Oleh :
Anindya Septa Diningtyas (1407105049)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan paper ini
dengan semaksimal mungkin. Dan penulis berterimah kasih kepada ibu dosen yang
telah memberikan tugas ini untuk melengkapi mata kuliah Agribisnis Peternakan di
fakultas peternakan Universitas Udayana. Paper ini berjudul tentang Etika Bisnis
Penulis berharap dalam pembuatan paper ini dapat di jadikan sarana untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa ataupun pembaca yang lainnya. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangannya ataupun
kesalahannya. Untuk itu penulis berharap adanya kritikan maupun saran demi
untuk memperbaiki tugas-tugas yang akan datang selanjutnya.
Semoga paper ini bisa bermanfaat bagi siapapun yang telah membacanya
dan berguna untuk kedapanya. Apabila dalam penulisan, penegetikan serta cara
penyampainnya kurang baik, penulis memohon maaf sebesar-besarnya karena
manusia tidak luput dari kesalahan dan kelalainnya. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan terimah kasih.
Anindya S.D.
(1407105049)
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................... 2
1.3. Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4. Manfaat .................................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
2.1. Pengertian etika bisnis ............................................................................. 4
2.2 Sasaran dan lingkup etika bisnis ............................................................... 5
2.3 Prinsip – prinsip etika bisnis ..................................................................... 5
2.4 Tujuan etika bisnis .................................................................................... 6
2.5 Manfaat etika bisnis .................................................................................. 6
2.6 Prinsip etika bisnis .................................................................................... 7
2.7 Pelanggaran etika bisnis ............................................................................ 8
2.8 Aspekpokok dari etika bisnis .................................................................... 8
Contoh kasus etika bisnis di bidang peternakan ............................................. 9
BAB III
PENUTUP ...................................................................................................... 13
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13
4.2 Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
meningkatnya kesadaran manusia akan pentingnya kebutuhan gizi yang berasal dari
daging hewani. Keadaan tersebut juga didorong oleh meningkatnya tingkat
kesejahteraan hidup manusia sehingga tingkat permintaan daging hewani meningkat
pula. Tidak dapat dipungkiri saat ini mulai banyak ditemukan kasus beredarnya produk
daging yang tidak sehat, yaitu produk yang tidak memenuhi syarat keamanan dan
kehalalan pangan, baik pada produk domestik maupun ekspor impor.
Salah satu sebab yang mendorong merebaknya peredaran daging tidak sehat ini
adalah kurangnya pengetahuan dan kemampuan konsumen untuk memilih produk
(daging) secara tepat, benar dan aman. Konsumen cenderung membeli makanan dengan
harga murah tanpa memperhatikan kualitas sehingga mendorong pelaku usaha yang
tidak bertanggung jawab untuk meraih keuntungan besar tanpa memikirkan kerugian
yang dapat diderita oleh konsumen.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang etika bisnis, serta dapat mengerti tujuan dari etika bisnis jika
di terapkan dalam masyarakat ?
2. Menjelaskan prinsip etika bisnis secara umum dan menurut para ahli terutama di
bidang peternakan ?
2
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penlisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui
etika bisnis di bidang peternakan secara menyeluruh.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Menurut Agus Arijanto (2011) etika bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku-pelaku bisnis.
Masalah etika dan ketaatan pada hukum yang berlaku merupakan dasar yang kokoh
yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan akan menentukan tindakan apa dan perilaku
bagaimana yang akan dilakukan dalam bisnisnya.
5
Prinsip kejujuran, terdapat tiga lngkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara
jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat – syarat
perjanjian dan kontra. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan
mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam
suatu perusahaan.
Prinsip keadilan, menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional objektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle) menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan semua pihak.
6
2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika.
(penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam
melindungi lingkungan hidup).
3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan
untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
5. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan harga
saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham perusahaan
tersebut.
6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan
7. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang dapat
menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).
