Anda di halaman 1dari 28

1.

1 Latar belakang
Peserta didik merupakan sumber daya terpenting dalam proses pendidikan dan

pengajaran. Tanpa adanya peserta didik, maka tidak ada pula peran guru. Peserta didik dapat

belajar tanpa guru, namun guru tidak dapat mengajar tanpa peserta didik. Walaupun pada

dasarnya anak didik bisa belajar tanpa guru, namun tetap saja, guru yang menjadi sosok

terbaik dalam pengoptimalan proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kaitan yang sangat erat. Walaupun berbeda,

namun keduanya tetap berjalan beriringan dalam proses kedewasaan. Pemahaman dasar

tentang perkembangan diperlukan oleh untuk mengembangkan basis pengetahuan,

keterampilan, dan sikap peserta didik sesuai dengan tahap kehidupannya.. Perkembangan

peserta didik perlu dipelajari oleh calon pendidik. Peserta didik dalam penerapannya

bisa menjadi kendala bagi seorang guru apabila tidak mengetahui secara mendasar

perilaku dan dasar yang harus diterapkan saat menghadapi perkembangan peserta

didik yang begitu cepat.


Faktor-faktor perkembangan peserta didik belum dipahami sepenuhnya oleh

orang tua ataupun guru, yang terkadang kurang menyadari bahwa seorang anak

sedang mengalami perkembangan sehingga pada saat peserta didik melakukan

kegitan yang mereka sukai para orang tua ataupun guru melarangnya dan

memarahinya. Padahal seharusnya hal tersebut harus didukung secara penuh agar

anak dapat berkembang secara optimal dan menghasilkan peserta didik yang

berkualitas.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud pertumbuhan dan perkembangan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan?
1.2 Tujuan
1. Menguraikan definisi pertumbuhan dan perkembangan

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

2.1 Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik


2.1.1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan sekaligus maknanya, setiap kita pasti berpikiran berbeda tentang
pengertian dan arti dari perkembangan tersebut. Sebelum itu kita perhatikan terlebih
dahulu pengertian perkembangan menurut para ahli.
Menurut Kasiram (1983 : 23), “Perkembangan mengandung makna adanya
pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya, mengandung arti
bahwa perkembangan merupakan perubahan sifat individu menuju kesempurnaan
yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.”
Menurut Santrok Yussen (1992), Perkembangan merupakan pola perkembangan
individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat
involusi. Dengan demikian perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya
individu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung sampai
akhir hayat yang bersifat timbul adanya perubahan dalam diri individu.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
adalah proses perubahan individu yang bersifat dinamis ke arah kesempurnaan secara
terus – menerus sejak lahir hingga akhir hayat.
Dalam menumbuh kembangkan kualitas peserta didik, yang perlu dilakukan
oleh tenaga pendidik adalah mengenali peserta didik dengan sebaik-baiknya.
Mengenali disini diartikan seperti mengenal psikolog anak, bagaimana pribadi si
anak, dan bagaimana cara menghadapi watak atau karakteristik anak yang berbeda-
beda. Dengan mengenali karakter si anak, maka pendidik akan lebih mudah dalam
menyampaikan materi ajar pada si anak. Sehingga anak akan lebih mudah menerima
apa yang disampaikan oleh Gurunya.
Konsep dasar perkembangan meliputi:
a. pertumbuhan (growth)
Perubahan yang bersifat kuantitatif baik perubahan secara alamiah maupun hasil
belajar.
b. Kematangan ( maturation )
Perubahan kualitatif fungsi psiko fisik organisme dari tidak siap menjadi siap
melakukan fungsinya. perubahannya alamiah dan hasil belajar.
c. Belajar ( Learning )
Perubahan perilaku sebagai akibat pengalaman, disengaja, bertujuan/terarah baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
d. Latihan (exercise)
Perubahan perilaku yang bersifat mekanistis dan lebih banyak menyentuh aspek
psikomotor organisme sebagai akibat pengalaman, disengaja, bertujuan/terarah baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.

2.1.2 Pengertian Peserta Didik


Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(UU No. 20 Tahun 2003 SISIDIKNAS, pasal 1 ayat 4).

Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Antara lain seperti, ada
peserta didik yang cepat menerima materi, dan ada yang harus diulangi sehingga ia
mengerti suatu materi. Ada yang sifatnya cepat menghafal, dan ada yang sulit
menghafal. Oleh karena beragamnya karakteristik setiap peserta didik, yang harus
diperhatikan oleh pendidik adalah harus pandai-pandai mengenal karakteristik setiap
peserta didik. Misalnya dengan cara memberikan suatu permasalahan, dan bagaimana
peserta didik menyelesaikan dengan solusinya sendiri.
Kesimpulannya, peserta didik yaitu semua komponen mayarakat yang belajar
dan mengembangkan diri melalui prosedur – prosedur, baik prosedur formal maupun
nonformal. Sedangkan tenaga pendidik adalah semua orang yang mengamalkan ilmu
dan pengalamannya dengan cara memberikan bekal dan pengajaran sebagai
pengabdian terhadap masyarakat.

Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan


psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajarai aspek-aspek
perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah dan sekolah menengah.
Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan
fitrahnya.

Perkembangan peserta didik yaitu proses perubahan peserta didik menuju yang
lebih baik secara bertahap yang dibimbing oleh tenaga pendidik yang tujuannya
mengenali karakteristik peserta didik agar bisa mengembangkan kualitas peserta didik
dengan sebaik-baiknya.

