Anda di halaman 1dari 5

Fisiologi Hormon Tyroid

Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4).


Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari
konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar
tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku
hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan
selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin sebagai
monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT yang terbentuk dari
MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam koloid kelenjar tyroid.
Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap didalam
kelenjar yang kemudian mengalami diiodinasi untuk selanjutnya menjalani daur
ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada globulin, globulin pengikat
tyroid (thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin
(Thyroxine-binding pre-albumine, TPBA) (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).
Pada dasarnya kelenjar tiroid hanya menghasilkan hormone T4 yang
kemudian dikonversikan menjadi T3 oleh 5’ monodeiodination di hati, ginjal, otot
tulang. T3 melakukan tugasnya melalui ikatannya dengan reseptor hormone tiroid
spesifik (THRs).4
Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon
tiroid. Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan
thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa
mengeluarkan thyroid-stimulating hormone(TSH). Sesuai dengan namanya, TSH
ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormone tiroid. Jika jumlah
hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa
menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam
darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini
disebut mekanisme umpan balik.
Metabolisme T3 dan T4
Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 24-30 jam. Sebagian
T4 endogen (5-17%) mengalami konversi lewat proses monodeiodonasi menjadi
T3. Jaringan yang mempunyai kapasitas mengadakan perubahan ini ialah jaringan
hati, ginjal, jantung dan hipofisis. Dalam proses konversi ini terbentuk juga rT3
(reversed T3, 3,3’,5’ triiodotironin) yang tidak aktif, yang digunakan mengatur
metabolisme pada tingkat seluler (Djokomoeljanto, 2001).

Pengaturan faal tiroid


Ada 4 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid : (Djokomoeljanto,
2001)
1. TRH (Thyrotrophin releasing hormone)
Tripeptida yang disentesis oleh hipothalamus. Merangsang hipofisis
mensekresi TSH (thyroid stimulating hormone) yang selanjutnya kelenjar
tiroid teransang menjadi hiperplasi dan hiperfungsi
2. TSH (thyroid stimulating hormone)
Glikoprotein yang terbentuk oleh dua sub unit (alfa dan beta). Dalam
sirkulasi akan meningkatkan reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-
reseptor-TSH-R) dan terjadi efek hormonal yaitu produksi hormon
meningkat
3. Umpan Balik sekresi hormon (negative feedback).
Kedua hormon (T3 dan T4) ini menpunyai umpan balik di tingkat hipofisis.
Khususnya hormon bebas. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada
tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipifisis
terhadap rangsangan TSH.
4. Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri.
Produksi hormon juga diatur oleh kadar iodium intra tiroid

Efek metabolisme Hormon Tyroid : (Djokomoeljanto, 2001)


1. Kalorigenik
2. Termoregulasi
3. Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik,
tetapi dalam dosis besar bersifat katabolik
4. Metabolisme karbohidrat. Bersifat diabetogenik, karena resorbsi intestinal
meningkat, cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot
menipis pada dosis farmakologis tinggi dan degenarasi insulin meningkat.
5. Metabolisme lipid. T4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi proses
degradasi kolesterol dan ekspresinya lewat empedu ternyata jauh lebih
cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid kadar kolesterol rendah. Sebaliknya
pada hipotiroidisme kolesterol total, kolesterol ester dan fosfolipid
meningkat.
6. Vitamin A. Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan
hormon tiroid. Sehingga pada hipotiroidisme dapat dijumpai karotenemia.
7. Lain-lain : gangguan metabolisme kreatin fosfat menyebabkan miopati,
tonus traktus gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik sehingga terjadi
diare, gangguan faal hati, anemia defesiensi besi dan hipotiroidisme.
Histologi Kelenjar Tyroid
Sel-sel sekretorik utama tiroid tersusun menjadi gelembung-
gelembung berongga, yang masing-masing membentuk unit fungsional yang
disebut folikel. Dengan demikian sel-sel sekretorik ini sering disebut sebagai sel
folikel. Pada potongan mikroskopik, folikel tampak sebagai cincin-cincin sel
folikel yang meliputi lumen bagian dalam yang dipenuhi koloid, yaitu bahan yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan ekstrasel untuk hormon-hormon tiroid.

Konstituen utama koloid adalah molekul besar molekul besar dan kompleks
yang dikenal sebagai tiroglobulin, yang didalamnya berisi hormon-hormon
tiroid dalam berbagai tahapan pembentukannya. Sel-sel folikel menghasilkan 2
hormon yang mengandung iodium, yang berasal dari asam amino tirosin:
tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan triiodotironin(T3). Awalan tetra dan tri serta
angka 3 dan 4 menandakan jumlah atomiodium yang masing-masing terdapat
di dalam setiap molekul hormon. Kedua hormone ini, yang secara kolektif
disebut sebagai hormone tiroid,merupakan regulator penting bagi laju
metabolisme basal keseluruhan. Di ruang interstisium diantara folikel-folikel
terdapat sel-sel sekretorik jenis lain, yaitu sel c (disebut demikian karena
mengeluarkan hormone peptide calsitonin) yang berperan dalam metabolisme
kalsium.
Epidemiologi
Data rekam medis Divisi Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo tahun 2001-2005
struma nodusa toksik terjadi pada 495 orang diantaranya 60 orang laki-laki (12,12
%) dan 435 orang perempuan (87,8 %) dengan usia terbanyak yaitu 31-40 tahun
berjumlah 259 orang (52,3 2%), struma multinodusa toksik yang terjadi pada 1.912
orang diantaranya orang laki-laki (8,9 %) dan 174 perempuan (91,1%) dengan usia
yang terbanyak pada usia 31-40 tahun berjumlah 65 orang (34,03 %).

Etiologi
Struma tyroid bisa disebabkan oleh banyak hal tergantung pada tipenya.
Adapun beberapa penyebab terjadinya struma tiroid yaitu sebagai berikut.

1. Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi


sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat
iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan
hypothyroidism dan cretinism.
2. Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada preexisting
penyakit tiroid autoimun
3. Goitrogen :
 Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone,
aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium
 Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan
resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.
 Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak
cina, brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan
goitrin dalam rumput liar.
4. Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon
kelejar tiroid
5. Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-
kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)

Anda mungkin juga menyukai