Anda di halaman 1dari 54

PEMANFAATAN KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate balbisiana C.

)
SEBAGAI MEDIA PENJERNIHAN AIR

Oleh :

WULANDARI
NIM. 100 500 188

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2013
PEMANFAATAN KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate balbisiana C.)
SEBAGAI MEDIA PENJERNIHAN AIR

Oleh :
WULANDARI
NIM. 100 500 188

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2013
PEMANFAATAN KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate balbisiana C.)
SEBAGAI MEDIA PENJERNIHAN AIR

Oleh :
WULANDARI
NIM. 100 500 188

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


SAMARINDA
2013
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate


balbisiana C.) sebagai Media Penjernihan Air
Nama : Wulandari
NIM : 100 500 188
Program Studi : Manajemen Lingkungan
Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Ir. Dadang Suprapto, MP Ir. Taman Alex, MP Taufiq Rinda Alkas, S.Si.,M.Pd.
NIP.19620101 198803 1 003 NIP. 19601212 198903 1 008 NIP. 19780517 200912 1 002

Menyetujui, Mengesahkan,
Ketua Program Studi Ketua Jurusan
Manajemen Lingkungan Manajemen Pertanian

Ir. Dadang Suprapto, MP Ir. Hasanudin, MP


NIP.19620101 198803 1 003 NIP.19630805 198903 1 005

Lulus ujian pada tanggal : ...........................


ABSTRAK

WULANDARI. Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana C.)


sebagai Media Penjernihan Air (di bawah bimbingan DADANG SUPRAPTO).
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan limbah kulit pisang
kepok (Musa acuminate balbisiana C.) sebagai media penjernih air.
Penelitian ini telah dilaksanakan oleh penulis selama satu bulan pada bulan
Juni 2013 dengan sampel air berasal dari perairan Sub DAS Karang Mumus. Untuk
analisa parameter yang diteliti yaitu kekeruhan dilakukan di Laboratorium Tanah
dan Air dan kandungan logam Fe dilakukan di Laboratorium Kualitas Udara dan
Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit pisang kepok menunjukkan
respon dalam penurunan tingkat kekeruhan dan kadar logam Fe dalam air sungai.
Air sungai yang memiliki tingkat kekeruhan sebesar 7,51 NTU setelah dilakukan
penjernihan dengan kulit pisang kepok tingkat kekeruhannya menjadi 3,01 NTU dan
telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kekeruhan air adalah 5 NTU,
demikian juga dengan kadar logam Fe yang dikandung air sungai sebesar 0,326
mg/L setelah dilakukan penjernihan dengan kulit pisang kepok kadarnya menjadi
0,114 mg/L dan telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2002 bahwa kandungan Fe yang
diperbolehkan adalah sebesar 0,3 mg/L.

Kata kunci : Kulit Pisang Kepok, Sub DAS Karang Mumus, Analisa Sifat Fisika dan
Kimia Air.
RIWAYAT HIDUP

Wulandari, lahir pada tanggal 24 April 1992 di kota Bontang,


Kalimantan Timur merupakan putri pertama dari pasangan
suami istri Bapak Mulyadi dan Ibu Anik Rohmatin.
Memulai pendidikan di TK. Cendrawasih Bontang pada
tahun 1997 – 1998, lalu Sekolah Dasar Negeri 013 Bontang,
Kalimantan timur pada tahun 1998 - 2004, kemudian
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontang pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Lalu melanjutkan pendidikan
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bontang Jurusan Kimia Industri pada
tahun 2007 – 2010.
Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian pada Program Studi Manajemen
Lingkungan. Selama menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Manajemen Pertanian
Penulis telah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih
dua bulan terhitung sejak tanggal 25 Februari sampai 26 April 2013 di PT.
Indominco Mandiri Bontang, Propinsi Kalimantan Timur.
Penulisan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
dengan sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penulis menyusun Karya Ilmiah yang
berjudul Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana C.) sebagai
Media Penjernihan Air.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas ijin-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya ilmiah ini disusun
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis selama sebulan
guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya
Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen
Lingkungan sekaligus sebagai pembimbing karya ilmiah.
2. Bapak Fachruddin Azwari ST., MSi selaku Kepala Laboratorium Kualitas Udara
dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
3. Bapak Ir. Noorhamsyah, MP selaku Kepala Laboratorium Tanah dan Air
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
4. Bapak Ir. Taman Alex, MP selaku Dosen penguji satu.
5. Bapak Taufiq Rinda Alkas, S.Si., M.Pd. selaku Dosen penguji dua. .
6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
7. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
8. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Manajemen Lingkungan
Jurusan Manajemen Pertanian.
9. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril
kepada Penulis.
10. Saudara - saudari senasib dan seperjuangan Nenny, Yanti, Dina, Andi, Sufian,
Dian, Febri, Ardian, Ayu, Siska, Rudi dan seluruh rekan–rekan
mahasiswa/mahasiswi Manajemen Lingkungan 2010/2013 yang telah banyak
membantu dan memberikan semangat serta inspirasi bagi Penulis hingga Karya
Ilmiah ini selesai.
11. Anggota Kost Tulip, Endah, April, Yunike, Carina, Opi dan seluruhnya yang
memberi keributan di setiap hari.
12. Dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu secara langsung
maupun tidak langsung telah memberikan bantuan kepada Penulis.
Sebaik apapun penyusanan karya ilmiah ini, Penulis menyadari bahwa karya
ilmiah ini masih banyak kekurangan, namun semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca sehingga dapat memberikan wawasan tambahan
bagi para pembaca.

Wulandari

Sei Keledang, Juni 2013.


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..….. viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..……. ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..…. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..……. xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….……. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..….. 3
A. Tinjauan Umum Sungai Karang Mumus………………………………… 3
B. Parameter Kualitas Air………………………………………………….…. 4
C. Tinjauan Umum tentang Air Jernih………………………………………. 6
D. Penyaringan (Filtrasi)……………………………………………………… 6
E. Tinjauan Umum tentang Pisang………………………………………….. 7
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………..…… 10
A. Waktu, Lokasi dan Batasan Penelitian…………………………………... 10
B. Bahan dan Peralatan Penelitian………………………………………….. 10
C. Prosedur Kerja……………………………………………………….…….. 11
D. Analisa Data………………………………………………………………… 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………..……….. 18
A. Hasil…………………………………………………………………………. 18
B. Pembahasan……………………………………………………….……..... 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….………… 25
A. Kesimpulan…………………………………………………………............ 25
B. Saran……………………………………………………………….……….. 26
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….………… 27
LAMPIRAN………………………………………………………………….………… 28
DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1 Hasil Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air Sampel……................ 18

2 Hasil Pengukuran Kandungan Fe Air Sampel…………………..... 18

3 Hasil Analisa Angka Penurunan Tingkat Kekeruhan dan


Persentase Kemampuan Penjernihan Air Sungai tanpa
menggunakan Kulit Pisang Kepok……………………………….. 19