7
3. Prinsip keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Prinsip saling menguntungkan (Mutual benefit principle) ; menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip integritas moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga
nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
8
bagaimana dalam sistem ekononomi pasar bebas para pengusaha dengan
memmanfaatkan sumber daya yang langka (tenaga kerja, bahan mentah,
informasi/pengetahuan, modal) menghasilkan barang dan jasa yang berguna untuk
masyarakat. Jika kompetisi pada pasar bebas berfungsi dengan semestinya, akan
menyusul efisiensi ekonomis, artinya hasil maksimal akan dicapai dengan pengeluaran
minimal yang tampak dalam harhga produk atau jasa yang paling menarik untuk
publik. Oleh karena efisiensi merupakan kata kunci dalam ekonomi modern, para
ekonom telah mengembangkan pelbagai teknik dan kiat. Dengan demikian dari sudut
ekonomis, good business adalah bisnis yang membawa banyak keuntungan.
9
Disamping itu sudut pandang hukum membutuhkan sudut pandang moral karena
beberapa alasan. Pertama, banyak hal bersifat tidak etis, sedangkan menurut hukum
tidak dilarang. Tidak semuanya yang bersifat imoral adalah ilegal juga. Alasan kedua
yaitu proses terbentuknya undang-undang atau peraturan-peraturan hukum lainnya
memakan waktu lama, sehingga masalah-masalah baru tidak segera bisa diatur secara
hukum. Alasan ketiga ialah bahwa hukum itu sendiri sering kali bisa disalahgunakan.
Perumusan hukum tidak pernah sempurna, sehingga orang yang beritikad buruk bisa
memanfatkan celah-celah dalam hukum (the loopholes of the law). Alasan keempat
bisa terjadi, hukum memang dirumuskan dengan baik, tetapi karena salah satu alasan
sulit untuk dilaksanakan, misalnya karena sulit dijalankan kontrol yang efektif. Tidak
bisa diharapkan, peraturan hukum yang tidak ditegakan akan ditaati juga. Alasan
kelima untuk perlunya sudut pandang moral disamping sudut pandang hukum adalah
bahwa hukum kerap kali mempergunakan pengertian yang dalam konteks hukum itu
sendiri tidak didenifisikan dengan jelas dan sebenarnya diambil dari konteks moral,
contohnya pengertian bonafide.
Bisnis yang baik berarti juga bisnis yang patuh pada hukum. Bahkan, pada tarif
normatif etika mendahului hukum. Jadi, bisnis berlaku etis mereka tegaskan jika dan
selama tidak melangggar hukum (if it’s legal, it’s morally okay) tetapi lebih baik “if it’s
morally wrong, it’s probably also illegal’’ seperti yang dikemukakan Boatright.
10
itu harus dikenai sanksi. Tidak harus menunggu mereka melakukannya berulang kali,
yang akan semakin merugikan konsumen.
Ironinya, justru hal inilah yang belum dilakukan oleh aparat Pemerintah. Selama
ini Pemerintah belum bertindak tegas terhadap para pedagang barang-barang haram itu.
Paling-paling hanya diberi teguran, penyuluhan dan pembinaan. upaya-upaya yang
akan dilakukan dalam menanggulangi penjualan daging sapi glonggongan
yang semakin menjamur terutama di pasar tradisional, dimana dalam hal ini tentunya
diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara aparat Kepolisian, dinas
perdagangan., Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, departemen Agama dan MUI.
Pemerintah juga harus melakukan pengawasan secara rutin tidak hanya menjelang
Bulan Ramadhan atau hari –hari besar keagamaan terlebih pemerintah harusnya tidak
bertindak pasif dengan menunggu pengaduan masyarakat.
Selain itu diperlukan kesediaan semua pihak untuk mencegah agar tidak
membanjirnya daging sapi glonggongan didalam masyarakat. Ironinya, justru hal inilah
yang belum dilakukan oleh aparat Pemerintah. Selama ini Pemerintah belum bertindak
tegas terhadap para pedagang yang menjual daging sapi glonggongan. paling-paling
hanya diberi teguran, penyuluhan dan pembinaan. Padahal, sudah ada Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Pada Pasal 4(c) diungkapkan
bila menjadi hak konsumen untuk mengetahui informasi kualitas produk secara jujur.
