1 Latar belakang
Peserta didik merupakan sumber daya terpenting dalam proses pendidikan dan
pengajaran. Tanpa adanya peserta didik, maka tidak ada pula peran guru. Peserta didik dapat
belajar tanpa guru, namun guru tidak dapat mengajar tanpa peserta didik. Walaupun pada
dasarnya anak didik bisa belajar tanpa guru, namun tetap saja, guru yang menjadi sosok
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kaitan yang sangat erat. Walaupun berbeda,
namun keduanya tetap berjalan beriringan dalam proses kedewasaan. Pemahaman dasar
keterampilan, dan sikap peserta didik sesuai dengan tahap kehidupannya.. Perkembangan
peserta didik perlu dipelajari oleh calon pendidik. Peserta didik dalam penerapannya
bisa menjadi kendala bagi seorang guru apabila tidak mengetahui secara mendasar
perilaku dan dasar yang harus diterapkan saat menghadapi perkembangan peserta
orang tua ataupun guru, yang terkadang kurang menyadari bahwa seorang anak
kegitan yang mereka sukai para orang tua ataupun guru melarangnya dan
memarahinya. Padahal seharusnya hal tersebut harus didukung secara penuh agar
anak dapat berkembang secara optimal dan menghasilkan peserta didik yang
berkualitas.
Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Antara lain seperti, ada
peserta didik yang cepat menerima materi, dan ada yang harus diulangi sehingga ia
mengerti suatu materi. Ada yang sifatnya cepat menghafal, dan ada yang sulit
menghafal. Oleh karena beragamnya karakteristik setiap peserta didik, yang harus
diperhatikan oleh pendidik adalah harus pandai-pandai mengenal karakteristik setiap
peserta didik. Misalnya dengan cara memberikan suatu permasalahan, dan bagaimana
peserta didik menyelesaikan dengan solusinya sendiri.
Kesimpulannya, peserta didik yaitu semua komponen mayarakat yang belajar
dan mengembangkan diri melalui prosedur – prosedur, baik prosedur formal maupun
nonformal. Sedangkan tenaga pendidik adalah semua orang yang mengamalkan ilmu
dan pengalamannya dengan cara memberikan bekal dan pengajaran sebagai
pengabdian terhadap masyarakat.
Perkembangan peserta didik yaitu proses perubahan peserta didik menuju yang
lebih baik secara bertahap yang dibimbing oleh tenaga pendidik yang tujuannya
mengenali karakteristik peserta didik agar bisa mengembangkan kualitas peserta didik
dengan sebaik-baiknya.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif ke dalam empat tahap, yaitu tahap
sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap konkret operasional, dan tahap formal
operasional.
1. Tahap 1: Sensorimotor (0-2 tahun).
Pada tahap ini anak menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik untuk
mengenal lingkungannya. Diawali dengan modifikasi refleks yang semakin lebih
efisien dan terarah, dilanjutkan dengan reaksi pengulangan gerakan yang menarik
pada tubuhnya dan keadaan atau objek yang menarik, koordinasi reaksi dengan
cara menggabungkan beberapa skema untuk memperoleh sesuatu, reaksi
pengulangan untuk memperoleh hal-hal yang baru, serta permulaan berpikir
dengan adanya ketetapan objek. Pada masa sensorimotor, berkembang pengertian
bahwa dirinya terpisah dan berbeda dengan lingkungannya. Anak berusaha
mengkoordinasikan tindakannya dan berusaha memperoleh pengalaman melalui
eksplorasi dengan indera dan gerak motorik. Jadi, perkembangan skema kognitif
anak dilakukan melalui gerakan refleks, motorik, dan aktivitas indera.
Selanjutnya, anak juga mulai mampu mempersepsi ketetapan objek.
Pada fase ini anak sudah dapat berpikir abstrak, hipotetis, dan sistematis
mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal-hal yang akan dan mungkin
terjadi. Jadi, pada tahap ini anak sudah mampu meninjau masalah dari berbagai
sudut pandang dan mempertimbangkan alternatif/kemungkinan dalam
memecahkan masalah, bernalar berdasarkan hipotesis, menggabungkan sejumlah
informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika dalam abstraksi,
memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di masa depan.
Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk
mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah
dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak
mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan
mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal. Pada usia antara 2 sampai 3 tahun
anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai
beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.
Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat memverbalisasikan konflik
emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari
perasaan diri dan orang lain.
Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan
dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu
dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang
membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi
tersebut dapat dikontrol.
Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-
norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan
juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai
memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung
dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga
makin beragam.
1. Faktor internal
a. Kondisi fisik
Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada faktorgenetik
yang diturunkan oleh kedua orang tuanya.Faktor ini dimulai dari masapembuahan sel
telur oleh sel jantan. Unsur-unsur di dalam struktur genetik inilahyang
memprogramkan tumbuhnya sel tubuh pada manusia. Gen inilah yang menentukan
warna rambut, kulit, ukuran tubuh, jenis kelamin, kemampuan intelektual, serta
emosi. Potensi genetik inilah yang akan berinteraksi dengan lingkungan sehingga
membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang (Atkinson, 1991).
Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kondisi janin disamping keunikan yang telah ada pada kedua orangtuanya. Faktor-
faktor tersebut antara lain adalah faktor penyimpangan yaitu dari segi fisik, seperti
keadaan gizi yang buruk pada ibu hamil, dipengaruhi berbagai jenis obat-obatan
yang berbahaya, rokok, alkohol, serta zat-zat kimia dapat merugikan janin. Dari
segi psikologis, pembentukan sel-sel tubuh juga dipengaruhi oleh keadaan psikologis
selama kehamilan. Emosi Ibu yang tidak stabil atau stres yang berat dapat
menumbuhkan kelainan pada janin, seperti penyakit dan cacat fisik maupun
psikologis.
b. Kondisi psikis
Kondisi fisik dan psikis individu saling berkaitan. Seperti yang diuraikan
sebelumnya, bahwa ranah perkembangan individu menyangkut aspek
fisik,intelektual yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral. Kondisi fisik
yangtidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu
terhadapkemampuan dirinya. Begitupun dengan ketidakmampuan intelektual yang
diulassebelumnya dapat disebabkan karena kerusakan sistem syaraf , kerusakan
otakatau mengalami retardasi mental.
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan fisik
Lingkungan non fisik dapat berupa psikosoaial. Berikut beberapa hal yang termasuk
faktor psikososial yaitu:
d. Mendukung kepercayaan diri dan sikap yang wajar. Anak sebaiknya didukung
dan dipuji untuk kepercayaan dirinya dan tindakannya yang wajar. Ajari anak
untuk jadi dirinya sendiri dan mengekspresikan pendapatnya secara terbuka.
e. Membuat kegiatatan yang merangsang anak untuk berinteraksi. Anak yang
kurang komunikatif dapat didorong untuk berkomunikasi melalui gambar,
karena pada umumnya anak lebih senang mendiskusikan hal-hal yang ada
kaitannya dengan gambar. Selain itu, rancanglah kegiatan-kegiatan lain.
Misalnya, menggambar bersama dalam satu kertas atau bermain pesan
berantai.
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan (Growth) cenderung lebih bersifat kuantitatif dan berkaitan
dengan aspek fisik. Contohnya ukuran berat dan tinggi badan, ukuran dimensi sel
tubuh, umur tulang yang bisa diukur. Sedangkan Perkembangan (Development)
cenderung lebih bersifat kualitatif, berkaitan dengan pematangan fungsi organ
individu. Perkembangan memiliki karakteristik meliputi multidimensional, seumur
hidup, multidirectional, lentur, melekat dengan sejarah, multidisipliner, kontekstual.
Ada dua jenis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, yakni
faktor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu kondidi fisik dan
kondisi psikis. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan yakni lingkungan fisik yang termasuk didalamnya yaitu keamanan
lingkungan, keadaan geografis, cuaca, serta sanitasi. Ada pula lngkungan nonfisik
yang terdiri atas faktor psikososial meliputi stimulasi, motivasi, pola asuh dan kasih
sayang orang tua.
Daftar Rujukan
Abu Ahmadi. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Desmita. 1993. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rosda Karya.
Hurlock, E.B. 1991. PsikologiPerkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Disusun Oleh :