2.1.3 Manfaat Mempelajari Perkembangan Peserta Didik untuk calon pendidik


Bagi calon guru, manfaat yang dapat diambil dari mempelajari perkembangan
peserta didik, antara lain :
1. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik, kita dapat memahami ciri khas
perkembangan dari peserta didik.
2. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik, kita mulai mengerti tahap-tahap
perkembangan dari peserta didik.
3. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik sebagai calon guru akan mampu
untuk memahami perilaku peserta didiknya.
4. Mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik, misalnya akan diketahui
pada umur berapa peserta didik mulai mampu berpikir abstrak atau akan diketahui
pula pada umur berapa peserta didik tertentu akan memperoleh keterampilan perilaku
dan emosi khusus.
5. Pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu kita untuk
merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta didik.
6. Pemahaman tentang perkembangan peserta didik akan membantu mengenali berbagai
penyimpangan dari perkembangan peserta didik yang tidak normal.
7. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik akan membantu memahami diri
sendiri untuk dapat lebih memahami seberapa jauh kesiapan menjadi pendidik.

2.2 Kajian Perkembangan Peserta Didik yang menyangkut PIES


Setiap orang apakah ia seorang anak atau dewasa dan apakah ia berada di
dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukan
kedudukan seseorang sebagai perseorangan. Sifat individual adlah sifar yang
berkaitan dengan perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan.
Ciri dan sifat yang satu berbeda dengan orang ain. Perbedaan ini disebut perbedaan
individu atau perbedaan individual. Dalam perbedaan individual dapat dikategorikan
kedalam bidang-bidang antara lain perbedaan fisik, persedaan sosial, perbedaan
intelektual, perbedaan emosi dan perbedaan sosial dan moral. Dari perbedaan
individual inilah yang menjadi suatu kajian dalam Perkembangan Peserta Didik.

2.21 Physical (Fisik)


Perkembangan fisik tubuh seseorang terjadi karena pertumbuhan dan
perkembangan tulang, sistem syaraf, sirkulasi darah. Otot serta berfungsinya hormon.
Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang
mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami keterlambatan.
Pada anak-anak perkembangan anak-anak, anak mengalami perubahan fisik
secara proporsional. Pada masa kanak-kanak, anak mengalami perubahan fisik
menuju proporsi tubuh yang lebih serasi, walaupun tidak seluruh bagian tubuh dapat
mencapai proporsi kematangan dalam waktu yang bersamaan. Perubahan proporsi
tubuh mempunyai irama pertumbuhan sendiri, ada yang tumbuh cepat dan ada pula
yang lambat, namun semuanya akan mencapai taraf kematangan ukuran tepat pada
saatnya.
Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses
perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik berarti perkembangan
pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang
terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan
bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya.

Berikut merupakan perkembangan karakateristik perkembangan fisik pada anak:


a. Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun)
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai
mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu
gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat, meloncat, berjingkrak, melempar,
menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai
akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu, perkembangan juga
ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional.
Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan
keseimbangan berkembang dengan baik.

b. Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11):


Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak,
koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot
otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan
daya tahan kurang. Laki-laki memliki tingkat kedewasaan yang rendah jika
dibandingkan dengan perempuan.

c. Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja


Perkembangan fisik yang paling menonjol yaitu perkembangan kekuatan,
ketahanan, dan organ seksual pada masa remaja. Karakteristik perkembangan
fisik pada masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan
yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan
alat-alat kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara,
haid, kumis, dan mimpi basah, dan lain sebagainya), timbulnya hasrat seksual
yang tinggi (masa puberitas).

d. Karakteristik perkembangan fisik pada masa dewasa


Kemampuan fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat
bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik
kemampuan fisiknya dan gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran
tubuh yang proposianal memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa
dewasa pertumbuhan mecapai titik maksimal. Pertumbuhan fisik mulai terhenti
sehingga hasil dari pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik pada masa
ini.

Pengaruh Perkembangan Fisik Peserta Didik dalam Pendidikan


Perkembangan fisik peserta didik akan memengaruhi proses belajar peserta
didik. Peserta didik melakukan berbagai aktivitas fisik sebagai pengalaman belajar.
Kondisi panca indra, normalitas anggota tubuh, asupan gizi dan keadaan kesehatan
secara menyeluruh mempengaruhi proses belajar.
Penglihatan dan pendengaran sangat diperlukan dalam belajar. Gangguan pada fungsi
panca indra menyebabkan perhatian individu tidak optimal dalam belajar. perubahan
bentuk dan berat badan, suara yang membesar, gerakan fisik yang semakin lamban,
mudah mengantuk, perasaan tidak nyaman ketika mengalami haid, semua ini
memberi pengaruh terhadap suasana belajar peserta didik.

2.22 Intelektual ( Kognitif dan Bahasa)


Intelekual adalah kemampuan jiwa atau psikis yang relatif menetap dalam
proses berpikir untuk membuat hubungan-hubungan tanggapan, serta kemampuan
memahami, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi. Intelektual berfungsi
dalam pemben-tukan konsep yang dilakukan melalui pengindraan pengamatan,
tanggapan, ingatan, dan berpikir.
Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas
mengenai berfikir dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa kognisi adalah
tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuam atau yang
dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga dipandang
sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu pada kegiatan mental
yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan
pengetahuan. Proses utama yang digolongkan dibawah istilah kognisi mencakup
mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan, mengingat informasi, mengevaluasi
gagassan, menyimpulkan prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan
menghasilkan strategi dan berfantasi.

Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang


mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaaran, pengertian yang bersifat mental
pada ddiri individu yang digunakan interaksinya antara kemampuan potensial dengan
lingkungan seperti dalam aktivitas mengamati, menafsirkan, memperkirakan,
mengingat, menilai dll.

Piaget membagi tahap perkembangan kognitif ke dalam empat tahap, yaitu tahap
sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap konkret operasional, dan tahap formal
operasional.
1. Tahap 1: Sensorimotor (0-2 tahun).
Pada tahap ini anak menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik untuk
mengenal lingkungannya. Diawali dengan modifikasi refleks yang semakin lebih
efisien dan terarah, dilanjutkan dengan reaksi pengulangan gerakan yang menarik
pada tubuhnya dan keadaan atau objek yang menarik, koordinasi reaksi dengan
cara menggabungkan beberapa skema untuk memperoleh sesuatu, reaksi
pengulangan untuk memperoleh hal-hal yang baru, serta permulaan berpikir
dengan adanya ketetapan objek. Pada masa sensorimotor, berkembang pengertian
bahwa dirinya terpisah dan berbeda dengan lingkungannya. Anak berusaha
mengkoordinasikan tindakannya dan berusaha memperoleh pengalaman melalui
eksplorasi dengan indera dan gerak motorik. Jadi, perkembangan skema kognitif
anak dilakukan melalui gerakan refleks, motorik, dan aktivitas indera.
Selanjutnya, anak juga mulai mampu mempersepsi ketetapan objek.

2. Tahap 2: Pra-Operasional (2-7 tahun).


Pada fase ini anak belajar mengenal lingkungan dengan menggunakan simbol
bahasa, peniruan, dan permainan. Anak belajar melalui permainan dalam
menyusun benda menurut urutannya dan mengelompokan sesuatu. Jadi, pada
masa pra-operasional anak mulai menggunakan bahasa dan pemikiran simbolik.
Mereka mulai mengerti adanya hubungan sebab-akibat meskipun logika
hubungannya belum tepat, mampu mengemukakan alasan dalam menyatakan
pendapat atau ide, mulai dapat mengelompokan sesuatu, serta perbuatan
rasionalnya belum didukung oleh pemikiran tetapi oleh perasaan.
3. Tahap 3: Konkret Operasional (7-11 tahun).
Pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas
mengkonservasi angka melalui tiga macam proses operasi, yaitu:
a. negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di
antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya;
b. resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik;
c. identitas dalam mengenali benda-benda yang ada.
Dengan demikian, pada tahap ini anak sudah mampu berpikir konkret dalam
memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonservasi angka,
serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif.

4. Tahap 4: Formal Operasional (11 tahun – dewasa).

Pada fase ini anak sudah dapat berpikir abstrak, hipotetis, dan sistematis
mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal-hal yang akan dan mungkin
terjadi. Jadi, pada tahap ini anak sudah mampu meninjau masalah dari berbagai
sudut pandang dan mempertimbangkan alternatif/kemungkinan dalam
memecahkan masalah, bernalar berdasarkan hipotesis, menggabungkan sejumlah
informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika dalam abstraksi,
memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di masa depan.

Menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan


untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-
simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan
membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang
berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan,
1998)..
Keterampilan berbahasa memiliki empat aspek atau ruang lingkup yaitu
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan
mendengarkan di sekolah meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah,
dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran.
Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan dan
informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi
anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi
tanggapanpendapat/saran, dan diskusi. Keterampilan membaca meliputi keterampilan
memahami teks bacaan melalui membaca nyaring, membaca lancar, membaca puisi,
membaca dalam hati, membaca intensif dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi
kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis
surat, undangan, dan ringkasan paragraf.
Perkembangn bahasa anak dimulai sejak dalam masa bayi, bentuk bahasa
yang paling sederhana dan digunakan pada masa bayi adalah menangis. Kemudian
berkembang dalam bentuk celoteh atau cehan dengan cara mengeluarkan bunyi yang
belum jelas. Kemudian dengan menggerakan anggota badan sebagai isyarat yang
berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
Pada saat anak mulai masuk sekolah, di mana hasrat untuk belajar dan ingin
tahu besar, merupakan masa yang paling baik untuk belajar bahasa. Anak selalu
bertanya mengenai segala yang dilihat dan ditemui dalam kehidupan sehari-harinya.
Anak mulai membangun kosa kata atau menambah perbendaharaan kata-katanya.
Kosa kata anak biasanya kata-kata yang merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat,
kata keterangan, kata perangkai atau pengganti dari apa saja yang dijumpai anak
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata
populer yang digunakan kelompok anak atau teman sebaya. Selanjutnya
perkembangan bahasa dengan pembentukan kalimat, dimulai dari kalimat sederhana
yang belum lengkap menjadi kalimat yang semakin lengkap
Owen (Semiawan, 1998) menjelaskan perkembangan bahasa (pragmatik dan
semantik) anak pada usia sekolah dasar. Menurutnya, anak usia 5 tahun sangat sering
menggunakan bahasa untuk mengajukan permintaan, mengulang untuk perbaikan,
mulai membicarakan topik-topik gender. Anak usia 6 tahun mengulang dengan cara
elaborasi untuk perbaikan, dan menggunakan kata-kata keterangan. Anak usia 7 tahun
mengguna-kan dan memahami sebagian istilah dan membuat plot naratif yang
mempunyai pengantar dan akhir dari topik yang mau diungkapkan. Anak usia 8 tahun
menggunakan topik-topik yang konkret, mengenal makna nonliteral dalam bentuk
permintaan langsung, dan mulai mempertimbangkan maskud lainnya. Pada usia 9
tahun, anak memelihara topik melalui beberapa perubahan.
2.23 Emosi
Kegiatan kita sehari-hari pada umumnya disertai dengan perasaan-perasaan
tertentu misalnya senang, sedih, cinta, marah, cemas dll. Warana afektif ini kadang-
kadang lemah, jelas dan terkadang samar-samar. Dalam hal waran aafektif terssebut
kuat, maka perasaan-perasaan menjadi mendalam, lebih luas, lebih teraraah dan jelas.
Perasaan-perasaan itulah yang disebut dengan emosi. (Sarlito, 1982). Jadi emosi
adalah warna afektif yang kuat dan ditandai olleh perubahan-perubahan fisik.

Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :

Bayi hingga 18 bulan


Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di
sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam
membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi
dengan orang lain. Bayi menunjukan respon emosi seperti tersenyum, marah, takut
dll. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada
bayi.

18 bulan sampai 3 tahun


Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di
lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak
mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak
belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.

Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk
mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah
dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak
mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan
mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal. Pada usia antara 2 sampai 3 tahun
anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai
beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.

Usia antara 3 sampai 5 tahun


Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri.
Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain,
bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain. Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa
bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya
suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah
akan sedih.

Usia antara 5 sampai 12 tahun


Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak
mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini
adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasi.

Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat memverbalisasikan konflik
emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari
perasaan diri dan orang lain.

Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan
dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu
dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang
membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi
tersebut dapat dikontrol.
Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-
norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan
juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai
memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung
dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga
makin beragam.

2.23 Sosial Moral

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan


konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain (Desmita. 1993). Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral
yang disebut dengan immoral.Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap
untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang
lain misalnya dengan orang tua, saudara, teman sebaya dan guru, anak belajar
memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku
mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.tentang baik buruk perbuatan dan
kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral berkaitan dengan kemampuan
untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah.Dengan demikian,
moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.Oleh sebab itu mereka akan
melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut akan ternilai sebagai tindakan
moral yang ternilai baik atau sebaliknya.

Teori perkembangan moral menurut menurut Kohlberg adalah sebagai berikut:


Level I: Preconventional Morality
 Stage 1: Punishment and ObedienceOrientation
Tahap ini disebut juga moralitas heteronomi. suatu orientasi pada hukuman
dan kepatuhan. Penentuan benar atau salah didasarkan pada konsekuensi ragawi
suatu tindakan. Penalaran pada tahap ini sangat egosentrik, penalar tidak dapat
mempertimbangkan perspektif orang lain.
 Stage 2: Individualism, instrumental purpose,and exchange
Tahap kedua disebut tujuan instrumental,individualisme dan pertukaran
(kebutuhan dan keinginan). Tahap ini ditandai oleh pemahaman baik atau benar
sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan, baik diri sendiri
maupun orang lain. Kebutuhan pribadi dan kebutuhan orang lain merupakan
pertimbangan utama penalaran pada tingkat ini.
Level II: Conventional Morality
 Stage 3: Mutual interpersonal expectation, relationship, and
interpersonalconformity

Tahap harapan, hubungan dan penyesuaian antar pribadi. Mengerjakan


sesuatu yang benar pada tahap ini berarti memenuhi harapan orang-orang lain,
loyal terhadap kelompok, dan dapat dipercaya dalam kelompok tersebut.
Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dianggap hal yang penting.
Kesadaran akan perlunya saling menaruh harapan dan saling memberikan
persetujuan terhadap perasaan dan perspektif orang lain, serta minat kelompok
menjadi perspektif sosial seseorang.

 Stage 4: Social system and conscience (law andorder)


Tahap keempat adalah sistem sosial dan hati nurani. Mengerjakan sesuatu yang
benar pada tahap ini berarti mengerjakan tugas kemasyarakatan dan mendukung
aturan sosial yang ada. Tanggung jawab dan komitmen seseorang haruslah menjaga
aturan sosial dan menghormati diri sendiri.
Level III: Postconventional Morality or Principled
 Stage 5: Social contract or utility andindividual right
Tahap ini adalah kontrak sosial dan hak individual. Yang dianggap benar
menurut tahap ini adalah yang mendukung hak-hak dan nilai-nilai dasar, serta saling
menyetujui kontrak sosial. Orientasi penalaran tahap ini adalah pada upaya
memaksimalkan kesejahteraan masyarakat dan menghargai kemauan golongan
mayoritas, di samping menjaga hak-hak golongan minoritas. Apabila undang-undang
dan aturan yang ada dianggap tidak sesuai, misalnya bertentangan dengan hak-hak
kemanusiaan, maka penalar pada tahap kelima ini dapat melakukan kritik dan
mengusahakan perubahan dan mempelajari cara mengatasinya. Tahap kelima ini
memiliki sifat utilitarianism rational, yakni suatu keyakinan bahwa tugas dan
kewajiban harus didasarkan pada tercapainya kebahagiaan bagi sebagian besar
manusia.