4 Nilai Persentase Kemampuan Kulit Pisang Kepok terhadap


Penurunan Tingkat Kekeruhan Air Sungai……………………….. 19

5 Nilai Persentase kemampuan Penjernihan Air Sungai tanpa


menggunakan Kulit Pisang Kepok terhadap Penurunan Kadar
Logam Fe Air Sungai……………………………………………… 20

6 Nilai Persentase Kemampuan Kulit Pisang Kepok terhadap


Penurunan Kadar Logam Fe Air Sungai…………………………. 21
DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1 Tingkat Penurunan Kekeruhan Penjernihan Air…………. 20

2 Tingkat Penurunan Kadar Fe Penjernihan Air ………....... 21

Nomor Lampiran Halaman

1 Peta Sub DAS karang Mumus Samarinda……………….. 29

2 Filter Penjernihan Air dengan menggunakan Kulit Pisang


Kepok…………………………………………………………. 30

3 Filter Penjernihan Air tanpa menggunakan Kulit Pisang


Kepok…………………………………………………………. 30

4 Tempat Pengambilan Sampel Sungai Karang Mumus….. 31

5 Media Penjernihan…………………………………………... 31

6 Sampel Air……………………………………………………. 32

7 Rangkaian Filtrasi Penjernihan dengan Kulit Pisang


Kepok…………………………………………………………. 32

8 Pengukuran Kekeruhan…………………………………….. 33

9 Pengukuran Fe dengan SSA………………………………. 33


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82


Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air…………………………….. 34

2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20


Tahun 1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air…………………………….. 35

3 Hasil Analisis Pengukuran Tingkat Kekeruhan…………... 36

4 Hasil Analisis Pengukuran Kadar Fe Sampel Air


Penjernihan dengan menggunakan Kulit Pisang Kepok... 37

5 Hasil Analisis Pengukuran Kadar Fe Sampel Air


Penjernihan tanpa menggunakan Kulit Pisang Kepok….. 38

6 Perhitungan ……………….………………………………… 39
BAB I
PENDAHULUAN

Permasalahan lingkungan yang menjadi perhatian utama pada saat ini

adalah menurunnya kualitas perairan oleh masuknya bahan pencemar yang

berasal dari berbagai kegiatan manusia seperti sampah pemukiman, industri,

pemupukan serta pestisida (Marganof, 2007dalam Endra, 2013).Kebutuhan akan

air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota digunakan untuk berbagai

keperluan, seperti untuk air minum, memasak, mencuci dan sebagainya yang harus

diperhatikan.

Marganof (2007) dalam Endra (2013)menyatakan kekeruhan perairan

umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat,

lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme

lainnya.Kekeruhan menggambarkan sifat fisik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat

dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan

anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikro organisme lain.

Sub DAS Karang Mumus sebagai salah satu Daerah Aliran Sungai (DAS)

yang terdapat di Kota Samarinda kini kondisinya perlu mendapat perhatian yang

lebih, baik dari Pemerintah Kota maupun masyarakat di sekitar wilayah aliran

sungai agar dampak yang ditimbulkan dapat ditanggulangi sedini mungkin.

Kebiasaan masyarakat di sekitar sungai yang setiap hari memanfaatkan air sungai

untuk memenuhi kebutuhan baik itu untuk mencuci, mandi dan bahkan sebagai

tempat untuk pembuangan sampah membuat kualitas air sungai semakin

mengalami penurunan hal ini ditandai dengan kondisi air yang berwarna hitam,
adanya bau yang dihasilkan dari pembusukan sampah dan banyaknya sampah

yang tergenang dipermukaan air akibat aktifitas keseharian masyarakat mulai dari

kegiatan rumah tangga, kegiatan pabrik kecil hingga besar dan kegiatan pasar yang

sering kali tidak mempertimbangkan limbah yang mereka buang begitu saja ke

badan sungai hingga menimbulkan masalah pencemaran yang serius hingga

pencemaran logam berat (Anonim, 2007).

Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah buah pisang yang

cukup banyak jumlahnya.Umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata,

hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan

ternak seperti kambing, sapi dan kerbau.Jumlah dari kulit pisang cukup banyak

yaitu sekitar 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas.Kulit pisang juga menjadi

salah satu limbah dari industri pengolahan pisang, namun bisa dijadikan media

dalam penjernihan air(Endra, 2013).

Dengan dasar pemikiran ini penulis mencoba untuk menggunakan metode

filtrasi dengan media limbah kulit pisang kepok sebagai penjernihan air.Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan limbah kulit pisang kepok (Musa

acuminatebalbisiana C.)sebagai media penjernih air.

Dengan penelitianini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

pemanfaatan kulit pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) sebagai media

penjernih air pada air Sub DAS Karang Mumus dalam upaya pencegahan terhadap

kemungkinan pencemaran yang telah terjadi yang dapat mengganggu kondisi

kesehatan bagi masyarakat yang tinggal disekitar wilayah Sub DAS Karang

Mumus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Sungai Karang Mumus

1. Pengertian Air Sungai

Air sungai berasal dari mata air dan air hujan yang mengalir pada

permukaan tanah.Secara fisik, air sungai terlihat berwarna coklat dengan tingkat

kekeruhan yang tinggi karena bercampur dengan pasir, lumpur, kayu dan

kotoran lainnya. Kualitas air sungai juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar

aliran sungai. Secara umum, kualitas air sungai di daerah hilir(muara) lebih

rendah dibandingkan di daerah hulu (mata air). Hal ini terjadi akibat limbah

industri dan rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai tanpa melalui

proses pengolahan terlebih dahulu dan terkumpul di muara sungai. Akibatnya,

secara kualitas fisika, kimia maupun biologi, air didaerah muara sungai sangat

rendah dan tidak layak dijadikan bahan baku air (Djunaedi,2007).

2. Kondisi Geografis Sungai Karang Mumus

Secara geografis, wilayah Sub DAS Karang Mumus terletak pada

koordinat antara 0°17’30” - 0°30’00” LS dan 117°06’00” - 117°22’00” BT.

Berdasarkan peta Administrasi dan peta Topografi dengan skala 1:50.000, luas

Sub DAS Karang Mumus 31.475 hektar. Panjang sungai Karang Mumus adalah

42 Km, dengan pemanfaatan tergantung kebutuhan individu atau

kebanyakan.Sub DAS Karang Mumus merupakan prioritas urutan pertama DAS

kritis di Kaltim.BPDAS Mahakam Berau (2004) menyatakan, luas lahan kritis di

Kota Samarinda mencapai 32.705 ha, sedangkan yang potensial kritis

mencapai luasan 9.141 ha.Luas lahan kritis tersebut yang terluas berada pada
kawasan Samarinda Utara (9.106 ha) yang merupakan kawasan DAS Karang

Mumus(Anonim, 2007).

