Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

RANTAI INFEKSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : AVNIDHA LESTARI


NIM : 1713451053

Program studi D3 Kesehatan Lingkungan


Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Tahun 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah agama islam dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Fiqih yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Bandar Lampung, 20 Februari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUN...............................................................................................................1

1. LATAR BELAKANG...............................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................2
3. TUJUAN....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

1. DEFINISI INFEKSI........................................................................................................3
2. BAGAN RANTAI INFEKSI..........................................................................................6
3. MACAM-MACAM INFEKSI........................................................................................8
4. PROSES INFEKSI..........................................................................................................10
5. PENCEGAHAN INFEKSI..............................................................................................12

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................14

1. KESIMPULAN................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan upaya pencegahan
infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. Dalam
pemberian pelayanan yang bermutu, seorang petugas kesehatan harus memiliki kemampuan
untuk mencegah infeksi dimana hal ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan
karena mencakup setiap aspek penanganan pasien (Soeroso, 2007).

Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin meningkat terlebih lagi
dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang menguntungkan seperti yang telah dihadapi
Indonesia saat ini. Indikasi rawat pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam
keadaan yang semakin parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama yang juga berarti
pasien dapat memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Secara keseluruhan berarti
daya tahan pasien lebih rendah dan pasien cenderung untuk mengalami berbagai tindakan
invasif yang akan memudahkan masuknya mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial
(Soeroso, 2007)

Saat ini, masalah infeksi nosokomial makin banyak mendapat perhatian para ahli karena
di samping dapat meningkatkan morbilitas maupun mortalitas, juga menambah biaya
perawatan dan obat-obatan, waktu dan tenaga yang pada akhirnya akan membebani
pemerintah/rumah sakit, personil rumah sakit maupun penderita dan keluarganya. Hal ini
jelas bertentangan dengan kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan yang justru
menekankan peningkatan efisiensi pelayanan kesehatan (Triatmodjo, 1993).

Infeksi nosokomial adalah semua kasus infeksi yang terjadi sekurang-kurangnya setelah 3
x 24 jam dirawat di rumah sakit atau pada waktu masuk tidak didapatkan tanda-tanda klinik
dari infeksi tersebut. Meskipun kultur tidak mendukung ke arah infeksi nosokomial, tetap
dicatat sebagai infeksi nosokomial (Kurniadi, 1993)

Jenis infeksi nosokomial yang sering dijumpai pada pasien bedah berturut-turut adalah
infeksi saluran kemih, infeksi arena bedah, infeksi saluran napas bawah, bakteriemia dan
sepsis yang berkaitan dengan penggunaan alat intravaskuler. Upaya identifikasi dan
pengamatan pasien yang berisiko tinggi harus dilakukan sehingga kemudian dapat dilakukan
upaya pencegahan, diagnosis dan penanggulangannya (Sjamsuhidayat & De jong, 2004).

Infeksi nosokomial pada pasien bedah meningkatkan morbiditas dan mortalitas,


memperpanjang masa rawat, menyebabkan hilangnya waktu kerja, dan meningkatkan biaya
perawatan (Sjamsuhidayat & De jong, 2004).

Cara penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab yang paling utama
infeksi nosokomial. Penularan melalui tangan perawat dapat secara langsung karena tangan
yang kurang bersih atau secara tidak langsung melalui peralatan yang invasif. Dengan
tindakan mencuci tangan secara benar saja kejadian infeksi nosokomial dapat mencapai 50%
apalagi jika tidak mencuci tangan. Peralatan yang kurang steril, air yang terkontaminasi

1
kuman, cairan desinfektan yang mengandung kuman, sering meningkatkan risiko infeksi
nosokomial (Utje, 1993).

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi ?
2. Bagaimana bagan rantai infesi?
3. Apa saja macam-macam infeksi ?
4. Apa saja proses infeksi?
5. Bagaimana cara mencegah infeksi?

3. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk
mengetahu :
1. Definisi infeksi
2. Bagan rantai infeksi
3. Macam-macam infeksi
4. Proses infeksi
5. Pencegahan infeksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI INFEKSI
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu
gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut
dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau
setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah
sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi
nosokomial.

