Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
n-BUTANOL DAN ETIL ASETAT AKAR PLETEKAN (Ruellia tuberosa L.) SERTA UJI
AKTIVITAS TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus
SKRIPSI
OLEH :
MITFAH ASHANI DJENAL
1301061005
TINJAUAN PUSTAKA
(Amri, 2014):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Solanales
Indonesia : Ceplikan
7
Berdasarkan perbedaannya didalam menyerap zat warna Gram bakteri dibagi atas dua
golongan yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif menyerap zat
warna pertama yaitu kristal violet yang menyebabkan berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram
negatif menyerap zat warna kedua yaitu safranin dan menyebabkannya berwarna merah muda
(Dwijoseputro,1982). Bakteri Gram positif memiliki kandungan peptidoglikan yang tinggi (dapat
mencapai 50%) dibandingkan bakteri Gram negatif (sekitar 10%). Sebaliknya kandungan lipida
dinding sel bakteri Gram positif rendah sedangkan pada dinding sel bakteri Gram negatif tinggi
yaitu sekitar 11-22% (Lay, 1992). Hampir semua bakteri gram positif adalah kemohetetrof.
Analisis kimiawi menunjukkan bahwa dinding sel bakteri gram positif terdiri atas peptidoglikan
sebagai polimer utama yang berhubungan dengan polisakarida dan kelas polimer tertentu yaitu
asam teikoat. Bakteri gram negatif ada yang bersifat kemoheterotrof (Stanier, dkk, 1980).
Kingdom : Monera
Divicio : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubatiales
Family : Enterobacteriaceae
28
1.4.1.1 Morfologi
Menurut Volk dan Wheeler (1989), morfologi dan ciri-ciri E. coli adalah
berbentuk batang gram negatif, terdapat tunggal, berpasangan dan dalam rantai
pendek tetapi biasanya tidak berkapsul, tidak berspora motil atau tidak motil
infeksi. E. coli dianggap sebagai genus dengan hanya satu spesies yang mempunyai
beberapa ratus tipe antigenik. E. coli yang menyebabkan diare akut dapat
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada
Kingdom : Eubacteria
Divicio : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Gambar 2.11. Mikroskopis Staphylococcus
Family : Staphylococcaceae aureus
http://doclol.blogspot.com/2013/12.html
30
pengeringan juga berfungsi untuk mengurangi kadar air sehingga mencegah
terurainya kandungan zat aktif karena pengaruh enzim dan mencegah kerusakan
bahan akibat aktivitas biologis. Selama proses pengeringan, akar kehilangan kadar
dikeringan, akar pletekan segar berwarna cokelat dan setelah dikeringkan berubah
(a) (b)
Gambar 4.1 (a) akar Pletekan sebelum dikeringkan, (b) akar pletekan setelah
dikeringkan
dengan pelarut. Semakin luas permukaan bidang kontak sampel maka proses
penarikan komponen senyawa aktif oleh pelarut akan semakin efektif pada saat
proses ekstraksi. Sampel berupa serbuk kemudian diayak untuk memperoleh ukuran
sampel yang benar-benar seragam sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung secara
64
untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu ekstraksi dengan menggunakan
1500 mL pelarut metanol yang bersifat polar. Menurut Arsyanti (2011), pelarut
metanol merupakan pelarut yang mampu menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif di dalam sel sehingga komponen yang
akan semakin besar sehingga hasil yang diperoleh juga akan bertambah sampai pada
titik jenuh larutan. Menurut Neolaka (2009), lama waktu perendaman serbuk 2-14
hari, semakin lama waktu kontak pelarut dengan sampel maka hasilnya semakin baik.
menggunakan pelarut metanol. Filtrat yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan
pelarut n-heksan berwarna merah sedangkan dengan pelarut metanol berwarna hitam
pekat.