 Stage 6: Universal ethical principles


Tahap keenam adalah prinsip etis universal. Pada tahap ini yang dianggap
benar adalah bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip pilihan sendiri yang sesuai bagi
semua manusia. Prinsip-prinsip diterima oleh orang yang berada pada tahap ini
bukan disebabkan oleh persetujuan sosial, tetapi prinsip-prinsip tersebut berasal
dari ide dasar keadilan, yaitu persamaan hak-hak kemanusiaan dan penghargaan
terhadap martabat manusia.Penalar pada tahap ini sudah dapat membuat
keputusan moral secara otonomi.Perhatian utamanya pada tercapainya keadilan
melalui penghargaan terhadap keunikan hak-hak individu.

Selanjutnya, Kohlberg menggunakan dilema moral untuk mengetahui


kedudukan seseorang dalam tahap-tahap perkembangan penalaran moral.Dari
keputusan seseorang dalam menghadapi dilema tersebut, disertai alasan yang
mendasari keputusan, akan dapat ditentukan tahap perkembangan penalaran
orang tersebut.Dalam konteks evaluasi moral, mengetahui tahap-tahap
perkembangan penalaran moral seseorang tidak sama dengan mengetahui
tindakan moral orang tersebut, karena antara pemikiran dan tindakan dapat
terjadi tidak seiring sejalan. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi lain yang
dapat mengungkap aspek sikap maupun perilaku.

Menurut Hurlock, Perkembangan Sosial berarti “ Perolehan kemampuan


berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu
bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Diantaranya adalah belajar
berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat
diterima, dan perkembangan sifat sosial.
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah
laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam
masyarakat di mana anak berada. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan
dan kesempatan belajar dari berbagai respons lingkungan terhadap anak.dalam
periode prasekolah, anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai
orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Menurut
pernyataan diatas, maka perkembangan sosial dapat diartikan sebagai perolehan
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial yang merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Baik itu dalam tatanan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.

Tahapan Perkembangan Sosial Anak


Setiap anak mempunyai tahapan perkembangan dalam segala aspek
perkembangannya, begitu pula pada bidang sosialnya. Perkembangan tersebut
didasarkan pada tahapan usia dari masing-masing anak. Charlotte Buhler seperti yang
dikutip oleh Abu Ahmadi menjelaskan,tingkatan perkembangan sosial anak
menjadi 4 (empat) tingkatan sebagai berikut:
(a) Tingkatan pertama: Sejak dimulai umur 0;4/0;6 tahun, anak mulai mengadakan
reaksi positif terhadap oarng lain, antara lain ia tertawa karena mendengar suara
orang lain.
(b) Tingkatan kedua: Adanya rasa bangga dan segan yang terpancar dalam gerakan
dan mimiknya, jika anak tersebut dapat mengulangi yang lainnya. Contoh: Anak yang
berebut benda atau mainan, jika menang dia akan kegirangan dalam gerak dan mimik.
Tingkatan ini biasanya terjadi pada anak usia ±2 tahun ke atas.
(c) Tingkatan ketiga: Jika anak telah lebih dari umur ±2 tahun, mulai timbul
perasaan simpati (rasa setuju) dan atau rasa antipati (rasa tidak setuju) kepada orang
lain,baik yang sudah dikenalnya atau belum.
(d) Tingkatan keempat: Pada masa akhir tahun ke dua, anak setelah menyadari akan
pergaulannya dengan anggota keluarga, anak timbul keinginan untuk ikut campur
dalam gerak dan lakunya.
(e) Dan pada usia 4 tahun, anak makin senang bergaul dengan anak lain terutama
teman yang usianya sebaya. Ia dapat bermain dengan anak lain berdua atau bertiga,
tetapi bila lebih banyak anak lagi biasanya mereka akan bertengkar. (f) Kemudian,
pada usia 5-6 tahun ketika memasuki usia sekolah, anak lebih mudah diajak bermain
dalam suatu kelompok. Ia juga mulai memilih teman bermainnya,entah tetangga atau
teman sebayanya yang dilakukan di luar rumah.
(Ahmadi, 2005)

2.3 Definisi pertumbuhan dan perkembangan


Dalam kehidupan manusia terdapat dua proses kejiwaan yang terjadi, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pada umumnya, istilah pertumbuhan dan
perkembangan digunakan secara interdepedensi, artinya saling bergantung satu sama
lain. Keduanya tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan dalam melakukan
fungsinya. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Suatu proses pertambahan
ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat
kembali ke asal). Pertumbuhan dapat pula diartikan sebagai proses transmisi dari
konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk
proses aktif berkesinambungan. Hasil pertumbuhan, antara lain bertambahnya ukuran
kuantitatif tubuh anak, seperti berat, panjang, dan kekuatannya. Begitu pula pada
sistem jaringan syaraf dan pertumbuhan-pertumbuhan struktur jasmani lainnya.
Dengan demikian, pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses perubahan dan
pematangan fisik.
Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara
dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus
kehidupan manusia yangterjadi akibat dari kematangan dan pengalaman.Dalam
perkembangan ada dua proses yang bertentangan terjadi selama kehidupan, yaitu
perubahan yang disebut evolusi dan kemunduran yang disebut dengan involusi. Pada
awal kehidupan manusia yang berperan adalah evolusi, sedangkan involusilebih
berperan pada akhir kehidupan, yaitu perubahan-perubahan yang bersifat mundur
(Hurlock,1991).Perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan
individumerupakan hasil dari proses-proses biologis, kognitif dan sosio-emosional
yang saling berkaitan. Proses biologis meliputi perubahan pada sifat fisik individu
yang semakin bertambah usia akan mengarah kepada kematangan. Untuk proses
kognitif meliputi perubahan pada pemikiran, intelegensi dan bahasa individu,
sedangkan proses sosio-emosional meliputi perubahan pada relasi individu dengan
orang lain, serta perubahan emosi dan kepribadian yang menyertainya.

Perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan secara lebih rinci, perbedaan


antara pertumbuhan dan perkembangan adalah :

a. Pertumbuhan (Growth) : cenderung lebih bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan


aspek fisik. Contohnya ukuran berat dan tinggi badan, ukuran dimensi sel tubuh,
umur tulang yang bisa diukur.

b. Perkembangan (Development): cenderung lebih bersifat kualitatif, berkaitan


dengan pematangan fungsi organ individu.

gambar 1. Interaksi antar proses- proses perkembangan individu


Perkembangan juga didefinisikan sebagai proses perubahan kuatitatif dan
kualitatifindividu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi,
masa kanak-kanak,masaremaja sampai masa dewasa. Dengan demikian,
perkembangan dapat diartikan sebagaisuatu proses perubahan dalam diri individu
atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan.Sistematis berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat
salingketergantungan atau saling mempengaruhi atara bagian-bagian organisme
(fisik dan psikis) dan merupakan suatu kesatuan yang harmonis. Contoh prinsip
ini, seperti kemampuan berjalan kaki seiring dengan matangnya otot-otot kaki, atau
berkembangnya minat untuk memperhatikan lawan jenisseiring dengan matangnya
hormon seksual. Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat,
mendalam atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun secarakualitatif
(psikis). Contohnya, sepertiterjadinya perubahan proporsi dan ukuran fisik anak
(dari pendek menjadi tinggi, dari kecil menjadi besar danperubahan pengetahuan atau
kemampuan anak, dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks, (mulai dari
mengenal huruf dan angka sampai kepada kemampuan membaca, menulis dan
berhitung).Berkesinambungan berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme
itu berlangsung secara berurutan dan beraturan.Contohnya, untuk dapat berjalan,
seorang anak lebih dahulu telentang, tengkurap, duduk merangkakdan berdiri,
sedangkan untuk anak dapat berbicara didahului dengan meraba dan untuk mecapai
masa dewasa harus melalui masa konsepsi,bayi, anak dan remaja (Makaruku, 2015).

Perkembanganselama rentang kehidupan manusia memiliki karakteristik


sebagai berikut :

1. Perkembangan berlangsung seumur hidup. Perkembangan yang


menyangkut berbagai macam perubahan dari hasil interaksi faktor-faktor
seperti yangtelah disebutkan akan berlangsung secara berkesinambungan
sepanjang siklus kehidupan.
2. Perkembangan bersifat multidimensional. Perkembangan
menyangkutberbagai macam ranah perkembangan seperti faktor fisik,
intelektual yang menyangkut perkembangan kognitif dan bahasa, emosi,
sosial dan moral.
3. Perkembangan adalah multidireksional. Ranah-ranah perkembangan
mengalami perubahan dengan arah tertentu. Sebagai contoh, pada masa
bayi, perkembangan yang tumbuh pesat adalah ranah fisik, yang
kecepatan arah pertumbuhannya tidak sama dengan ranah yang lain.
Sementara pada masa kanak-kanak awal, perkembangan emosi dan
sosial berkembang lebih pesat dibandingkan dengan perkembangan yang
lain.
4. Perkembangan bersifat lentur (plastis). Hal ini berarti perkembangan
berbagai macam ranah dapat distimulasi untuk berkembang secara
maksimal. Sebagai contoh, kelenturan berpikir anak-anak dapat diasah
sejak dini dengan memberikan latihan-latihan pada anak untuk terbiasa
memecahkan masalah dengan baik dengan berbagai macam cara dari
hasil eksplorasinya.
5. Perkembangan selalu melekat dengan sejarah. Bagaimanapun
perkembangan individu tidak dapat lepas dengan keadaan di sekitarnya.
Sebagai contoh, perkembangan emosi pada era 66-an akan
menyebabkan individu yang hidup saat itu memiliki kekhasan sendiri
dalam merespon sesuatu. Hal ini dapat dilihat dari benang merah
perkembangan individu yang hidup pada era 1990-an.
6. Perkembangan bersifat multidisipliner. Berbagai macam ahli dan peneliti
dari disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi,
neurosains,kesehatan mental, kedokteran mempelajari perkembangan
manusia dengan berbagai macam persoalannya.
7. Perkembangan bersifat kontekstual. Hal ini berarti bahwa perkembangan
individu mengikuti kondisi saat itu. Perkembangan bersifat kontekstual
secara lebih dalam dapat dipahami dengan menghubungkan tiga
komponen, yaitu :
a. Pengaruh tingkat usia secara normatif, yaitu adanya pengaruh
biologis dari lingkungan yang sama pada kelompok tertentu. Sebagai
contoh, di Indonesia usia mulai masuk sekolah dasar adalah rata-rata
7 tahun. Untuk usia pensiun, rata-rata orang Indonesia dimulai usia 60
tahun.
b. Pengaruh keadaan sejarah normatif, yaitu adanya pengaruh biologis
dari lingkungan yang dihubungkan dengan sejarah. Sebagai contoh
pengaruh keadaan sejarah dapat meliputi dampak pada pengaruh keadaan
ekonomi, perubahan politik, misal setelah perubahan politik di Indonesia
dari orde lama ke orde baru, dan sejak tahun 1998 menjadi era
reformasi yang diantaranya bercirikan adanya kebebasan berpendapat
dan adanya sifat keterbukaan dalam panggung politik.
c. Pengaruh peristiwa kehidupan yang non-normatif, yaitu peristiwa
kehidupan yang tidak biasa, yang tidak terjadi pada semua orang dan
seringkali tidak bisa diramalkan. Sebagai contoh, peristiwa bencana alam
yang dialami oleh masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah pada
tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini mengakibatkan dampak-dampak
secara fisik maupun psikis bagi para korban (Izzaty, Rita E. dkk, 2007).