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit akan timbul jika patogen
berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal.

Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama


yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra
selular,atau respon antigen-antibodi.
PENGERTIAN
Akut . Adalah suatu gangguan atau penyakit yang timbulnya (onset) cepat, atau berlangsung
dalam waktu pendek (tidak lama), dalam kurun waktu jam, hari hingga minggu.
Pada kondisi tertentu, akut dapat diartikan penyakit yang berat dan memerlukan penanganan
secara cepat (emergency), atau penyakit yang bersifat life safing saving, misalnya: akut
abdomen, infark miokard akut,apendiksitis akut, dan lain-lain.
Kronis . Artinya gangguan atau penyakit yang berlangsung lama (berbilang bulan atau tahun)
atau dikenal sebagai penyakit menahun. Misalnya: hipertensi, diabetes melitus, kusta,
psoriasis , dan lain-lain.
Kita mengenal istilah lain terkait akut dan kronis, yakni sub-akut dan eksaserbasi akut . Yang
dimaksud sub-akut adalah penyakit-penyakit yang berlangsung agak lama (lebih lama dari
akut tapi bukan termasuk kronis), sedangkan eksaserbasi akut adalah penyakit kronis yang
karena berbagai sebab, menjadi akut.
Rantai Infeksi

Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen – elemen berikut :

 Agen infeksius atau pertumbuhan patogen


 Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
 Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
 Cara penularan
 Portal masuk pejamu
 Pejamu yang rentan

3
Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme,termasuk bakteri,virus,jamur dan
protozoa.Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen atau transien.Organisme
residen berkembang biak pada lapisan kulit superfisial,namun 10 – 20% mendiami lapisan
epidermal.Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan orang atau
objek lain dalam aktifitas atau kehidupan normal.

Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit bergantung


pada faktor – faktor berikut :

1. Organisme dalam jumlah yang cukup


2. Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
3. Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
4. Pejamu yang rentan

Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi,yaitu :

1 .Bakteri

Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya
bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut
meniliki toleransi yang rendah terhadap miikrooorganisme.Cintohnya Escherechia coli paling
banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.

Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi secara aparodik maupun endemik.
Contohnya :

1. anaerobik Gram–positif,Clostridium yang menyebabkan gangren


2. Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan
hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,tulang,jantung dan infeksi pembuluh
darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
3. Bakteri Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia
coli,Proteus,Klebsiella,Enterobacter.Pseudomonas seringkali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan pasien yang
dirawat.Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
4. Serratia marcescens,dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan,paru
dan peritoneum.

2 .Virus

Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam


virus,termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari tranfusi,dialisis,suntikan
dan endoskopi.Respiratory syncytial virus (RSV),rotavirus dan enterovirus yang ditularkan
dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral.Hepatitis dan HIV ditularkan
melalui pemakaian jarum suntik,dan trasfusi darah.Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya.Infeksi gastrointestinal,infeksi traktus respiratorius,penyakit kulit
dan dari darah.Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah

4
cytomegalovirus,Ebola,influenza virus,herpes simplex virus,dan varicella-zoster virus,juga
dapat ditularkan.

3 .Parasit

Infeksi Cacing Pita

Cacing pita dewasa panjangnya bisa mencapai 240-300 cm. Terdiri dari bagian kepala
yang memiliki kait-kait kecil dan badannya mengandung 1000 proglotid (bagian yang
mengandung telur).
Siklus hidupnya mirip cacing pita sapi, tapi babi hanya merupakan tuan rumah perantara saja.
Manusia juga bisa berperan sebagai tuan rumah perantara, dimana telur cacing mencapai
lambung bila tertelan atau bila proglotid berbalik dari usus ke lambung. Embrio lalu
dilepaskan di dalam lambung dan menembus dinding usus, lalu akan sampai ke otot, organ
dalam, otak dan jaringan dibawah kulit, dimana mereka membentuk kista.
Kista yang hidup hanya menyebabkan reaksi ringan, sedangkan kista yang mati menimbulkan
reaksi yang hebat.

4. Jamur

Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
immunosupresan,contohnya infeksi dari Candida albicans,Aspergiilus spp,Cryptococcus
neformans,Cryptosporidium.