B. Parameter Kualitas Air

1. Parameter Fisika Air

Parameter fisika adalah salah satu parameter yang digunakan untuk

mengukur kadar kualitas air yang berhubungan dengan sifat fisik air. Salah satu

parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air adalah

kekeruhan.

Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas

maksimal kekeruhan air layak pakai menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun1990 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air adalah 5 skala NTU.Kekeruhan didalam air

disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat organik,

plankton, dan zat-zat halus lainnya.Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu

larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak dapat

dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis

suspensi, karena tergantung juga pada ukuran dan bentuk butir(Endra, 2013).

2. Parameter Kimia Air

Parameter kimia adalah salah satu parameter yang digunakan untuk

mengukur kadar kualitas air yang berhubungan dengan sifat kimia air.Air secara

alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni.Ketika air

mengembun di udara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut telah menyerap

debu atau melarutkan oksigen, karbondioksida, dan berbagai jenis gas

lainnya.Kemudian air tersebut, baik yang di atas maupun di bawah permukaan


tanah waktu mengalir menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya,

melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik

lainnya.(Achmad, 2004 dalam Effendi, 2003).

Beberapa parameter kimia yang digunakan untuk menentukan kualitas air

adalah pH, BOD, COD, DO dan logam-logam berat. Dalam penelitian ini,

parameter yang menjadi perhatian adalah logam Fe (besi).

Air yang tinggi kandungan besi-nya bila bersentuhan dengan udara menjadi

keruh, berbau dan tidak menyenangkan untuk dikonsumsi.Kekeruhan dan

warna kuning terbentuk karena oksidasi besi (II) menjadi besi (III) berupa

endapan koloid berwarna kuning. Karena oksidasinya berlangsung perlahan

terutama pada pH<6 maka pembentukan dan pengendapan Fe(OH) 3 atau

Fe2O3 berlangsung sangat lambat. Selain penampilannya yang tidak

menyenangkan, air yang tinggi kandungan besi-nya mempunyai rasa yang tidak

enak. Konsentrasi unsur besi yang melebihi ± 2 mg/Lakan menimbulkan noda-

noda pada perlalatan dan bahan yang berwarna putih (Kacaribu, 2008).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2002 tentang

Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air bahwa

standar baku mutu kualitas air untuk kandungan Fe yang diperbolehkan adalah

sebesar 0,3 mg/L.

C. Tinjauan Umum tentang Air Jernih

Air bersih dan sehat adalah salah satu kebutuhan mendasar sehari-hari untuk

setiap rumah.Air bersih, jernih dan tidak bewarna diperlukan di setiap rumah mulai

dari mencuci, masak, air minum dan mandi.Di sebagian tempat saat ini kebutuhan
air semakin meningkat sementara kualitas kesehatan dan kebersihan air semakin

menurun (Anonim, 2012b).

Jernih atau tidak keruh merupakan salah satu parameter fisika air.Air

dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan

yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor.

Turbidity atau kekeruhan air dapat disebabkan oleh clay pasir, zat organik dan

anorganik yang halus, plankton dan mikroorganisme lainnya. (Tutut, 2012).

Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang akan memiliki

kekeruhan tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang akan memiliki

kekeruhan rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan oleh partikel seperti

lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material organik.Berdasarkan definisi,

kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel melainkan suatu

ukuran bagaimana partikel menghamburkan cahaya (Copernicus, 2013).

D. Penyaringan (filtrasi)

Penyaringan atau filtrasi merupakan proses pemisahan padatan yang terlarut

di dalam air. Pada proses ini, filter berperan memisahkan air dari partikel-partikel

padatan hal ini juga bertujuan mendapatkan air yang jernih. Media yang digunakan

untuk bahan filter memiliki syarat, yaitu pori-pori yang berukuran sesuai dengan

ukuran padatan yang akan disaring dan tahan lapuk. Bahan-bahan yang biasa

digunakan sebagai media filter antara lain pasir, ijuk, arang, kerikil, dan batu

(Sujana, 2006).

Menurut Sujana (2006) tujuan dan manfaat dari filtrasi adalah berikut :

1. Tujuan Fitrasi

a. Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali.


b. Mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah.

c. Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air.

d. Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor.

e. Membantu pemerintah untuk menggalakan program alternatif perolehan air

bersih secara alami dan ramah lingkungan.

2. Manfaat filtrasi

a. Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja,misalnya

sungai, rawa, telaga, sawah, sawah, dan air kotor lainnya.

b. Dapat menghilangkan bau yang tidak sedap pada air yang keruh.

c. Dapat mengubah warna air yang keruh menjadi lebih bening.

d. Menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi

kadarnya agar air dapat dilayak untuk minum.

e. Cara ini berguna untuk desa yang masih jauh dari kota dan tempat

terpencil.

E. Tinjauan Umum tentang Pisang

Pisang merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, mulai dari buah,

batang, daun, kulit hingga bonggolnya.Tanaman pisang yang merupakan suku

Musaceae termasuk kedalam tanaman yang besar memanjang.Tanaman pisang

sangat menyukai sekali daerah yang beriklim tropis panas dan e


l mbab terlebih

didataran rendah.Ditemui pula di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia,

Indonesia serta termasuk pula Papua, Australia Topika, Afrika Tropi.Pisang dapat

berbuah sepanjang tahun pada daerah dengan hujan merata sepanjang tahun.

Umumnya, kebanyakan orang memakan buah pisang kulitnya akan dibuang begitu

saja. Seringkali kulit pisang dianggap sebagai barang tak berharga alias
sampah.Ternyata dibalik anggapan tersebut, kulit pisang memiliki kandungan

vitamin C, B, kalsium, protein dan juga lemak yang cukup baik(Anonim,2012a).

Menurut Suhartono (2011)dalamAnonim (2012a), menyebutkan bahwa

pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) merupakan produk yang cukup

perspektif dalam pengembangan sumber pangan lokal karena pisang dapat tumbuh

di sembarang tempat sehingga produksi buahnya selalu tersedia, Kulit buah kuning

kemerahan dengan bintik- bintik coklat.

Berikut adalah klasifikasi dari buah pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana


C.) :
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberraceae
Genus : Musa
Spesies : Musa acuminatebalbisiana C.
Penyebaran tanaman ini selanjutnyahampir merata ke seluruh dunia, yakni

meliputi daerah tropik dan subtropik,dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui

Lautan Teduh sampai ke Hawai.Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat

melalui Samudera Atlantik,Kepulauan Kanari, sampai Benua Amerika.Pisang yang

dikenal sampai saat ini merupakan keturunan dari spesies pisang liar yaitu Musa

acuminata dan Musa balbisiana.

Pisang Kepok memiliki tinggi 370 cm dengan umur berbunga 13 bulan.

