinfeksi tidak menyadari bahwa mereka telah

menderita herpes.

C. Manifestasi Klinis

1. Toksoplasmosis

a. Pada orang tanpa gangguan imun

b. Pembesaran kelenjar getah bening berukuran < 3 cm dan tidak nyeri

c. Demam, rasa tidak enak badan, kringat malam, dan pegal pegal

d. Dapat di sertai nyeri tenggorokan

e. Nyeri perut akibat pembesaran kelenjar getah bening di sekitar usus

f. Bintik bintik merah pada kulit

g. Pada orang dengan gangguan imun

1) Gangguan penglihatan berupa pandangan buram, nyeri mata, silau, mata

merah, gelap pada sebagian lapang pandang (retinocoroditis)


7

2) Batuk, sesak, nyeri dada, demam ( pnumonitis toksoplasma )

3) Pembesaran kelenjar getah bening

2. Rubella

a. Biasanya terjadi demam ringan, sakit kepala, rasa lelah dan perasaan tidak

karuan, sakit tenggorokan, batuk.

b. 30-50% tidak bergejala

c. Ruam akan timbul sekitar 16-18 hari setelah terpapar

d. Pada orang dewasa kadang2 disertai sakit pada persendian

3. CMV (Cytomegalovirus)

a. Pada ibu hamil

Umumnya >90% infeksi CMV pada ibu hamil asimpomatik, tidak

terdeteksi secara klinis. Gejala yang timbul tidak spesifik, yaitu: demam, lesu,

sakit kepala, sakit otot dan nyeri tenggorok. Wanita hamil yang terinfeksi

CMV akan menyalurkan pada bayi yang dikandungnya, sehingga bayi yang

dikandungnya akan mendapatkan kelainan kongenital. Selain itu wanita yang

hamil dapat mengalami keguguran akibat infeksi CMV.

b. Pada bayi

Transmisi dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan, Infeksi pada

kehamilan sebelum 16 minggu dapat mengakibatkan kelainan kongenital

berat. Gejala klinik infeksi CMV pada bayi baru lahir jarang ditemukan. Dari

hasil pemeriksaan virologis, CMV hanya didapat 5-10% dari seluruh kasus

infeksi kongenital CMV. Kasus infeksi kongenital CMV hanya 30-40% saja

yang disertai persalinan prematur. Dari semua yang prematur setengahnya


8

disertai Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). 10% dari janin yang

menunjukkan tanda-tanda infeksi kongenital mati dalam dua minggu pertama.

infeksi kongenital pada anak baru lahir jelas gejalanya. Gejala infeksi pada

bayi baru lahir bermacam-macam, dari yang tanpa gejala apa pun sampai

berupa demam, kuning (jaundice), gangguan paru, pembengkakan kelenjar

limfe, pembesaran hati dan limpa, bintik merah di sekujur tubuh, serta

hambatan perkembangan otak (microcephaly). Hal ini bisa menyebabkan

buta, tuli, retardasi mental bahkan kematian. Tetapi ada juga yang baru

tampak gejalanya pada masa pertumbuhan dengan memperlihatkan gangguan

neurologis, mental, ketulian dan visual.

c. Herpes simpleks.

Terkadang virus HSV tidak menyebabkan gejala. Bagi yang baru

pertama kali terinfeksi herpes, mungkin tidak akan menyadari adanya gejala-

gejala tertentu. Akibatnya, mereka tidak tahu bahwa dirinya telah terinfeksi

virus herpes. Gejala-gejala herpes genital bisa berupa:

1) Luka yang terbuka dan terlihat merah tanpa disertai rasa sakit, gatal, atau

geli.

2) Sensasi rasa sakit, gatal, atau geli di sekitar daerah genital atau daerah

anal.

3) Luka melepuh yang kemudian pecah dan terbuka di sekitar genital,

rektum, paha, dan bokong.

4) Merasakan sakit saat membuang air kecil.

5) Sakit punggung bawah.


9

6) Mengalami gejala-gejala flu seperti demam, kehilangan nafsu makan, dan

kelelahan.

7) Luka terbuka atau melepuh pada leher rahim.

8) Adanya cairan yang keluar dari vagina.

D. Pemeriksaan TORCH

Pemeriksaan penunjang TORCH yaitu :

1. Toxoplasma
Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan pada

penyangga padat, mula-mula di inkubasi dengan serum penderita

kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar antibodi dalam serum

penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah ikatan

antigen antibodi dicampur dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA

bermanfaat untuk determinasi prediktif kapan seseorang atau individu

tersebut diperkirakan terinfeksi Aviditas ELISA juga dapat digunakan

untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan intrinsik antara

antibodi dengan antigen.

2. Rubella
Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau tes LA, atau dengan adanya

IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella telah terjadi.

Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-

Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan

untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata

belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan


10

Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi

akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

3. Cytomegalovirus
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui

infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko

yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti

CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.

4. Herpes Simpleks
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat

penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya

infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila

infeksi terjadi pada saat kehamilan

E. Pencegahan

Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang

sedang merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat

mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan

baik dan sempurna.

1. Makan makanan bergizi

Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi.

Selain baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan

membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat

melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan

menginfeksi tubuh.
11

2. Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan

Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan

kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau

bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah

terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan

hingga benar-benar sembuh.

3. Melakukan vaksinasi

Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab

TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya

saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.

4. Makan makanan yang matang

Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang.

Virus atau parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak

akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk

mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam

keseharian Anda.

5. Periksa kandungan secara terartur

Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan

kandungan secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat

dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata

terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi

bayi tidak menjadi buruk.


12

6. Jaga kebersihan tubuh

Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci

tangan, sangatlah penting.

7. Hindari kontak dengan penderita penyakit

Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun

yang menderita infeksi virus, seperti rubela, yang juga disebut campak

Jerman.

F. Pengobatan

Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah.

Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu

Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya

keduanya negatif. Jika IgG positif dan IgMnya negatif, artinya infeksi

terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan

ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya

infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan

untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin.

Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya

pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga

positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya

tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka

perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi

Toksoplasma, jika dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan

kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk Rubella dan


13

CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk

menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama

dokter kandungan anda.

Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan

menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex,

spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir,

dan lainnya.
14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi TORCH ialah penyakit infeksi intrauterin atau yang didapat

pada masa perinatal; merupakan singkatan dari T = Toksoplasmosis O =

other yaitu penyakit lain misalnya sifilis, HIV-1dan 2, dan Sindrom

Imunodefisiensi Didapat ( Acquired Immune Deficiency Syndrome /

AIDS),dan sebagainya ; R = Rubela (campak Jerman); C =

Cytomegalovirus; H = Herpes simpleks. Infeksi Toxoplasma pada trimester

pertama kehamilan dapat mengenai 17% janin dengan akibat abortus, cacat

bawaan dan kematian janin dalam kandungan, risiko gangguan

perkembangan susunan saraf, serta retardasi mental.

B. Saran

Semoga makalah yang kami susun dapat di manfaatkan secara

maksimal, sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat

mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, di

perlukan lebih banyak refrensi untuk menunjang proses pembelajaran.


15

DAFTAR PUSTAKA

Cuningham, Gary. 2006. Obstetri wiliams. Jakarta : EGC

Manuba,dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

http://www.alodokter.com/herpes-genital/pengobatan

http://www.alodokter.com/rubella

Anda mungkin juga menyukai