5. Kuman

Kuman adalah organisme kecil seperti virus, bakteri, jamur, protozoa mikroskopik
jahat yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Kuman bisa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan ringan maupun berat pada tubuh
organisme inangnya seperti manusia, hewan dan sebagainya.

5
2. BAGAN RANTAI INFEKSI

1. INFECTIOUS AGENT/agen Infeksi


Sebuah organisme mikroba dengan kemampuan untuk menyebabkan penyakit.
Semakin besar virulensi organisme (kemampuan untuk tumbuh dan berkembang biak),
invasi(kemampuan untuk masuk ke dalam jaringan) dan patogenisitas (kemampuan
untuk menyebabkan penyakit), semakin besar kemungkinan bahwa organisme
akanmenyebabkan infeksi. Agen infeksius adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit.2.

2. RESERVOIR
Tempat di mana mikroorganisme dapat berkembang dan bereproduksi. Sebagai
contoh,mikroorganisme berkembang pada manusia, hewan, dan benda mati seperti
air, permukaan meja, dan gagang pintu.3.

3. PORTAL OF EXIT/portal keluar dari reservoir


Sebuah tempat keluar mikroorganism meninggalkan reservoir. Sebagai
contoh,mikroorganisme dapat meninggalkan reservoir melalui hidung atau mulut
ketikaseseorang bersin atau batuk. Mikroorganisme, terbawa dari tubuh oleh tinja, juga
dapatmeninggalkan reservoir usus yang terinfeksi.4.

4. MODE OF TRANSMISSION/Cara Penularan

6
Bibit penyakit (mikroba pathogen) dapat menular (berpindah) dari penderita, hewan
sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa cara.
1. Melalui Kontak Jasmaniah (PersonalContact)\
a. Kontak Langsung (Direct Contact)
Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara penderita dan orang
yang ditulari. Misalnya penularan penyakit kelamin seperti Sypilis, Gonorhoe, dan penyakit
kulit scabies (kudis).
b. Kontak Tidak Langsung
Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang terkontaminasi karena
telah berhubungan dengan penderita ataupun bahan-bahan yang berasal dari penderita yang
mengandung bibit penyakit seperti feces, urina, darah, muntahan, dan sebagainya.
3. Melalui makanan dan minuman (Food Borne Infections)

Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi. Makanan dan minuman dapat terkontaminasi, dalam perjalanan sebelum siap
dikonsumsi antara lain:
a. Dari sumbernya:misalnya susu berasal dari sapi yang menderita
b. Waktu pengangkutan: misalnya diangkut dengan alat angkut yang tidak seharusnya.
c. Tempat penyimpanan: misalnya makanan terkontaminasi oleh kotoran tikus atau
kotoran kecoa karena makanannya tidak tertutup baik.
d. Pengolahan:misalkan makanan diolah oleh petugas yang sedang sakit.
e. Penyajian: misalnya makanan dihinggapi lalat (Musca domestica).
Penyakit–penyakit yang menular dengan cara ini antara lain: Cholera, thypus abdomalis,
Dysentri.
3. Melalui Serangga (Artrhopod Borne Infection)
Bibit penyakit yang menular melalui serangga (arthropoda). Dalam hal ini serangga
pun dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakit ataupun sebagai (transmiter) saja.
Misalnya:
a. Malaria disebabkan oleh Plasmodium sp, (protozoa) ditularkan oleh nyamuk
Anopheles sp.
b. Demam berdarah (Dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh virus Dengue,
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
4. Melalui udara (Air Bone Infection)

7
Penyakit yang menular melalui udara, terutama penyakit saluran pernapasan seperti:
a. Melalui debu di udara yang mengandung bibit penyakit. Misalnya penularan penyakit
Tuberculosa paru-paru yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
b. Melalui tetes ludah halus (Droplet infections)

Bibit penyakit yang menular dengan perantaraan percikan ludah pada penderita batuk
atau bercakap-cakap. Misalnya:penyakit diphteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphteriae.
Metode transfer oleh organisme yang bergerak atau dibawa dari satu tempat ke
tempatlain. Tangan pekerja kesehatan dapat membawa bakteri dari satu orang ke orang lain.5.

