Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum, yang mengarah kepada terwujudnya
generasi penerus yang bermutu.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan
upaya peningkatan kualitas dan kehidupan manusia. Peningkatan dan
pengembangan tersebut dapat terwujud apabila ada perbaikan dan peningkatan
kesejahteraan mulai dari unit terkecil dalam masyarakat.
Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari
suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga
merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana
keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena
dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan
masyarakat. Untuk itu, perlu adanya suatu pembinaan bagi keluarga oleh tenaga
kesehatan.
Dalam rangka membentuk petugas kesehatan yang terampil dalam upaya
promotif dan preventif dengan secara langsung terjun ke masyarakat, Departemen
Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran
Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen
menyelenggarakan kegiatan kepaniteraan senior klinik (KKS) di Puskesmas
Araskabu.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kondisi kesehatan keluarga di masyarakat dan untuk
memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran
Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas HKBP
Nommensen.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat di Desa Serdang
Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi keluarga di Desa
Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
3. Untuk memberikan promosi kesehatan pada keluarga Ibu Resda di
Desa Serdang Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

1.3. Manfaat
Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca khususnya pengetahuan mengenai kondisi kesehatan masyarakat dan
kegiatan promosi kesehatan di Desa Serdang sebagai suatu penggerak upaya yang
sama di kelurahan lainnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga
Kata keluarga berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu kawula dan warga
dimana kawula berarti hamba dan warga berarti anggota. Menurut Ahmadi
(2003), keluarga merupakan unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Mnurut Friedman (2003),
keluarga merupakan suatu kelompok terdiri dari dua individu atau lebih yang
memiliki hubungan darah maupun tidak dan membentuk keluarga yang memiliki
fungsinya masing-masing.
Fungsi keluarga adalah afektif (internal keluarga), sosialisasi, reproduksi,
ekonomi, dan pemeliharaan kesehatan. Adapun tahap perkembangan keluarga
terdiri dari:
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru: membangun perkawinan yang
saling memuaskan, emnghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis, keluarga berencana.
2. Tahap II keluarga dengan “child bearing” (kelahiran anak pertama):
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap, rekonsiliasi
tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dnegan menambah
peran-peran orang tua, kakek, dan nenek.
3. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool):
memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children) mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan daya intelektual, mempertahankan hubungan

3
perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers):
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewassa dan semakin mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center
families): memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
ataupun istri.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families): menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan-
hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia
dan anak-anak, memperkokoh hubungan perkawinan.
8. Tahap VIII keluarga lanjut usia: mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,
meneruskan untuk memahami ekstensi mereka.

2.2 Pembinaan Keluarga


Pembinaan adalah suatu usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan
dalam hal ini mewujudkan perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan,
evaluasi, atau berbagai kemungkinan atas sesuatu guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik (KBBI, 2002). Sasaran upaya pembinaan kesehatan keluarga
adalah keluarga itu sendiri sebagai suatu kesatuan dari tiap individu atau anggota
keluarga tersebut atau yang disebut sebagai sistem keluarga.

4
Sistem keluarga merupakan sistem yang kompleks, yang memerlukan
adaptasi, interaksi, proses pengambilan keputusan dan kelanjutan pertumbuhan
yang terdiri dari:
1. Input yang meliputi anggota keluarga; organisasi keluarga; sarana dan
prasarana dalam keluarga; dana.
2. Proses yang meliputi perencanaan dan pengorganisasian keluarga; peran
ayah sebagai suami, sebagai ayah dari anak-anaknya, sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, kepala keluarga, anggota masyarakat; peran
ibu sebagai istri, sebagai ibu dari anak-anaknya, pengurus rumah tangga,
pengasuh dan pendidik, kadang-kadang ditambah sebagai pencari nafkah,
anggota masyarakat dan lain-lain; peran anak dalam melaksanakan tugas-
tugas/peran psiko-sosial sesuai dengan perkembangan fisik dan mental
berdasarkan usianya; kegiatan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan hidup
masing-masing anggota keluarga; pengawasan keluarga.
3. Output yang meliputi tujuan yang hendak dicapai oleh keluarga tersebut.