Batangnya berdiameter 31 cm dengan panjang daun 258 cm dan lebar daun 90 cm,

sedangkan warna daun serta tulang daun hijau tua. Bentuk jantung spherical atau

lanset.Bentuk buah lurus dengan panjang buah 14 cm dan diameter buah 3.46 cm.

Warna kulit dan daging buah matang kuning tua.Produksi Pisang Kepok dapat

mencapai 40 ton/ha(Firmansyah, 2012dalam Endra, 2013).


Menurut Hewwet et al (2011), menyebutkan bahwa kulit pisang kepok (Musa

acuminatebalbisiana C.) didalamnya mengandung beberapa komponen biokimia,

antara lain selulosa, hemiselulosa, pigmen klorofil dan zat pektin yang mengandung

asam galacturonic, arabinosa, galaktosa dan rhamnosa. Asam

galacturonicmenyebabkan kuat untuk mengikat ion logam yang merupakan gugus

fungsi gula karboksil.Didasarkan hasil penelitian, selulosa juga memungkinkan

pengikatan logam berat. Limbah kulit daun pisang yang dicincang dapat

dipertimbangkan untuk penurunan kadar kekeruhan dan ion logam berat pada air

yang terkontaminasi. Hanya butuh sekitar 20 menit untuk mencapai keseimbangan

(Endra, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu, Lokasi dan Batasan Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada bulan

Juni 2013, meliputi kegiatan antara lain persiapan bahan, pengolahan data dan

penyusunan laporan. Adapun lokasi kegiatan ini dilaksanakan di Sungai Karang

Mumus Jl. Tarmidi untuk pengambilan sampel dan untuk batasan penelitian analisa

parameter pada kekeruhan dan kadar logam Fe. Analisa sampelparameter Fe

dilakukan di Laboratorium Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

serta analisa sampel parameter kekeruhan dilakukan di Laboratorium Kualitas

Udara dan Cuaca Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.Sebagai pembanding

kemampuan, penelitian dibagi menjadi dua, yaitu penjernihan dengan

menggunakan kulit pisang kepok dan tanpa menggunakan kulit pisang kepok.

B. Bahan dan Peralatan Penelitian

1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Air sungai Karang Mumus untuk sampel penjernihan

b. Limbah kulit pisang Kepok untuk media penjernihan

c. Ijuk dan sabut kelapa untuk media penjenihan

d. Kerikil untuk media penjernihan

e. Kain kasa untuk membungkus kulit pisang

f. Tisu untuk pembersih alat yang digunakan

g. Minyak Silikon, untuk membersihkan permukaan tabung sampel pada

alat Turbidimeter.
2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Jerigen dan botol sampel untuk menampung sampelair

b. Bejana plastik untuk wadah penyusun penyaringan dan penampung air

bersih

c. Pisau untuk mencincang kulit pisang

d. Turbidimeter Model 2100AN, untuk mengukur kekeruhan sampel air.

1) Tabung sampel, untuk tempat sampel air pada Turbidimeter.

2) Larutan standar Formazin, untuk melakukan kalibrasi Turbidimeter.

e. SSA untuk mengukur kandungan Fe (besi)

f. Alat tulis untuk pengolahan data

g. Kamera untuk dokumentasi proses penelitian

C. Prosedur Kerja

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan wadah sampel untuk pengambilan sampel

Wadah yang digunakan adalah jerigen plastik kapasitas 5 Liter untuk

sampel air yang akan di jernihkan dan botol sampel kapasitas 500 ml untuk

sampel yang akan di analisis di Laboratorium.

b. Persiapan bahan penjernih air

1) Menyediakanbahan-bahan penjernih seperti kerikil, sabut kelapa dan

ijuk, kulit pisang kepok yang telah dicincang serta dibungkus kain kasa.

2) Menyusun semua bahan dalam bejana plastik seperti pada Gambar 2

dan 3 (Lampiran halaman 30).


2. Pengambilan sampel air

a. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel air yang dilakukan adalah dengan purposive

sampling.Purposive sampling merupakan pemilihan anggota sampel yang

didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti.Kelebihan

dari pengambilan menurut tujuan ini adalah tujuan dari peneliti dapat

terpenuhi (Wikipedia, 2013).Dalam hal ini sampel air yang diambil di sungai

Karang Mumus Jl. Tarmidi dengan pertimbangan kemudahan akses

pengambilan.

b. Cara pengambilan sampel :

1) Menyiapkan alat pengambil sampel (jerigen air)

2) Membilas alat sebanyak 3 kali dengan air yang akan diambil

3) Mengambil sampel sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan

dalam penampung sementara kemudian homogenkan

4) Memasukkan ke dalam wadah sesuai analisis

5) Sampel yang akan dianalisis di laboratorium segera dibawa ke

laboratorium untuk dilakukan analisis.

3. Pengolahan sampel air

a. Pengukuran awal parameter sampel air

Pengukuran awal parameter sampel air dilakukan sebelum dilakukan

penyaringan / penjernihan air.

1) Kekeruhan

a) Kalibrasi alat Turbidimeter dengan standar larutan Formazin.

(1) Menyalakan Turbidimeter dengan menekan tombol power yang

terletak di bagian belakang alat.


(2) Memasukkan modul filter EPA.

(3) Menekan tombol CAL/ZERO sehingga layar akan menunjukkan

tanda - - - - NTU.

(4) Memilih dan membersihkan tabung larutan Formazin dengan

menggunakan kain dan minyak Silikon sampai merata dengan

urutan kekeruhan < 0,1 NTU, 20,00 NTU, 200,0 NTU, 1000 NTU,

4000 NTU, 7500 NTU satu persatu.

(5) Memasukkan tabung larutan Formazin tersebut ke dalam ruang

tabung pada Turbidimeter secara satu persatu dan menekan

tombol ENTER untuk masing-masing tabung yang sudah

dimasukkan.

(6) Menekan tombol CAL/ZERO sehingga Turbidimeter akan

menyimpan hasil kalibrasi secara otomatis.

b) Mengukur nilai kekeruhan

(1) Mengumpulkan sampel air yang representatif ke dalam wadah

yang bersih kemudian mengisikan sampel air ke dalam tabung

sebanyak ± 30 mL dan pegang tabung dibagian atas.

(2) Membersihkan tabung dengan tisu dan minyak Silikon.

(3) Meletakkan tabung pada Turbidimeter dan pastikan bahwa tanda

panah pada tabung searah dengan garis yang terdapat pada

ruang tabung Turbidimeter.

(4) Tunggulah sampai pembacaan pada alat telah selesai dengan

hasil yang tertera pada layar kemudian langsung dicetak dengan

menekan tombol “print”.

(5) Mencatat hasil yang diperoleh.