2.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


individu

Kualitas pertumbuhan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh


faktor eksternal dan internal. Keduanya menyebabkan perbedaan antar individu
yangdisebut dengan istilah individual differences. Sehingga, masing-masingindividu
memiliki keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam aspek kejiwaan yang meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan berfikir,
merasakan sesuatu, serta sikap dan perilakunya sehari-hari.

1. Faktor internal
a. Kondisi fisik
Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada faktorgenetik
yang diturunkan oleh kedua orang tuanya.Faktor ini dimulai dari masapembuahan sel
telur oleh sel jantan. Unsur-unsur di dalam struktur genetik inilahyang
memprogramkan tumbuhnya sel tubuh pada manusia. Gen inilah yang menentukan
warna rambut, kulit, ukuran tubuh, jenis kelamin, kemampuan intelektual, serta
emosi. Potensi genetik inilah yang akan berinteraksi dengan lingkungan sehingga
membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang (Atkinson, 1991).

Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kondisi janin disamping keunikan yang telah ada pada kedua orangtuanya. Faktor-
faktor tersebut antara lain adalah faktor penyimpangan yaitu dari segi fisik, seperti
keadaan gizi yang buruk pada ibu hamil, dipengaruhi berbagai jenis obat-obatan
yang berbahaya, rokok, alkohol, serta zat-zat kimia dapat merugikan janin. Dari
segi psikologis, pembentukan sel-sel tubuh juga dipengaruhi oleh keadaan psikologis
selama kehamilan. Emosi Ibu yang tidak stabil atau stres yang berat dapat
menumbuhkan kelainan pada janin, seperti penyakit dan cacat fisik maupun
psikologis.

b. Kondisi psikis

Kondisi fisik dan psikis individu saling berkaitan. Seperti yang diuraikan
sebelumnya, bahwa ranah perkembangan individu menyangkut aspek
fisik,intelektual yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral. Kondisi fisik
yangtidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu
terhadapkemampuan dirinya. Begitupun dengan ketidakmampuan intelektual yang
diulassebelumnya dapat disebabkan karena kerusakan sistem syaraf , kerusakan
otakatau mengalami retardasi mental.

2. Faktor eksternal
a. Lingkungan fisik

Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis,


sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputiventilasi,
cahaya, dan kepadatan hunian (Soetjiningsih, 1998). Teori stres lingkungan
menyatakan ada dua elemen dasar yang menyebabkan manusia bertingkah laku
terhadap lingkungannya. Elemenpertama adalah stresor dan elemen kedua
adalah stres itu sendiri. Stresor adalah elemen lingkungan yang merangsang
individu seperti kebisingan, suhuudara, dan kepadatan, ataupun lingkungan rumah
yang tidak sehat. Sementara stres diartikan sebagai ketegangan atau tekanan jiwa
yang merupakan akibat dari hubungan antara stresor dengan reaksi yang ditimbulkan
dalam diri individu (Sarwono, 1992). Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak
aman karena adanya pertikaian dapat menyebabkan tekanan tersendiri bagi individu
dan proses imitasi atau peniruan perilaku kekerasan yang dapat berpengaruh dalam
pola perilaku individu. Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya
sanitasiatau kebersihan lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup
sehat, serta keadaan geografis yang sulit, misalnya karena di daerah terpencil
yang jauh dari informasi, sulit dijangkau, serta rawan akan bencana alam, selain
dapatmempengaruhi tekanan psikis juga mempengaruhi faktor kesehatan karena
pengobatan yang sulit didapatkan.

b. Lingkungan non fisik

Lingkungan non fisik dapat berupa psikosoaial. Berikut beberapa hal yang termasuk
faktor psikososial yaitu:

- Stimulasi: hal ini merupakan faktor yang penting dalam menunjang


perkembangan individu. Individu yang mendapat stimulasi atau rangsangan
yang terarah dan teratur akan lebih cepat mempelajari sesuatu karena lebih
cepat berkembang dibandingkan individu yang tidak mendapatkan banyak
stimulasi. Individu akan berkembang pola-pola berfikir, merasakan sesuatu,
dan bertingkah laku, bila banyak diberi rangsangan yang berupa dorongan
dan kesempatan dari lingkungan disekitarnya.
- Motivasi dalam mempelajari sesuatu. Motivasi yang ditimbulkan dari
sejak usia awal akan memberikan hasil yang berbeda pada
individudalam menguasai sesuatu. Dorongan yang bersifat membangun daya
fikir dan daya cipta individu, akan membuat individu termotivasi untuk
melakukan yang lebih baik lagi. Pemberian kesempatan pada individupun
dalam mengeksplorasi sesuatu merupakan salah satu cara dalam memotivasi
individu belajar.
- Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua. Orangtua merupakan area terdekat
pada individu. Individu sangat memerlukan kasih sayang, perlindungan, rasa
aman, sikap dan perlakuan yang adil dari orangtua.