Keluarga yang membutuhkan pembinaan adalah terutama keluarga pra


sejahtera dan sejahtera tahap I. Pembinaan keluarga dapat dilakukan dengan
melakukan kunjungan ke rumah demi rumah secara berkala dalam hal promosi
kesehatan. Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan
kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan
dukungan dan bimbingan tenaga profesional menuju terwujudnya kehidupan
keluarga yang sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan
keluarga sehat, kecil, bahagia, dan sejahtera.
Kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien
untuk lebih mengenal kehidupan pasien atau memberikan pertolongan kedokteran
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Yang dilakukan saat kunjungan
adalah observasi keadaan rumah, kegiatan anggota keluarga, identifikasi masalah
kesehatan, pelayanan kesehatan, serta pencatatan dan pelaporan.

5
Pelayanan kesehatan meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
1. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan dalam kesehatan,
PHBS, diet seimbang, pembinaan mental, dan menanamkan sikap akan
pentingnya skrining kesehatan.
2. Upaya preventif dapat berupa kegiatan penyuluhan akan program
penanggulangan penyakit menular dan tidak menular yang membutuhkan
partisipasi masyarakat dan kegiatan pemeriksaan kesehatan secara berkala
dan teratur.
3. Upaya kuratif berupa pelayanan kesehatan dasar dan spesifikasi melalui
sistem rujukan
4. Upaya rehabilitatif berupa kegiatan penyuluhan dan mengembalikan rasa
percaya diri pada penderita suatu penyakit, nasihat cara hidup yang sesuai
dengan penyakit yang diderita, dan perawatan fisioterapi.

6
1 BAB III
2 IDENTITAS KELUARGA BINAAN
3
3.1 IDENTITAS KELUARGA BINAAN
Keluarga yang akan dibina dalam Keluarga Binaan ini adalah keluarga Ibu
Resda Sinaga. Keluarga ini terdiri dariresda sinaga, anak ke tiga ( Rita Sitinjak),
Cucu pertama dari anak ke tiga ( ewin situmorang ), dan cucu kedua dari anak
ketiga (effendi situmorang).
Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh pada saat
kunjungan pertama:
Data Anggota Keluarga

Tabel 1. Data identitasAnggota Keluarga:


Anggota Keluarga Keterangan
Nama Resda Sinaga Kepala Keluarga
Umur 77Tahun
Alamat Dusun VII, Desa Serdang
Agama Kristen Protestan
Pendidikan SMA
Pekerjaan Tani
Status Janda
Nama Rita Sitinjak Anak ketiga
Umur 57 Tahun
Alamat Dusun VII, Desa Serdang
Agama Kristen Protestan
Pendidikan SMP
Pekerjaan Tani
Status Janda
Nama Ewin Situmorang Cucu pertama anak

7
Umur 15Tahun ketiga
Alamat Dusun VII, Desa Serdang
Agama Kristen Protestan
Pendidikan SMA
Pekerjaan -
Status Belum Menikah
Nama Efendi Situmorang Cucu kedua anak ketiga
Umur 12Tahun
Alamat Dusun VII,Desa Serdang
Agama Kristen Protestan
Pendidikan SMP
Pekerjaan -
Status Belum Menikah
Keluarga Ibu Resda Sinaga secara skematis dapat digambarkan dalam pohon
keluarga/ ikhtisar keluarga sebagai berikut:
Ikhtisar Keluarga Ibu Resda Sinaga

Bapak B Ibu R

Bapak T Ibu R Bapak T Ibu R

Ewin Efendi

Keterangan :