2) Kandungan logam Fe (Besi)

(a) Alat- alat

(1) Corong kaca untuk tempat kertas saring

(2) Botol semprot untuk wadah aquades

(3) Labu erlenmeyer untuk wadah sampel

(4) SpektrofotometerSerapan Atom (SSA) untuk mengukur kadar Fe

dalam sampel

(b) Bahan-bahan

(1) Air sungai Karang Mumus sebagai sampel

(2) Tisu gulung untuk membersihkan alat

(3) Aquades untuk membasahi kertas saring

(4) Larutan standar Fe untuk kalibrasi SSA

(5) Kertas saring untuk menyaring sampel

(c) Cara Kerja

(1) Persiapan Sampel

Menyaring sampel dan memasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100

mL.

(2) Penentuan konsentrasi logam Fe pada Spektrofotometer Serapan

Atomadalah sebagai berikut :

i. Menghubungkan alat dengan sumber arus listrik yang telah

distabilkan pada 100 volt. Sebelum menekan tombol power,

komputer dan printer alat SSA dinyalakan terlebih dahulu.

ii. Mengatur kedudukan tombol-tombol pada alat SSA.

iii. Menyalakan tombol power 25 (power lampu), kemudian

dimasukkan lampu katoda secara bergantian sesuai dengan


parameter yang diukur. Jenis lampu katoda yang digunakan

yaitu lampu katoda Fe untuk pengukuran Fe.

iv. Mengatur panjang gelombang yang akan digunakan, yaitu

248,3 untuk Fe.

v. Menyalakan kompresor udara (power), kemudian kran gas

udara dari kompresor dan gas asetilen dibuka. Jika tekanan

gas-gas cukup, maka Pressure WarningLights akan padam dan

ini menunjukkan siap untuk dinyalakan.

vi. Setelah blower dinyalakan, tekanan gas asetilen diatur.

Tekanan gas asetilen yang digunakan adalah 0,5 kg/cm2,

sedangkan laju alir gas yang digunakan adalah 4 L/menit.

vii. Mengukur absorbansi sampel larutan standar/kerja. Dari hasil

pengukuran akan terbaca pada monitor dan membentuk suatu

kurva yang tampak pada monitor, dan disebut sebagai kurva

kalibrasi.

viii. Mengukur absorbansi larutan analisis sampel logam Fe dari air

sungai. Setelah lampu katoda padam, maka akan menunjukkan

status nilai absorban yang tampak pada kurva kalibrasi.

ix. Mencetak data hasil pengukuran

4. Tahap Penyaringan

a. Menuangkan sebanyak 1,5Liter air sampel kedalam alat penjernih

b. Mendiamkan selama 20 menit lalu membuka keran bejana

c. Menampung air saringan dalam wadah dan dibagi menjadi 2, ± 500 ml dalam

botol untuk di analisa dan sisanya disaring kembali


d. Menyaring kembali sisa air yang telah melewati penjernihan pertama dan

seterusnya hingga penyaringan ketiga

5. Tahap pengukuran akhir parameter sampel air

a. Mengukur parameter kekeruhan dan kandungan Fe masing-masing air

sampel yang sudah dijernihkan.

b. Melakukan prosedur yang sama dengan pengukuran parameter tahap awal

parameter sampel air

c. Mencatat hasil yang diperoleh

6. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan penulis untuk memproses data sampel air yang

diperoleh meliputi data lapangan, data pengukuran sampel air dan data setelah

perlakuan penjernihan.

7. Penulisan Karya Ilmiah

Semua data hasil kegiatan penelitian yang sudah diperoleh untuk selanjutnya

penulis tuangkan dalam bentuk Karya Ilmiah.

D. Analisa Data

a. Analisa Nilai kelayakan sesuai peraturan

Analisa data yang dilakukan terhadap nilai-nilai parameter sampel air

seperti Kekeruhandan Logam Fe (Besi)dilakukan dengan menggunakan nilai

pada masing-masing parameter yang diuji dan dibandingkan dengan Standar

Baku Mutu.

b. Analisa kemampuan

Analisa kemampuan kulit pisang kepok ini meliputi analisa angka penurunan

kadar parameter dan analisa persentase kemampuan kulit pisang kepok.


Analisa penurunan kadar parameter ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa

besar angka penurunan kadar yang mampu direspon oleh kulit pisang kepok

sebagai media penjernihan, sedangkan analisa persentase kemampuan ini

dimaksudkan untuk mengetahui berapa persen kemampuan kulit pisang

sebagai media penjernih air dalam proses penjernihan air dengan metode

filtrasi.

Rumus berikut digunakan untuk mengetahui kemampuan kulit pisang kepok

terhadap parameter yang di uji (Tutut, 2012) :

1) Angka penurunan

Angka Penurunan = Nilai Parameter Awal - Nilai Parameter Akhir

2) Persentase kemampuan

% = (Nilai Parameter Awal - Nilai Parameter Akhir) x 100%


Nilai Parameter Awal

Dari hasil tersebut dapat diketahui berapa persen kemampuan kulit pisang

dalam peranannya menjernihkan air.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil data yang diperoleh dari penelitian pemanfaatan kulit pisang kepok

(Musa acuminatebalbisiana C.) sebagai media penjernihan air yang telah dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Hasil pengukuran tingkat kekeruhan dengan alat Turbidimeter

Tabel 1. Hasil pengukuran tingkat kekeruhan air sampel

Tingkat Kekeruhan
No Sampel
Dengan Kulit Tanpa Kulit
Pisang Kepok Pisang Kepok

1 Air Sungai sebelum penjernihan 7,15 NTU 7,15 NTU

2 Air Sungai Penjernihan 1 3,89 NTU 6,95 NTU

3 Air Sungai Penjernihan 2 2,74 NTU 5,25 NTU

4 Air Sungai Penjernihan 3 2,41 NTU 4,99 NTU

2. Hasil pengukuran kandungan Fe (Besi) dengan SSA di laboratorium Tanah, Air

dan Udara

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar Fe air sampel

Kadar Fe (mg/L)
No Sampel Dengan Kulit Tanpa Kulit
Pisang Kepok Pisang Kepok

1 Air Sungai sebelum penjernihan 0,326 0,326

2 Air Sungai Penjernihan 1 0,203 0,303

3 Air Sungai Penjernihan 2 0,095 0,206

4 Air Sungai Penjernihan 3 0,094 0,194


3. Analisa kemampuan penjernihan air sungai

Analisa kemampuan penjernihanair sungai adalah sebagai berikut :

1) Analisa penurunan tingkat kekeruhan dan persentase kemampuan penjernihan

air sungai tanpa menggunakan kulit pisang kepok dan dengan menggunakan

kulit pisang kepok terhadap tingkat kekeruhan air sungai

Angka penurunan tingkat kekeruhan dan persentase kemampuan penjernihan

sederhana tanpa menggunakan kulit pisang kepokdan dengan menggunakan

kulit pisang kepok terhadap air sungai yang memiliki tingkat kekeruhan air

sebesar 7,15 NTU adalah dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :

Tabel 3. Hasil Analisa Angka Penurunan TingkatKekeruhan dan Persentase


Kemampuan Penjernihan Air Sungai tanpa menggunakan Kulit Pisang
Kepok

Tingkat Angka %
No Sampel
kekeruhan penurunan kemampuan

1 Air Sungai Penjernihan 1 6,95 NTU 0,2 NTU 2,79 %

2 Air Sungai Penjernihan 2 5,25 NTU 1,9 NTU 26,57 %

3 Air Sungai Penjernihan 3 4,99 NTU 2,16 NTU 30,20 %

Rata-rata 5,73 NTU 1,42 NTU 19,85 %

Tabel 4. Nilai Persentase Kemampuan Kulit Pisang Kepok terhadap Penurunan


Tingkat Kekeruhan Air Sungai

Tingkat Angka %
No Sampel
kekeruhan penurunan kemampuan

1 Air Sungai Penjernihan 1 3,89 NTU 3,26 NTU 45,59 %

2 Air Sungai Penjernihan 2 2,74 NTU 4,41 NTU 61,67 %

3 Air Sungai Penjernihan 3 2,41 NTU 4,74 NTU 66,29 %

Rata-rata 3,01 NTU 4,04NTU 57,85 %


Dari data Tabel 3 dan 4 di atas dapat dibuat Grafik penurunan tingkat

kekeruhan seperti yang tercantum pada Gambar 1 sebagai berikut ini:

7,5
7
6,5
6
5,5
5
4,5
4 Penjernihan tanpa Kulit
3,5 Pisang Kepok
3
2,5 Penjernihan dengan Kulit
2 Pisang Kepok
1,5
1
0,5
Air Sungai Air sungai Air Sungai Air Sungai
tanpa Penjernihan Penjernihan Penjernihan
Penjernihan Ke 1 Ke 2 ke 3

Gambar 1. Tingkat Penurunan Kekeruhan Penjernihan Air

2) Analisa penurunan kadar Fe dan persentase kemampuan penjernihan air

sungai tanpa menggunakan kulit pisang kepok dan dengan menggunakan kulit

pisang kepok terhadap penurunan kadar Fe air sungai.

Angka penurunan kadar Fe dan persentase kemampuan penjernihan sederhana

tanpa menggunakan kulit pisang kepok dan dengan menggunakan kulit pisang

kepok terhadap air sungai yang memiliki kadar Fe dalam air sebesar 0,326 mg/L

adalah dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :

Tabel 5. Nilai Persentase Kemampuan Penjernihan Air Sungai tanpa


menggunakanKulit Pisang Kepok terhadap Penurunan Kadar Logam
Fe Air Sungai

Angka %
No Sampel Kadar Fe
penurunan kemampuan

1 Air Sungai Penjernihan 1 0,303 mg/L 0,023 mg/L 7,05 %


2 Air Sungai Penjernihan 2 0,206 mg/L 0,12mg/L 36,80 %

3 Air Sungai Penjernihan 3 0,194 mg/L 0,132 mg/L 40,49 %

Rata-rata 0,234 mg/L 0,091mg/L 28,11 %

Tabel 6. Nilai Persentase Kemampuan Kulit Pisang Kepok terhadap Penurunan


Kadar Logam Fe Air Sungai

Angka %
No Sampel Kadar Fe
penurunan kemampuan

1 Air Sungai Penjernihan 1 0,203 mg/L 0,123 mg/L 37,73 %

2 Air Sungai Penjernihan 2 0,095 mg/L 0,231 mg/L 70,85 %

3 Air Sungai Penjernihan 3 0,044 mg/L 0,282 mg/L 86,50 %

Rata-rata 0,114 mg/L 0,212 mg/L 65,02 %

Dari data Tabel 5 dan 6 di atas dapat dibuat Grafik penurunan kadar logam Fe

seperti yang tercantum pada Gambar 2 sebagai berikut ini:

0,35

0,3

0,25

0,2
Penjernihan tanpa Kulit
0,15 Pisang

0,1 Penjernihan dengan Kulit


Pisang
0,05

0
Air Sungai Air Sungai Air Sungai Air Sungai
sebelum Penjernihan Penjernihan Penjernihan
Penjernihan Ke 1 Ke 2 Ke 3

Gambar 2. Tingkat Penurunan Kadar Fe Penjernihan Air


B. Pembahasan

Dari hasil penelitian Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa

acuminatebalbisiana C.) sebagai Media Penjernihan Air yang telah diperoleh, maka

dilakukan pembahasan sebagai berikut :

1. Analisa kelayakan sesuai peraturan

Analisa kelayakan yang dilakukan adalah dengan membandingkan nilai

parameter yang diperoleh dari hasil penelitian dengan Standar Baku Mutu yang

telah ditetapkan sebagai berikut :

a. Analisa kelayakan sesuai peraturan

1) Kekeruhan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian maka diketahui

tingkat kekeruhan air sungai Karang Mumus Samarinda sebelum

dilakukan penjernihan adalah 7,15 NTU. Hasil ini belum memenuhi

standar baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun1990Tentang Pengolahan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kekeruhan air

adalah 5 NTU.

Pada penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok, hasil rata-

rata tingkat kekeruhan yang diperoleh adalah 5,73 NTU. Nilai ini juga

belum memenuhi Standar Baku Mutu yang ditetapkan, namun dengan

penjernihan yang dilakukan dengan menggunakan kulit pisang kepok

maka diperoleh hasil rata-rata tingkat kekeruhan adalah sebesar 3,01

NTU. Nilai ini telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan.
2) Kandungan Besi (Fe)

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah

dilakukan maka diketahui kandungan Fe pada air sungai Karang Mumus

sebelum dilakukan penjernihan adalah sebesar 0,326 mg/L. Hasil ini

menunjukkan bahwa kandungan Fe belum memenuhi standar baku

mutu kualitas air yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2002 bahwa kandungan Fe yang diperbolehkan adalah sebesar

0,3 mg/L.

Pada penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok, hasil rata-

rata kadar Fe yang diperoleh adalah 0,234 mg/L. Nilai ini telah

memenuhi standar baku mutu kualitas air yang telah ditetapkan, namun

jika dibandingkan dengan penjernihan menggunakan kulit pisang kepok,

maka hasil rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 0,114 mg/Ldan

penjernihan menunjukkan respon yang lebih baik menggunakan kulit

pisangkepok dibandingkan tanpa menggunakan kulit pisang kepok.

2. Analisa persentase kemampuan kulit pisang

Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa persentase kemampuan kulit

pisang kepok terhadap respon penurunan tingkat kekeruhan pada air sungai

adalah sebesar 57,85 %.Hal ini lebih baik dibandingkan dengan penjernihan

tanpa menggunakan kulit pisang kepok yang menunjukkan respon hanya

sebesar 19,85 %. Sedangkan untuk persentase kemampuan kulit pisang kepok

terhadap penurunan kadar logam Fe dalam air sungai adalah sebesar 65,02

%.Hal ini lebih baik dibandingkan dengan penjernihan tanpa menggunakan kulit

pisang kepok yang menunjukkan respon hanya sebesar 28,11 %.


