Anda di halaman 1dari 2

Standar pelayanan rumah sakit di Indonesia akan semakin baik ke depan.

Sebab, saat ini sudah


diresmikan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Ed 1).

SNARS Ed1 merupakan standar akreditasi yang disusun sendiri oleh personil KARS (Komisi
Akreditasi Rumah Sakit) mengacu pada standar ISQua dan JCI Edisi 4 & 5. Seperti diketahui
standar akreditasi yang digunakan oleh KARS sekarang adalah standar akreditasi versi 2012
yang merupakan terjemahan dari standar akreditasi JCI Edisi 4.

“Jadi jika pasien diperlakukan tidak baik oleh layanan rumah sakit, bisa melaporkan ke bagian
customer service rumah sakit tersebut. Dan pihak manajemen rumah sakit harus merespons
setiap keluahan pasien,” jelas Dr.dr. Sutoto, MKes, Ketua Eksekutif Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.

(tengah) Dr.dr. Sutoto, MKes, Ketua Eksekutif Komisi Akreditasi Rumah Sakit

KARS, organisasi non profit yang mengusung visi untuk menjadi badan akreditasi tingkat
nasional dan internasional. Juga, punya misi untuk membimbing dan membantu rumah sakit
dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien melalui akreditasi, telah
mendapatkan pengakuan internasional dari The International Society for Quality in Health Care
(ISQua).

Menurut Sutoto, kini, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No 34 tahun 2107
yang diberi kewenangan melakukan akreditasi adalah lembaga independen yang sudah
terakreditasi ISQua. Dan lembaga KARS telah terakreditasi ISQua baik untuk organisasinya
maupun sistem rekrutmen dan pelatihan calon surveiornya.
Dengan telah adanya SNARS Ed 1 ini, maka dalam waktu dekat KARS juga akan memintakan
akreditasi ISQua bagi SNARS Ed 1 ini. Begitu pula dengan telah diakuinya KARS oleh ISQua
sebagai badan akreditasi internasional, maka KARS juga dapat melaksanakan akreditasi
internasional. Acara launching SNARS Ed 1 diresmikan pada acara pembukaan PITSELNAS III
di Jakarta (8/8/2017).
Dijelaskan Sutoto, pertemuan ilmiah yang akan dilaksanakan hari ini adalah ajang bertemunya
sebagian besar surveior KARS yang berjumlah lebih dari 1.450 orang, terdiri dari 313 orang para
surveior dan 1.147 orang adalah direktur plusa staf rumah sakit yang berasal dari seluruh
Indonesia.

“Jadi selain terjadinya silaturahmi antar surveior KARS, mereka juga mendapat peningkatan
kompetensi dalam hal akreditasi rumah sakit melalui seminar dan diskusi yang dilakukan selama
pertemuan ilmiah,” Sutoto menegaskan.

Yang jelas, pertemuan ini merupakan kegiatan reguler yang dilaksanakan setiap tahun bagi
seluruh surveior dan tahun 2017 merupakan kegiatan tahun ke-3 yang dilaksanakan.

Untuk Semiloka Akreditasi, dimaksudkan agar para direktur atau pengelola rumah sakit
mendapatkan pemahaman yang mantap mengenai standar akreditasi rumah sakit yang baru
(SNARS Ed 1). Juga, mendapat pencerahan tentang cara mempersiapkan proses akreditasi di
rumah sakit masing masing.

“Sehingga diharapkan setelah mengikuti Semiloka ini ,rumah sakit tidak ragu lagi untuk
mengajukan permintaan akreditasi rumah sakitnya pada KARS dengan standar yang baru,”
ungkap Sutoto.

Sutoto mengatakan, tahun 2016 dan 2017 minat dan kesiapan rumah sakit untuk mengikuti
akreditasi sudah meningkat secara signifikan. Dari catatan yang ada lebih dari 1.100 rumah sakit
yang telah dilakukan akreditasi dengan standar versi 2012 baik melalui program akreditasi
reguler maupun program khusus.

Selanjutnya, pada 2017 ini KARS juga sudah menyiapkan standar akreditasi baru versi th 2017
(SNARS Ed 1). Pada standar versi 2017 (SNARS Ed 1) ini nanti Kelompok standar IV yaitu
Sasaran Milenium Development Goals (MDGs) akan berganti nama menjadi Sasaran Program
Nasional, yang terdiri dari 5 bab: Sasaran I Penurunan Angka Kematian Bayi dan Peningkatan
Kesehatan Ibu, Sasaran II Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS, Sasaran III Penurunan Angka
Kesakitan TB, Sasaran IV Pengelolaan Pengendalian Resistensi Antimikroba, Sasaran V
Program Pelayanan Geriatri.

Anda mungkin juga menyukai