Bapak T = Laki-laki

Ibu R = Perempuan

8
Ibu R = Pasien

= Keluarga Binaan

4 DATA STATUS KESEHATAN KELUARGA


Data kesehatan, diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga binaan
(Tanggal 13 november2016 ) :
No Nama Anggota BB TB TD Nadi RR IMT Keluhan
Keluarga
1 Resda br. sinaga 47Kg 157cm 160/90 92x/i 16x/i 28,7 Sakit
Kepala
2 Rita br.Sitinjak 50 Kg 158 cm 130/90 80x/i 18x/i 25,3 Tidak ada
3 Ewin Situmorang 51Kg 162cm 120/80 88x/i 20x/i 26,7 Tidak ada
4 Efendi Situmorang 40 Kg 140cm 100/80 90x/i 23x/i 17,3 Tidak ada

5 3.2 KONDISI FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN, SOSIAL,


EKONOMI, DAN BUDAYA KELUARGA

A. Keadaan Lingkungan
Keluarga ibu resda tinggal di Dusun VII Desa Serdang, Kabupaten Deli
Serdang. Tempat tinggal tersebut merupakan tempat tinggal tetap keluarga bu
resda sejak menikah.Bangunan rumah beratapkan Seng dan tidak memiliki
plavon, lantai terbuat dari semen dengan permukaan yang tidak rata dan dinding
rumah terbuat dari batu bata yang belum diplester dan bahan-bahan anyaman
rotan yang sudah cukup rapuh (tepas).Rumah ibu Resda terdiri dari 2 kamar
tidur,1 ruang tamu.Dapur terletak paling belakang. IbuResda memiliki1 kamar
mandi. RumahIbu Resdaberdekatan dengan rumah sekitarnya. Akses masuk ke
dalam rumah melalui satu pintu depan dan satu pintu belakang. Keluarga Ny. R
mengatakan untuk kebutuhan air bersih sehari-hari menggunakan air dari sumur

9
bor yang dibuat sendiri.Air tersebut digunakan sebagaiair untuk memasak, air
untuk mencuci dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Denah Rumah Ibu Resda br.Sinaga

RumahTetangga

RUANGAN TAMU
D
Dapur E
P
A
N
Kamar Tidur Kamar Tidur
Ibu Resda
Kamar anak ketiga, R
cucu
Mandi U
dan WC M
A
H

RumahTetangga

10
Dokumentasi Lingkungan Tempat Tinggal Ibu Resda br. Sinaga

Rumah pasien tampak bagian depan ruang tamu

Kamar tidur Ruang tengah

kamar mandi Kamar Mandi

Dapur Dapur

11
B. Sosial Ekonomi
Keluarga Ibu Resdahidup dari hasil lahan pertanian yang dimiliki Ibu
Resda.Penghasilan Ibu Erdiana sekitar Rp. 1000.000 s.d Rp 2.500.000
perbulan.Sedangkan penghasilan anak ketiga ibu Erdina mencapai Rp. 500.000 s.d
Rp. 1.000.000 perbulan.. Dari penghasilan tersebut ia memenuhi kebutuhan
hidupnya beserta keluarganya

C. Budaya
Keluarga Ibu Resda di lingkungan rumahnya biasa-biasa saja. Mayoritas agama di
lingkungan keluarga Ibu Resda beragamaKristen dan mayoritas bersuku
Batak.Masing-masing masyarakat setempat membersihkan lingkungannya sendiri.
Didaerah tempat tinggal pak darman masih banyak yang tidak mempunyai jaban.
Ibu Resda mengatakan bahwa dilingkungan tempat tinggal mereka sangat jarang
dilakukan gotong royong oleh warga setempat dan menurut pengakuannya
masyarakat setempat masih sangat kurang kesadarannya dalam hal kebersihan
lingkungan.

