1. Anatomi
1. Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam
beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka
maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).
B. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding
rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin.
Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian
dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau
kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi
abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau
organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah
kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis inguinalis).
C. Etiologi
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang
dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan
penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam
lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya
mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam
rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri
Made Kusala, 2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis
inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih
di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang
lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis
inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia
akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).
D. Klasifikasi
1. Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita /
didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang
dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan
penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan
umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi, 2009).
a. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus (Erfandi, 2009).
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini
juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan
rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi, 2009).
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang
berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan
gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah
akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat
darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).
b. Berdasarkan Letaknya
1. Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia
femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-
kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul
terutama pada waktu melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen
seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk
ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha
(Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih
umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang
tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi
lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki
dan perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi
rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan
intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan
nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada
wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien
gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah
sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi
seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
3. Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan
anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang
bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).
4. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis
inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan
jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung
zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan
(kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien
wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda
spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
a) Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan
akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di
dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan
struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada
wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan pasien kecil. Hernia ini dapat menjadi
sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau
menghilang pada waktu tidur. Bila menangis, mengejan atau mengangkat benda
berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
b) Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior,
pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial.
Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna
sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar
melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena
cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan
otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih
umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang
lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung
menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna
ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini
sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan
testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien te
rlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil
bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini
jarang sekali menjadi ireponibilis.
E. Patosifiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali
kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih
banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab
berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup
lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot
dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.
Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu,
maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi,
2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan
lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah
apendiktomi(Erfandi, 2009).
F. Gejala Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal
yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya
mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan
hilang secara spontan.
Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia
(Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis,
terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa
sakit yang terus menerus.
7. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
8. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah.
9. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung
isinya,
10. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
b. Hernia inguinal
1. Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
2. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
g. Hernia perineum : benjolan di perineum.
2. Palpasi
a. Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
b. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
c. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia
inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
1. Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda
sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari
masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum
inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
2. Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
3. Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata). (Hudack& Gallo, 2007).
J. Komplikasi
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri,
hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi
yang lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1
persenpada pasien yang menjalani hernioraphy.
K. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematismeliputipengumpulan data, analisa data
danpenentuanmasalah.Pengumpulan data diperolehdengancaraintervensi,
observasi, pemeriksaanfisik.
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhanutama
b. Riwayatkesehatan / penyakit sekarang
c. Riwayatkesehatan / penyakit dahulu
d. Riwayatkesehatan / penyakit keluarga
e. Riwayattumbuhkembang (usia 2 tahun)
3. Pemeriksaanfisik
4. Pemeriksaan tumbuh kembang
5. Pemeriksaan penunjang
L. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
7. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
anoreksi(NANDA, 2011).
M. Intervensi Keperawatan
No Dx keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
1 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
dengan - Koping (penurunan
Faktor keturunan, Setelah dilakukan kecemasan)
Krisis asuhan Gunakan
situasional, Stress, selama pendekatan yang
perubahan ……………klien menenangkan
status kesehatan, kecemasan teratasi Nyatakan dengan
ancaman dgn jelas harapan
kematian, perubahan kriteria hasil:terhadap pelaku
konsep Klien mampu pasien
diri, kurang Jelaskan
mengidentifikasi dan semua
pengetahuan dan mengungkapkan prosedur dan apa
hospitalisasi gejala yang dirasakan
DO/DS: cemas selama prosedur
- Insomnia Mengidentifikasi,
Temani pasien
- Kontak mata kurang mengungkapkan dan
untuk memberikan
- Kurang istirahat menunjukkan tehnik
keamanan dan
- Berfokus pada diri untuk mengontolmengurangi takut
sendiri cemas Berikan informasi
- Iritabilitas Vital sign dalam
faktual mengenai
- Takut batas diagnosis, tindakan
- Nyeri perut normal prognosis
- Penurunan TD dan Postur Libatkan keluarga
tubuh,
denyut ekspresi untuk
nadi wajah, bahasa tubuh
mendampingi klien
- Diare, mual, Instruksikan pada
dan tingkat aktivitas
kelelahan menunjukkan pasien untuk
- Gangguan tidur berkurangnya menggunakan
- Gemetar kecemasan tehnik relaksasi
- Anoreksia, mulut Dengarkan dengan
kering penuh perhatian
- Peningkatan TD,
Identifikasi tingkat
denyut
kecemasan
nadi, RR
Bantu pasien
- Kesulitan bernafas
mengenal situasi
- Bingung
yang
- Bloking dalam
menimbulkan
pembicaraan
kecemasan
- Sulit berkonsentrasi
Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
Kolaborasi
pemberian obat anti
cemas
2. Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan Thermoregulasi Monitor suhu
: Setelah dilakukan sesering mungkin
- penyakit/ trauma tindakan Monitor warna
- peningkatan keperawatan dan suhu kulit
metabolisme selama………..pasien Monitor tekanan
- aktivitas yang menunjukkan : darah, nadi dan RR
berlebih Suhu tubuh dalam Monitor
- dehidrasi batas penurunan tingkat
DO/DS: normal dengan kesadaran
· kenaikan suhu kreiteria Monitor WBC, Hb,
tubuh diatas rentang hasil: dan Hct
normal Suhu 36 Monitor intake
· serangan atau – 37C dan output
konvulsi (kejang) Nadi dan Berikan anti
· kulit kemerahan RR dalam rentang piretik:
· pertambahan RR normal Kolaborasi
· takikardi Tidak ada pemberian Antibiotik
· Kulit teraba perubahan warna kulit Selimuti pasien
panas/ hangat dan tidak ada pusing, Berikan cairan
intravena
Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
Tingkatkan
sirkulasi udara
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban
membran mukosa)
3 Nyeri NOC : NIC :
akut berhubungan Pain Level, Lakukan
dengan: pain control, pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, comfort level secara
kimia, Setelah dilakukan komprehensif
fisik, psikologis), tinfakan termasuk lokasi,
kerusakan keperawatan selama karakteristik, durasi,
jaringan …. frekuensi, kualitas
DS: Pasien tidak dan faktor
- Laporan secara mengalami presipitasi
verbal nyeri, dengan kriteria Observasi reaksi
DO: hasil: nonverbal dari
- Posisi untuk · Mampu mengontrol ketidaknyamanan
menahan nyeri nyeri Bantu pasien dan
- Tingkah laku (tahu penyebab nyeri, keluarga
berhati-hati mampu menggunakan untukmencaridanme
- Gangguan tidur tehnik nonfarmakologi nemukandukungan
(mata sayu, untuk mengurangi Kontrol
tampak capek, sulit nyeri, lingkungan yang
atau mencari bantuan) dapat
gerakan kacau, · Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri
menyeringai) nyeri seperti suhu
- Terfokus pada diri berkurang dengan ruangan,
sendiri menggunakan pencahayaan dan
- Fokus menyempit manajemen nyeri kebisingan
(penurunan persepsi · Mampu mengenali Kurangi faktor
waktu, nyeri presipitasi nyeri
kerusakan proses (skala, intensitas, Kaji tipe dan
berpikir, frekuensi dan tanda sumber nyeri untuk
penurunan interaksi nyeri) Menentukaninterven
dengan · Menyatakan rasa si
orang dan nyaman Ajarkan tentang
lingkungan) setelah nyeri teknik non
- Tingkah laku berkurang farmakologi:
distraksi, · Tanda vital dalam napas dala,
contoh : jalan-jalan, rentang relaksasi, distraksi,
menemui orang lain normal kompres
dan/atau aktivitas, · Tidak mengalami hangat/ dingin
aktivitas gangguan tidur Berikan analgetik
berulang-ulang) untuk mengurangi
- Respon autonom nyeri
(seperti Tingkatkan
diaphoresis, istirahat
perubahan tekanan Berikan informasi
darah, perubahan tentang nyeri seperti
nafas, nadi dan penyebab nyeri,
dilatasi berapa lama nyeri
pupil) akan
- Perubahan berkurang dan
autonomic antisipasi
dalam tonus otot ketidaknyamanan
(mungkin dari prosedur
dalam rentang dari
Monitor vital sign
lemah
sebelum dan
ke kaku)
sesudah
- Tingkah laku
pemberian
ekspresif
analgesik pertama
(contoh : gelisah,
kali
merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu
makan dan minum
DAFTAR PUSTAKA