5. PORTAL OF ENTRY
Sebuah portal/pintu gerbang/tempat masuk mikroorganisme ke dalam
host/penderita.Portal termasuk lubang tubuh, selaput lendir, atau istirahat di kulit. Portal juga
hasil daritabung yang ditempatkan dalam rongga tubuh, seperti kateter urin, atau dari tusukan
yangdihasilkan oleh prosedur invasif seperti penggantian cairan intravena.6.

6. SUSCEPTIBLE HOST
Seseorang/Individu yang tidak bisa menahan invasi mikroorganisme ke dalam
tubuhnyadan mengakibatkan infeksi. Host rentan terhadap penyakit, kurang kekebalan
atauketahanan fisik untuk mengatasi invasi oleh mikroorganisme patogen.

3. MACAM-MACAM INFEKSI

1. Infeksi pada saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian dari saluran
kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi kandung kemih)
sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas dinamai pielonefritis (infeksi ginjal).
Gejala dari saluran kemih bawah meliputi buang air kecil terasa sakit dan sering buang air
kecil atau desakan untuk buang air kecil (atau keduanya), sementara gejala pielonefritis
meliputi demam dan nyeri panggul di samping gejala ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan
anak kecil, gejalanya bisa jadi samar atau tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua
tipe tersebut adalahEscherichia coli, tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur dapat menjadi
penyebab meskipun jarang.

8
Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, dengan
separuh perempuan mengalami setidaknya satu kali infeksi selama hidupnya.

2. infeksi pada saluran pernafasan

Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran
pernapasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring (tenggorokan)), kotak suara (laring),
bronchi, bronkhioli dan paru. Jenis penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan
bagian atas antara lain :

o Batuk pilek
o Sakit telinga (otitis media)
o Radang tenggorokan (faringitis)

Sedangkan jenis penyakit yang termasuk infeksi saluran pernapasan bagian bawah antara lain
:

o Bronchitis
o Bronkhiolitis
o Pneumonia

3. infeksi pada lambung

Pada umumnya radang lambung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
# Adanya stres dan tekanan emosional yang berlebihan pada seseorang
# Adanya asam lambung dan pepsin yang berlebihan
# Mukosa (selaput lendir) lambung tak tahan terhadap asam lambung dan pepsin yang
berlebihan karena menurunnya kemampuan fungsi mukosa lambung tersebut.
# Waktu makan yang tak teratur, sering terlambat makan, atau sering makan berlebihan
# Terlalu banyak makanan yang pedas, asam, minuman beralkohol, obat-obatan tertentu
dengan dosis tinggi

4. infeksi ginjal

Infeksi ginjal biasanya terjadi ketika bakteri masuk ke saluran kencing dan mulai
berkembang biak. Bakteri yang berasal dari infeksi di bagian tubuh lain juga bisa menyebar
ke aliran darah dan masuk ke ginjal.

Kondisi seperti ini dapat terjadi jika bagian tubuh buatan mengalami infeksi. Bagian
tubuh buatan, misalnya katup jantung buatan atau sendi buatan, yang digunakan untuk
menggantikan bagian tubuh asli yang rusak. Infeksi ginjal juga dapat muncul setelah operasi
ginjal.

5. infeksi usus

Infeksi usus adalah suatu penyakit yang menyerang usus yang di sebabkan oleh bakteri
cryptosporidium. Penyakit infeksi usus ini dapat menyerang baik usus kecil maupun usus
besar, yang dapat menimbulkan efek seperti diare, mual, ataupun kram pada perut,nfeksi usus
ini juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera di atasi atau di tangani