Gambar 4.2 (a) Ekstraksi dengan n-heksana (b) Ekstraksi dengan metanol
67
terlebih dahulu dengan HCl sehingga dapat terbentuk Mg2+ yang kemudian akan
adanya ikatan kovalen koordinasi antara Mg2+ dengan atom O dari gugus OH fenolik
pada flavonoid (Dayanti dan Suyanto, 2013). Reaksi dugaan flavonoid dengan
O
OH Mg
OH O
O
OH
OH
O
(a) O O
Mg
MgCl2
OH O Cl Cl
Uji golongan senyawa fenolik dilakukan dengan mereaksikan ekstrak metanol akar
pletekan (Ruellia tuberosa L.) dengan beberapa tetes FeCl3 10%. Ekstrak metanol
akar Ruellia tuberosa L. menunjukkan hasil positif terhadap uji fenol. Hal ini
70
tetes FeCl3 10% karena kemungkinan senyawa tanin membentuk kompleks dengan
ion Fe3+. Mekanisme reaksi senyawa fenol dengan FeCl3 ditunjukkan pada gambar 4.4.
-
O 3-
OH
+ 3HCl
3H+ + Fe
6
6
(a)
+ FeCl3
Gambar 4.4 (a) Hasil uji fitokimia dengan pereaksi FeCl3 10%, (b) Mekanisme
reaksi senyawa fenol dengan FeCl3 (Siadi, 2012).
asetat anhidrida dan H2SO4 pekat. Uji dilakukan dengan mengambil sedikit ekstrak
Hasil uji fitokimia ekstrak metanol akar Ruellia tuberosa dengan pereaksi Lieberman-
71
Gambar 4.5 Hasil uji fitokimia dengan pereaksi Lieberman-Burchard.
tuberosa L. dengan beberapa tetes asam sulfat dingin. Senyawa steroid akan
mengalami dehidrasi dengan penambahan asam kuat dan membentuk garam yang
memberikan sejumlah reaksi warna (Paul, 2002). Hasil positif adanya steroid
steroid yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau kehitaman. Mekanisme reaksi
(a)
72
fraksinasi menggunakan pelarut n-butanol diulangi hingga diperoleh filtrat
yang jernih. Setelah itu, fraksi air-metanol yang diperoleh dipartisi lagi menggunakan
pelarut etil asetat sebanyak 100 mL. Saat didiamkan, terbentuk dua lapisan, fraksi
bagian atas adalah fraksi etil asetat sedangkan lapisan bagian bawah adalah fraksi air-
metanol. Berat jenis etil asetat 0,89 g/cm3. Berat jenis etil asetat lebih kecil dari air-
metanol sehingga lapisan etil asetat berada di atas sedangkan lapisan air-metanol
berada di bagian bawah. Selanjutnya fraksi air-metanol dipartisi sekali lagi dengan
menggunakan pelarut petroleum eter sebanyak 100 mL. Setelah didiamkan, terbentuk
pula dua lapisan dimana fraksi petroleum eter berada di bagian atas sedangkan fraksi
air-metanol berada dibagian bawah. Proses fraksinasi untuk setiap pelarut terus
diulangi hingga filtratnya jernih. Fraksi n-butanol dan etil asetat yang diperoleh
ekstrak kental dari kedua fraksi. Hasil fraksinasi dapat dilihat pada gambar 4.7.
75
Tabel 4.3 Data Hasil Evaporasi Fraksi n-butanol dan Etil Asetat Akar Pletekan
(Ruellia Tuberosa L.)