3.3 PENILAIAN FUNGSI KELUARGA BINAAN


Keluarga juga memilik fungsi dalam perawatan kesehatan, sehingga
keluarga merupakan unit terdekat dalam pemantauan kesehatan tiap anggotanya.
Untuk menilai persepsi anggota keluarga dari fungsi keluarga dengan
memeriksa kepuasannya terhadap hubungan keluarga dikembangkan instrumen
metode penilaian yaitu APGAR Keluarga ( Family APGAR).
Dengan metode APGAR ini dapat dilakukan penilaian atau screening
fungsi keluarga secara cepat dan dalam waktu yang singkat. Alat ini digunakan
untuk mengukur level kepuasan hubungan dalam keluarga. Pada metode ini
dilakukan penilaian terhadap lima fungsi pokok keluarga, yaitu :
1. Adaptasi (Adaptation)
Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima
bantuan yang diperlukannya dari anggota keluarga lainnya.
2. Kemitraan (Partnership)

12
Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
berkomunikasi, musyawarah dalam mengambil suatu keputusan dan atau
menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota
keluarga lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth)
Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan
dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih sayang (Affection)
Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih
sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve)
Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota
keluarga.

Untuk memudahkan penilaian, APGAR keluarga ini dapat dituangkan dalam satu
formulir isian sebagai berikut :

SERING/ KADANG- JARANG/


NO PERNYATAAN
SELALU KADANG TIDAK
1. Saya puas bahwa saya dapat
kembali kepada keluarga saya,
bila saya menghadapi masalah.

2. Saya puas dengan cara-cara


keluarga saya membahas serta
membagi masalah dengan saya.

3. Saya puas bahwa keluarga saya


menerima dan mendukung

13
keinginan saya melaksanakan
kegiatan dan ataupun arah hidup
yang baru.

4. Saya puas dengan cara-cara


keluarga saya menyatakan rasa
kasih sayang dan menanggapi
emosi.

5. Saya puas dengan cara keluarga


saya membagi waktu bersama.

Untuk setiap jawaban sering / selalu diberikan nilai 2, jawaban kadang-


kadang diberi nilai 1, sedangkan jawaban jarang / tidak pernah diberikan nilai 0,
kemudian lima nilai tersebut dijumlah, selanjutnya di nilai debagai berikut :
1. 7 – 10 berarti keluarga sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain.
2. 4 – 6 berarti keluarga kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota
keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan.
3. 0 – 3 berarti keluarga tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak
perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga.

14
Dari hasil kuesioner yang diberikan pada Ibu Resda, anak, dan cucunya,
didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Ibu Resda
Dari wawancara dan pengisian kuesioner didapati jawaban Ibu Resda
sebagai berikut :

A: Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada SERING/


keluarga saya, bila saya menghadapi masalah. SELALU
P : Saya puas dengan cara-cara keluarga saya KADANG-
membahas serta membagi masalah dengan saya. KADANG
G: Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan KADANG-
mendukung keinginan saya melaksanakan KADANG
kegiatan dan ataupun arah hidup yang baru.
A: Saya puas dengan cara-cara keluarga saya KADANG-
menyatakan rasa kasih sayang dan menanggapi KADANG
emosi.
R: Saya puas dengan cara keluarga saya membagi KADANG-
waktu bersama. KADANG

Jumlah skor APGAR keluarga Ibu Resda adalah 6, yang berarti


hubungan Resda dengan keluarga kurang sehat, hubungan Ibu Resda
dengan anggota keluarga lainnya masih perlu ditingkatkan.
Dari wawancara diketahui bahwa Ibu Resda kurang sering
bercerita tentang masalah yang dihadapinya dalam perkerjaannya
kepada anggota keluarga lainnya, hal ini dikarenakan Ibu resda lebih
sering menghabiskan waktunya di ladang.
2. Ibu Rita
Dari wawancara dan pengisian kuesioner didapati jawaban Ibu Rita
sebagai berikut :

15
A: Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada KADANG-
keluarga saya, bila saya menghadapi masalah. KADANG
P : Saya puas dengan cara-cara keluarga saya KADANG-
membahas serta membagi masalah dengan saya. KADANG
G: Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan KADANG-
mendukung keinginan saya melaksanakan KADANG
kegiatan dan ataupun arah hidup yang baru.
A: Saya puas dengan cara-cara keluarga saya KADANG-
menyatakan rasa kasih sayang dan menanggapi KADANG
emosi.
R: Saya puas dengan cara keluarga saya membagi KADANG-
waktu bersama. KADANG
Jumlah skor APGAR keluarga Ibu Rita adalah 5, yang berarti
hubungan Ibu dengan keluarga kurang sehat, hubungan Ibu dengan
anggota keluarga lainnya masih perlu ditingkatkan.
Dari wawancara diketahui bahwa Ibu Rita dan anggota keluarga
lainnya kurang mempunyai waktu bersama. Ibu menghabiskan
waktunya lebih banyak di ladang.

