Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik
Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik
I. RIWAYAT PSIKIATRI
Umur : 38 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
2
Awal perubahan perilaku dialami sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
ditinggalkan cerai oleh istrinya. Istrinya kawin lari dengan laki-laki lain.
Sejak saat itu pasien mulai pendiam, menarik diri dari keluarga, malas
ketemu orang banyak, pasien merasa dirinya tidak berguna, tidak punya
semangat hidup. Pasien sering lari ke hutan dan tidak pulang berminggu-
minggu dan tiba-tiba muncul lagi di rumah. Pasien sudah 3 kali mencoba
bunuh dirinya. Pertama pasien membuang dirinya kejurang, kedua pasien
mencoba memotong penis dan lehernya. Menurut keterangan dari
keluarga istri pasien, mengatakan bahwa pasien sudah pernah
mempersiapkan racun untuk anak dan istrinya sehingga mati bersama-
sama.
a. Hendaya /Disfungsi :
Hendaya sosial : (+)
Hendaya pekerjaan : (+)
Hendaya waktu senggang : (+)
b. Faktor Stressor Psikososial :
Pasien ditinggal cerai oleh istrinya dan istrinya kawin lari dengan
laki-laki lain.
Tidak ada
3
I.6. Riwayat Kehidupan Pribadi
Pasien lahir normal di rumah, cukup bulan, dan dibantu oleh dukun.
Mendapat ASI cukup.
1) Riwayat Pendidikan
2) Riwayat Pekerjaan
Tukang ojek
3) Riwayat Pernikahan
4
4) Riwayat Keluarga
6) Riwayat Agama
a. Penampilan
Seorang laki-laki memakai baju koko warna biru dengan sarung
bermotif kotak-kotak warna biru-putih. Rambut pendek, perawakan
sedang, wajah sesuai umur, tampak luka jahit di leher pasien dan di
pergelangan tangan kiri pasien.
b. Kesadaran
Kualitas : Berubah
Kuantitas : GCS 15 (E4M6V5)
5
c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Hipoaktif dan Tenang
d. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif
a. Mood : Hipotimia
b. Afek : Datar
c. Keserasian : Tidak Sesuai
d. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
a. Halusinasi : Auditorik
b. Ilusi : Tidak ditemukan
6
c. Depersonalisasi : Tidak ditemukan
d. Derealisasi : Tidak ditemukan
II.6. Pikiran
a. Status Internus
Tanda Vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 24 x/ menit
Suhu : 36,8 °C
b. Status Neurologis :
GCS E4M6V5 (Composmentis)
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki masuk UGD rujukan dari RSUD Syekh Yusuf
Sungguminasa dengan keluhan percobaan bunuh diri. 4 hari yang lalu pasien
dirawat di RSUD Sungguminasa karena pasien mencoba bunuh diri dengan cara
menggorok lehernya dan memotong kelaminnya. Sebelumnya pasien pergi dari
7
rumah sekitar 2 hari, kemudian datang sendiri dengan keluhan leher dan alat
kelamin sudah berdarah. Menurut pasien tindakan ini dilakukan dibelakang
rumah. Pasien malas makan karena merasa akan diracuni, kecuali indomie
pasien sendiri yang masak. Pasien malas mandi.
Awal perubahan perilaku dialami sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
ditinggalkan cerai oleh istrinya. Istrinya kawin lari dengan laki-laki lain. Sejak
saat itu pasien mulai pendiam, menarik diri dari keluarga, malas ketemu orang
banyak, pasien merasa dirinya tidak berguna, tidak punya semangat hidup.
Pasien sering lari ke hutan dan tidak pulang berminggu-minggu dan tiba-tiba
muncul lagi di rumah. Pasien sudah 3 kali mencoba bunuh dirinya. Pertama
pasien membuang dirinya kejurang, kedua pasien mencoba memotong penis dan
lehernya. Menurut keterangan dari keluarga istri pasien, mengatakan bahwa
pasien sudah pernah mempersiapkan racun untuk anak dan istrinya sehingga
mati bersama-sama.
8
Dari alloanamnesis dan autoanamnesis pasien sering mengurung diri
dikamar, merasa tidak berguna, dan merasa bersalah atas apa yang
terjadi, terkadang terlihat murung, dan sudah berencana untuk
mengakhiri hidupnya. Dari gejala-gejala tersebut pasien dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa non
Psikotik, meskipun pada pasien terdapat Perubahan perilaku (ingin
mengakhiri hidupnya) yang menunjukkan gejala psikotik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
diperoleh pasien posiitf ada hendaya social, hendaya pekerjaan,
hendaya waktu senggang, kesadaran berubah perilaku dan
psikomotor hipoaktif dan tenang, mood hipotimia, afek datar,
keserasian afek tidak serasi, empati tidak dapat dirabarasakan,
verbalism lambat menjawab, fungsi intelektual sulit dinilai,
kemmapuan menolong diri sendiri kurang, gangguan halusinasi
auditorik, arus pikir koheren dan relevan, isi pikir berupa waham
curiga. Tilikan 1, taraf dapat dipercaya. Didapatkan juga adanya
gejala klinis yang bermakna berupa perubahan pola tingkah laku
yaitu pasien menjadi pendiam, menarik diri dari keluarga, malas
ketemu orang banyak, pasien merasa dirinya tidak berguna, tidak
punya semangat hidup. Pasien juga sulit tidur dan malas makan.
Sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami Episode Depresi
Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3)
AKSIS II : Ciri kepribadian skizoid
AKSIS III : Tidak ada diagnosis aksis III
AKSIS IV : Stressor psikososial yaitu pasien ditinggal cerai oleh istrinya
dan istrinya kawin lari dengan laki-laki lain
AKSIS V : GAF Scale 50-41 (serious), disabilitas berat
VI. PROGNOSIS
Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan,
biasanya cenderung untuk menjadi kronik dan kambuh. Episode pertama
gangguan depresi berat yang dirawat dirumah sakit sekitar 50% angka
9
kesembuhannya pada tahun pertama. Persentasi pasien untuk sembuh setelah
perawatan berulang berkurng seiring berjalannya waktu. Banyak pasien yang
tidak pulih akan menderita gangguan distimik.kekambuhan depresi berat juga
sering terjadi, sekitar 25% pada 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit, sekitar
30-50% dalaam dua tahun pertama, dan sekitar 50-75% dalam periode 5 tahun.
Insiden relaps berkurang pad pasien yang melanjutkan terapi psikofarma
profilaksis dan pasien yang hanya mempunyai satu atau dua episode depresi.
Secara umum, semakin sering pasien mengalami episode depresi, semakin
memperburuk keadaannya.
Kemungkinan prognosis baik episode ringan, tidak ada gejala psikotik,
waktu rawat inap singkat, indicator psikososial meliputi mempunyai teman
akrab selama masa remaja, fungsi keluarga stabil, lima tahun sbelum sakit secar
umum fungsi social baik. Sebagai tambahan, tidak ada komorbiditas dengan
gangguan psikiatri lain, tidak lebih dari sekali rawat inap dengan depresi berat,
onset awal pada usia lanjut.
Kemungkinan prognosis buruk : deperesi berat bersamaan dengan
distimik, penyalahgunaan alcohol, dan zat lain, ditemukan gejala cemas, ada
riwayat lebih dari sekali episode sepresi sebelumnya.
VII. RENCANA TERAPI
1) Psikofarmaka
R/ Fluoxetine 20 mg (1-0-0)
R/ Risperidone 2 mg (1 x ½)
R/ Trihexyphenidyl 2 mg (1 x 1)
R/ Clozapine 25 mg (0-0-1)
2) Psikoterapi
Terapi interpersonal
Berfokus pada konteks sosial depresi dan hubungan pasien dengan orang
lain. Memberikan ventilasi yakni memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mengungkapkan isi hati dan keinginannya supaya pasien merasa lega.
10
Terapi kognitif-behavioral
Berfokus pada mengoreksi pikiran-pikiran negatif, perasaaan bersalah yang
tidak rasional dan rasa pesimis pasien. Dapat juga dengan memberikan
nasehat dan pengertian kepada pasien mengenai penyakitnya dan cara
menghadapinya agar pasien mengetahui kondisi dirinya.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang sekitar agar
memberi dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan suasana kondusif
sehingga membantu proses penyembuhan.
11
tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya
dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan
berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan dibwah salah
satu diagnosis gangguan depresif berulang (F32.-)
12
F32.2 Episode Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada.
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat.
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci.
Daalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan.
- Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurnag-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurnag dari 2 minggu.
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
13
F32.8 Episode Depresi Lainnya
F32.9 Episode Depresi YTT
Farmakoterapi :
Pada kasus ini dapat diberikan obat anti depresi dengan indikasi adanya
sering mengurung diri dikamar, merasa malu, tidak berguna, dan meras bersalah
atas apa yang terjadi, terkadang terlihat sedih sampai menangis, dan sudah
berencana untuk mengakhiri hidupnya. Obat yang diberikan yaitu Fluoxetin.
Anti depressan ini merupakan anti depressan golongan Selective Serotonin Re-
upatake Inhibitor (SSRI) obat ini adalah agen pilihan karena efektif, mudah
digunakan, efek sampingnya relative lebih sedikit, bahkanpada dosis tinggi.
Obat ini bekerja dengan menghambat Re-uptake serotonin pada membrane
presinapstik, dengan demikian dapat meningkatkan neurotransmisi serotonin
dalam otak. Obat yang termasuk golongan SSRI yaitu : Sertraline, Paroxetine,
Fluvoxamine, Fluoxetine, dan citalopram
14