9
4. PROSES INFEKSI

1. Saluran pernafasan (Inhalasi)

Penularan penyakit melalui saluran udara pernapasan. Oleh


karena itu ventilasi rumah yang kurang, berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat umum
adalah faktor yang sangat penting didalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang
ditularkan melalui udara ini sering disebut air borne infection (penyakit yang ditularkan
melalui udara). Penyakit-penyakit yang masuknya melalui jalan pernafasan: TBC paru-paru,
influensa, pes, paru-paru, pneumonia, selesma,cacar, penyakit lumpuh anak-anak dan lain-
lain. Sebagai contoh: orang menderita penyakit influensa pada waktu batuk, bersi atau
berbicara, akan menyemprotkan titik-titik getah rongga hidung atau mulut yang mengandung
virus virus influenza ke dalam udara. Bila ini
masuk ke dalam jalan pernafasan (melalui rongga hidung), maka mungkin akan terjadi
penularan. Cara infeksi titik ludah (droplet infection). Suatu kebiasaan yang baik dan patut
ditiru ialah: bila batu atau bersin memalingkan muka sambil menutup mulut dan hidung
dengan tangan atau sapu tangan. Bila seorang penderita TBC meludah ke lantai tau tanah,
maka ludah yang mengandung basil-basil tbc akan mengering dan lama-kelamaan akan
mendebu. Basil-basil dan debu akan berterbangan dalam udara terbawa oleh angin. Bila ini
masuk ke dalam jalan pernapasan, maka mungkin sekali akan terjadi infeksi. Infeksi secara
ini disebut infeksi debu (airborne infection). Berludah di lantai adalah kebiasaan yang buruk
sekali. Untuk itu baiklah disediakan tempat-tempat tertentu.
Infeksi debu tidak seberapa jahat akibatnya, bila dibandingkan dengan infeksi titik ludah. Hal
ini disebabkan karena basil-basil yang jatuh ditanah dilemahkan atau dilumpuhkan oleh terik
cahaya matahari, sehingga virulensinya berkurang. Saluran pernafasan: melalui udara
pernafasan (terhirup), debu, bersin, batuk. Penyakit yang ditularkan lewat saluran pernafasan:
batuk rejan (pertusis). TBC (tuberkulosis), radang paru (pneumonia), difteri, ISPA (infeksi
saluran pernafasan akut). Infeksi melalui udara meliputi: Penyakit-penyakit seperti pilek-
pilek, bronchitis, tbc, pes, paru-paru, influenza, menularnya melalui udara.Penularan macam
ini ada 2 cara:
(1) Benih-benih penyakit terdapat dalam titik-titik cairan yang dikeluarkan dari hidung atau
mulut waktu penderita batuk, berbicara atau bersin; cara infeksi ini disebut infeksi titik ludah
(droplet infection). Benih-benih penyakit itu mudah hilang dari udara, jatuh ke tanah karena
beratnya.
(2) Cara yang ke-2 disebut infeksi debu (airbone infection). Pada cara ini benih-benih
penyakit terdapat di udara.

Benih-benih itu asalnya dari benih-benih yang terdapat dalam ludah yang sudah jatuh ke
tanah dan mendebu. Karena sangat halus dan ringannya, benih itu dapat berada dalam udara
untuk sementara waktu. Menurut penyelidikan yang akhir-akhir, sinarsinar
ultra ungu dapat membunuh benih-benih penyakit yang terdapat dalam udara itu. Ringkasan:
Penularan melalui udara ada 2 macam: infeksi titik ludah (droplet infection), dan infeksi debu
(airborne infection).

2. Saluran pencernaan

Bibit penyakikt masuk ke saluran makanan melalui makanan atau minuman, alat makan
yang tercemar. Penyakit-penyakit yang masuknya melalui jalan pencernaan makanan antara
lain: typhus, cholera, dysentrie, paratyphus, A, B, dan C, penyakitpenyakit cacing, keracunan

10
makanan dan lain-lain. Basil-basil masuk ke dalam rongga mulut bersama-sama dengan
makanan dan minuman. Makanan-makanan yang sudah dihinggapi lalat atau sudah
bercampur dengan racun, dapat menyebabkan berjangkitnya penyakit-penyakit tersebut di
atas. Air minum yang tidak masak lebih dahulu pun dapat merupakan bahaya bagi kesehatan.
Penyakit yang ditularkan lewat saluran makanan: disentri (basiler, amuba), hepatitis, kolera,
tifus, cacingan,
toksoplasma, koksidia dsb.