Permasalahan dan analisis masalah


Dalam melaksanakan tugas, tenaga pendidik mengalami permasalahan yang
dirasakan saat proses belajar mengajar berlangsung. Contoh permasalahan
perkembangan peserta didik yang biasa ditemui oleh para tenaga pendidik yaitu
peserta didik yang pemalu. Peserta didik yang pemalu merupakan salah satu masalah
terbesar. Hal yang mungkin menyebabkan peserta didik menjadi pemalu yaitu dari
faktor individu itu sendiri. Apabila tidak dirubah maka akan selamanya anak itu akan
menjadi seperti itu. Biasanya timbul rasa malu itu dikarenakan takut salah untuk
bertanya kepada tenaga pendidik dan takut ditertawakan oleh temannya.
Sebagai tenaga pendidik, permasalahan itu tidak gampang untuk merubahnya,
ini dilakukan secara perlahan-lahan. Anak semacam ini diajak belajar di ruangan
terbuka dan kemudian dia bisa bertanya dengan leluasa karena bebas. Mulanya
pertanyaan yang dilontarkan itu biasa-biasa saja, tetapi lewat itu kita bisa melatih
anak itu untuk bertanya supaya tidak mau dan hal tersebut dilakukan berulang-ulang
sampai anak itu percaya diri.
Cara mengani permasalahan peserta didik yang pemalu :
a. Memberi pujian yang dapat memotivasi anak. Jika kita memberi pujian
kepada anak yang pemalu, ia akan lebih bisa untuk mengekspresikan dirinya.
b. Memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan. Jika kita sedang
bertanya sesuatu, usahakan untuk mendengarkan dan menanggapi anak
dengan benar. Ini juga untuk melatih kemampuan bahasanya agar lebih baik.
c. Mendorong anak untuk berani menghadapi dunia luar dengan percaya diri.
Mendorong seorang anak pemalu untuk berani menghadapi dunia luar tidak
bisa dilakukan secara tiba-tiba (drastis). Misalnya, ketika orang tua sudah
mencapai titik jenuh dalam melindungi anak dan bingung melihat anaknya
hingga usia sekian tahun masih enggan untuk bergaul dengan sebayanya,
kemudian memaksa anak untuk berbaur dalam lingkungan sosial. Perubahan
sikap orang tua yang demikian bisa menjadi tekanan tersendiri bagi anak,
karena yang biasanya aman dalam lindungan orang tua, tiba-tiba orang tua
berubah melepaskan dan “tidak mau melindungi”. Mendorong anak
(encourage) tidak sama dengan memaksa (push), usaha yang tiba-tiba
bukanlah mendorong, tetapi memaksa. Perasaan terpaksa akan membuat
keadaan bertambah buruk karena anak ditempatkan pada keadaaan yang
melebihi batas toleransinya, sehingga anak bisa jadi semakin menarik diri.

d. Mendukung kepercayaan diri dan sikap yang wajar. Anak sebaiknya didukung
dan dipuji untuk kepercayaan dirinya dan tindakannya yang wajar. Ajari anak
untuk jadi dirinya sendiri dan mengekspresikan pendapatnya secara terbuka.
e. Membuat kegiatatan yang merangsang anak untuk berinteraksi. Anak yang
kurang komunikatif dapat didorong untuk berkomunikasi melalui gambar,
karena pada umumnya anak lebih senang mendiskusikan hal-hal yang ada
kaitannya dengan gambar. Selain itu, rancanglah kegiatan-kegiatan lain.
Misalnya, menggambar bersama dalam satu kertas atau bermain pesan
berantai.

3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan (Growth) cenderung lebih bersifat kuantitatif dan berkaitan
dengan aspek fisik. Contohnya ukuran berat dan tinggi badan, ukuran dimensi sel
tubuh, umur tulang yang bisa diukur. Sedangkan Perkembangan (Development)
cenderung lebih bersifat kualitatif, berkaitan dengan pematangan fungsi organ
individu. Perkembangan memiliki karakteristik meliputi multidimensional, seumur
hidup, multidirectional, lentur, melekat dengan sejarah, multidisipliner, kontekstual.
Ada dua jenis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, yakni
faktor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu kondidi fisik dan
kondisi psikis. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan yakni lingkungan fisik yang termasuk didalamnya yaitu keamanan
lingkungan, keadaan geografis, cuaca, serta sanitasi. Ada pula lngkungan nonfisik
yang terdiri atas faktor psikososial meliputi stimulasi, motivasi, pola asuh dan kasih
sayang orang tua.

Daftar Rujukan
Abu Ahmadi. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Desmita. 1993. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rosda Karya.
Hurlock, E.B. 1991. PsikologiPerkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Izzaty, E. Rita.,dkk.2007.PerkembanganPesertaDidik. Yogyakarta: FIP UNY

Makaruku, E. 2015.Buku Ajar Perkembangan Peserta Didik.Ambon : FKIP


Universitas Pattimura.

Maryati. (2012). Materi Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Bima: STKIP


Bima

Semiawan, C.R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta :


Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Sinolungan, R.E. 1997. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Gunung


Agung.
Santrock, J.W. 2002.Life-Span Development .Jakarta: Erlangga

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.


Arti Penting dan Kajian Perkembangan Peserta Didik

LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Dibimbing oleh Ibu Vita Ria Mustikasari,S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Arini Catur Lina 150351607152


Tito Dwi Kurniawan 150351605966
Utari Ramadhanti 150351601861
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
JANUARI 2017

Anda mungkin juga menyukai