Menurut Hewwet et al (2011), menyebutkan bahwa kulit pisang kepok (Musa

acuminate) didalamnya mengandung beberapa komponen biokimia, antara lain

selulosa, hemiselulosa, pigemen klorofil dan zat pektin yang mengandung asam

galacturonic, arabinosa, galaktosa dan rhamnosa. Asam galacturonic kuat

untuk mengikat ion logam yang merupakan gugus fungsi gula karboksil.Kulit

pisang juga terdiri dari atom nitrogen, sulfur dan bahan-bahan organik seperti

asam carboxylic.Zat tersebut dapat berfungsi mengikat molekul pencemar

dalam air.Didasarkan hasil penelitian, selulosa juga memungkinkan pengikatan

logam berat(Endra, 2013).


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil data dan pembahasan yang telah dilakukan oleh

penulis, dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Limbah kulit pisang kepok dapat diaplikasikan sebagai media penjernih air.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa limbah kulit pisang

kepok menunjukkan respon terhadap penurunan parameter kekeruhan dalam

air sungai. Hal ini terbukti perolehan angka penurunan terhadap tingkat

kekeruhan dengan persentase kemampuan terhadap penurunan tingkat

kekeruhan sebesar 57,85 %.Jika dibandingkan penjernihan tanpa

menggunakan kulit pisang kepok yang hanya menunjukkan persentase

kemampuan terhadap penurunan tingkat kekeruhan sebesar 19,85 %.Dengan

mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun1990

Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana

standar kekeruhan adalah 5 NTU, parameter fisika kekeruhan air sungai setelah

dilakukan penjernihan dengan kulit pisang kepok telah memenuhi standar baku

mutu kualitas air yang ditetapkan yakni 3,01 NTU. Hal ini lebih baik jika

dibandingkan dengan penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok

dengan tingkat kekeruhan yang diperoleh adalah 5,73 NTU.

2. Sedangkan untuk parameter kimia kadar logam Fe (besi) dari hasil penelitian

yang telah dilakukan diketahui bahwa limbah kulit pisang kepok menunjukkan

respon terhadap penurunan parameter logam Fe (besi) dalam air sungai. Hal ini

terbukti dengan diperoleh angka penurunan terhadap tingkat logam Fe dengan

persentase kemampuan terhadap penurunan tingkat logam Fe sebesar 65,02


%. Jika dibandingkan penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok yang

hanya menunjukkan persentase kemampuan terhadap penurunan tingkat logam

Fe sebesar 28,11 %. Dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air dimana standar kadar logam Fe dalam air

adalah 0,3 mg/L, setelah dilakukan penjernihan telah memenuhi standar baku

mutu yang ditetapkan yakni 0,114 mg/L.Hal ini lebih baik jika dibandingkan

dengan penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok, dengan hasil kadar

logam Fe yang diperoleh adalah 0,234 mg/L.

B. Saran

1. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan kulit pisang kepok

sebagai media penjernih air terhadap parameter-parameter lain.

2. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai jangka waktu penggunaan kulit

pisang kepok sebagai media penjernih air sebelum mengalami pembusukan.

3. Disarankan penelitian lebih lanjut agar media kulit pisang kepok dapat

diaplikasikan dalam teknologi filtrasi air skala besar.

4. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah kulit pisang

bekas penjernihan air.

5. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai perlakuan terhadap kulit pisang

kepok sebagai media penjernih air seperti membuat arang aktif dari kulit pisang

kepok.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2007. Pengelolaan DAS Karang Mumus Kota Samarinda.http://timpa


kul.web.id/karangmumus-2.html.Diakses pada tanggal 13 Januari 2012.

Anonim, 2012a.Manfaat Kulit Pisang.http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011/09/24/


manfaat-kulit-pisang.html.Diakses pada tanggal 12 Januari 2013.

Anonim, 2012b. Air Bersih dan Sehat. http://tipseputarumah.blogspot.com


/2012/08/air-bersih-dan-sehat.html. Diakses pada tanggal 4 Juli 2013.

Copernicus. 2013.4 Teknik Analisa Menggunakan Turbidity Meter Yang Harus


Diketahui.http://alatalatlaboratorium.com/Blog/turbidity-meter. Diakses
pada tanggal 5 Juli 2013.

Djunaedi. 2007. Air Permukaan dan Air Tanah. Gajah Media. Malang

Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan.Kanisius.Yogyakarta.

Endra.2013. Efektifitas Pisang Kepok terhadap Logam.http://endrajuni


harja.blogspot.com/2013/03/efektifitas-pisang-kepok-terhadap-
logam.html.Diakses pada tanggal 24 Februari 2013.

Faisal. 2012.Kulit Pisang untuk menjernihkan airhttp://wasurezakikun.blogspot


.com/2012/11/kulit-pisang-untuk-menjernihkan-air.html. Diakses pada
tanggal 5 Juli 2013

Kacaribu.2008.Tesis Kandungan kadar Seng (Zn) dan Besi (Fe) dalam air
minum dari depot air minum isi ulang air pegunungan Sibolangit di kota
Medan. Universitas Sumatera
Utara.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5921/1/067006017
.pdf Diakses pada tanggal 15 Januari 2013.

Sujana. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air untuk Rumah Tangga. Kawan
Pustaka . Jakarta

Tutut.2012.http://tutut-hardiyanti.blogspot.com/2012/05/nephelometric-turbidity-unit-
ntu.html.Diakses pada tanggal 7 Februari 2013.

Wikipedia.2013.http://id.wikipedia.org/wiki/Sampel_%28statistika%2a9.
Diakses pada tanggal 5 Juli 2013.
LAMPIRAN
Gambar. 3 Peta Sub DAS karang Mumus Samarinda
Gambar 4.Penjernihan Air dengan menggunakan Kulit Pisang Kepok

Gambar 5. Penjernihan Air tanpa menggunakan Kulit Pisang Kepok


Gambar 6. Tempat Pengambilan Sampel Sungai Karang Mumus

Gambar 7. Media Penjernihan


Gambar 8. Sampel Air

Gambar 9. Rangkaian Penjernihan dengan Kulit Pisang Kepok


Gambar 10. Pengukuran Kekeruhan

Gambar 11. Pengukuran Fe dengan SSA


Lampiran 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001Tentang Pengolahan Kualitas Air dan PengendalianPencemaran
Air
Lampiran 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20
Tahun1990Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian
PencemaranAir
*Sampel air penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok

Perhitungan

A. Angka Penurunan tingkat kekeruhan

1. Penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok

Diketahui :

a. Tingkat kekeruhan air sungai sebelum penjernihan = 7,15 NTU


b. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 6,95 NTU
c. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 5,25 NTU
d. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 4,99 NTU

Ditanya :
Penurunan tingkat kekeruhan tanpa menggunakan kulit pisang kepok?