3. Kulit

Penyakit-penyakit yang masuknya melalui kulit: malaria, pes, penyakit anjing gila,
tetanus, bisul-bisul, penyakit cacing tambang, gonorrhoe, syphilis dan lain-lain. Tentang
penyakitpenyakit yang cara penularannya melalui kulit ada 2 macam: Kontak (Contact).
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui benda-
benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini
pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung
terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
1. Penularan karena hubungan langsung (direct contact).
2. Penularan karena hubungan tidak langsung (indirect contact).
Yang dimaksud dengan penularan karena hubungan langsung kalau penularan melalui kulit
yang terjadinya sebagai akibat persentuhan. Yang dimaksud dengan penularan karena
hubungan tidak langsung adalah penularan melalui kulit yang terjadinya dengan perantaraan
suatu benda mati (selendang, sapu tangan, dan lain-lain). Penyakit gudik (kudis)
penularannya mungkin secara langsung mungkin pula secara tidak langsung. Kebiasaan
untuk bertukar-tukaran pakaian adalah suatu kebiasaan yang buruk. Tidur bersama-sama di
satu tempat tidur dengan orang yang menderita penyakit kulit pun dapat berakibatkan
penularan penyakit-penyakit tersebut. Penetrasi pada kulit. Hal ini dapat langsung oleh
organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor
misalnya malaria atau melalui luka, misalnya tetanus.
Kulit: sentuhan dengan kulit, pakaian, handuk dsb. Penyakit yang ditularkan lewat sentuhan
(kontak langsung); kudis, panu,kusta, framboesia (patek), tetanus.

4. Melalui Hubungan Kelamin

Saluran kelamin: melalui hubungan kelamin sesama jenis atau lain jenis. Penyakit yang
ditularkan lewat saluran kelamin: sipilis, keputihan, infeksi gonokokal, AIDS (acquired
Immune Deficiency Syndrome).

5. Melalui plasenta

Melalui plasenta ibu (transplasental); dari ibu ke anak. Infeksi melalui plasenta. Yakni
infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung,
misalnya syphilis dan toxoplasmosis.

6. Melalui berbagai jalur

Contohnya adalah polio yang menular melalui mulut dan nafas.

11
5. PENCEGAHAN INFEKSI

Dengan menggunakan Standar kewaspadaan terhadap infeksi, antara lain :

1. Cuci Tangan
2. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi.
3. Segera setelah melepas sarung tangan.
4. Di antara sentuhan dengan pasien.
5. Sarung Tangan
6. Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi.
7. Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.
8. Masker, Kaca Mata, Masker Muka

Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak
dengan darah dan cairan tubuh.

1.. Baju Pelindung

2. Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh

Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah
atau cairan tubuh

1… Kain

2.. Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir

3. Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien

4.. Peralatan Perawatan Pasien

Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit
atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan

1. Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali

2.. Pembersihan Lingkungan

Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang
perawatan pasien

1. Instrumen Tajam
2. Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
3. Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai
4. Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan
tangan

12
Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan

1.. Resusitasi Pasien

2. Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari
kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut
3. Penempatan Pasien
4. Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi

13
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

1. Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi tergantung dari agen yang
menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi antibiotika, dan faktor
alat.
2. Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada: karakteristik
mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan banyaknya
materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien dipengaruhi oleh: Umur, status imunitas
penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat-
obatan immunosupresan dan steroid, intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan
diagnosa dan terapi. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh padatnya kondisi rumah sakit,
banyaknya pasien yang keluar masuk, penggabungan kamar pasien yang terkena infeksi
dengan pengguna obat-obat immunosupresan, kontaminasi benda, alat, dan materi yang
sering digunakan tidak hanya pada satu orang pasien. Resistensi Antibiotika disebabkan
karena: Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol, dosis antibiotika yang
tidak optimal, terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat, dan
kesalahan diagnosa. Faktor alat, dipengaruhi oleh pemakaian infus dan kateter urin lama yang
tidak diganti-ganti.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://apriariani.wordpress.com/2014/09/16/makalah-infeksi/ (diakses pada tanggal 20


Februari 2018)

http://silviys22.blogspot.co.id/2015/01/makalah-rantai-infeksi.html (diakses pada tanggal 20


Februari 2018)

http://imamrhizky.blogspot.co.id/2013/06/makalah-infeksi.html (diakses pada tanggal 20


Februari 2018)

15

Anda mungkin juga menyukai