Dari hasil penilaian APGAR Keluarga Ibu Resda didapati hubungan yang
kurang sehat antar anggota keluarga. Hubungan Ibu Resda dan anak serta istrinya
nya perlu ditingkatkan. Dari pengamatan hubungan yang kurang baik ini karena
kurangnya anggota keluarga menghabiskan waktu bersama. Ibu Resda
menghabiskan waktunya ke ladang dan pulang saat menjelang. Ibu Rita lebih
banyak diladang.

6 3.4 MASALAH KESEHATAN KELUARGA BINAAN


A. Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan pertama
terhadap keluarga binaan yang akan dibina, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan dalam keluarga Ibu Resda br.Sinaga tersebut besertadengan

16
kemungkinan penyebab masalah kesehatannya yang disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
No Anggota Masalah Kemungkinan Penyebab Keterangan
Keluarga Kesehatan Masalah Kesehatan
1 Ibu Resda br. Hipertensi - Kebiasaan Masalah
Sinaga mengkonsumsi daging diketahui saat
dan jeroan. kunjungan
- Kebiasaan memakan pertama
makanan yang asin. pembina ke
- Kebiasaan menggoreng rumah pasien
dengan menggunakan
minyak jelantah.
- Jarang melakukan
olahraga
- Tidak patuh berobat dan
juga minum obat.
2 Anak Ketiga Asam - Makan tidak teratur Masalah
Lambung, - Makan makanan diketahui saat
yang pedas dan banyak kunjungan
mengandung bahan pertama
pengawet. pembina ke
-Tingkat pengetahuan yang rumah pasien
kurang
-Tidaknya adanya waktu
untuk pergi ke puskesmas
3 Cucu - - Saat kunjungan
peratama rumah tidak ada
masalah
kesehatan
4 Cucu kedua - - Saat kunjungan

17
rumah tidak ada
masalah
kesehatan

Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saat kunjungan rumah pertama,
masalah kesehatan dialami oleh Ibu Resda br. Sinaga.Melalui wawancara, dapat
diidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dalam keluarga tersebut.
Dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah
kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga Ibu Resda Sinaga tersebut di atas
terkait dengan determinan kesehatan yang ada yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Ibu Resda br. Sinaga : Hipertensi grade II.
Berdasarkan determinan kesehatan, IbuResda memiliki masalah kesehatan
yang terutama terkait pada faktor biologis (usia), faktor lingkungan, dan faktor
perilaku atau gaya hidup.
2. Ibu Rita Sitinjak : Asam Lambung.
Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul
terutama disebabkan oleh aspek perilaku

B. Rencana Upaya Intervensi yang akan dilakukan.

No Anggota Masalah Kesehatan Rencana Upaya Intervensi keteranga


Keluarga n
1 Ibu Resda HipertensiGrade II - Penyuluhan mengenai
br. Sinaga penyakit hipertensi
terutama mengenai
(faktor resiko dan
komplikasinya).
- Penyuluhan mengenai
pola diet pasien
hipertensi, pentingnya

