1210070100175
1. Penatalaksaan TB-MDR
Kelompok OAT yang digunakan dalam pengobatan TB resisten obat :
Kelompok 1: OAT kategori I. Isoniazid (H), rifampisin (R), etambutol (E),
pirazinamid (Z), rifabutin (Rfb).
Kelompok 2: obat suntik. Kanamisin (Km), amikasin (Am), kapreomisin
(Cm), streptomisin (S).
Kelompok 3: fluorokuinolon. Moksifloksasin (Mfx), levofloksasin (Lfx),
ofloksasin (Ofx).
Kelompok 4: bakteriostatik OAT kategori II. Etionamid (Eto), protionamid
(Pto), siklosrin (Cs), terzidone (Trd), PAS.
Kelompok 5: obat yang belum diketahui efektivitasnya. Klozamine (Cfz),
linezoid (lzd), amoksiclav (Amx/clv), tiosetazone (Thz), imipenem/cilastin
(Ipm/cln), H dosis tinggi, klritronisin (Clr).
Strategi pengobatan :
Strategi program pengobatan sebaiknya berdasarkan data uji kepekaan dan
frekuensi penggunaan OAT dinegara tersebut. Berikut strategi pengobatan MDR:
Pengobatan standar. Data drugs resistancy survey (DRS) dari populasi
pasien yang representatif digunakan sebagai dasar regimen pengobatan
karena tidak tersedianya hasil uji kepekaan individual. Seluruh pasien akan
mendapatkan regimen pengobatan yang sama. Pasien yang dicurigai TB-
MDR sebaiknya dikonfirmasi dengan uji kepekaan.
Pengobatan empiris. Setiap regimen pengobatan dibuat berdasarkan
riwayat pengobatan TB pasien sebelumnya dan data hasil uji kepekaan
populasi representatif. Biasanya regimen empiris akan disesuaikan setelah
ada hasil uji kepekaan individual.
Pengobatan individual. Regimen pengobatan berdasarkan riwayat
pengobatan TB sebelumnya dan hasil uji kepekaan.
3
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
6Z-(E)-Kn-Lfx-Eto-Cs/18Z-(E)-Lfx-Eto-Cs
Z: pirazinamid, E: etambutol, Kn: kanamisin, Lfx: levofloksasin, Eto: etionamid,
Cs: sikloserin. Etanbutol tidak diberikan bila terbukti resisten.
Lama fase intensif
Pemberian obat suntik atau fase intensif yang direkomendasikan adalah
berdasarkan kultur konversi. Obat suntik diteruskan sekurang-kurangnya selama 6
bulan dan minimal 4 bulansetelah hasil sputum atau kultur yang pertama menjadi
negatif. Pendekatan individual termasuk hasil kultur, sputum, foto thorak, dan
keadaan klinis pasien juga dapat membantu memutuskan menghentikan
pemakaian obat suntik.
Lama pengobatan
Lamanya pengobatan berdasarkan kultur konversi. Panduan yang
direkomendasikan adalah menerusakan pengobatan minimal 18 bulan setelah
kultur konversi. Sampai saat ini belum ada data yang mendukung pengurangan
lama pengobatan. Pengobatan lebih dari 24 bulan dapat dilakukan pada kasus
kronik dengan kerusakan paru luas.
Pembedahan TB-MDR
Prosedur pengobatan yang paling sering dilakukan pada pasien TB-MDR
adalah reseksi. Dari hasil beberapa penelitian pembedahan efektif dan relatif
aman. Pembedahan tidak diindikasikan pada penderita dengan gangguan paru luas
bilateral. Pembedahan dilakukan pada kasus-kasus awal seperti kelainan satu
lobus atau paru dan setelah pemberian pengobatan selama 2 bulan untuk
menurunkan infeksi bakteri dalam paru. Setelah pembedahan, pengobatan tetap
diberikan selama 12-24 bulan.
4
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat suntik sekali
pakai yang steril.