Jawab :

a. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama


= 7,15 NTU – 6,95 NTU
= 0,2 NTU

b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua


= 7,15 NTU – 5,25 NTU
= 1,9 NTU

c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga


= 7,15 NTU – 4,99 NTU
= 2,16 NTU

Rata-rata = 0,2 + 1,9 + 2,16


3
= 4,26
3
= 1,42 NTU

2. Penjernihan dengan menggunakan kulit pisang kepok


Diketahui :

a. Tingkat kekeruhan air sungai sebelum penjernihan = 7,15 NTU


b. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 3,89 NTU
c. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 2,74 NTU
d. Tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 2,41 NTU
Ditanya :
Penurunan tingkat kekeruhan dengan menggunakan kulit pisang kepok?

Jawab :

a. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama


= 7,15 NTU – 3,89 NTU
= 3,26 NTU

b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua


= 7,15 NTU – 2,74 NTU
= 4,41 NTU

c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga


= 7,15 NTU – 2,41 NTU
= 4,74 NTU

Rata-rata = 3,26 + 4,41+ 4,74


3
= 12,14
3
= 4,04 NTU

B. Persentase kemampuan penjernihan terhadap kekeruhan air sungai

1. Penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok

Diketahui :

a. Tingkat kekeruhan air sungai sebelum penjernihan = 7,15 NTU


b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 0,2 NTU
c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 1,9 NTU
d. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 2,16 NTU
Ditanya :

Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan tanpa menggunakan

kulit pisang kepok?

Jawab :

a. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan


pertama
% = 0,2 x 100 %
7,15
= 2,79 %
b. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan
kedua
% = 1,9 x 100 %
7,15
= 26,57 %
c. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan
ketiga
% = 2,16 x 100
7,15
= 30,20 %

Rata-rata = 2,79 + 26,57 + 30,20


3
= 59,56
3
= 19,85 %

2. Penjernihan dengan menggunakan kulit pisang kepok

Diketahui :

a. Tingkat kekeruhan air sungai sebelum penjernihan = 7,15 NTU


b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama = 0,2 NTU
c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua = 1,9 NTU
d. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga = 2,16 NTU
Ditanya :

Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan dengan menggunakan

kulit pisang kepok ?

Jawab :

a. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan


pertama
% = 3,26 x 100 %
7,15
= 45,59 %

b. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan kedua


% = 4,41 x 100 %
7,15
= 61,67 %

c. Persentase kemampuan tingkat penurunan kekeruhan penjernihan ketiga


% = 4,74 x 100
7,15
= 66,29 %

Rata-rata = 45,59 + 61,67+ 66,29


3
= 173,55
3
= 57,85 %

C. Angka penurunan kadar Fe

1. Penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok

Diketahui :

a. Kadar Fe air sungai sebelum penjernihan = 0,326 mg/L


b. Kadar Fe air sungai penjernihan pertama = 0,303 mg/L
c. Kadar Fe air sungai penjernihan kedua = 0,206 mg/L
d. Kadar Fe air sungai penjernihan ketiga = 0,194 mg/L

Ditanya : Penurunan kadar Fe tanpamenggunakan kulit pisang kepok?

Jawab :

a. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama


= 0,326 mg/L - 0,303 mg/L
= 0,023 mg/L

b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua


= 0,326 mg/L - 0,206 mg/L
= 0,12mg/L

c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga


= 0,326 mg/L - 0,194 mg/L
= 0,132 mg/L

Rata-rata = 0,023 + 0,12+ 0,132


3
= 0,275
3
= 0,091 NTU
2. Penjernihan dengan menggunakan kulit pisang kepok

Diketahui :

a. Kadar Fe air sungai sebelum penjernihan = 0,326 mg/L


b. Kadar Fe air sungai penjernihan pertama = 0,203 mg/L
c. Kadar Fe air sungai penjernihan kedua = 0,095 mg/L
d. Kadar Fe air sungai penjernihan ketiga = 0,044 mg/L

Ditanya :

Penurunan kadar Fe dengan menggunakan kulit pisang kepok?

Jawab :

a. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan pertama


= 0,326 mg/L - 0,203 mg/L
= 0,123 mg/L

b. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan kedua


= 0,326 mg/L - 0,095 mg/L
= 0,231 mg/L

c. Penurunan tingkat kekeruhan air sungai penjernihan ketiga


= 0,326 mg/L - 0,044 mg/L
= 0,282 mg/L

Rata-rata = 0,123 + 0,231 + 0,282


3
= 0,636
3
= 0,212 NTU

D. Persentase kemampuan penjernihan terhadap penurunan kadar Fe air sungai

1. Penjernihan tanpa menggunakan kulit pisang kepok

Diketahui :

a. Kadar Fe air sungai sebelum penjernihan = 0,326 mg/L


b. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan pertama = 0,023 mg/L
c. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan kedua = 0,12 mg/L
d. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan ketiga = 0,132 mg/L
Ditanya :

Persentase kemampuan penurunan kadar Fe tanpa menggunakan kulit

pisang kepok?

Jawab :

a. Persentase kemampuan tingkat penurunan kadar Fe penjernihan

pertama

% = 0,023 x 100 %
0,326
= 7,05%

b. Persentase kemampuan tingkat penurunan kadar Fe penjernihan kedua

% = 0,12 x 100 %
0,326
= 36,80 %

c. Persentase kemampuan tingkat penurunan kadar Fe penjernihan ketiga

% = 0,132 x 100
0,326
= 40,49%

Rata-rata = 7,05+ 36,80 + 40,49


3
= 84,34
3
= 28,11 %

2. Penjernihan dengan menggunakan kulit pisang kepok

Diketahui :

a. Kadar Fe air sungai sebelum penjernihan = 0,326 mg/L


b. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan pertama = 0,123 mg/L
c. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan kedua = 0,231 mg/L
d. Penurunan kadar Fe air sungai penjernihan ketiga = 0,282 mg/L

Ditanya :

Persentase kemampuan penurunan kadar Fe dengan kulit pisang kepok?


a. Persentase kemampuan tingkat penurunan kadar Fe penjernihan
pertama
% = 0,123 x 100 %
0,326
= 37,73%

b. Persentase kemampuan tingkat penurunan kadar Fe penjernihan


kedua
% = 0,231 x 100 %
0,326
= 70,85 %

c. Persentase kemampuan tingkat penurunan kadar Fe penjernihan ketiga


% = 0,282 x 100
0,326
= 86,50%

Rata-rata = 37,73+ 70,85 + 86,50


3
= 195,08
3
= 65,02 %

Anda mungkin juga menyukai