18
aktivitas fisik
teratur,mengurangikon
sumsi garam, dan
mengurangi kebiasaan
makan-makanan
berlemak, dengan
penyedap rasa atau
yang berpengawet
terlalu banyak.
- Pentingnya minum
obat hipertensi secara
teratur
- Pentingnya
mengontrol tekanan
darah secara teratur di
puskesmas
2 Ibu Rita Asam -Penyuluhan tentang Efek
Lambung,maagh Samping makanan yang
berbahan pengawet
- Menyarankan agar
makan dengan teratur
- Memberikan penyuluhan
mengenai makanan yang
tidak boleh dikonsumsi
terlalu banyak
- Menyarankan untuk
memeriksakan diri ke
puskesmas atau rumah
sakit bila terjadi masalah
kesehatan

19
C. Upaya Kesehatan Yang Telah Dilakukan Keluarga
Upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga Ibu Resda bila
terdapat anggota keluarga yang mengalami sakit adalah mencari pengobatan ke
PuskesmasAraskabu atau praktek bidan-bidan yang jaraknya dekat dari rumah
pasien.Untuk mengontrol penyakitnya, Ibu Resda sering memeriksakan diri
namun tidak rutin berobat dengan alasan pasien harus bekerja untuk bertani.

MASALAH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

20
3.5 MASALAH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELUARGA BINAAN
Identifikasi Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan terhadap keluarga binaan yang dibina ditemukan juga
beberapa masalah indikator keluarga sehat, yaitu:

Keluarg Ibu hamil Balita Pemberi Pemantau Penderi Penderi Tidak Sekelurg Mempun Mempun Anggot
a memeriksa Mendap an Asi an ta TB ta ada a sudah yai yai a
mengik kehamilan at Eksklusi pertumbuh berobat hiperte anggot mempun sarana air jamban keluarg
uti KB nya imunisa f an balita sesuai nsi a yai JKN bersih keluarga a akses
si standar berobat keuarg dalam
lengkap teratur a yang pelayan
merok an jiwa
ok

- - - - - - X - X √ √
-

21
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan terhadap
keluarga binaan yang dibina, maka dapat dirumuskan beberapa masalah PHBS
dalam rumah tangga yang ditemukan dalam keluarga ini adalah:

 Keluarga Ibu Resda, anak dan cucunya yang tidak mempunyai JKN karna
mereka kurang memahami cara mengurus kartu JKN.
 Ibu Resda juga Tidak Teratur dalam Pengobatan Hipertensinya,
dikarenakan sebagian waktunya dihabiskan diladang.

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan terhadap


keluarga binaan yang dibina maka ditemukan juga beberapa masalah perilaku
hidup bersih dan sehat.

22
23
Indikator Perilaku Sehat
Per- ASI Timban Air Cuci Gunakan Beranta Makan Aktivitas Tdk
No Nama Umur salinan Eks- g balita Bersih Tanga Jamban s Jentik buah & fisik merokok Klasif
Klusif n sayur dirumah ikasi
PHB
S

1. Resda 77 thn X X X √ X √ X √ X X Tidak


sehat
X X X √ X √ X √ √ Tidak
2. Rita 57 thn √
sehat
Tidak
3. Ewin 15 thn -
√ √ √
√ X √ X √ X √
sehat


Efendi 12 thn
√ √ √ X √ X √ X
4.
- √
√ Tidak
Sehat

√ 24
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan terhadap
keluarga binaan yang dibina, maka dapat dirumuskan beberapa masalah PHBS
dalam rumah tangga yang ditemukan dalam keluarga ini adalah:
 Keluarga Ibu Resda tidak membiasakan diri untuk mencuci tangan dahulu
sebelum makan ataupun sehabis bekerja.
 Semua anggota keluarga Ibu Resdal tidak punya kebiasaan memberants
jentik nyamuk.

Rencana Upaya Intervensi yang Akan Dilakukan


Anggota Masalah Perilaku Hidup Rencana Upaya
Keluarga Bersih dan Sehat Intervensi
Keluarga Binaan
Keluarga Ibu Resda  Cuci Tangan  Penyuluhan tentang
 Berantas Jentik pentingnya Perilaku Hidup
nyamuk Bersih dan Sehat di dalam
rumah tangga.
 Menyarankan kepada keluarga
Ibu Resda agar sering
membersihkan dan menjaga
kebersihan rumah dan
lingkungan tempat tinggal
mereka.
 Menyarankan kepada keluarga
Ibu Resda agar mau mengajak
atau menyarankan kepada
masyarakat lingkungan tempat
tinggal mereka agar bersama-
sama melakukan gotong
royong dan menjaga
kebersihan lingkungan tempat

25
tinggal mereka.