Desensitisasi obat (INH, rifampisin) tidak boleh dilakukan karena
mengakibatkan toksik yang serius pada hati.
Pada pasien TB dengan HIV/AIDS yang tidak memberi respon terhadap
penmgobatan, selain dipikirkan terdapat resistensi terhadap obat juga harus
dipikirkan terdapatnya malabsorpsi obat. Pada pasien HIV/AIDS terdapat
korelasi antara imunosupresi yang berat dengan derajat penyerapan,
karenanya dosis standar OAT yang diterima suboptimal sehingga konsentrasi
obat rendah dalam serum.
5
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
Setiap penderita TB-HIV harus diberikan profilaksis kotrimoksazol dengan
dosis 960 mg/hari (dosis tunggal) selama pemberian OAT.
Nukleotida RTI
TDF 300 mg 1x/hari
6
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
Nevirapine (NVP) 200 mg 1x/hari untuk 14 hari lalu 200 mg
2x/hari
(SQV/r) mg 1x/hari
7
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
Permasalahan yang mungkin timbul adalah:
Interaksi obat (rifampisin dengan beberapa jenis obat ART)
Gagal pengobatan ART
Aktivasi penyakit TB
Timbul IRIS
Obat ART yang harus diganti
Tabel Pilihan paduan pengobatan ARV pada ODHA dengan TB
Obat ARV lini Paduan pengobatan ARV Pilihan obat ARV
pertama / lini kedua pada waktu TB didiagnosis
Lini pertama 2 NRTI + EFV Teruskan dengan 2 NRTI +
EFV
8
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
EFV adalah pilihan pertama dari NNRTI. Kadar EFV dalam darah akan
menurun bila ada rifampisin. Dosis standar EFV adalah 600 mg per hari.
Kadar NVP juga menurun dengan adanya rifampisin. Namun dianjurkan
penggunaan NVP dengan dosis standar. Tapi karena ditakutkan efek
hepatotoksik, paduan berisi NVP hanya digunakan bila tidak ada alternatif,
terutama pada perempuan dengan OAT mengandung rifampisin, dengan
hitung CD4 > 250/mm3yang perlu mulai ART.
Kunjungan Penatalaksanaan
Kunjungan 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Neonatal ke-1 (KN
1) dilakukan Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam
dalam kurun jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah
waktu 6-48 jam medis dan jika suhunya 36.5 Bungkus bayi dengan
setelah bayi lahir. kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup.
2. Pemeriksaan fisik bayi
3. Dilakukan pemeriksaan fisik
a. Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih
untuk pemeriksaan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
lakukan pemeriksaan
c. Telinga : Periksa dalam hubungan letak dengan
mata dan kepala
d. Mata :. Tanda-tanda infeksi
e. Hidung dan mulut : Bibir dan langitanPeriksa
adanya sumbing Refleks hisap, dilihat pada saat
menyusu
f. Leher :Pembekakan,Gumpalan
g. Dada : Bentuk,Puting,Bunyi nafas,, Bunyi
jantung
h. Bahu lengan dan tangan :Gerakan Normal,
Jumlah Jari
i. System syaraf : Adanya reflek moro
j. Perut : Bentuk, Penonjolan sekitar tali pusat
pada saat menangis, Pendarahan tali pusat ? tiga
pembuluh, Lembek (pada saat tidak menangis),
Tonjolan
k. Kelamin laki-laki : Testis berada dalam
9
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
Kunjungan Penatalaksanaan
skrotum, Penis berlubang pada letak ujung
lubang
l. Kelamin perempuan :Vagina berlubang,Uretra
berlubang, Labia minor dan labia mayor
m. Tungkai dan kaki : Gerak normal, Tampak
normal, Jumlah jari
n. Punggung dan Anus: Pembekakan atau
cekungan, Ada anus atau lubang
o. Kulit : Verniks, Warna, Pembekakan atau
bercak hitam, Tanda-Tanda lahir
p. Konseling : Jaga kehangatan, Pemberian ASI,
Perawatan tali pusat, Agar ibu mengawasi
tanda-tanda bahaya
q. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh
ibu : Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau
lemah hisapan, Kesulitan bernafas yaitu
pernafasan cepat > 60 x/m atau menggunakan
otot tambahan, Letargi –bayi terus menerus
tidur tanpa bangun untuk makan,Warna kulit
abnormal – kulit biru (sianosis) atau kuning,
Suhu-terlalu panas (febris) atau terlalu dingin
(hipotermi), Tanda dan perilaku abnormal atau
tidak biasa, Ganggguan gastro internal misalnya
tidak bertinja selama 3 hari, muntah terus-
menerus, perut membengkak, tinja hijau tua
dan darah berlendir, Mata bengkak atau
mengeluarkan cairan
r. Lakukan perawatan tali pusat Pertahankan sisa
tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena
udara dan dengan kain bersih secara longgar,
Lipatlah popok di bawah tali pusat ,Jika tali
pusat terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun
dan air bersih dan keringkan dengan benar
4. Gunakan tempat yang hangat dan bersih
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pemeriksaan
6. Memberikan Imunisasi HB-0
10
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
Kunjungan Penatalaksanaan
dengan hari ke 7 4. Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-
setelah bayi lahir. 15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca
persalinan
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah
dengan menggunakan Buku KIA
8. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
11
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
Kunjungan Waktu Tujuan Penatalaksanaan
bagaimana mencegah memijat atau memutar perut
perdarahan masa nifas selama 15 kali.
Pemberian ASI awal Menganjurkan ibu untuk
Melakukan hubungan segera memberikan ASI pada
antara ibu dan bayi bayinya
baru lahir Menjaga kehangatan pada
Menjaga bayi tetap bayi dengan cara selimuti
hangat dengan Bayi
mencegah hipotermia Menganjurkan ibu untuk
Jika petugas kesehatan segera memberikan ASI pada
menolong persalinan, bayinya
ia harus tinggal dengan Menganjurkan ibu untuk
ibu dan bayi baru lahir mobilisasi dini
untuk jam pertama Menganjurkan ibu untuk
kelahiran, atau sampai menempatkan bayinya di
ibu dan bayi dalam tempat tidur yang sama
keadaan stabil.
2 6 hari Memastikan involusi Memantau tekanan darah,
setelah uterus berjalan normal: nadi, suhu, tinggi fundus
persalinan uterus berkontraksi uteri, kantung kemih dan
dengan baik, fundus di pendarahan pervaginam
bawah umbilicus, tidak Memantau keadaan ibu suhu
ada perdarahan tubuh
abnormal Menganjurkan ibu untuk
Menilai adanya tanda- makan-makanan yang
tanda demam mengandung protein, banyak
Memastikan ibu cairan, saturan dan buah-
mendapatkan cukup buahan dan minuman
makanan, cairan dan sedikitnya 3 liter air setiap
istirahat hari
Memastikan ibu Menganjurkan ibu untuk
menyusui dengan baik menyusui bayinya setiap 2
dan tidak jam, siang malam dengan
memperlihatkan tanda- lama menyusui 10-15 menit
tanda pan kenyulit di setiap payudara
Memberikan konseling Menganjurkan ibu agar
pada ibu mengenai istirahat cukup untuk
asuhan pada bayi, tali mencegah kelelahan yang
pusat, menjaga bayi berlebihan.
tetap hangat dan Menganjurkan ibu untuk
merawat bayi sehari- menjaga payudara tetap
hari bersih dan kering. Terutama
putting susu,Menganjurkan
12
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
Kunjungan Waktu Tujuan Penatalaksanaan
ibu untuk memakai BH yang
menyongkong payudara
Menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya setiap 2
jam, siang dan malam hari
dengan lama menyusui 10-15
menit di setiap payudaranya.
Melakukan imunisasi BCG
13
FEBRI INDRA KUSUMA
1210070100175
Kunjungan Waktu Tujuan Penatalaksanaan
Melakukan imunisasi BCG
14