Berat ekstrak kental hasil
Hasil Fraksinasi Warna Fraksi evaporasi
(gram)
Fraksi n-butanol Cokelat kehitaman 0,6
Fraksi etil asetat Cokelat kehitaman 0,26
Setelah diperoleh ekstrak kental hasil fraksi, kemudian dilanjutkan dengan uji
fitokimia. Dalam analisis fitokimia kali ini, dilakukan pengujian terhadap senyawa
etil asetat dalam akar Ruellia tuberosa L. maka dilakukan uji dengan mereaksikan
masing-masing fraksi n-butanol dan etil asetat akar Ruellia tuberosa L. dengan
beberapa tetes FeCl3 10%. Hasil positif adanya senyawa fenolat ditunjukkan dengan
terbentuknya senyawa kompleks berwarna hijau, biru, ungu, atau hitam. Hasil
pengujian fitokimia menunjukkan bahwa fraksi n-butanol dan etil asetat akar Ruellia
(a) (b)
Gambar 4.8 (a) Hasil Uji Fenolik Fraksi n-Butanol, (b) Hasil Uji Fenolik Fraksi Etil
Asetat
76
dan petroleum eter tidak berpengaruh terhadap hasil uji karena aquades yang bersifat
netral. Selain itu dalam penelitian ini digunakan dua medium yaitu nutrient broth dan
medium mueller hington agar. Kedua medium ini merupakan medium yang paling
umum digunakan untuk semua jenis bakteri karena media ini bukan merupakan media
selektif oleh sebab itu semua jenis bakteri dapat tumbuh dengan baik pada medium
jumlah, menguji sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba sehingga selama
medium ditutup dengan kapas dan alumunium foil serta alat-alat yang digunakan
disterilkan menggunakan autoklaf selama 1 jam pada suhu 1500C agar semua bahan
dan alat terbebas dari bakteri pengganggu yang dapat mempengaruhi hasil uji.
Salah satu hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-butanol dan atil asetat yang
aureus menggunakaan metode difusi agar dapat dilihat pada gambar 4.11.
(a) (b)
86
(c) (d)
Gambar 4.11 Hasil uji akivitas antibakteri isolat pada (a) fraksi n-butanol
dengan bakteri uji E. coli, (b) fraksi n-butanol dengan bakteri uji S. Aureus, (c) fraksi
etil asetat dengan bakteri uji E. coli, (d) fraksi etil asetat dengan bakteri uji S. aureus
pada pengulangan I.
pada ulangan pertama kedua fraksi terhadap kedua bakteri uji dengan aquades sebagai
kontrol negatif dan amoxilin sebagai kontrol positif. Natheer (2012) menyebutkan
bahwa kontrol negatif adalah pelarut yang digunakan sebagai pengencer ekstrak,
tujuannya agar kontrol negatif tidak mempengaruhi uji aktivitas ekstrak. Selain itu
digunakan antibiotik sinetik amoxilin sebagai kontrol positif karena spektrumnya luas
dimana dapat menghambat bakteri baik bakteri gram positif maupun bakteri gram
bakteri oleh antibiotik pada permukaan media agar. Kerusakan pada bakteri yang
87
Gambar Hasil Uji Aktifitas Fraksi n-Butanol:
Escherichia coli Staphylococcus aureus
Pengulangan I Pengulangan I
Pengulangan II Pengulangan II
128
Gambar Hasil Uji Aktifitas Fraksi Etil Asetat:
Escherichia coli Staphylococcus aureus
Pengulangan I Pengulangan I
Pengulangan II Pengulangan II
129
Lampiran VIII
Dokumentasi Penelitian
(a) Akar Pletekan sebelum (b) Akar Pletekan setelah (c) Peneliti sedang
dikeringkan dikeringkan menghaluskan sampel
menggunakan blender
(a) Ekstraksi dengan n- (b) Hasil ekstraksi dengan metanol (c) Evaporasi
Heksana
7.4 Fraksinasi
(a) Fraksinasi dengan n-butanol (b) Fraksinasi dengan Etil Asetat (c) Fraksinasi dengan Petroleum
Eter
7.5 Uji Fitokimia Senyawa FenolikFraksi Etil Asetat dan n-Butanol
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(a) Proses pemisahan komponen senyawa dengan KLTP
(b) Hasil KLTP Fraksi n-butanol (c) Hasil KLTP Fraksi Etil Asetat
(a) Medium MHA (kiri) dan (b) Peremajaan Bakteri Pada Medium Nutrient
Nutrient Broth (kanan) Broth
(c) Pengujian Aktifitas Antibakteri Fraksi n-butanol dengan (d) Pengujian Aktifitas Antibakteri Fraksi
Metode Sumuran etil asetat dengan Metode Sumuran
(e) Media Antibakteri Setelah diinkubasi 24 (d) Perhitungan Diameter Zona Hambat
jam