7 3.6 PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN


A. Determinan Masalah Kesehatan

Terdapat riwayat
hipertensi dalam
keluarga
Konsumsi daging
dan jeroan
GENETIK
Stress mental
Konsumsi daging yang dialami
dan jeroan pasien

PERILAKU HIPERTENSI LINGKUNGAN

Kebiasaan Sosio Ekonomi


menggoreng rendah
dengan
menggunakan
minyak jelantah PELAYANAN
KESEHATAN
Jarang Olahraga
Pasien tidak
teratur berobat ke
puskesmas

Kurangnya upaya
sosialisasi
pengendalian 26
hipertensi
3.7 Tindak Lanjut dan Hasil Intervensi Pasien

Tanggal Intervensi yang Dilakukan, Diagnosis Holistik dan Rencana


Selanjutnya
Kunjungan I Evaluasi :
(18-11-2016)  Pada kedatangan pertama ini, dilakukan perkenalan dan
pendataan setiap anggota keluarga
 Menelaah lingkungan rumah dan perilaku dari pasien dan
setiap anggota keluarga
 Menelaah masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga
- Mengukur tekanan darah, berat badan, dan tinggi
badanMenelaah lingkungan rumah dan perilaku dari pasien
dan setiap anggota keluarga

27
Hasil :
- Pasien minum obat yang telah diberikan secara teratur, dan
didapatkan perbaikan gejala klinis.
- Diketahui pola makan pasien yang kurang baik yaitu banyak
mengkonsumsi daging, garam, penyedap rasa, dan
menggoreng dengan minyak jelantah.
- Evaluasi mengenai PHBS
 Keluarga pasien tidak menggantung baju-baju yang sudah
terpakai maupun yang belum terpakai di pojokan rumah.
 Keluarga pasien jarang membersihkan rumahnya.
- Keluarga masih tidak mencuci tangan pakai sabun

Intervensi:
- Pada kedatangan pertama, intervensi yang dilakukan adalah
edukasi mengenai penyakit Hipertensi (penyebab, faktor
resiko, patofisiologi, pengobatan dan pentingnya pengobatan
secara teratur dan disiplin serta pencegahannya) yang
dilakukan terhadap pasien serta keluarga, serta anjuran untuk
melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala setiap 5
hari sekali sekaligus mengambil obat anti hipertensi di
Puskesmas.
- Menjelaskan bahwa penyakit Hipertensi adalah penyakit yang
tidak lepas dari obat sehingga pasien harus selalu dan disiplin
mengkonsumsi obat agar pasien tidak lagi mengalami
komplikasi.
- Juga dilakukan edukasi untuk menjaga pola makan dan
menerapkan hidup sehat.
- Edukasi untuk memperbaiki pola makan pada pasien dan
mengurangi konsumsi daging, garam, penyedap rasa, dan
menggoreng dengan minyak jelantah.
- Melakukan edukasi mengenai penyakit hipertensi, terutama

28
mengenai faktor resiko dan komplikasi yang dapat
ditimbulkan.
- Memotivasi pasien untuk berobat teratur di puskesmas dan
secara rutin malakukan pemeriksaan tekanan darah di
puskesmas dan memeriksa kemungkinan komplikasi
hipertensi yang dapat terjadi pada pasien.
- Memberikan KIE mengenai PHBS secara personal hygiene
maupun lingkungan kepada ibu dan keluarga:
1. Mencuci tangan dengan air bersih, mengalir, dan sabun.
2. Menyarankan untuk tidak menggantung baju-baju yang
sudah terpakai maupun yang belum terpakai di pojokan
rumah karena dapat menjadi sarang nyamuk.
3. Menjaga kebersihan rumah.