Di Pasal 8 dan 9 diulas perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Bahkan
di Pasal 62, dijelaskan bila pelaku usaha yang melanggar bisa dikenai pidana denda
hingga 2 milyar rupiah serta sanksi pidana kurungan paling lama 5 tahun. Pemerintah
juga bisa mengacu pada Undang-undang No.6 Tahun 1967 tentang pokok kesehatan.
Yang pasti, pada pelaku perdagangan daging bermasalah bisa dikenakan Pasal-Pasal
pidana yang diatur dalam Kitab Hukum Undang-undang Pidana (KUHP), khususnya
dengan Pasal pidana penipuan.
Faktor penyebab perusahaan atau produsen melakukan pelanggaran :
a. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi (Personal Gain and Selfish
Interest). Adanya sikap serakah. Dimana para pekerja ini akan menempatkan
kepentingannya untuk memperoleh kekayaan melebihi kepentingan lainnya meski
pun dalam melakukan akumulasi kekayaan tersebut dia merugikan pekerja lainnya,
perusahaan, dan masyarakat.
11
b. Tekanan Persaingan terhadap Laba Perusahaan (Competitive Pressure on profits).
Ketika perusahaan berada dalam situasi persaingan yang sangat keras, perusahaan
sering kali terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis yang tidak etis untuk melindungi
tingkat proftabilitas mereka.
c. Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals
versus Personal Values). Masalah etika dapat pula muncul pada saat perusahaan
hendak mencapai tujuan-tujuan tertentu atau menggunakan metode-metode baru
yang tidak dapat diterima oleh para pekerjanya.
d. Perusahaan ingin menguasai pangsa pasar.
e. Lemahnya kedudukan lembaga yang melindungi konsumen. Lembaga
perlindungan konsumen kurang mengawasi para pengusaha atau produsen
sehingga pelanggaran sangat mungkin terus terjadi.
f. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi masyarakat mengenai
bahan dan material berbahaya.
g. Kurangnya pemahaman tentang prinsip etika bisnis. Dengan bertujuan mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya perusahaan atau produsen terkadang tidak
memahami betul prinsip etika bisnis yang harus diterapkan dengan benar sehingga
pelanggaran dapat terjadi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat Sebagai pelaku usaha dalam kasus ini etika dalam
berbisnis itu sangat penting supaya para wirausaha mengetahui etika-etika dalam
berbisnis. Seperti yang telah dibahas pada kasus diatas, itu termasuk ke dalam
pelanggaran etika bisnis.
Etika diharapkan mampu memberikan manfaat yang berarti bagi pelaku usaha,
sehingga diharapkan etika dapat mendorong dan mengajak untuk bersikap kritis dan
rasional dalam mengambil keputusan serta dapat dipertanggung jawabkan. Etika di
harapkan mampu mengarahkan pelaku usaha untuk berkembang menjadi masyarakat
yang tertib, teratur, damai dan sejahtera dengan mentaati norma – norma yang berlaku
demi ketertiban dan kesejahteraan sosial. Setiap pelanggaran yang dilakukan baik
sengaja ataupun tidak sengaja harus diselesaikan menurut kode etik yang berlaku.
3.2 Saran
Saran dari penulis untuk paper ini alangkah lebih baiknya dari mahasiswa sendiri
bisa lngsung terjun kemsyarakat dan menegenal serta melihat langsung apa yang terjadi
dan bisa mendapatkan solusi langsung , sehingga pengalaman lebih luas.
13
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta : Kanisius
Arijanto, Agus. 2011. Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis : Cara Cerdas dalam
Memahami Konsep dan Faktor-faktor Etika Bisnis dengan Beberapa Contoh
Praktis. Jakarta : Grafindo.
Gustina.2008. Jurnal : Etika Bisnis suatu Kajian Nilai dan Moral dalam Bisnis.
Ajie, Reza. 2012. Tugas Etika Bisnis: Makalah Pelanggaran Etika Bisnis. Dalam
http://reza-ajie.mhs.narotama.ac.id/2012/10/08/tugas-etika-bisnis-makalah-
pelanggaran-etika-bisnis/#comment-10639\
14