Kunjungan II Evaluasi :
(22-11 2016) - Evaluasi dari intervensi sebelumnya

Hasil:
- Pasien sudah minum obat secara teratur dan mulai mengatur
pola makannya dengan mengurangi konsumsi daging, garam,
dan menggoreng dengan minyak jelantah.
- Pasien masih memasak dengan penyedap rasa dan maih
jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran
- Pasien belum melakukan olahraga teratur setiap harinya,
karena pasien harus berjualan di pasar setiap paginya
- Evaluasi PHBS :
1. Keluarga pasien masih menggantung baju-baju yang
sudah terpakai maupun yang belum terpakai di pojokan
rumah karena dapat menjadi sarang nyamuk.

29
2. Keluarga pasien secara teratur membersihkan rumahnya.

Intervensi:
Edukasi untuk pasien
- Aspek personal: Edukasi kepada pasien mengenai penyakit
Hipertensi dan tatalaksananya, serta hal yang perlu
diperhatikan menyangkut komplikasinya.
- Aspek klinik:
 Menjelaskan tentang hipertensi, faktor resiko,
penyebab, serta tatalaksana pengobatannya termasuk
pentingnya keteraturan berobat.
- Aspek risiko internal:
 Edukasi mengenai keadaan pasien dengan penyakit
hipertensi tersebut memiliki faktor resiko lebih tinggi
pada orang dengan riwayat keluarga hipertensi.
- Aspek sosial:
 Edukasi mengenai pengolahan makanan untuk pasien
dengan hipertensi
 Anjuran untuk meningkatkan gaya hidup sehat
(makanan, olahraga/aktivitas fisik), serta anjuran
deteksi dini pada anggota keluarga lainnya dengan
melakukan pemeriksaan tekanan darah pada usia
lanjut.

Kunjungan Evaluasi:
III - Evaluasi dari intervensi sebelumnya
(26-11-2016) Hasil:
- Pasien tetap minum obat secara teratur dan mulai mengatur
pola makannya dengan mengurangi konsumsi daging, garam,
dan menggoreng dengan minyak jelantah.

30
- Pasien sudah mengurangi memasak dengan menggunakan
penyedap rasa.
- Evaluasi PHBS :
 Keluarga pasien masih menggantung baju-baju yang
sudah terpakai maupun yang belum terpakai di
pojokan rumah karena dapat menjadi sarang nyamuk.
 Keluarga pasien secara teratur membersihkan
rumahnya.
Intervensi:
- Agar meneruskan keteraturan meminum obat dan kontrol
rutin ke puskesmas.
- Promosi pentingnya gaya hidup sehat berupa makan makanan
seimbang dan berolahraga secara teratur.

3.8 . KESIMPULAN
Kesimpulan Penatalaksanaan Pasien Keluarga Binaan
Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien:
1. Keinginan pasien untuk mengontrol penyakitnya baik, sehingga usaha
untuk merubah pola makan dan kebiasaan dapat dilakukan.
2. Pasien dan keluarga masih belum terbuka terhadap edukasi dan motivasi
yang diberikan.
3. Keluarga mendukung upaya perbaikan kesehatan pasien dan anggota
keluarga lainnya.

31
Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien:
1. Pasien kesulitan datang kontrol ke Puskesmas karena keladang setiap hari
Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya:
1. Edukasi untuk selalu meminum obat antihipertensi secara teratur dan
terkontrol agar tekanan darahnya tetap normal.
2. Edukasi untuk kontrol ke Puskesmas secara berkala tiap 5 hari untuk
memeriksakan tekanan darahnya.
3. Mengajak keluarga pasien untuk terus bergaya hidup sehat dengan
memperhatikan pola makan, menambah kegiatan/aktivitas fisik, serta
menjalani hidup sehat agar anggota keluarga lainnya tidak memiliki
kecenderungan penyakit ini.

32

Anda mungkin juga menyukai